You are on page 1of 3

Nama : Heru Trisnugraha

Kelas : 39
Absen : 16

Helminthosporium turcicum

Nama Penyakit : Hawar daun Jagung Utara (NCLB)

Patogen : Helminthosporiun turcicum, synonim: Bipolaris turcicum, Drechslera
Turcicum, Setosphaeria turcica

Deskripsi :

Klasifikasi jamur Helminthosporium turcicum menurut Alexopoulus and Mims (1979) adalah :
Divisio : Amastigomyceta
Sub Divisio : Deuteromycotina
Kelas : Deuteromycetes
Sub Kelas : Hyphomycetidae
Ordo : Hyphales
Family : Dematiaceae
Genus : Helminthosporium
Spesies : Helminthosporium turcicum (Pass.) Leonard et Suggs

Dari Dematiaceae- Phragmospore, marga Helminthosporium kebanyakan menyerang
Graminae. Jamur ini mempunyai konidiofor tegak dan kuat, berwarna coklat. Konidium
seperti kumparan atau seperti gada panjang, sering agak bengkok, bersekat banyak berwarna
coklat, konidium berdinding tebal. Jamur membentuk konidiofor yang keluar dari mulut daun
(stomata), satu atau dua dalam kelompok, lurus atau lentur, berwarna coklat, panjangnya sampai
300 m, tebal 7 - 11 m, secara umum 8 - 9 m. Konidium lurus atau agak melengkung, jorong
atau berbentuk gada terbalik, pucat atau berwarna coklat jerami, halus mempunyai 4 9 sekat
palsu, panjang 50 - 144 (115) m, dan bagian yang paling lebar berukuran 18 - 33m,
kebanyakan 20 - 24 m. Konidium mempunyai hilum menonjol
dengan jelas, yang merupakan ciri dari marga Drechslera. Dalam biakan murni, D. turcicum
membentuk askus dalam peritesium. Stadium sempurna dari jamur ini disebut Setosphaeria
turcica (Luttrell) Leonard et Suggs atau Trichometasphaeria turcica (Pass.) Luttrell (Holliday,
1980). Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Helminthosporium turcicum merupakan salah
satu penyakit utama pada jagung setelah bulai. Patogen ini menular melalui udara sehingga mudah
menyebar. Kehilangan hasil akibat bercak daun mencapai 59%, terutama bila penyakit menginfeksi
tanaman sebelum bunga betina keluar (Poy, 1970).






Karakteristik gejala :

Gejala visual yang menunjukkan ciri khas serangan H. turcicum adalah bercak agak
memanjang, bagian tengah agak melebar, makin ke pinggir makin kecil, berwarna cokelat
keabuan, dikelilingi oleh warna kekuningan sejajar tulang daun. isolat
Helminthosporium turcicum yang ditumbuhkan pada media potato dextrose agar (PDA)
berwarna hitam putih keabuan dengan zonasi beraturan dan tidak beraturan. Konidia mulai terlihat
setelah 6 hari dan semakin banyak pada 12 hari. Bentuk konidia agak melengkung, ujungnya
tumpul, bersekat 3 10 buah (Shurtleff, 1980).

Gambar gejala serangan hawar daun Helminthosporium turcicum:




Tanaman jagung yang tertular Helminthosporium turcicum, gejala awalnya muncul bercak-
bercak kecil, jorong, hijau tua/hijau kelabu kebasahan. Selanjutnya, bercak-bercak tadi berubah
warna menjadi coklat kehijauan. Bercak kemudian membesar dan mempunyai bentuk yang khas, berupa
kumparan atau perahu. Lebar bercak 1-2 cm dan panjang 5-10 cm, tetapi lebar dapat mencapai
5cm dan panjang 15 cm. Konidia banyak terbentuk pada kedua sisi bercak pada kondisi banyak embun
atau setelah turun hujan, yang menyebabkan bercak berwarna hijau tua beledu, yang makin ke tepi
warnanya makin muda. Beberapa bercak dapat bersatu membentuk bercak yang lebih besar sehingga dapat
mematikan jaringan daun Pertanaman jagung yang tertular berat tampak kering seperti habis
terbakar (Semangun, 1991).


Penyebaran:

Jamur Helminthosporium turcicum dapat bertahan hidup pada
tanaman jagung yang masih hidup, beberapa jenis rumput-rumputan termasuk sorgum,pada
sisa-sisa tanaman jagung sakit, dan pada biji jagung. Konidium jamur ini disebarkan melalui angin. Di
udara, konidium yang terbanyak terdapat menjelang tengah hari. Konidium berkecambah dan
pembuluh kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit atau dengan mengadakan penetrasi secara
langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium (Semangun,1991). Sporulasi
Helminthosporium turcicum di lapang terjadi pada permukaan tanaman yang terinfeksi. Setelah
itu spora lepas, kemudian terbawa oleh angin dan hinggap pada permukaan tanaman yang lain. Selanjutnya
spora beradhesi, melakukan penetrasi awal, kemudian membentuk bercak dan berkembang.
Siklushidup cendawan Helminthosporium turcicum berlangsung 23 hari. Dalam 72 jam satu
bercak mampu menghasilkan 100300 konidia (Govitawawong dan Kengpiem, 1975).


Metode Deteksi :

Pengamatan secara langsung di lapangan berdasarkan gejala. Untuk identifikasi dapat
dilakukan di laboratorium dengan metode Blotter Test dan pembiakan pada Media Agar
( Agar Test) untuk kemudian di identifikasi.


Perlakuan :

Jika diperlukan, penyakit ini dapat dikendalikan dengan fungisida dengan bahan aktif
carbendazin 6,2% + mancozeb 73,8%, mancozeb 80%,trishloromethylthio-4-cyclohexene-1,2-
dicarboximide (Muis dkk, 2000)

You might also like