You are on page 1of 3

1

PERSOALAN TANAH MASAM DALAM PEMBANGUNAN


PERTANIAN DI INDONESIA
*


Tejoyuwono Notohadiprawiro


Pengertian Tanah Masam dan Persoalannya
Seperti lazimnya kemasaman tanah ditetapkan dengan satuan ukuran pH. Secara
kimiawi murni pH 7 disebut netral . pH dibawah 7 disebut masam dan pH diatas 7
dinamakan basa atau alkalin. Makin jauh dibawah 7 kemasaman semakin meningkat,
sedang semakin jauh diatas 7 kebasaan atau alkalinitas semakin tinggi. Menurut
ketersediaan hara dalam tanah bagi tanaman pH netral bukanlah bersifat optimum. Dalam
tanah mineral pH bagi ketersediaan tertinggi kebanyakan hara ialah 6,5 dan dalam tanah
organik ialah 5,5. J adi kenetralan menurut kimiawi tanah berbeda dengan pengertiannya
menurut kimiawi murni. Menurut kimiawi tanah kenetralan berkaitan dengan keadaan
keharaan yang terbaik bagi tanaman dan bukan mengenai keseimbangan antara kadar H
+

dan OH
-
.
Pengaruh pH atas pertumbuhan tanaman dapat dipandang dari segi denaturasi
protein penyusun sel. Akan tetapi pada umumnya pengaruh pH dibahas sebagai suatu
multinutrient stress. Hal ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 dan 2 yang memperlihatkan
hubungan antara pH dan ketersediaan berbagai unsur hara. Pada pH rendah terjadi
kekahatan (deficiency) unsur-unsur hara makro dan bersamaan dengan itu terjadi
peningkatan ketersediaan unsur-unsur hara mikro, yang dapat melampaui batas sehingga
bersifat meracun. Pada pH tinggi hampir semua unsur hara makro berketersediaan rendah
dan hampir semua unsur hara mikro bersifat kahat. Dengan kata lain, pH tanah merupakan
salah satu faktor penting yang mengatur keadaan lingkungan ion dalam tanah. persoalan
yang biasanya timbul dalam tanah masam ialah:
1. Kekahatan Ca, Mg dan P.
2. Kekahatan Cu (terutama tanah organik) dan Mo (terutama untuk tanaman legum).
3. Keracunan Al dan Mn; kadang-kadang juga keracunan Fe.
4. Laju penguraian bahan organik sangat lambat (daur nitrogen dalam sistem tanah-
tanaman terganggu; kemempanan bahan organik dalam ameliorasi struktur tanah
menurun).

*
Makalah pendukung pada seminar Pertanian Dies Natalis UGM ke-34
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
2
Tanah-tanah Masam di Indonesia
Berdasarkan persoalan mengenai keharaan tanah yang ditimbulkan oleh pH rendah
tersebut di atas maka yang disebut tanah masam adalah tanah-tanah yang mempunyai pH
kurang daripada 5,0. Yang mempunyai pH 5,0 - pH 7,0 meskipun secara kimiawi
termasuk masam tidak digolongkan ke dalam tanah masam karena tidak memerlukan
perlakuan khusus dalam kaitannya dengan pH.
Tanah-tanah masam di Indonesia terdiri atas Podsolik, Latosol, Podsol, Organosol
dan bagian terbesar tanah Aluvial Hidromorf. Tanah Podsolik dan Podsol bersifat masam
karena berasal dari bahan induk masam dan telah mengalami pelapukan intensif yang
disertai pelindian kuat. Tanah Latosol bersifat masam karena telah mengalami pelapukan
intensif dan pelindian kuat. Kemasaman tanah Organosol ditimbulkan oleh perombakan
bahan organik yang menghasilkan berbagai asam organik. Banyak tanah Aluvial
Hidromorf menjadi luar biasa masam (pH 3,5 atau kurang) karena senyawa pirit yang
dikandungnya teroksidasi menjadi asam sulfat, disamping jarosit yang terbentuk. Karena
itu tanah semacam ini dinamakan tanah Sulfat Masam atau Sulfurik. Hampir semua tanah
masam berada di luar J awa, sehingga mau tidak mau perluasan lahan pertanian ke luar
J awa harus berurusan dengan tanah masam itu. Daftar 1 memperlihatkan agihan luas (area
distribution) tanah masam masing-masing menurut bentuk lahan di Indonesia. Daftar ini
menunjukkan, bahwa 54% luas daratan Indonesia tertutup oleh tanah-tanah masam. Di
antaranya tanah Podsolik merupakan bagian yang terluas yaitu 27% luas daratan Indonesia.

Daftar 1. Agihan luas tanah-tanah masam di Indonesia menurut bentuk lahan

Tanah
Dataran lereng 0-
8%
ha
Berombak lereng
8-15% ha
Berbukit lereng
>15%
ha
J umlah
Ha
Podsolik 27.801.000
(35%)
23.349.000
(56%)
- 51.150.000
(27%)
Podsol 3.326.000
(4%)
- 2.145.000
(3%)
5.471.000
(3%)
Latosol 803.000
(1%)
8.186.000
(20%)
8.186.000
(12%)
17.171.000
(9%)
Organosol 17.000.000
(22%)
- - 17.000.000
(9%)
Aluvial
Hidromorf
10.727.000
(14%)
- - 10.727.000
(6%)
Indonesia 78.966.000
(100%)
41.618.000
(100%)
69.752.000
(100%)
190.336.000
(100%)
Angka dibulatkan sampai ribuan. Sumber: Muljadi & Arsjad (1967).
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
3
Tanah Podsolik merajai daerah dataran dan berombak. Organosol merupakan tanah
kedua di daerah dataran, sedang Latosol menjadi tanah kedua di daerah berombak. Tanah-
tanah masam menempati 76% luas daerah dataran dan juga 76% luas daerah berombak.
Daerah-daerah ini justru memiliki potensi terbaik untuk menampung perluasan lahan
pertanian.
Di kalangan tanah-tanah masam, Latosol adalah yang terbaik, terutama dilihat dari
segi keadaan fisiknya. Kerentanan terhadap erosi lebih kecil daripada tanah Podsolik dan
Podsol. Persoalan yang terkait pada kerendahan pH juga tidak seberat yang ada dalam
tanah Podsolik dan Podsol. Maka potensi untuk dikembangkan lebih baik daripada tanah
Podsolik dan Podsol.

Daftar 2. Agihan luas tanah-tanah masam di luar J awa

Tanah
Dataran
ha
Berombak
Ha
Berbukit
ha
% terhadap yang ada
di Indonesia
Podsolik 27.430.000 23.349.000 - Dataran : 99
Berombak : 100
Podsol 3.326.000 - 2.145.000 Dataran : 100
Berbukit : 100
Latosol 532.000 5.646.000 8.072.000 Dataran : 66
Berombak : 69
Berbukit : 99
Organosol 17.000.000 - - Dataran : 100
Aluvial
Hidromorf
10.727.000 - - Dataran : 100
Angka dibulatkan sampai ribuan. Sumber: Muljadi & Arsjad (1967).


Acuan

Muljadi, D., & Arsjad, S. 1967. Peranan Faktor Tanah dalam Perentjanaan Landuse.
Seminar Tata Guna Sumber-sumber Alam Pertama. J akarta.



Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)

You might also like