You are on page 1of 108

IMAM FTMD

THE HANDBOOK OF
MENTORING
KUMPULAN MATERI-MATERI MENTORING












Kata Pengantar
Materi 1 Kita Membutuhkan Seorang Rijaal
Materi 2 Gambaran Dunia Dihadapan Allah
Materi 3 Cinta dan Ridha Allah
Materi 4 Tumpukkan Pahala yang Sia-sia
Materi 5 Tholabul Ilmi (Menuntut Ilmu Islam)
Materi 6 Beramal Mengikuti Sunnah
Materi 7 Misteri Shalat Subuh
Materi 8 Keutamaan Shalat Berjamaah
Materi 9 Tiga Hal yang Menyelamatkan dan Mencelakakan
Materi 10 Problematika Umat
Materi 11 Hati-hati Dari Teman Yang Buruk
Materi 12 Lima Perusak Hati
Materi 13 Mewaspadai Jahiliyah
Materi 14 Kisah Seorang Kristen yang Masuk Islam
Materi 15 Orang-orang yang Merugi
Materi 16 Tahkimus Syariah, Kewajiban yang Dibenci Munafik
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puja dan puji hanya bagi Allah subhanahu wataala, yang telah
memberikan kita nikmat yang banyak hingga bisa membaca buku yang ringkas ini. Dan nikmat
yang paling besar adalah nikmat Iman dan Islam. Yang dengannya Allah akan memberikan kita
tiket jannah. Hingga apakah kita akan membayar tiket itu atau kita diamkan begitu saja. Karena
sejatinya surga itu mahal tentu tiketnya juga pasti mahal.
Shalawat dan salam selalu kita sampaikan kepada Rasulullah shalallahualaihiwasalam dan para
keluarga serta sahabatnya hingga kaum muslimin yang mengikuti beliau dengan benar hingga
hari kiamat.
Saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran merupakan kewajiban setiap orang.
Baik pemula maupun sudah ahli, apabila dia memiliki hal bermanfaat bagi saudaranya maka dia
akan membaginya. Bisa berupa nasihat mengajak kepada kebaikan maupun nasihat untuk
menolak kemungkaran. Menjadi mentor tak harus sempurna terlebih dahulu, apabila seorang
mentor harus sempurna terlebih dahulu maka tidak akan ada yang saling menasihati
sebagaimana kata-kata mutiara dari seorang Tabiin, Hasan Al-Basri:
Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang
yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sungguh,
akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya
dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.
Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya
menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat. Akan menjadi
sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang
berdakwah di jalan Allah Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak
pula melarang dari memaksiati-Nya. Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin,
sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang orang yang
bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan
kekhilafan. Maka terus meneruslah berada pada majelis-majelis dzikir (majelis ilmu), semoga
Allah Azza wa Jalla mengampuni kalian. Bisa jadi ada satu kata yang terdengar dan kata itu
merendahkan diri kita namun sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada
Allah Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam
keadaan muslim. (Hasan Al Bashri)
Ada beberapa poin yang akan saya sampaian diantaranya:
1. Pentingnya mentoring
Dari jumlah rata-rata 3000 mahasiwa TPB ITB setiap tahunnya, hitunglah misalkan 75%
diantaranya adalah muslim. Berarti ada 2250 mahasiswa muslim yang menjadi tanggung jawab
lembaga dakwah kampus untuk memberikan pelayanan keilmuan Islam. Potensi yang begitu
besar untuk ladang amal sebagaimana dalam hadits.

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?" (Fusilat: 33)
Dalam Shahih Muslim, Kitab al-Ilm, Bab Man Sanna Sunnatan Hasanatan au Sayyiatan, 4/2060,
no. 2674. Dari Abu Hurairah radiyallahu'anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda,

.
"Barangsiapa yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka dia memperoleh pahala seperti
pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka. Dan
barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia memperoleh dosa semisal dosa orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka." [HR. Muslim]
Karena kita tahu pahala kita sendiri tak akan mampu mengantarkanku ke Surga. Karena kita
tahu dosa kita sendiri sudah mampu mengantarkanku ke Neraka.

Di FTMD, mahasiswa yang terdaftar tiap tahunnya rata-rata sekitar 280 mahasiswa baru
(maba). Dengan asumsi 80 orang diantara mereka adalah non muslim, berarti mahasiswa yang
beragama Islam ada 200 orang. Sekarang saya bertanya, dari 200 orang,
1. Berapa orang yang aqidahnya masih benar?
2. Berapa orang yang melakukan shalat dengan benar?
3. Berapa orang yang melakukan shalat berjamaah?
4. Berapa orang yang bisa membaca Al- Quran dengan baik dan benar?
5. Berapa orang yang melakukan shalat sunah rawatib?
6. Berapa orang yang rutin melakukan shalat dhuha?
7. Dan lain sebagainya..
Mereka adalah saudara-saudara kita yang menjadi tanggungan kita. Jika 200 ini dipegang oleh
mentor, maka yang paling efektif adalah 20 mentor. Jadi setiap mentor memegang 10 maba.
Dengan demikian kita membutuhkan 20 mentor.
Itulah konsidi ideal dakwah kampus, berbeda dengan kondisi mentoring yang telah berjalan.
Hanya sekitar 30% yang efektif. Misal saja di GAMAIS pusat, dari 55 mentor 2010, yang bisa
dihubungi/konfirm hanya tinggal 24 orang. Dari 24 orang yang bisa mengadakan mentoring
sekitar 18 orang mentor beserta kelompoknya dan itupun yang hadir cuma satu, dua, atau tiga
orang maba. Begitulah kondisi dakwah di kampus hari ini.
Oleh karena itu, mentoring adalah hal yang sangat penting sebanding dengan talim. Jika talim
itu jarang dilaksanakan, maka mentoringlah yang menjadi penopangnya. Selain mentoring itu
bisa menjangkau seluruh muslim yang ada. Kelebihan mentoring lainnya adalah lebih bisa
mendidik para mentor untuk selalu yang pertama kali dalam amalan. Yang nantinya akan
melahirkan para mentor baru yang akan memperjuangkan Islam.
2. Hal yang harus diingat seorang mentor
Mentor adalah sebagai seorang yang juga menuntut ilmu. Ilmu din Islam dan ilmu
berkomunikasi dalam menyampaikan apa yang telah dia pahami. Karena kepahaman seseorang
terhadap sesuatu bisa dilihat dari penyampaian seseorang terhadap ilmu tersebut kepada orang
lain. Jika dia memahami dengan baik, maka baik pula penyampaiannya. Jika pahamanannya
kurang maka kurang juga dia dalam menyampaikannya. Dengan demikian pemahaman din
Islam ini akan terus kita pelajari bersama-sama dengan anak mentee. Merekalah yang akan
mengamati dan memperhatikan mentor sebagai teladan. Mengawasi gerak-gerik mentor yang
telah menyampaikan dakwah dengan bagus apakah sesuai dengan kehiduapnnya sehari-hari.
Atau apakah sebaliknya. Inilah hal yang penting dari sebuah proses mentoring. Terjaganya dua
komponen, mentor dan mentee.
Tugas seorang mentor hanyalah menyampaikan Islam kepada mentee. Mentor tidak dituntut
untuk merubah mentee yang jahiliyah menjadi mentee yang sholeh. Karena perkara itu ada di
dalam urusan Allah Sang Pemberi Hidayah. Dengan penyampaian yang baik, sopan santun,
perhatian, dan selalu merangkul mentee kearah Allah. Bukan mengarahkan ke organisasi,
golongan, atau partai. Ituah yang akan membuat kita mendapat pertolongan Allah.
Memahamkan mereka akan hakikat beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan sesembahan
lain. Menghasilkan akhlak karimah yang menjadi primadona dan dielu-elukan semua manusia.
Dan tentu semua itu harus dimulai dari diri seorang mentor itu sendiri. Sebagai sebuah ujung
dari sebuah tombak dakwah. Menjadi sebuah kayu yang berdiri kokoh ketika terpaan angin
mengglayutinya. Semua pertolongan Allah bergantung sikap mentor kepada Allah. Ruhiyah
mentor, pengamalan mentor atas ilmu-ilmunya, dan kewibawaan mentor yang akan menjadikan
dakwah ini kokoh lagi menang dan dimenangkan Allah. Yang harus dimiliki seorang mentor
adalah
1. Keimanan,
2. Keistiqomahan,
3. Semangat menyebarkan dan menuntut ilmu Islam.
Keimanan kepada ajaran yang iya sampaikan kepada manusia. Membuat dia yakin dan lantang
menyerukannya tanpa ragu sedikitpun. Yakin akan adanya surga yang Allah sediakan dan yakin
akan pertolongan Allah di saat kita telah tidak kuat lagi melakukan sesuatu. Berbeda jika
seorang mentor tidak beriman dengan apa yang dia bawa. Apakah dia hidup dengannya?
Apakah dia bisa lantang menyuarakannya? Sedangkan di dalam hatinya tidak ada iman dan
banyak keraguan.
Istiqomah menjalankan permentoringan, dakwah, dan menuntut ilmu Islam. Membuat dia
tegar atas segala rintangan yang akan menganggunya. Di saat orang-orang lalai mengkaji Al-
Quran dan Sunnah, dia yang pertama kali mengembangkan dan mengkajinya. Di saat orang lain
bubar kelompok mentornya, dia orang yang pertama yang tetap teguh membangun keluarga
mentoring yang mengarah kearah surga. Tidak pernah merasa putus asa dan merasa dakwah
adalah penghalang dari perkuliahan atau urusan dunia lainnya. Semua dijalankan demi satu hal
yang dia dambakan yaitu melihat Wajah Allah disurga-Nya bersama orang-orang yang dicintai.
Bersama para mentee di dipan-dipan surga. Menikmati suasana surga dan meminum segala
jenis minuman dengan ditemani puluhan bidadari bermata jeli lagi sebaya berhias dengan
sangat cantik menggoda. Bertetangga dengan keluarga dekat, berumahkan mutiara,
berlantaikan emas, dan semua itu kekal adanya. Apakah ada yang lebih menggiurkan yang
pernah kalian dengar selain ini?
Semangat menyebarkan dan menuntut ilmu Islam dengan menjarkom anak-anak mentee,
satu persatu dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Menanyakan kondisi dan
ketidakhadiran serta selalu mengadakan majelis ilmu (mentoring) perminggu minimal sekali.
Dia adalah orang yang paling bersemangat belajar Al-Quran dan memakmurkan masjid Allah,
menggunakannya sebagai pusat peradaban dan menggantungkan hatinya di masjid rumah
Allah. Semangat menyedekahkan hartanya untuk dakwah, memotokopikan materi untuk
mentee, mengetiknya, mencarinya di internet atau membawakan buku referensi dan CD-CD
keilmuan. Sebaliknya, jangan sampai kita temui seorang mulia ini (mentor) dia adalah orang
yang loyo dan lemah dalam mendatangi panggilan Allah untuk sholat berjamaah, loyo dalam
bersedekah, loyo dalam mengikuti majelis ilmu, dan loyo segala jenis loyo.
Dengan itu semoga turun pertolongan Allah dari arah yang tidak terduga-duga yang dahsyat
dan tak terbersit dalam hati akan seperti ini luar biasanya pertolongan Allah. Karena
pertolongan Allah itu ibarat makanan yang dimakan oleh orang yang kelaparan. Kenyang itu
hanya bisa dirasakan oleh orang yang kelaparan. Begitu juga pertolongan Allah hanya bisa
dirasakan oleh orang yang terjun ke dalam medan dakwah yang berat. Hingga datang
pertolongan Allah memudahkan dan membuat lega kita semua hingga air mata ini mengalir
karena begitu dahsyatnya.
3. Cara mentoring dan menyampaikan materi
Dengan dibelaki hanya sekitar 16 materi dakwah, yang telah disusun sedemikian supaya
sehingga mudah disampaikan, dirangkum dan dipresentasikan oleh mentor. Diharapkan yang
pertamakali memahami sebelum para mentee adalah mentor, yang telah membaca keseluruhan
dan paham sebelum menyampaikannya. Sebagai nasehat awal kepada para mentor dan akan
ditransfer kepada para mentee. Dari 16 materi minimal 10 diantaranya harus disampaikan.
Sebagai sebuah capaian minimal.
Terserah pada urutan mana saja yang ingin pertama disampaikan. Atau sesuai dengan urutan
yang telah dibuat. Yang terpenting adalah ini tersampaikan dan bisa membuka dan merangsang
wawasan mereka agar lebih ingin mengkaji Islam lebih dalam.
Satu hal yang membuat mentoring itu efektif berjalan adalah ketika materi yang ada, dimiliki
juga oleh para mentee dan kita suruh mereka untuk mengumpulkannya jangan sampai hilang.
Agar ketika mereka pulang dan sampai dirumah, mereka tidak pulang dengan tangan kosong,
dan bisa dengan mudah membaca kembali ilmu yang telah mereka dapatkan. Tidak seperti yang
ada sebagian besar mentoring sekarang, mereka yang datang tidak dibekali apapun hingga
pulang dan akhirnya lupa apa yang disampaikan sang mentor.
Dengan sistem jarkom yang efektif, satu orang mendapat porsi satu nama. Jangan 10 orang
digeneralisis dengan satu sms. Yang akan membuat mereka malas membaca dan membuka sms.
SMS lah dengan cara personal, nama panggilan, dan bahasa yang akrab, tidak terlalu formal.
Takpula dalam memulai mentoring dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah
saw, serta bersyahadat, karena itulah sunnah nya dalam sebuah penyampaian materi dakwah.
Dan kemudian taklupa pula mengingatkan agar selalu meluruskan niat mentoring ini hanya
mencari ridha Allah.
4. Strategi mentoring efektif
Satu orang mentor menangani 10 orang mentee yang harus diberi didikan wajib oleh mentor.
Efektifnya mentoring bisa dilakukan dengan saling diskusi setelah materi, alokasi waktu yang
jelas (maksimal 2 jam, minimal 1 jam), adanya handout, adanya pembacaan tilawah sebelum
dimulai, dan menekankan agar membawa mushaf Quran dan terjemahnya. Mentoring efektif itu
dimulai dengan mereka membaca Quran yang akan menundukkan sikap suka bercanda
diantara mereka, membuatnya meluruskan niat, dan membuat kondisi nya hening. Lalu dibuka
dengan sebuah kisah-kisah menarik penuh hikmah, karena justru biasanya yang paling dia ingat
adalah kisah-kisah itu.
Semoga buku panduan mentoring ini penuh berkah dan membawa misi ke-Islaman yang di
ridhai Allah subhanahu wataala. Menjadi amal jariyah yang takkan pernah putus bagi
penyusunnya dan penulisnya. Sehingga tetap meluruskan niat untuk membangun peradaban
Islam dibawah ridha dan cintanya Allah.

Minggu, 14 September 2014
Arief Nur Pratomo
Materi 1
Kita Membutuhkan Seorang Rijaal

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita seorang mukmin yang
senantiasa berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan
Ia lah yang telah memberikan pada kita nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kita
ditaqdirkan dapat melaksanakan mentoring.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi junjungan, Nabi besar
Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang telah membawa ummat ini dari jaman
jahiliyah menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam.
Maasyirol muslimin yang dimulyakan Allah Taala
Suatu ketika Umar ibnul khattab radhiyallahu 'anhu duduk duduk bersama para
sahabat radhiyallahu 'abhum dan berkata,

"

"

"

" :

" " :

Berobsesilah kalian ! Kemudian salah seorang berkata, Aku berangan-angan seandainya


Saya ingin rumah ini penuh dengan emas, sehingga saya bisa berinfaq di jalan Allah.
Seseorang lainnya berkata, Saya ingin rumah ini penuh dengan mutiara dan permata
sehingga saya dapat berinfaq dan bersedekah di jalan Allah Taala. Umar berkata, Tapi
saya berkeinginan rumah ini penuh dengan sosok seperti Ubaidah bin Jarrah. [ Fadhoilus
shahabah 2/740, Mustadrak 'ala shahihaini : 3/252 ].
Jamaah mentoring yang dimulyakan Allah Taala
Semoga Allah Ta'ala merahmati beliau Umar Ibnu Al Khattab yang tahu betul akan
pentingnya seorang kader militan untuk kemajuan Islam yang akan datang. Dunia
dakwah kita tengah memasuki era yang sangat kompetitif, era yang akan menentukan
kita bertahan, maju atau terkikis zaman. Pada situasi seperti ini dakwah membutuhkan
mereka yang berdaya guna, yang senantiasa siap memikul dakwah. Beban dakwah hanya
sanggup dipikul oleh mereka yang mengerti tentang apa dan bagaimana tabiat dakwah
itu. Junud ad-dakwah yang cerdas, qowi almatin dan bertanggungjawablah yang siap
berada di medan dakwah ini. Kehadiran kader seperti inilah yang menjadi obsesi Khalifah
Umar bin Khottobradhiyallahu 'anhu.

Memang dalam dakwah dan perjuangan membutuhkan harta yang banyak. Tetapi apalah
artinya perbendaharaan yang ada ketika para pengusung dakwah ini tidak memiliki
pejuang dan penerus yang akan melanjutkan dakwah ini. Maka munculnya para pemuda
yang seperti ini amat dibutuhkan di dunia dakwah. Rasulullah sallallahu alaihi
wasallam bersabda,

Manusia itu hanyalah seperti seratus ekor unta, hampir-hampir dari seratus ekor tersebut
engkau tidak dapatkan satu ekor pun yang bagus untuk ditunggangi. (HR. Al-Bukhari
no. 6498 dan Muslim no. 2547)
Maksud hadits di atas, kata Al-Imam Al-Khaththabi rahimahullah, Mayoritas manusia
itu memiliki kekurangan. Adapun orang yang punya keutamaan dan kelebihan jumlahnya
sedikit sekali. Maka mereka yang sedikit itu seperti keberadaan unta yang bagus untuk
ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban. (Fathul Bari, 11/343)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan, Orang yang diridhai keadaannya dari
kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat
menanggung beban (itu sedikit jumlahnya). (Syarhu Shahih Muslim, 16/101)
Maasyirol muslimin yang dimulyakan Allah Taala
Seorang yang militan dan kader yang baik sebanding dengan seratus orang. Bahkan satu
orang sebanding dengan seribu orang atau bahkan sebanding dengan bangsanya. Yaitu
jika pemuda tersebut mempunyai semangat tinggi sehingga dapat menghidupkan ummat
secara keseluruhan.

Suatu ketika Kholid Ibnul Walid radiyallahu anhu mengepung suatu kota. Kemudian
beliau meminta kepada Abu Bakar Shiddiq radiyallahu anhu tambahan pasukan. Dan
tidaklah dikirim kepasa Kholid radiyallahu anhu kecuali seorang saja, yaitu Al Qoqo
bin Amru At Tamimi. Abu Bakar berkata, Tidaklah kalah suatu pasukan yang ada di
dalamnya orang semisalnya. Beliau juga berkata : Sungguh suaranya Qoqo dalam
pasukan lebih baik dibandingkan seribu tentara.

Demikian juga saat Amru Ibnu al Ash meminta tambahan pasukan dari amirul mukminin
Umar Ibnul Khattab saat membuka kota Mesir, maka beliau menuliskan surat, Amma
badu. Maka aku tambahkan kepadamu empat ribu pasukan yang terwakili seribunya pada
satu orang. Yaitu Zubair bin Awwam, dan Miqdad bin Amru, dan Ubadah bin Shamit,
serta Maslamah bin Mukhlid.
Jamaah shalat jumah yang dimulyakan Allah Taala
Akan tetapi manakah para pemuda tersebut pada hari ini? Apakah mereka yang sudah
tumbuh jenggotnya saja karena sudah tua? Tidak. Jika demikian maka sangatlah banyak
mereka-mereka itu pada hari ini.

Ketahuilah bahwa tumbuhnya seorang menjadi seorang muslim yang berkualitas tidak
dilihat dari umur. Berapa banyak orang yang umurnya sudah dewasa tetapi pemikirannya
seperti anak-anak! Mereka senang dengan dunia dan memiliki cita-cita rendah sedangkan
kehidupan ia jalani tanpa visi. Ia habiskan waktu dan hartanya untuk bersenang-senang
di dunia. Merasa bangga dengan keberhasilan dunianya sementara ia lalai dengan
kehidupan akhiratnya. Inilah sebenarnya anak-anak yang telah memiliki kumis dan
jenggot lebat.

Dan berapa banyak anak-anak dari segi umur tetapi menjadi orang besar dengan jiwa dan
semangatnya? Kalian akan melihat mereka seperti orang dewasa dalam perkataan,
perbuatan dan akhlaqnya. Adalah seorang anak dari bangsa arab masuk menghadap pada
keholifahan Umawiy yang akan berbicara mewakili kaumnya. Kemudian berkata
kholifah, Hendaklah maju orang yang lebih tua darimu. Kemudian anak tersebut
menjawab, Wahai amirul mukminin, kalau seandainya kemuliaan itu diukur dengan
umur, maka ada yang lebih berhak untuk menjadi khalifah dibandingkan engkau.
Jamaah shalat jumah yang dimulyakan Allah Taala
Sesungguhnya baiknya masyarakat serta lingkungan, baiknya sekolah dengan kurikulum
yang baik pula, serta jauhnya media elektronik serta cetak dari berbagai muatan-muatan
yang merusak generasi, semua itu akan menjadikan generasi ini menjadi orang-orang
besar dikemudian hari. Dan tidaklah lahir generasi yang kuat dan cerdas kecuali lahir dari
pendidikan aqidah yang lurus serta qudwah yang shalihah. Sedangkan aqidah yang rusak,
para pendidik yang jelek akhlaqnya tidak akan melahirkan generasi yang tangguh
dikemudian hari. Sebagaimana tanah yang subur, air yang mencukupi serta cuaca yang
baik akan melahirkar tanaman yang baik pula.
Jamaah shalat jumah yang dimulyakan Allah Taala
Sekarang marilah kita perhatikan para pemuda hari ini. Banyak diantara mereka yang
tenggelam dalam kubang kemaksiatan dan perbuatan dosa. Mereka tidak paham akan
tujuan hidup. Juga tidak paham apa itu Islam, apa itu tauhid yang lurus. Serta tidak paham
idola yang paling baik yaitu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Maka bermilyar-
milyarnya orang-orang seperti itu tidak sebanding dengan satu orang yang paham sebuah
visi dan perjuangan ini.

Kita berusaha untuk membentuk para rijal yang siap mengusung perjuangan ini dengan
tarbiyah aqidah yang kuat. Tak lupa kita juga berdoa agar diberikan generasi tangguh
yang akan menguatkan din ini dan menjadikannya menang diantara din yang lain.
Jamaah shalat jumah yang dimulyakan Allah Taala
Sesuatu yang paling penting dalam membentuk para perwira adalah dari keluarga kita.
Anak-anak kita harus kita cetak terlebih dahulu sebelum orang lain. Pertanyaannya
adalah, bagaimana caranya untuk menjadikan ia seorang perwira dimasa yang akan
datang? Ada beberapa tips diantaranya,

Pertama: Ajaklah mereka untuk berkumpul pada majlis orang-orang dewasa
serta kajian-kajian keislaman. Ajari mereka tentang adab dan sopan santun terhadap
orang tua. Sebagaimana para sahabat radhiyallahu anhum terbiasa membawa anak-anak
mereka bermajlis dengan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam .

Kedua: Ceritakan pada anak-anak kita tentang kisah-kisah para pahlawan Islam,
kemenangan-kemenangan yang diraih oleh umat Islam agar tumbuh dalam jiwa mereka
keberanian. Karena setiap anak pasti mengidolakan seorang pahlawan. Sangat tepat jika
anak menjadikan para pejuang-pejuang Islam sebagi idolanya, dan sangat jelek jika anak-
anak kita mengidolakan para tokoh dan bintang dalam perfilman menjadi idola mereka.

Ketiga: Jauhkan anak-anak kita dari nyanyian-nyanyian cengeng dan tidak
mendidik. Ajari mereka untuk akrab dengan al quran dan hadist Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam. Perdengarkan mereka pada waktu-waktu luang mereka. Jangan beri
ruang sedikitpun untuk masuknya setan dengan memperdengarkan mereka nyanyian-
nyanyian jahiliyah.
Semoga dengan beberapa metode tersebut kita dimampukan Allah Taala
melahirkan generasi yang siap mengusung perjuangan dan menjadi rijal dikemudian hari.

Materi 2
Gambaran dunia dihadapan Allah
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita seorang mukmin yang
senantiasa berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan
Ia lah yang telah memberikan pada kita nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kita
ditaqdirkan dapat melaksanakan mentoring.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi junjungan, Nabi besar
Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang telah membawa ummat ini dari jaman
jahiliyah menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam.
Bagaimana Allah memandangan kehidupan dunia? Ibnu Katsir menjelaskan ketika sampai pada
firman Allah subhanahu wataala,
!. :,>l !,. | _... `-l __
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Ali Imran: 185)
Makna ayat ini mengecilkan perkara duniawi dan meremehkan urusannya. Bahwa masalah duniawi
itu adalah masalah yang rendah, pasti lenyap, sedikit, dan pasti rusak. (Tafsir Ibnu Katsir Ali Imran
185)
Dan juga Allah subhanahu wataala berfirman,
.ls !.. :,>l !,..l '- l > ., >! . >., ".l>. _ _. ..l
_:. ,s >s !>l ..!, . . _, . `.`. . `>, !..L`> _ :>
',.s .,.: :-. _. < . !. :,>l !,. | _... `-l _
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani,
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadiid: 20)
Rasulullah Shalallahualaihi wassalam juga telah menjabarkannya kepada kita dalam
beberapa hadits tentang gambaran dunia dihadapan Allah.
1. Dunia lebih buruk dari pada bangkai kambing yang cacat
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhuma berkisah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak
kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya
berkata,
:


Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu
dirham? Mereka menjawab, Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa
yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kemudian
berkata, Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian? Demi Allah,
seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah
lagi ia telah menjadi seonggok bangkai, jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, Demi
Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi
kalian. (HR. Muslim no.7344)
2. Dunia tak lebih berharga dari sebelah sayap nyamuk
Rasulullah Shallallahualaihi wassallam pun pernah bersabda,


Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk,
niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun. (HR. At-Tirmidzi no.
2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 686)
3. Dunia seperti seorang asing dan musafir
Rasulullah Shallallahualaihi wassallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu
anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini,


Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat
(musafir). (HR. Al-Bukhari no. 6416) Seperti orang yang sedang berteduh di bawah pohon.
Kemudian dia pergi kembali.
4. Dunia seperti air yang sedikit dibanding lautan yang luas
Dari Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,


Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian
memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari
tersebut ketika diangkat? (HR. Muslim no. 7126)
5. Dunia itu hanya satu dibanding 99 rahmat di akhirat
Rasulullah shalallahualaihi wassalam bersabda, Allah mempunyai seratus rahmat [kasih sayang],
dan menurunkan satu rahmat kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata.Dengan rahmat
itu, mereka saling berkasih sayang. Dan dengan [rahmat] itu pula, binatang-binatang buas
menyayangi anak-anaknya. Dan [Allah] menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-
Nya pada hari kiamat nanti. (H.R. Muslim).

Materi 3
Cinta dan Ridha Allah
Ada satu hal yang sering dilupakan pada visi & misi setiap individu umat Islam dalam
melaksanakan seluruh aktivitas dakwah, ibadah, dan jihadnya. Kadang hanya terbersit tujuan
yang sepele dan remeh. Mulai dari ingin mendapatkan pengikut yang banyak, membangun figur
seorang tokoh, memperbanyak jaringan, hingga bisnis dan hal-hal keduniaan lainnya. Ada juga
yang mencari pujian dan penghormatan dari orang lain (riya). Dan kebanyakan muslim lupa
pada tujuan hakiki dan lebih mahal dari segalanya. Yaitu cinta dan ridha Allah.
Sesungguhnya manusia diciptakan Allah dimuka bumi dalam keadaan membawa
perbedaan yang begitu banyak. Tidak ada yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang sama.
Allah menciptakan manusia dengan membawa latar belakang, fisik, dan corak pemikiran yang
berbeda-beda. Karena memang tidak ada yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang sama
persis. Plus seperti orang mumin juga begitu. Orang mumin juga diciptakan oleh Allah tidak
ada yang sama. Ada yang Allah ciptakan mendekati fisik yang sempurna ada yang Allah ciptakan
dengan fisik yang tidak terlalu sempurna. Kadang-kadang Allah juga menjadikan setiap orang
mumin itu berbeda di dalam penempatan pilihan dia tinggal dan dengan siapa dia hidup. Ada
yang kemudian hobinya berbeda, ada yang mungkin kesenangannya bermacam-macam. Karena
pada dasarnya manusia itu memiliki berbagai macam perbedaan. Itu tidak terbantahkan.
Tetapi walaupun kita hidup antara seorang mumin dengan mumin yang lainya, tetap
saja membawa segala macam perbedaan-perbedaan yang ada diantara kita. Saya yakin betul,
ada sebuah perkara yang mengikat antara satu mumin dengan mumin yang lain. Ada perkara
yang menyamakan antara seorang hamba Allah dengan hamba Allah yang lainnya. Perkara
apakah yang kemudian mengikat antara hatinya orang mumin yang satu dengan yang lain. Yang
kemudian tidak mengenal batasan geografis dan tidak mengenal segala macam perbedaan.
Salah satunya adalah bagaimana dalam hati setiap mumin ini pasti terbersit satu keinginan
untuk mendapatkan cinta dan ridha dari Allah. Sesuatu yang tidak terbantahkan.
Orang Islam sebejat-bejat apapun mereka, dan seburuk-buruk apapun hidup
kehidupannya, pasti saya yakin di dalam hati kecilnya menginginkan untuk mendapatkan ridha
dan menginginkan untuk mendapatkan cinta dari Allah subhanahu wataala.
Mari kita gunakan qiyas aula, qiyas aula adalah suatu analogi persamaan dengan yang
lebih tinggi. Manusia itu mengerti betapa luar biasanya kekuatan cinta. Kalau ada seorang suami
merasa dicintai betul oleh istrinya, pasti dia bahagia. Di kampus dia tersenyum sendiri, ikut
itikaf dia gembira, dan di mana-mana wajahnya ceria. Karena dia merasa bahwasanya dia
dicintai oleh orang yang dia cintai. Mana ada orang yang kemudian dicintai olah istrinya, lalu
kemudian dia menangis. Mengapa kamu menangis? Karena saya dicintai istri saya. Ini tidak ada.
Karena cinta itu pasti melahirkan senyum dan pasti melahirkan kekuatan. Sebagaimana
seorang istri apabila dia dicintai oleh suaminya, itu pasti juga akan bahagia. Ditinggal suaminya
itikaf 10 hari, dia terima. Ditinggal suami kemudian dititipi amanah untuk mendidik anaknya,
dia jalani. Karena merasa suaminya mencintai dia. Dan suaminya ini lagi beribadah kepada
Allah. Tidak terbantahkan.
Walaupun kemudian banyak beredar buku buku yang bercerita tentang kekuatan cinta,
berapa ribu halaman ditulis hanya untuk menuliskan roman-roman picisan. Walaupun itu
adalah sesuatu yang haram. Tetapi dengan ini menunjukkan semua manusia itu yakin
bahwasanya cinta itu luar biasa kekuatannya. Maka sampai ada yang mengatakan, Jika sudah
jatuh cinta, kotoran saja bisa jadi coklat rasanya. Walaupun saya juga tidak percaya tapi inilah
yang terjadi dan sering digaungkan oleh orang-orang.
Sekarang mari kita dudukan dengan qiyas dan porsi yang lebih tinggi. Kalau seorang
makhluk dengan makhluk saling mencintai itu saja melahirkan kekuatan yang besar sekali,
melahirkan kasih sayang yang luas sekali, bahkan melahirkan gerakan-gerakan yang luar biasa.
Bagaimana kalau kita membayangkan ada seorang makhluk dari hamba Allah, dicintai bukan
hanya oleh makhluk tetapi dicintai oleh Sang Khalik Rabbal alamin, yang menguasai alam
semesta yang tidak ada sedikitpun cela dalam diri-Nya? Saya membayangkan bagaimana
bahagia dan luar biasanya orang tersebut. Dicintai istri saja sudah luar biasa bahagianya. Tanya
saja pada yang sudah nikah, karena saya belum menikah. Ya, pasti bahagia! Saya
membayangkan kalau dicintai makhluk saja melahirkan kekuatan begitu besar, bagaimana jika
ada seseorang dari hamba Allah tidak hanya mendapatkan cinta dari makhluk tetapi
mendapatkan cinta dari Allah subhanahu wataala yang bersemayam di Arsy, di atas langit yang
ketujuh yang tidak pernah bosan dan tidak pernah luput memperhatikan kehidupan manusia.
Itu pasti bahagia sekali.
Inilah pentingnya masalah cinta dibahas dalam masalah aqidah dan tauhid. Karena
sesungguhnya cinta dan ridha, itu merupakan motor penggerak dari suatu ibadah dan suatu
amalan. Karena orang yang beribadah kepada Allah, beramal shalih kepada Allah tetapi
kemudian tidak ingin mendapatkan cinta dan ridha Allah itu pasti orangnya cepat patah
semangat, cepat mengeluh, cepat berbalik arah, karena dia merasa tidak ada yang perlu untuk
diperjuangkan. Rasulullah shalallahualaihi wassalam itu mengerti tentang perkara ini. Maka
Rasulullah, 1400 tahun yang lalu, sudah menerangkan kepada kita tentang syariat ini.
Bagaimana Rasulullah shalallahualaihi wassalam itu mengerti tentang pentingnya masalah ini?
Sampai kemudian Rasulullah menerangkan kepada kita hadits-hadits keutamaan cinta dan
ridha dari Allah. Dan perlu untuk kita pelajari dan perlu untuk kita ketahui, supaya kita bisa
telisik dengan keimanan.
1. Perlakuan Allah Subhanahu wataala kepada hamba pilihan-Nya
Rasulullah shalallahualaihi wassalam mengatakan dalam hadits qudsi yang diriwayatkan Imam
Bukhari dan Muslim tentunya derajatnya adalah shahih. Ketika Rasulullah shalallahualaihi
wassalam meriwayatkan lafadz dari Allah:

-
-
Rasulullah shalallahualaihi wassalam menjelaskan sebuah gambaran rasa cinta dari Allah yang
begitu dahsyat. Allah Taala berfirman, Tidaklah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada
diri-Ku dengan perkara yang wajib, lalu mereka tambah dengan perkara yang sunnah, sampai
Aku mencintai hamba tersebut. Ketika Aku telah jatuh cinta kepada hamba-Ku, Aku akan menjaga
pendengarannya yang dipakai untuk mendengar, dan Aku akan menjaga penglihatannya yang
dipakai untuk melihat, dan Aku akan menjaga tangan dan kakinya (dari berbuat dosa dan
maksiat). Jika mereka meminta sesuatu kepada-Ku, maka Aku pasti akan mengabulkannya. Jika
mereka meminta perlindungan kepada-Ku, maka Aku pasti akan melindunginya. (Hadits
ditakhrij oleh Imam Bukhari)
Karena sesungguhnya konsep cintanya Allah, tidak pernah ridha kepada orang yang dicintai-
Nya kalau sampai berbuat dosa dan maksiat. Allah membuat sulit hidupnya untuk melakukan
dosa. Kalau melakukan dosa itu harus jalan lamaa banget, baru bisa melakukan dosa. Allah buat
sulit dalam hidupnya untuk melakukan kemaksiatan, Allah jauhkan dia dari perkara-perkara
kekufuran dan kesyirikan. Karena kalau Allah sudah jatuh cinta maka Allah tidak pernah ridha
jika orang yang dicintainya itu terjatuh dalam perkara kekufuran dan kesyirikan serta perkara
dosa dan maksiat. Gambarannya itu siapa? Gambarannya itu seperti Rasulullah.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dan disetujui oleh Imam Adz-
Dzahabi. Rasulullah merupakan gambaran Ideal. Dia adalah seorang anak manusia yang paling
dicintai oleh Allah. Itu tidak terbantahkan. Siapa yang membantah bahwa Rasulullah adalah
orang yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wataala? Tidak ada yang membantah.
Raslulullah ini gambaran yang luar biasa orang yang dicintai oleh Allah subhanahu
wataala. Ketika Rasulullah mengatakan dan menceritakan kisah hidupnya, beliau bersabda,
Saya ini tidak pernah melakukan perkara-perkara amalan jahiliyah selama seumur hidupku
(dari amalan dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang jahiliyah) kecuali hanyalah dua kali.
Itupun aku dijaga oleh Allah. Dan kemudian aku ini tidak pernah berniat untuk melakukan dosa
lagi setelah itu (karena aku tahu Allah tidak pernah meridhai dari apa yang aku niatkan ketika
aku melakukan amalan jahiliyah)
Kapan itu? Yang pertama adalah ketika beliau sedang menggembala kambing bersama
teman beliau. Diluar Kota Mekah sebelum beliau diutus untuk menjadi seorang Nabi dan Rasul.
Saat itu beliau sedang menggembala kambing. Rasulullah ini berkata kepada temannya, Wahai
temanku, bagaimana kalau kamu yang menjaga kambingku. Aku ingin pergi ke Kota Mekah.
Karena aku ingin sebagaimana layaknya pemuda-pemuda Mekah itu dalam melakukan sesuatu.
Maka temannya menyetujui, Ya, saya jaga ternakmu, kamu pergilah sana ke kota. Sampai
kemudian Rasulullah berdiri dari tempat duduknya, berjalanlah Rasulullah shalallahualaihi
wassalam masuk ke dalam Kota Mekah. Baru satu rumah yang beliau lewati maka beliau
mendengar suara musik yang begitu keras. Rasulullah kemudian bertanya kepada seorang yang
berada disekitar tempat tersebut, Suara apa ini? dia menjawab, Ini adalah suara pesta
pernikahan dari seorang anak musyrik quraisy, yang menikah dengan seorang perempuan dari
qurasy juga. Rasulullah shalallahualaihi wassalam itu kemudian duduk dan mendengarkan.
Tetapi, ternyata ketika beliau duduk, Allah itu tidak meridhai dari apa yang didengar oleh
Rasulullah shalallahualaihi wassalam. Kemudian Allah menjadikan dalam pendengarannya
tertutup dan matanya mengantuk. Beliau tertidur dengan pulasnya dan tidak bangun-bangun.
Kecuali saat matahari menyorot wajah beliau. Baru kemudian beliau bangun. Suara itu telah
hilang dan telah selesai
Hal itu terjadi dua kali. Dan setelah itu, Rasulullah mengatakan yang kedua dengan
redaksi yang sama. Itupun Rasulullah shalallahualaihi wassalam kembali duduk dan tertidur
dengan pulasnnya, kemudian beliau tidak bangun kecuali matahari yang menyoroti muka beliau
baru kemudian beliau terbangun. Suara itu telah hilang dan telah selesai. Sampai batas itu,
sabda beliau, Aku tidak pernah lagi berniat untuk melakukan amalan jahiliyah sedikitpun.
Subhanallah.
Ini penjelasan hadits dengan hadits. Bahwasannya Rasulullah itu gambaran dari hadits
Bukhari dan Muslim tadi. Ketika Allah jatuh cinta kepada seorang hambanya, Allah akan
menjadikan orang yang dicintai-Nya itu terjaga. Allah jadikan dia buta, Allah jadikan dia tuli,
Allah jadikan dia lumpuh dari berbuat dosa dan maksiat. Karena Allah tidak pernah ridha
membiarkan hambanya melakukan dosa dan maksiat. Dan inilah gambaran cinta-Nya.
Pertanyaannya adalah, apakah kemudian orang-orang yang dicintai oleh Allah itu tidak
pernah berbuat dosa? Kadang mereka berbuat dosa, kadang mereka berbuat khilaf, kadang
mereka melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah. Tetapi hati mereka dipilih oleh Allah
subhanahu wataala. Ketika hatinya terpilih, mereka cepat-cepat bertaubat kepada Allah
subhanahu wataala.
Pernah dengar ceritanya Mais Bin Malik? Salah seorang dari sahabat Rasul. Begini
kisahnya, saat itu datang menemui Rasulullah shalallahualaihi wassalam lalu dia berkata, Ya
Rasulullah, sucikan aku. Rasulullah kemudian mengatakan, Celakalah kamu, beristighfarlah
kepada Allah, pulanglah dan kemudian bertaubat kepada Allah. Mais bin Malik ini tidak selesai
sampai sini. Dia kemudian pulang, lalu kembali lagi kepada Rasulullah lalu berkata lagi, Ya
Rasulullah, sucikanlah aku. Rasulullah itu mengatakan, Celakalah kamu, beristighfarlah kepada
Allah, pulanglah dan kemudian bertaubat kepada Allah. Ini terjadi berulang sampai empat kali
dengan kejadian yang sama.
Mais bin Malik kembali lagi kepada Rasulullah, Ya Rasulullah, sucikanlah aku. Lalu
akhirnya Rasulullah mengatakan, Atas perkara apa aku harus menyucikan kamu? dia berkata,
Dari zina, ya Rasulullah! Rasulullah kemudian bertanya kepada para sahabat, Apakah dia
termasuk orang yang gila? Para sahabat mengatakan kepada Rasulullah, Mais bin Malik ini
tidak termasuk orang gila ya Rasulullah. Lalu beliau shalallahualaihi wassalam bersabda lagi,
Apakah dia meminum khamr? (mungkin dia mabuk) seorang lalu berdiri mencium bau khamr
dari mulut, Tidak ada bau khamr ya Rasulullah. Kemudian Rasulullah shalallahualaihi
wassalam berkata, Kamu betul telah berzina?, Betul ya Rasulullah saya telah berzina.
Kemudian Rasulullah memerintahkan agar Mais bin Malik di Rajam.
Ayuhal Ikhwah, antum tahu gambaran rajam seperti apa? Antum harus tahu gambaran
rajam itu bukan hal yang ringan. Hukum rajam itu berbeda dengan hukum qisas. Syaikh
Utsaimin menjelaskan dalam Syarah Riyadush Shalihin juz yang pertama. Kalau hukum qisas,
orang yang akan diqisas apabila dia telah membunuh dan tidak dimaafkan oleh keluarga orang
yang terbunuh. Dia dibawa ketengah kota, lalu kemudian dipenggal kepalanya, dimana
pedangnya ini harus tajam. Tidak boleh menggorok sampai lima menit. Tidak ada itu. Harus
sekali tebasan, kemudian harus potol. Harus putus. Berbeda dengan hukuman rajam.
Hukum rajam ini telah dijelaskan oleh Syaikh Utsaimin, Saya ini tidak pernah melihat,
tapi saya mendapatkan keterangan dari ulama. Hukuman rajam itu adalah ketika lubang itu
digali, setinggi dari manusia yang berzina itu, lalu orang itu dimasukkan ke dalam tanah. Yang
tertinggal hanya kepalanya saja. Dikumpulkan batu-batu. Batu yang dikumpulkan itu khusus.
(Bukan batu yang besar yang dijatuhkan sekali, brekk, langsung mati! Tidak. Batu-batu yang
dipakai dalam hukuman rajam ini tidak terlalu kecil, tetapi juga tidak terlalu besar). Batu-batu
berukuran sedang. Kemudian dilemparkan kepada orang yang melakukan zina yang muhson
(dia sudah menikah tapi zina). Dilempari satu persatu.
Mengapa kemudian batu-batu itu bukan batu yang besar yang sekali lempar bisa mati?
Syaikh Utsaimin punya penjelasan mengapa hukuman rajam itu tidak menggunakan batu yang
tidak terlalu besar. Supaya memberikan efek kepada yang dirajam. Agar semua sendi tubuhnya
itu merasakan sakit dan merasakan perih, sebagaiman semua tubuhnya dan semua sendi
tubuhnya itu merasakan nikmat ketika dia berzina. Karena orang kalau berzina itu, kata Syaikh
Utsaimin, dari ujung rambut sampai ujung kaki merasakan nikmat. Kebagian semuanya nikmat
itu. Makanya kemudian batunya itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Memberikan efek
tidak langsung mati, plekk, plekk, plekk lagi.
Apakah Mais bin Malik tidak tahu gambaran rajam sebagaimana beratnya semacam ini?
Bukan dia tidak tahu. Tahu betul malah. Ini hukuman rajam, dia sudah menikah dan
konsekuensinya mati, tidak ada yang lainnya. Tapi dia tetap datang kepada Rasulullah
shalallahualaihi wassalam minta dirajam. Dan akhirnya dirajamlah dia.
Pada saat itu, para sahabat terbagi menjadi dua kubu. Sebagian para sahabat
mengatakan, Mais ini celaka. Mati dalam keadaan amalannya yang paling buruk. Dia mati
dirajam, karena pelaku zina. Sebagian lain dari para sahabat mengatakan, Taubatnya adalah
taubat yang paling utama, karena dia meminta dibersihkan oleh Rasulullah. Para sahabat itu
kemudian berselisih pendapat sampai dua dan tiga hari. Tentang menentukan apakah Mais ini
adalah orang yang celaka ataukah orang yang paling beruntung.
Sampai kemudian suatu ketika para sahabat sedang duduk-duduk maka Rasulullah
datang dan memberikan salam kepada mereka. Lalu kemudian Rasulullah duduk dan
mengatakan, Beristighfarlah kalian untuk Mias bin Malik. Kemudian mereka menjawab,
Semoga Allah mengampuni dosa Mais bin Malik. Lalu beliau shalallahualaihi wassalam
bersabda, Sesungguhnya Mais bin Malik telah bertaubat dengan taubat yang paling utama.
Kalaulah tobatnya ini dapat digantikan dengan syafaat. Tentulah dia dapat membagi syafaatnya
kepada seluruh negeri dari kaum muslimin. Karena saking besarnya keutamaan yang dia
dapatkan setelah dia bertaubat kepada Allah subhanahu wataala.
Jadi bukan berarti orang yang dicintai oleh Allah tidak berbuat dosa. Kadang berbuat
dosa. Tetapi, kemudian ketika mereka berbuat dosa, mereka cepat kembali kepada Allah.
Mereka dipilih hatinya dan digerakkan hatinya kembali bertaubat karena dengan taubat inilah
kemudian Allah menilai dan menggantinya dengan pengganti yang lebih baik disisi-Nya.
Sebagaimana orang yang betul-betul dicintai oleh Allah kadang-kadang mereka itu
diingatkan dengan cepat oleh Allah subhanahu wataala. Ketika melakukan dosa mereka
didingatkan dengan cepat oleh Allah, diingatkan dengan suatu kejadian yang membuat mereka
cepat bertaubat kepada Allah. Kejadiannya itu ringan, seperti Imam Syafii, dalam manaqib-nya
diceritakan.
Imam Syafii pernah secara tidak sengaja melihat betisnya seorang perempuan. Itupun
tidak sengaja. Tidak dipantengin dan juga diplototin. Hanya sebuah ketidaksengajaan. Sehingga
beliau itu lupa dengan hafalannya. Padahal beliau itu adalah hafal quran sejak umur 7 tahun.
Hafal dengan ribuan hadits.
Setelah melihat itu, Allah langsung memberikan peringatan kepada Imam Syafii dengan
dilupakan akan hafalannya. Sampai kemudian sedihnya Imam SyafiI, dia mendatangi gurunya
Imam Waqi dan menceritakan buruknya hafalanya. Lalu kemudian Imam Waqi mengatakan
kepada Imam SyafiI, Tinggalkan maksiat wahai Imam Syafii. (padahal sebenanya Imam SyafiI
itu tidakniat melihat maksiat itu). Karena sesungguhnya ilmu Allah itu cahaya dan cahaya Allah
ini tidak akan menembus kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya. Langsung mendapat
peringatan dari Allah.
Kalau kita mungkin lebih baik dari Imam SyafiI. Banyak melihat maksiat, tidak ada yang
lupa insyallah. Karena memang tidak ada yang dihafal oleh kita. Ya, ya lebih baiklah, sedikit. Itu
gambarannya orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wataala.
Jika mereka meminta sesuatu kepada-Ku, maka Aku pasti akan mengabulkannya.
Menengok kisah muridnya Imam SyafiI, Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah yang
diceritakan oleh Ibnu Jauzi dalam Sifatus Sofwah bahwasannya Imam Ahmad ini pernah
mendapati suatu fitnah. Yaitu ketika beliau hidup dizaman pemerintahan Mutasim. Saat itu,
pemerintahan Mutasim itu mengatakan bahwasanya Al-Quran itu makhluk bukan Kalamullah.
Perkatakan Al-Quran itu makhluk adalah bahaya. Ini kemudian termasuk perkataan kufur.
Apa bahayanya mengatakan Al-Quran itu makhluk? Bahayanya kenapa? Karena
barangsiapa yang mengatakan Quran itu makhluk, maka dia menganggap Quran itu bisa salah
dan bisa benar. Sebagaimana makhluk itukan bisa salah dan bisa benar. Makanya perkataan ini
dihukumi kufur.
Imam Ahmad tetap tegar dengan keyakinan ini dan mengatakan kepada pemerintahan
Mutasim bahwasanya Al-Quran itu Kalamullah bukan makhluk. Akhirnya beliau diancam untuk
diadzab dan disiksa oleh khalifah Mutasim.
Kemudian beliau dibawa ketengah kota sebagaimana yang diceritan Ibnu Jauzi. Ditarik
dalam keadaan terikat, beliau itu akan dikenakan hukuman cambuk, padahal khalifah Mutasim
itu terkenal kalau beliau mencambuk, luar biasa sakitnya. Ada kejadian yang unik yang
kemudian diceritakan oleh Imam Ahmad. Beliau pernah bertemu dengan seorang pencuri yang
pernah dicambuk 18.000 kali. Lalu pencuri tersebut membisikkan kepada Imam Ahmad ketika
dipenjara, Saya ini pernah mencuri dan karenanya aku dicambuk 18.000 kali, tapi saya tetep
istiqomah hanya membela setan. Seharusnya kamu, wahai Imam Ahmad, jangan takut karena
yang kamu bela adalah Allah. (karena waktu itu, pencuri melihat Imam Ahmad agak sedikit
ketakutan, wajar saja karena manusia itu pasti punya rasa takut) Akhirnya Imam Ahmad
mencatat perkataan pencuri ini dalam kitabnya, bahwasannya diantara kekuatan yang
membuat beliau tegar adalah perkataan itu.
Ketika beliau ditarik ditengah kota, lalu kemudian mulai dicambuk. Perawi yang
meriwayatkan atsar ini mengatakan, Cambukkan itu kalaulah mengenai seekor gajah, maka
gajahnya itu pasti terkelepar mati. Karena saking kerasnya cambukkan yang dikenakan kepada
Imam Ahmad. Subhanallah.
Tapi yang luar biasa bukan ini. Yang luar biasa adalah tatkala salah satu cambukkan itu
mengenai tali celana beliau. Maka auratnya ini akan terbuka karena celananya ini mau jatuh.
Imam Ahmad kemudian berdoa, Allahumastur auroti.. Ya Allah, tutupilah auratku. Saya ini
ikhlas menghadapi fitnah dan siksa ini, tapi aku tidak ridha kalau kemudian auratku terbuka
dihadapan manusia. Subhanallah, apa yang terjadi! Tali celananya itu mengikat dengan
kerasnya. Tidaklah kemudian celananya Imam Ahmad kecuali betul-betul menjaga auratnya.
Kalau yang menceritakan cerita ini bukan Imam Ahmad sendiri dan penjelasan ulama Ibnu Jauzi
saya tidak akan percaya. Tapi yang menceritakan ini Imam Ahmad, Imam Ahlussunnah wal
Jamaah. Dan itu membuktikan, dimana saya cuma mengkaitkan Jika mereka meminta sesuatu
kepada-Ku, maka Aku pasti akan mengabulkannya. Karena Allah kepada orang yang dicintai-
Nya, akan mencukupi dari apa yang mereka inginkan.
Jika mereka meminta perlindungan kepada-Ku, maka Aku pasti akan melindunginya. Siapa yang
paling tepat untuk menggambarkan hadits ini. Tidak ada yang tepat kecuali Imam Ibnu
Taimiyah rahimahullah. Bagaimana kemudian Imam Ibnu Taimiyah mendapatkan berbagai
macam fitnah. Beliau pernah dituduh sebagai orang yang bodoh, Khawarij, dan pernah diludahi
ditengah-tengah pasar. Bahkan beliau tidak disukai oleh pemerintah saat itu. Ada satu ucapan
beliau yang luar biasa yang akhirnya dikenang oleh setiap zaman. Kalimat ini tidak akan keluar
kecuali karena kematangan aqidah dan tauhid. Ketika beliau berkata:
Apa yang bisa dilakukan musuh kepada diriku
Kalau mereka membunuhku, kematian adalah syahid yang aku harapkan
Kalau mereka memenjarakanku, maka itu menjadi tempat aku berdua hanya dengan Allah
Kalau mereka mengusirku, maka tempat pengusiran itu menjadi tempat perjalanan yang penuh
dengan ibadah
Sesunggunya surga itu ada didalam hatiku dan tidak akan pernah berpisah
Kata-kata ini tidak sampai satu halaman. Tapi kata-kata ini adalah yang keluar dari
kematangan aqidah dan kedalaman tauhid. Dan akhirnya dikenang dan dicatat oleh setiap orang
yang pernah menjadi muridnya Imam Ibnu Taimiyah. Persis, Jika mereka meminta
perlindungan kepada-Ku, maka Aku pasti akan melindunginya.
Ini gambaran pertama yang dijelaskan oleh Rasulullah. Bahwasannya bila Allah
subhanahu wataala telah jatuh cinta kepada orang yang dicintai-Nya maka Allah jaga
penglihatannya, pendengarannya, tangan dan kakinya, dan kemudian bila mereka meminta
maka Allah akan memenuhi dari apa yang mereka minta, serta bila mereka meminta
perlindungan maka Allah pun pasti akan memberikan perlindungan. Apa ada yang lebih besar
dari pada cintanya Allah?

2. Kata cinta dari Allah Subhanahu wataala dan penduduk langit
Rasulullah shalallahualaihi wassalam tidak berhenti disini dalam penjelasannya, lalu
beliau melanjutkan pada hadits yang kedua. Yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Suatu
kejadian yang diceritakan oleh Rasulullah yang tidak mampu untuk kita terawang dengan mata
kepala kita sendiri. Tetapi, Alhamdulillah inilah dari Rasulullah, yang menceritakan kepada kita
sesuatu yang tidak mampu kita lihat dengan akal dan mata kepala kita sendiri.
,

- -
Ini dinukil juga oleh Imam Nawawi dalam Riyadush Shalihin. Rasulullah shalallahualaihi
wassalam bersabda, Jika Allah telah jatuh cinta kepada hamba-Nya, Allah akan memanggil
malaikat Jibril. Lalu Allah berfirman, Wahai Jibril, sesungguhnya Aku telah jatuh cinta kepada
Fulan, (disebut nama, amalan, berbagai aktivitas amalan shalih yang membuat Allah jatuh cinta)
maka cintailah dia. Maka Jibril (sebagai makhluk yang paling taat) mengatakan, Aku mencintai
apa yang Allah cintai. Maka Jibril memanggil penduduk langit dan berkata, Sesungguhnya Allah
mencintai Fulan maka cintailah dia, maka penduduk langit mencintainya. (Hadits ditakhrij oleh
Imam Bukhari)
Yang menyebutkan itu bukan makhluk. Allah, Rabbulaalamiin, yang menyebutkan
didepan Jibril. Lalu Jibril tidak hanya berhenti di situ. Jibril mengatakan kepada seluruh
penduduk langit (alam semesta ini ada dua penduduknya, langit {jutaan malaikat} dan bumi
{jutaan manusia}), Sesunggunya Allah telah jatuh cinta kepada Fulan (Jibril menyebutkan
nama, amalan, dan aktifitas amal shalih, sebagaimana Jibril mendapatkan kabar ini dari Allah
subhanahu wataala). Sehingga kemudian penduduk langit mencintai apa yang dicintai oleh
Allah. Subhanallah.
Maka ada ulama yang mengatakan. Ada orang yang mungkin tidak terkenal dalam
pandangan kita, jika dia datang tidak kita hitung, jika dia pergi tidak kita cari. Tapi mungkin dia
adalah orang yang terkenal bagi penduduk langit. Sebaliknya mungkin ada orang yang terkenal
dipandangan kita. Tetapi, mungkin dia tidak terkenal diantara penduduk langit.
Saya ini pernah tersentuh dengan salah satu tulisan. Saya tidak bisa menyebutkan
namanya. Ketika tulisan itu menceritakan,
Biarlah kita dan keluarga kita ini dipandang hina oleh manusia, tetapi jangan sampai kita ini
menjadi keluarga yang dipandang hina oleh Allah dan penduduk langit.
Biarlah kita ini berbaju kehinaan dan kenistaan oleh pandangan manusia, yang terpenting kita
ini memakai baju kemuliaan dihadapan Allah dan penduduk langit
Saya melihat tulisan ini sudah lama sekali. Tapi saya tahu hadits ini baru beberapa bulan
yang lalu. Luar biasa, ini gambaran orang yang dicintai oleh Allah.
Apakah antum tahu apa yang dilakukan malaikat kalau sudah jatuh cinta? Sekarang
buka surat Fushshilat ayat 30. Lihat apa yang dikatakan oleh Allah sederhana dan mudah untuk
dipahami.
| _ l! !., < . ..1.`. `_.. . `, l . .l.l !> .>
`:, .>'!, _.l `.. _.s. _
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan Kami ialah Allah. Kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan,
Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan gembirakanlah dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu" (Fushshilat:30)
Barangsiapa yang mengatakan kami beriman, lalu kemudian beristiqomah dengan
perkataan itu. Sampai mendapatkan cintanya Allah. Turun kepada mereka malaikat. Malaikat-
malaikat siapa? Ibnu Katsir mengatakan malaikaturrahmah (malaikat-malaikat rahmah). Apa
yang mereka lakukan? Mereka memberikan sebuah kabar gembira. Jangan kamu takut masalah
dunia, musibah, dan apapun. Sesungguhnya kamu ini telah dijanjikan oleh Allah dengan surga.
Sekali lagi saya akan memakai qiyas aula. Barusan kita telah menafsirkan bilmatsur.
Pernah tidak kita ini mendengarkan kata-kata motivator. Sebut saja namanya Mario Teguh,
Tung Dasem Waringin, Ari Ginanjar, Adrew Wongso, terlepas dari apapun yang salah dari
mereka. Mereka ini adalah orang yang diakui oleh masyarakat sebagai bapak motivator. Mereka
dibayar oleh perusahaan-perusahaan besar untuk memberi motivasi kepada karyawan, supaya
karyawannya memiliki semangat yang tinggi. Setiap orang yang mengikuti motivasi mereka itu
biasanya akan bertambah semangat. Asalnya tidak suka wiraswata jadi suka wiraswasta.
Asalnya dia dengan kerja/males-malesan, jadi bersemangat. Karena berbagai macam olahan
kata dan informasi sehingga membuat orang yang mengikuti motivasi menjadi semangat.
Maka dari itu, jika ingin mengikuti daurah/training mereka itu bayarnya mahal sampai
3-4 jt. Motivasi ini memang bertujuan untuk meningkatkan semangat pada manusia. Sekarang
pertanyaannya begini. Jika orang seperti Mario Teguh, Tung Dasem Waringin, Ari Ginanjar, atau
Adrew Wongso yang bisa membuat orang menangis dan memberi semangat sementara.
Termotivasi melakukan suatu perkara yang asalnya dia tidak mau,menjadi mau. Pernahkah
Antum membayangkan jika malaikat memberikan motivasi sebagaiman Allah katakan,
Sesungguhnya orang yang mengatakan beriman dan beristiqomah kepada Allah. Kami turunkan
kepada mereka itu malaikat
Tugasnya malaikat itu apa? Yaitu selalu memberikan motivasi kepada orang mumin,
Jangan kamu takut, Jangan kamu kamu sedih, dan sesungguhnya tempat yang telah dijanjikan
Allah (surga) itu telah menanti dirimu. Pasti kita dapati kuat sekali orang macam ini. Wong
diberikan motivasi oleh ustadz saja kita bisa kuat kok. Diberikan motivasi sekali saja oleh
motivator orang menjadi kokoh. Saya itu membayangkan, kalau ada orang yang diberi motivasi
oleh malaikat sebagaimana Allah firmankan jelas-jelas dalam surat Fushshilat ayat 30 seperti
apa kuatnya orang itu. Itu pasti tidak akan pernah takut dan khawatir.
Ini yang selalu saya tangkap dan ingat, kenapa dulu kalau melihat kehidupan para
sahabat, terasa sangat luar biasa. Kalau kita bandingkan kehidupan para sahabat itu seakan-
akan akal kita ini tidak nyandak, alias gak nyampe. Kenapa? Karena saking luar biasanya
amalan-amalan yang mereka lakukan itu.
Ada orang seperti Amru bin Jamuh, saya itu senang kalau membaca kisahnya Amru bin
Jamuh. Salah satu kisah yang paling menarik adalah ketika beliau berperang dan tertebas kaki
kirinya. Kiwir-kiwir bahasa jawanya. Tidak nempel dan tidak juga putus. Kalau ini terjadi pada
kita, pasti sudah menangis meraung-raung. Jangan kitalah, saya saja. Naif kalau saya itu
mewakilkan antum. Saya menangis dan meraung-raung, saya butuh obat merah dan yang
lainnya. Tapi Amru bin Jamuh ini luar biasa. Apa yang beliau lakukan? Beliau tebas itu kaki
kirinya. Dengan pedangnya beliau sendiri, lalu mengatakan, Biarlah kamu menyusulku nanti di
surga. Lalu beliau dengan satu kaki lompat-lompat ketengah peperangan dan ketebas, sampai
kemudian beliau meninggal dunia. Saya cuma membayangkan, apa yang beliau pikirkan saat
itu? Ketika beliau merasakan sakit karena kakinya tertebas. Sebab keimanannya, kemudian ada
yang membisiki (malaikat), Jangan kamu takut, Jangan kamu kamu sedih, dan sesungguhnya
tempat yang telah dijanjikan Allah (surga) itu telah menanti dirimu. Beliau tebas kaki kirinya,
jalan dengan satu kaki, ketengah peperangan, dan kemudian meninggal dunia (syahid). Baca
kisahnya Amru bin Jamuh. Semuanya ada dibuku sejarah. Saya itu membayangkan keimanan
macam apa yang bisa membuat seperti itu. Subhanallah.
Ada kemudian seperti Umar bin Khaththab radiyallahuanhu. Seseorang yang kalau
berbicara keras, kalau memukul menyakitkan, dan ketegasannya luar biasa. Jika setan
berhadapan dengan Umar (HR. Muslim) kemudian dia melewati gang yang setan melewati gang
yang sama, maka setan itu memilih gang yang lain dari pada berhadapan dengan Umar bin
Khaththab. Kalau kita, tidur saja dikencingi sama setan. Yang membuat kita malas bangun shalat
subuh.
Tahu tidak bagaimana fisiknya Umar radiyallahuanhu? Baca dalam karangan Ibnu Jauzi
dalam bukunya Sifatus Sofwah. Dipipinya membekas garis hitam yang menandakan beliau
banyak menangis karena takut kepada Allah. Sampai membekas di pipi. Percaya gak? Kalau
yang cerita bukan ulama saya paling pikir-pikir untuk percaya, tapi yang menceritakan ulama.
Garis di pipinya itu kemudian menghitam saking banyaknya beliau menangis karena Allah.
Pikiran saya kemudian gak nyandak.
Juga seperti Abdullah bin Mubarok yang terkenal. Sampai-sampai yang menyebutkan
beliau itu utama adalah seorang tabiin. Ada seorang tabiin yang mengikuti Abdullah bin
Mubarok gara-gara ghibtoh, ghibtoh adalah iri/dengki dalam kebaikan. Apa yang menjadikan
Abdullah bin Mubarok luar biasa dan menjadikan dia tobaqotuttabiina al qubra? Akhirnya,
kemudian dia mengikuti Abdullah bin Mubarok dan dia tidak mendapatkan apa-apa dalam
dirinya. Abdullah bin Mubarok itu memiliki keutamaan persis seperti tabiin lainnya. Sampai
dalam sebuah perjalanan, beliau mengikutinya. Ketika malam hari di tengah perjalanan ada
lampu yang dihidupkan dari lilin, semua orang saat itu saling melihat, qodarallah, tiba-tiba lilin
itu mati. Kemudian orang ini mencoba untuk melihat dan dia kehilangan Abdullah bin Mubarok.
Akhirnya, dia cepat-cepat bergerak untuk menuju tempat duduknya Abdullah bin Mubarok
karena ingin tahu apa yang dilakukan Abdullah bin Mubarok. Tetapi, keadaannya gelap sekali.
Subhanallah diceritakan di buku Aina Nahnu min Akhlaki Salaf, ketika lampu kemudian
dihidupkan, tak selang beberapa lama lampu dihidupkan. Kemudian para tabiin sekalian
mendapati Abdullah bin Mubarok sedang menghapus tangisnya yang membasahi jenggotnya.
Hanya sebentar saja ketika lampu mati dan tidak dilihat oleh orang lain, disaat itulah dia
menjadi orang yang paling takut kepada Allah. Kalau saya membaca atsar-nya cuma
membayangkan jenggotnya seperti kita mungkin masih mending, cuma sedikit. Saya yakin
jenggotnya Abdullah bin Mubarok tentu lebat. Jika sampai dikatakan basah jenggotnya, itu
berarti seperti apa tangisannya? Tidak masuk akal, tapi itu terjadi.
Ada seorang lagi yang bernama Kaisan. Seorang, sahabat Rasulullah, penjual khamr yang
baru datang dari kota yang jauh, datang kepada Rasulullah shalallahualaihi wassalam, lalu
berkata, Ya Rasulullah, saya sedang membawa khamr. Lalu Rasulullah berkata kepada Kaisan,
Ya Kaisan, apakah kamu tidak tahu bahwa sekarang khamr itu telah diharamkan? Kemudian
Kaisan bertanya, Apakah jual belinya juga diharamkan, ya Rasulullah? lalu beliau menjawab,
Dan diharamkan jual belinya, ya Kaisan! Kemudian Kaisan pulang, dan dia buka gudangnya
yang berisi dengan khamr, dia pecahkan khamr itu satu per satu, padahal saat itu dia belum
balik modal. Niatnya mau jualan khamr. Sampai kemudian Ibnu Katsir mengatakan, Dan kota
Madinah saat itu becek dengan air khamr. Sangking banyaknya sahabat, salah satunya Kaisan
itu menjawab perintah yang kemudian dikumandangkan oleh Rasulullah shalallahualaihi
wassalam dan diperintahkan oleh Allah. Tidak masuk akal, tapi itulah yang terjadi.
Setiap orang kalau sudah dicintai oleh Allah, gambaran kehidupan mereka itu kadang-
kadang tidak masuk akal bagi kita. Sudah punya kerjaan enak kok malah keluar, kadangkan
digitukan. Karena akal kita tidak nyampe dengan apa yang telah mereka cari dan apa yang
mereka dapatkan. Ini penjelasan yang kedua.
3. Pemanis madu dari Allah Subhanahu wataala
Hal ketiga yang dijelaskan oleh Rasulullah adalah apa fadhilah/keutamaan orang yang
mendapatkan cinta dari Allah. Rasulullah kemudian mengatakan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Hakim, lalu disetujui oleh imam Adz-Dzahabi, dan di shahihkan oleh
Syaikh Albani. Rasulullah shalallahualaihi wassalam menyampaikan, Sesungguhnya jika Allah
telah jatuh cinta kepada hambanya, Dia akan memberikan kepada orang yang dicintainya itu
pemanis madu (asalahu/asl itu adalah madu), para sahabat itu tidak paham apa yang
dimaksudkan dengan pemanis madu. (Kenapa orang yang dicintai oleh Allah ini harus diberikan
pemanis madu?) Mereka berkata kepada Rasulullah, Apa yang dimaksudkan dengan pemanis
madu itu ya Rasulullah? Rasulullah bersabda, Yaitu, Allah sibukkan dia dengan amal shalih
hingga Allah ridha padanya dan datang kepadanya kematian sedangkan dia sedang sibuk
dengannya. Yang dimaksudkan dari Allah akan memberikan pemanis madu kepada orang yang
dicintai-Nya adalah ketika orang yang dicintai-Nya itu telah mendekati akhir hayatnya, telah
mendekati ajalnya, maka Allah sibukkan dia, Allah arahkan hatinya, Allah arahkan anggota
tubuhnya untuk melakukan amal shalih. Pada saat melaksanakan amal shalih itulah kemudian
Allah mencabutnya dalam keadaan husnul khatimah. Sebuah kematian yang paling manis dalam
kacamata orang beriman dan orang yang bertauhid kepada Allah.
Tidak ada yang lebih baik dari pada ini. Mati dalam keadaan husnul khatimah,
melakukan amal shalih, ketika dia beribadah kepada Allah itulah, nyawanya dicabut oleh Allah
subhanahu wataala dalam keadaan husnul khatimah. Husnul itu baik, khatimah itu penutup.
Sedangkan, siapa yang tahu ajal kita? Tidak ada yang tahu ajal kita kapan. Bahkan malaikat
maut, bukan malaikat izroil, ya! Malaikat izroil itu penamaan yang tidak ada dalil. Yang ada
dalilnya adalah malaikat maut. Bahkan malaikat maut pun tidak tahu, kapan seseorang itu
meninggal dunia, kecuali dia mendapatkan perintah dari Allah. Cabut nyawanya fulan, cabut
nyawanya fulan, cabut nyawanya fulan. Karena yang tahu hanyalah Allah.
Dan jika Allah telah jatuh cinta kepada hamba-Nya, Allah tahu diantara orang yang
mendekati ajalnya. Fulan-fulan-fulan-fulan. Lalu, Allah sibukkan dia untuk melakukan amal
shalih dan beribadah. Ketika dalam keadaan beribadah itulah malaikat maut mencabut
nyawanya. Mati dalam keadaan beribadah kepada Allah, sehingga orang mumin yardlo/ridha
dan Allah juga ridha atas kepergian orang yang dicintai-Nya. Karena menghadap-Nya dengan
cara yang paling baik.
Kita temukan ada orang mati dalam keadaan minum-minuman keras, oplosan lagi. Dia
tidak punya duit tapi niat untuk melakukan dosa. Kalau tidak minum khamr karena tidak punya
duit masih mending, ini sudah tidak punya duit, ngoplos, mati lagi. Ada juga yang mati dalam
keadaan berzina. Naudzubillah min dzalik.
Sedangkan orang yang dicintai Allah, mati dalam keadaan luar biasa. Tidak ada yang bisa
membeli ini. Kekayaan berapapun yang kita miliki, tidak akan bisa membeli husnul khatimah.
Allah tidak memberikan ini kepada semua orang, Dia hanya memberikannya kepada orang yang
betul-betul dicintai-Nya. Limited edition kalau bahasa English-nya. Terbatas hanya kepada
orang-orang yang dicintai oleh Allah.
Lihat Umar bin Khaththab, kapan beliau meninggal dunia? Saat shalat subuh, beliau
ditusuk dari belakang oleh Abu Luluah. Abu Luluah inilah yang kemudian diagung-agunkan
oleh orang syiah menjadi pahlawan. Usman bin Affan, meninggal ketika membaca quran dalam
sebuah riwayat. Ada namanya Handholah yang mendapat julukan ghasilul malaikah orang yang
dimandikan oleh malaikat. Kenapa Handlolah itu dinamakan ghasilul malaikah? Karena beliau
meninggal dunia dipeperangan, ketika jasadnya diangkat ternyata, masih ada bekas junubnya
dari Handlolah. Para sahabat pusing, bagaimana ini Handlolah? Meninggal kok masih ada bekas
junubnya. Mereka bertanya kepada istrinya, apakah Handlolah ini junub? Dia jawab, Ya. Dia
habis mencampuri aku dan belum sempat untuk mandi karena mendengar panggilan perang
Rasulullah, lalu dia bergegas memenuhi panggilan itu, dan berperang bersama Rasulullah.
Meninggal dalam keadaan belum mandi junub. Ketika itu kemudian mereka mengatakan hal itu
kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah bersabda, Sesungguhnya saat ini, Handlolah sedang
dimandikan oleh ribuan malaikat. Sejak saat itu gelarnya menjadi Handlolah Ghasilul Malaikah.
Handlolah orang yang dimandikan oleh malaikat.
Kebanyakan orang jika tidak tahu keutamaan cinta ini, pasti akan menukarnya dengan
dosa. Padahal kalau kita merenungi tiga ini saja, sudah luar biasa. Siapa yang kemudian
membuat kita ini mati dalam keadaan husnul khatimah? Saya pernah melihat sebuah video di
internet. Ada sebuah tayangan luar biasa yang membuat saya terharu. Ketika kami melihat
seorang ustad menyampaikan ceramahnya dalam majelis ilmu, dia memakai jubah coklat,
kopiahnya putih. Ketika sedang mengisi talim ini, kejadian yang betul-betul nyata terjadi adalah
ketika sang ustad menyebutkan Nama Allah, matanya itu kemudian menuju keatas, dan
kemudian beliau itu ambruk, jatuh dalam keadaan meninggal dunia. Kemudian saya ingat
Rasulullah shalallahualaihi wassalam mengatakan, Sesungguhnya Ruh kalau dicabut oleh Allah
maka kemudian penglihatannya itu mengikutin ruh. Itu persisi dengan apa yang terjadi. Saya
melihat sang ustad itu dalam keadaan majelis ilmu, menyampaikan tentang ilmu dari Allah,
menyebut nama Allah, tanpa ada orang yang menduga. Kemudian tatkala beliau menyebut nama
Allah, lalu keningnya itu mengkrucut, matanya melihat ke atas, dan kemudian jatuh. Akhirnya
dipegang oleh murid-muridnya atau jamahnya.
Saya melihat, ya Allah, siapapun, seburuk-buruk orang yang melihat itu pasti ingin
mendapatkan rizki seperti itu. Rizki ini tidak didapatkan siapapun, kecuali oleh orang yang
betul-betul mendapatkan cinta dari Allah. Ini yang ketiga, dan ini akan terjadi di dunia.
4. Berkesempatan melihat Allah Subhanahu wataala
Apa yang keempat, terakhir ini akan terjadi di akhirat. Ketika Rasulullah
shalallahualaihi wassalam mengatakan dalam Sunan Ibnu Majah, saya dapatkan hadits ini
dalam Aqidah Thohawiyah oleh Abu Jafar Ath-Thohawi, Rasulullah menceritakan bahwa nanti
ketika orang-orang penghuni surga (orang-orang yang diridhai dan dicintai oleh Allah) mereka
ini sedang menikmati berbagai macam kenikmatan yang ada di surga. Kemudian munculah
cahaya dari atas kepala mereka. Orang-orang yang disurga itu lalu melongo kepala mereka ke
atas memperhatikan cahaya yang ada di atas kepala mereka. Sebagaimana Dari Suhaib yang
mengatakan bahwa Rasulullah shalallhuaalaihi wassalam pernah bersabda,


Apabila ahli surga telah masuk surga, Nabi Saw melanjutkan, Allah Swt berfirman, Apakah kamu
menginginkan sesuatu tambahan yang Aku akan berikan kepadamu? Mereka menjawab, Bukankah
Engkau telah menjadikan wajah kami putih (bercahaya), dan bukankah Engkau telah memasukkan kami ke
dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka? Nabi Saw melanjutkan, bahwa lalu Allah membuka
tirai hijab-(Nya), maka tiada sesuatu nikmat pun yang diberikan kepada mereka lebih disukai oleh mereka
selain memandang kepada Zat Tuhan mereka; inilah yang dimaksud dengan tambahan. (HR. Imam
Muslim)
Waktu itu kagetlah mereka, Allah berada di atas kepala mereka, melihat-Nya langsung
tanpa ada hijab/penghalang, subhanallah. Lalu Allah berfirman, Assalamualaikum ya ahlal
jannah. Kemudian penduduk surga tidak menjawab, mereka masih melongo tidak
mengedipkan mata sedikitpun, tidak menundukkan kepala karena saking nikmatnya bertemu
dan memandang Wajah Allah. Seperti apa itu nikmatnya?
Sedangkan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah sudah mengatakan, tidak ada
kenikmatan yang paling tinggi bagi seorang hamba ketika mereka diberikan kenikmatan di
surga, kecuali kenikmatan bertemu dengan Allah subhanahu wataala secara langsung tanpa
hijab. Kita kan sering melihat ciptaan Allah yang indah seperti melihat laut, hutan, gunung-
gunung. Kalau terlihat indah itu biasanya membekas dihati, ingin mendatanginya, berfoto-foto,
dan berlama-lama dengannya.
Pernahkah Antum membayangkan bertemu dengan Allah yang menciptakan semua
keindahan itu? Sampai Imam Abu Jafar Ath-Thahawi berkata, Dalam urusan inilah (keinginan
melihat Wajah Allah) hendaknya setiap muslim berlomba-lomba. Bagaimana hidupnya, amalan
dan ibadahnya itu betul-betul bertujuan untuk melihat Allah subhanahu wataala secara
langsung. Ini tidak didapatkan oleh orang-orang yang dineraka, ini hanya didapatkan oleh orang
yang mendapatkan ridha dan cinta Allah yang dimasukkan ke dalam surga. Sampai kemudian
Allah menarik kembali dan membuatkan hijab. Dan barulah kemudian tertinggal bekas-bekas
dari ke-Mahabesar-an Allah disurga-Nya Allah subhanahu wataala.
Ayuhal Ikhwah empat riwayat ini yang menjelaskan tentang sebuah kekuatan aqidah
dan tauhid, sesuatu yang kemudian paling penting untuk kita yakini. Bahwasannya dalam kita
beribadah, berjuang menegakkan kalimat Allah, perlu sebuah motivasi. Dan tidak ada motivasi
yang paling kuat kecuali agar mendapatkan keridhaan dan kecintaan Allah. Orang yang tidak
memahami tentang pentingnya masalah ini dalam tauhid, pasti akan menukarnya dengan dosa.
Orang yang tidak mengerti tentang keutamaan ini pasti mereka itu akan mencoba menukarnya
dengan kekufuran, kemusyrikan, dan kemaksiatan. Karena mereka tidak mengerti betap luar
biasanya keutamaan orang yang mendapatkan cinta Allah.
Ada orang yang menukar ini dengan pandangan manusia, ada orang yang menukarnya
ini dengan jabatan, ada orang yang menukarnya dengan sesuatu yang haram, ada yang
menukarnya dengan hidup santai dan tidak mau berjuang di jalan Allah. Dengan apa kita akan
mendapatkan cinta dan ridha dari Allah? Ingin dapat pekerjaan yang layak di dalam sebuah
perusahaan saja, kita harus bekerja keras. Sekolah harus 12 tahun, lulus kuliah, lulus interview.
Baru kemudian bisa diterima di sebuah perusahaan. Hanya ingin dapat gaji 3-5 juta perbulan.
Usaha dan pengorbanannya harus besar dan lama.
Bagaimana kemudian kita mendapatkan cinta dan ridha Allah? Harus lebih luar biasa
pengorbanan yang kita berikan. Tetapi, ini akan nampak ringan, selama kita mendudukan hati
dan berharap untuk mendapatkan sebuah cinta dan ridha dari Allah.
Sedangkan berbagai jebakan di tengah perjalanan mendapatkan cinta dan ridha dari
Allah ada pada surat At-Taubah ayat 24,
_ | l !,, !., >.>| >`> `>. ,:s _. !>.. . :.>
:> !>:!. _>... ! ... > ,l| _. < .. :!> _ .,,.
.`,. _.> .!, < .:.!, < _. 1l _,1.. l __
Katakanlah, Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di
jalan nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Ayat ini jelas menggambarkan kepada kita penghalang orang untuk mendapatkan cinta
dan ridha dari Allah. Dipasang oleh iblis, dibuat perangkapnya oleh syetan, kalau kamu lebih
mencintai bapakmu, anakmu, saudara-sadaramu, harta yang kamu kumpulkan, perdagangan
yang kamu khawatirkan, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah
dan Rasul-Nya dan Jihad fisabilillah, maka tunggulah datangnya ketetapan dari Allah. Allah
mengatakan ahabba ilaikum yang berarti ada sesuatu yang lebih dicintai, daripada Allah.
Sedangkan Allah mengatakan kalau itu terjadi maka tunggulah ketetapan yang datangnya dari
Allah subhanahu wataala.
Tentunya yang paling penting dari penjelasan ini dan saya tekankan adalah yang bagian
awal. Bagaimana kita menghidupkan lentera di dalam hati kita dan keluarga kita, supaya kita ini
betul-betul berusaha mendapatkan cinta dan ridha dari Allah.
Banyak sekarang kita temui disebuah keluarga muslim. Dzhohirnya saja muslim, tetapi
lentera ridha dan cintanya Allah itu mati, padam dalam keluarga. Sulit kita mendapatkan
keluarga yang kemudian betul-betul berkhitmat kepada kebenaran, sulit, sulit sekali. Ayahnya
tidak mencontohkan, tentu anaknya tidak akan pernah tau. Tahukah Antum kenapa kepiteng
jalannya miring? Kenapa kepiteng jalannya miring? Kepiteng jalannya miring itu karena
bapaknya jalannya miring. Coba bapaknya itu jalannya lurus, pasti anaknya juga jalannya lurus.
Maka sama, mengapa kemudian anak-anak muda hari ini sulit memahami konsep iman kepada
Allah dan mencari cinta dan ridhanya Allah. Karena orang tuanya juga tidak pernah
mencontohkan tentang pentingnya perkara ini dan praktik dalam kita beribadah kepada Allah.
Sedangkan dengan cinta inilah obor kita akan selalu hidup dan membuat amalan kita
menjadi lebih ringan. Bukankah Rasulullah shalallahualaihi wassalam telah mengatakan dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Tiga perkara yang menyebabkan orang akan
mendapatkan manisnya iman,.. Dijelaskan oleh syaikh Utsaimin arti manisnya iman adalah
seseorang mudah untuk melakukan apapun yang diperintahkan oleh Allah.
Sebagaimana dicontohkan oleh seorang sahabat yang pernah bertanya pada Rasulullah.
Saat itu dia membawa qurma, lalu berkata kepada Rasulullah, Mana tempatku kalau aku ini
berperang membelamu dan membela Allah? Rasulullah shalallahualaihi wassalam mengatakan
singkat sekali, Rasulullah tidak mengatakan, Yuk kita majelis ilmu dulu, talim dulu. Tidak!
Rasulullah shalallahualaihi wassalam cukup mengatakan, Tempatmu disurga. Maka
dilemparkannya qurma itu, lalu dia berperang hingga terbunuh di jalan Allah.
Saya garis bawahi mudahnya dia menerima kata-kata dari Rasulullah shalallahualaihi
wassalam padahal Rasulullah itu hanya mengucapkan dua kata. Fiil Jannah, tempatmu disurga.
Ini adalah gambaran orang yang mendapatkan manisnya iman. Kapan orang mendapatkan
manisnya iman? Yaitu adalah ketika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada apapun di
alam semesta ini. Dia tidak shalat, menyembelih, hidup, mati, kecuali adalah karena Allah
subhanahu wataala.
Dan juga dia harus memiliki rasa benci, benci, benci sekali terhadap dosa dan maksiat.
Sebagaimana dia membayangkan bencinya dia kalau dilemparkan oleh Allah ke dalam neraka.
Barulah orang itu merasakan manisnya iman.
Beginilah seharusnya orientasi setiap pemuda muslim. Tidak ada lagi baginya hal yang
paling berharga dalam gejolak pemikirannya selain meraih cinta dan ridha Allah. Dan ini
menjadi motor penggerak seluruh aktifitasnya dalam beribadah kepada Allah.

Materi 4
TUMPUKAN PAHALA YANG SIA-SIA

- - :

. .

.
Nabi bersabda, Sungguh aku tahu ada sekelompok dari umatku yang datang pada hari kiamat
dengan kebaikan-kebaikan semisal gegunungan Tihamah yang berwarna putih,tetapi Allah
menjadikannya debu yang beterbangan (sia-sia). Tsauban bertanya, Ya Raslallah,
sifatkanlah mereka untuk kami,agar kami tidak seperti mereka sedangkan kami tidak
mengetahuinya. Beliau bersabda, Mereka adalah saudara kalian, dari ras kalian, dan qiyam
sebagaimana kalian hanya saja mereka adalah orang-orang yang melanggar larangan-larangan
Allah dalam kesendiriannya. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani).
Di antara kewajiban paling mendasar yang harus diketahui oleh seorang muslim adalah
mengetahui hal-hal yang merusak, dan menghanguskan pahala amal shalih sehingga amalnya
tidak sia-sia, agar kelak tidak menjadi orang yang menyesali diri hanya karena
ketidaktahuannnya, dan juga tidak menjadi orang yang merugi, mengira bahwa telah beramal
sebaik-baiknya tetapi ternyata hanya sia-sia belaka,
Katakanlah, Apakah mau Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya?, Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Al-Kahfi:103-
104)
Sehingga kesudahannya pun tidak disangka-sangkaDan jelaslah bagi mereka azab dari Allah
yang belum pernah mereka pikirkan. (az Zumar : 47). Maka benar apa yang dikatakan oleh
Hudzaifah bin Yaman, Manusia bertanya kebaikan kepada Rasulullah tetapi aku justru
bertanya keburukan kepada beliau karena khawatir akan menimpaku. (Shifatus Shafwah :
I/610). Maksudnya, mempelajari kebaikan itu penting tetapi akan jauh lebih penting lagi bila kita
juga mengetahui hal-hal yang merusak pahala kebaikan-kebaikan itu. Di sinilah kita memahami
urgensi membahas hadits di atas, agar menggunungnya pahala tidak lenyap tanpa disadari oleh si
empunya.
J amaah mentoring rahimakumullah

Makna hadits
Makna larangan-larangan Allah adalah apa yang diharamkan oleh Allah berupa dosa-dosa,
besar dan kecilnya. Sedangkan makna melanggar adalah mereka melakukan dan
melanggarnya.
Sedangkan makna hadits, Mereka adalah saudara kalian, dari ras kalian, dan qiyam (sholat)
sebagaimana kalian hanya saja mereka adalah orang-orang yang mereka melanggar larangan-
larangan Allah dalam kesendiriannya. mengandung dua makna,
1. Maksudnya adalah sekelompok manusia yang tidak melakukan hal-hal yang diharamkan
Allah di hadapan manusia karena takut terlihat oleh mereka, bukan karena takut kepada
Allah (ini sesuai dengan ahli nifaq dan riya), tetapi jika mereka tidak berada di tengah-
tengah manusia, mereka melakukan hal-hal yang diharamkan seperti zina, liwath,
zhalim, dusta, dan lain-lain, dalam kesendiriannya, sebab ia tidak memiliki rasa takut
kepada Allah, atau karena ketakutannya yang amat sangat (bila terlihat oleh manusia).
Maka benarlah apa yang dikatakan Nabi, Dosa adalah apa yang mengusik hatimu, dan
kamu tidak suka terlihat oleh manusia.
2. Maksudnya adalah segolongan manusia yang tidak melakukan hal-hal yang diharamkan
dalam dhahirnya (luarnya), karena untuk menutupi diri mereka sendiri, tetapi mereka
justru tenggelam dalam kubangan dosa dan maksiat ketika sendirian, di mana ini
menunjukkan kelancangan dan keberanian mereka terhadap Allah, dan keburukan
menguasai mereka, sekalipun mereka bukan orang munafik ataupun orang yang riya.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa mereka tidak berbuat dosa hanya karena takut
kepada manusia, tidak takut kepada Allah padahal Dia berfirman,
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah
beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah
tidak ridai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.
(An-Nisa:108).
Karena memang tidak ada yang terluput dari-Nya, secuilpun, hatta semut hitam yang berjalan di
kegelapan malam sekalipun.
Imam Ibnul Qayyim pernah mengingatkan, Orang-orang yang arif billah (benar-benar
mengenal Allah) bersepakat bahwa dosa-dosa dalam kesendirian adalah pokok
ketergelinciran. Karena perbedaan dhahir (luar) dan batin (dalam), amal ketika terang-terangan
dan tersembunyi ini menunjukkan lemahnya kualitas iman, karena iman itu memiliki amalan
dhahir dan batin. Zhahir iman adalah perkataan lisan dan perbuatan anggota badan, sedangkan
batinnya adalah kepercayaan hati, ketundukan dan kecintaannya. Zhahir tidak bermanfaat
manakala tidak memiliki batin, walaupun sampai mengucurkan darah, dan mengorbankan harta
benda dan anak keturunan. Batin tanpa dibarengi dengan lahir juga tidak cukup kecuali bila ia
tidak mampu melakukannya (lemah), dipaksa dan khawatir binasa. Tidak melakukan suatu
perbuatan lahir tanpa ada halangan menunjukkan rusaknya batin dan kekosongan iman.
Kurangnya amal zhahir menunjukkan kurangnya batin, dan kekuatan amal zhahir menunjukkan
kekuatan batin. Keimanan adalah hati dan inti Islam, sedangkan keyakinan adalah hati dan inti
iman. Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan iman dan keyakinan adalah cacat,
dan setiap keimanan yang tidak membangkitkan untuk beramal adalah cacat.
Alangkah indah kekata Abul `Atahiyyah,
Jika pada suatu hari kamu sedang dalam kesendirian maka janganlah kamu katakan,
aku sedang sendiri tetapi katakanlah sesungguhnya ada Dzat yang mengawasiku,
janganlah kamu mengira Allah alpa sekalipun sesaat,
dan jangan pula menyangka bahwa apa yang kita sembunyikan tidak Dia ketahui.
J amaah mentoring rahimakumullah
Kejujuran hati
Hadits di atas mengingatkan agar kita tidak menjadi pribadi shalih secara dhahir tetapi berjiwa
bejat dan berhati busuk, menampakkan keshalihan di hadapan manusia tetapi bermaksiat di
hadapan Dzat yang lebih dekat kepadanya daripada urat nadinya sendiri dalam kesendiriannya.
Dia lah Allah, Dzat yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam jiwa dan terdetik dalam
pikiran hamba-Nya, dan Dia mengetahui khianatnya mata dan apa yang disembunyikan oleh
hati. (Ghafir : 19).
Orang seperti ini adalah orang yang ingin menipu Allah padahal sebenarnya ia menipu dirinya
sendiri. Kiranya tepat apa yang dikatakan oleh Fudhail bin Iyadh tentang orang yang berwatak
seperti ini. Katanya, Wahai pendusta, wahai orang yang mengada-ada kedustaan, bertakwalah
kepada Allah, dan janganlah kamu mencaci iblis di tengah keramaian manusia tetapi kamu
malah menjadi temannya dalam kesendirian.
Dalam riwayat lain, Fudhail bin Iyadh juga mengatakan, Wahai orang yang sengsara, kamu
orang jahat tetapi menganggap dirimu baik. Kamu itu orang bodoh tetapi menganggap dirimu
pintar. Kamu tolol tetapi angan-anganmu panjang.
Tentang perkataan di atas, Imam adz Dzahabi berkomentar, Demi Allah, sungguh benar apa
yang beliau katakan kita ini zhalim tetapi justru merasa didzalimi, tukang memakan makanan
yang haram tetapi merasa diri kita suci, fasik tetapi merasa diri kita shalih, mencari ilmu untuk
mengejar dunia tetapi merasa mencarinya karena Allah semata.
Maka, harus ada kejujuran dalam hati. Karena kejujuran tidak hanya pada lisan tetapi juga pada
hati. Jujur kepada diri sendiri, dan juga kepada Allah dengan menyesuaikan lahir dan batin.
Tentang hal ini, Sufyan bin Uyainah berkata, Apabila amalan hati bersesuaian dengan amalan
zhahir, itulah keadilan. Apabila amalan hati lebih baik daripada amalan zhahir, itulah
keutamaan, dan apabila amalan zhahir lebih baik daripada amalan bathin, itulah keculasan.
(Shifatus Shafwah : II/234).
J amaah mentoring rahimakumullah
Lenyapnya peka dosa
Dosa dan maksiat yang kita lakukan menjadi noktah dosa yang menghitamkan hati. Setitik demi
setitik. Awalnya, nurani kita akan selalu memberikan pesan bahwa ia tersakiti. Bila ia bertaubat
maka hati akan jernih kembali, tetapi ketika hawa diperturutkan dan maksiat terus dilakukan,
berulang-ulang, lagi dan lagi, noktah-noktah dosa menjadi Rann, yang menggelapkan hati,
padahal, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Fawaid, Akibat dari
berbuat dosa adalah berbuat dosa setelahnya artinya, satu dosa akan selalu mengundang dosa
yang lainnya. Hingga suatu ketika, hati sudah tidak lagi peka dosa, ia mati rasa. Dan ini adalah
hukuman terberat yang sesungguhnya. Pakar hati, Ibnul Jauzi dalam Shaidul Khatir
menyebutkan, Hukuman atas suatu dosa adalah perasaan tidak berdosa. Ya, karena merasa
tak berdosa adalah kain kafan yang membungkus hati ketika ia mati.
Alangkah indahnya kekata Hasan Az-Zayyat ;
Yang paling aku takutkan adalah keakraban hati
Dengan kemungkaran dan dosa
Jika suatu kedurhakaan berulangkali dikerjakan
Maka jiwa menjadi akrab dengannya
Hingga ia tak lagi peka, mati rasa.
Bila demikian, maka orang yang memiliki segunung pahala tetapi sia-sia itu, selalu
menshalihkan dhahirnya tetapi membusukkan batinnya sendiri itu dengan maksiat dan dosa tidak
pernah mengecap manisnya munajat. Karena kalaulah amalan dhahirnya benar, tentu akan
menghasilkan khasyyah (tameng) yang akan menghalangi dia untuk bermaksiat dalam
kesendirian. Nikmat munajat bisa jadi lenyap, tetapi ketika ia tidak menyadari karena hatinya
sudah mati rasa, sehingga tidak lagi peka terhadap dosa, dan merasa tidak berdosa, maka bisa
jadi nikmat munajat itu tidak akan kembali lagi.
Abu Sulaiman, tabiin yang pernah bersua bidadari pada suatu malam itu pernah berkata, Allah
Azza wa Jalla mewahyukan kepada Jibril alaihis salam, Cabutlah apa yang aku rizkikan
kepada hamba-Ku berupa nikmatnya taat. Jika dia kehilangan maka kembalikanlah kepadanya,
tetapi jika dia tidak kehilangan, maka jangan engkau kembalikan kepadanya, selama-lamanya.
(Shifatus Shafwah : IV/226).
Jadi, ketaatannya hanyalah khusyuk secara dhahir, tidak secara batin. Bahkan, Imam Al-Ghazali
memaparkan bahwa orang yang dikuasai hawa nafsu dan maksiat, bila ia tengah shalat, ia pasti
malu bila ada orang yang mengetahui apa yang menggelayut dalam pikirannya, sekalipun orang
itu adalah orang yang paling bejat sekalipun, apalagi dalam shalatnya. Padahal shalat yang tidak
memerintahkan kepada yang makruf, dan mencegah yang mungkar seperti ini hanya akan
menjauhkan pelakunya dari Allah Taala.
Dari Abdurrahman bin Zaid dari Abdullah bin Masud berkata, Barangsiapa yang shalatnya
tidak memerintahkan kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar, maka dia akan
bertambah jauh dari Allah. (Shifatus Shafwah : I/414).
Maka, alangkah malangnya lelaki yang secara lahir shalih tetapi berhati busuk itu, hilangnya
nikmat munajat, dan dijauhkan dari rahmat Allah sungguh merupakan siksa, sebelum siksa yang
sesungguhnya di akherat nanti.
J amaah mentoring rahimakumullah
Ta`zhim, lubbul `ubudiyyah
Kenapa menggunungnya pahala bisa tersia-sia seperti itu?, waktu itu saya membuka
perbincangan, Ternyata dosa sembunyi-sembunyi lebih berbahaya ya? tanya ini sebagai
pancingan saja, karena saya pun sudah tahu bahwa dosa terang-terangan lebih berbahaya karena
dosa sembunyi-sembunyi hanya akan berakibat kepada pelakunya saja, berbeda dengan dosa
terang-terangan, dampaknya akan menimpa orang di sekitarnya.
Bukannya dosa terang-terangan? tanya ustadz Imtihan Asy-SyafiI
Maksud saya, dosa sembunyi-sembunyi itu ternyata ngeri juga. Sembari membayangkan hadits
yang barusan yang saya baca, memiliki segunung pahala karena saking banyaknya tetapi ternyata
sia-sia karena Allah jadikan semua pahala itu bak debu beterbangan, sama sekali tidak bernilai di
sisi-Nya.
Oh, iya padahal beliaunya tidak tahu apa yang saya baca tetapi langsung nyambung, sudah
faham apa yang saya maksudkan.
Beliau melanjutkan, Sebenarnya, dosa terang-terangan bisa saja bernilai kecil bila disertai
dengan istighfar (baca : taubat), sebaliknya, dosa sembunyi-sembunyi bisa bernilai besar bisa
dilakukan terus menerus (kaidahnya para ulama, L kabrata ma`a l-istighfr wa l shaghrata
ma`a l-ishrr/ tidak ada dosa besar dengan istighfar dan tidak ada dosa kecil yang dilakukan
terus menerus).
Lanjutnya, Intinya adalah ta`zhim seorang hamba kepada Allah. Sebagai contoh, ada dua orang
yang shalat; mereka sama-sama shalat tetapi kualitas shalatnya tentu tidak sama, dan
ketidaksamaan ini ditentukan oleh seberapa besar ta`zhim mereka kepada Allah. Jadi, Ta`zhim
adalah lubbul `ubudiyyah, inti ubudiyyah.
Ta`zhim adalah lubbul `ubudiyyah ini sangat penting karena segala bentuk kebaikan akan bernilai
agung sesuai dengan seberapa besar pengagungan seorang hamba kepada Sang Pencipta, Allah
Ta`ala, merasakan pengawasan-Nya, begitu pula dalam bermaksiat, orang yang meremehkan
Allah ketika ia sedang bermaksiat membuat ia terjatuh dalam dosa di atas dosa. Inilah yang
diingatkan oleh Ibnu Abbas. Kekatanya diabadikan oleh Ibnul Jauzi dalam karya
monumentalnya, Shifatus Shafwah.
Ibnu Abbas berkata, Wahai pendosa, janganlah kamu merasa aman terhadap akibat buruk dari
dosamu. Ketika satu dosa diikuti dosa yang lain, maka ia lebih besar dosanya daripada dosa
yang sudah kamu lakukan. Sedikitnya rasa malu kepada malaikat yang berada di sisi kanan dan
kirimu ketika kamu sedang melakukan dosa, itu lebih besar dosanya daripada dosa yang sudah
kamu kerjakan. Tertawamu ketika berbuat dosa sedang kamu tidak tahu apa yang akan Allah
perbuat terhadapmu, itu lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri. Kebahagiaan dengan
dosa yang kamu kerjakan juga lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri. Perasaan sedih
karena terluput melakukan dosa itu lebih besar dosanya daripada dosa itu sendiri jika kamu
beruntung mencicipinya. Dan rasa takutmu terhadap angin yang akan bergerak membuka tabir
pintumu ketika kamu berbuat dosa sedangkan hatimu tidak berguncang dengan penglihatan
Allah kepadamu itu dosanya lebih besar daripada dosa yang kamu kerjakan. (Sifatus Shafwah :
I/754-755). Ya Allah, betapa seringnya kita melakukan dosa di atas dosa bila kita tidak
memiliki ta`zhim kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala.
Maka, sebagai penutup, hadits Nabi di bawah ini cukup menjadi nasehat bagi kita semua,

- - :

.
Dari Tsauban, dari Nabi, beliau bersabda, Sungguh aku tahu ada sekelompok dari umatku yang
datang pada hari kiamat dengan kebaikan-kebaikan semisal gegunungan Tihamah yang
berwarna putih, tetapi Allah menjadikannya debu yang beterbangan (sia-sia). Tsauban
bertanya, Ya Raslallah, sifatkanlah mereka untuk kami, agar kami tidak seperti mereka
sedangkan kami tidak mengetahuinya. Beliau bersabda, Mereka adalah saudara kalian, dari
ras kalian, dan qiyam sebagaimana kalian hanya saja mereka adalah orang-orang yang
melanggar larangan-larangan Allah dalam kesendiriannya. (HR. Ibnu Majah dan ath
Thabrani).
Rabban zhalamn anfusan wa in lam taghfir lan la naknanna minal khasirin, Duh Rabb
kami, kami telah berlaku zhalim terhadap jiwa-jiwa kami, maka ampunilah kami, kerana jika
Engkau tidak mengampunkan maka sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi.
By : Ibnu Abdul Bari el `Afifi
Akhukum fillah, Ibnu Abdul Bari el `Afifi.
Materi 5
THOLABUL ILMI (MENCARI ILMU)
oleh: H. Achmad Rofii, Lc.
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah ,
Tema kajian kita kali ini akan membahas tentang TholabulIlmi (Mencari Ilmu
atau menuntut Ilmu).
Tholabul Ilmi artinya mencari Ilmu karena mengharap ridho dan cinta kepada
Allah . Perbuatan itu akan menyampaikan seseorang kepada Surga Allah
.
Namun ada beberapa perkara yang harus kita pahami dengan benar, agar jelas benar
tentang hal itu.
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu.
2. Apa urgensi menuntut Ilmu.
3. Apa keutamaan menuntut Ilmu.
4. Apa cabang dari Ilmu Syari.
Itulah beberapa perkara yang harus kita pahami.
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu.
Al Ilmu menurut para Ulama berasal dari kata Alima Yalamu Ilman.
Maknanya adalah :Marifah wal idrook, dalam bahasa Indonesia: Pengetahuan.
Di Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan, lalu seolah-olah diartikan Ilmu yang
berseberangan dengan Ilmu Dien (Islam). Lalu dilengkapi sebutannya menjadi: Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Padahal sesungguhnya kata Pengetahuan itu
sendiri adalah pengertian (definisi) secara etimologis (kebahasaan) dari kata Ilmu.
Jadi Ilmu dalam bahasa Arab, bahasa Indonesianya adalah: Pengetahuan.
Lalu akhirnya menjadi Ilmu Pengetahuan, yang maknanya bukan Ilmu Dien. Maka
kalau ada orang mengatakan Ilmu pengetahuan, maknanya: bukan Ilmu Dien.
Ada juga yang mengartikan, terutama dari kalangan para Ulama Ushul Fiqih, bahwa
yang dimaksud dengan Ilmu adalah :
Pengetahuan tentang sesuatu diatas fakta dan data, secara pasti.
Itulah yang disebut Ilmu.
Dengan demikan, kalau kita telusuri, maka yang disebut dengan Jazim (pasti)
adalah Ilmu Syari.
Sedangkan Ilmu dunia itu tidak pasti. Tentang Ilmu Fisika, Ilmu matematika dll,
tidak ada yang pasti. Mungkin pasti, menurut manusia. Padahal kepastian jangan
hanya dipandang dari sisi manusia. Yang disebut pasti adalah jika menurut Allah
pasti.
Yang disebut dengan pasti adalah Ilmu Dien (Islam). Karena yang memastikannya
adalah Pencipta (Allah ), dan dasarnya pasti. Misalnya: Al Quran sejak
1428 tahun lalu begitu-begitu saja, tidak ada perubahan. Sampai pada hari Kiamat
akan begitu, tidak berubah. Demikian pula Al Hadits, tidak berubah. Rasulullah
sejak 1428 yang lalu telah bersabda, telah menggariskan Sunnah kepada
kita, dan sabda beliau :
Kalau kalian meninggalkan sunnahku ini kalian pasti celaka.
Seperti yang kita alami pada zaman sekarang, adalah merupakan kepastian yang
berdasarkan pada wahyu. Rumusnya: Maksiat pasti mengundang murka Allah
, atau dengan kata lain: Maksiat pasti mendatangkan petaka.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah dalam Hadits, dan Hadits ini sudah
disampaikan sejak 1428 tahun lalu.
Hadits:
Dari Imron Ibnu Husain . Rasulullah bersabda, Pada
umat ini akan terjadi Khosfun (Tanah ambles, runtuh, longsor),
Maskhun (permukaan bumi hancur berantakan), Qodzfun (Allah lempari dari
atas hujan deras sekali, angin topan, dilempari dengan batu yang berasal dari
Sijjil), jika muncul/nampak nyata budak-budak wanita dan budak-budak laki-laki
yang menyanyi.
Hadits Shohiih diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Turmudzi, Imam Ibnu
Majah dan Imam Ahmad, dishohiihkan oleh Nashiruddin Al Albaany.
Maksudnya, Rasulullah bersabda, Jika sudah muncul para penyanyi
dari kalangan laki-laki dan perempuan, maka di bumi ini akan
terjadi Khosfun (tanah runtuh, longsor), Maskhun (permukaan bumi hancur
berantakan) dan Qodzfun (Hujan lebat, angin topan, puting beliung, atau kerikil
panas seperti zaman Abrahah yang menyerang Mekkah).
Al qiyan, para ulama antara lain Ibnul Atsiir dalam Kitab An Nihayah fi Ghoriibil
Hadits, mengartikan: Laki-laki dan wanita yang menyanyi.
Al maazif (jamak), tunggalnya adalah mazaf, artinya apa saja yang dipukul, alat
musik yang dipukul. Dalam Hadits Shohiihul Bukhoory, bahwa umat ini akan
menghalalkan musik. Jadi musik itu hukum asalnya adalah haram.
Atau makna kedua, para ulama mengartikan bahwa Al Maazif adalah setiap apa saja
yang disebut permainan (sekarang: Game).
Suribat, artinya apa yang diminum. Yang diminum adalah Al Khumur, jamak dari
kata Khomrun (Khamer, minuman keras).
Hadits tersebut adalah wahyu, dan itu adalah kepastian dari Allah . Lebih
pasti daripada matematika. Oleh karena itu, kita sebagai muslim hendaknya
melakukan istrospeksi. Bahwa sebenarnya maksiat itu mendatangkan petaka.
Banyak orang mengaku dirinya muslim tetapi ia tidak sadar, lalai, bahwa ia melaku-
kan sesuatu yang mungkin itu suatu perbuatan yang olehnya disebutkan: Tidak
mengapa, halal-halal saja, tetapi ternyata yang demikian telah mengundang murka
Allah .
Maka bila sekarang kita sudah tahu, kewajiban kita adalah: Hendaknya kita
memberanikan diri untuk melaksanakan Amar Maruf dan Nahi Munkar. Kalau
ada orang yang melakukan maksiat, jangan lalu anda mengatakan: Untuk
mencegah ini bukan kewajiban saya, melainkan kewajiban Ustad !.
Rasulullah mengajarkan, siapa saja dari kita yang melihat,
menyaksikan kemungkaran diperbuat oleh seseorang, kita harus bangkit semangat
untuk mencegah, memberantas yang munkar. Rasulullah bersabda:
Barangsiapa dari kalian yang melihat kemungkaran, maka ingkarilah
kemungkaran itu dengan lisan kalau tidak bisa dengan tenaga, dan ingkarilah
dengan hati kalau tidak bisa dengan tenaga maupun lisan, dan itu adalah
selemah-lemah iman.
Apakah kita akan lemah terus-menerus? Kapan kita kuat? Untuk kuat perlu latihan.
Perlu kerja keras, perlu tega, gigih dan pengorbanan. Karena sebenarnya kalau
melakukan perbuatan yang merupakan tuntutan iman, Allah akan
memberikan balasan dengan surga.
Kaum Bani Israil yang sudah musnah, mereka itu dikutuk oleh Allah
karena meninggalkan Amar Maruf dan Nahi Munkar. Begitu pula merupakan
Sunatullah di alam semesta ini, jika manusia senang melakukan kemungkaran,
menyalahi apa yang menjadi pedoman Allah dan Rasul-Nya, yang
diperintahkan ditinggalkan, yang dilarang bahkan dilakukan, itu berarti manusia
telah menentang Allah dan mengumbar hawa-nafsunya.
Seperti dikatakan diatas bahwa Ilmu adalah pasti. Disebut pasti karena Ilmu adalah
dari Allah dan Rasulullah , itulah Al Quran dan Sunnah
Rasulullah . Sedangkan akal manusia tidak pasti. Karena intelektual
seseorang itu berbeda dengan orang yang lainnya. Bahkan dari zaman ke zaman
berubah. Apalagi ilmu-ilmu yang berkenaan dengan masalah statistik, sosiologi,
kultur, yang semakin hari semakin berkembang dan berubah, maka berubah pula lah
pola-pikir manusia, demikian pula peradaban manusia berubah. Kalau begitu,
manusia akan berubah dan disebut dinamis karena ia selalu beradaptasi dengan apa
yang ada di lingkungannya.
Sementara Al Islam adalah statis. Kata Imam Malik:
Perkara yang tidak pernah merupakan bagian dari syariat Allah pada
masa Rasulullah hidup, tidak akan dan tidak boleh menjadi bagian
dari Dien, sampai kapanpun.
Berarti statis. Apa yang kita bahas sekarang harus mendasarkan dari apa yang
berasal dari Rasulullah . Kalau tidak, maka itu bukan ilmu.
Kata Imam Al Auzaai:
Ilmu itu adalah apa saja yang dibawakan para sahabat Nabi Muhammad
.
Maka apa saja yang tidak (bukan) dibawakan oleh para sahabat, itu bukan
ilmu. (Bahasa kasarnya: Omong kosong).
Yang dibawa oleh para sahabat adalah:
1. Al Quran, karena mereka terima langsung dari Rasulullah
2. As Sunnah, karena mereka dididik langsung oleh Rasulullah ,
mereka melihat, mendengar, menyaksikan, melaksanakan, mereka perjuangkan
bahkan membela Sunnah tersebut.
3. Ijma, ialah apa yang mereka pahami dari Al Quran, dari Sunnah Rasulullah
, lalu mereka sepakati sebagai suatu ajaran. Baik dengan terang-
terangan yang lalu disebut Ijmaaun Shorihun, atau Ijmaaun
Sukutiyun karena sekelompok sahabat mempunyai sikap tertentu lalu sahabat
yang lain tidak mengingkarinya.
4. Ijtihad dan Fatwa para sahabat. Dan yang demikian itu telah ditulis oleh salah
satu rujukan Ahlussunnah wal Jamaah, kitabnya disebut Al Muwaththo, ditulis
oleh Imam Malik bin Anas.

Kitab Muwaththo adalah rujukan Ahlussunnah wal Jamaah. Orang yang tidak
merujuk pada Kitab Al Muwaththo bisa disebut bukan Ahlussunnah wal Jamaah.
Kitab-kitab rujukan Ahlussunnah wal Jamaah adalah :
1. Shohiih Bukhoory,
2. Shohiih Muslim,
3. Sunan Abi Dawud,
4. Sunan Turmudzi,
5. Sunan An Nasaai,
6. Sunan Ibnu Majah,
7. Sunan Ad Darimi,
8. Musnad Imam Ahmad bin Hambal,
9. Muwaththo Imam Malik.

Itulah yang dibawakan oleh para sahabat Rasulullah . Maka bila kita
memahaminya, itulah yang disebut Ilmu.
Setelah kita ketahui bahwa Ilmu adalah Al Quran, Sunnah, Ijma dan Ijtihad serta
Fatwa para sahabat seperti tersebut diatas, maka kita hendaknya berpegang teguh
padanya, dan kalau kita ingin berilmu hendaknya kita pahami dan kita jabarkan
serta kita laksanakan.

Urgensi menuntut Ilmu.
Ada empat sebab mengapa kita harus menuntut Ilmu, yaitu:
1. Dengan Ilmu, maka Dien (Islam) dan dunia akan tegak.
Islam akan tegak harus dengan Ilmu. Bagaimana seseorang bisa sholat dengan
benar, kalau ia tidak punya Ilmu yang benar. Bagaimana mungkin seseorang akan
bisa berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah kalau ia tidak
tahu tentang tuntunan itu. Bagaimana ia akan menikah (berumahtangga) sesuai
dengan ajaran Sunnah, kalau ia tidak tahu bagaimana Hukum Nikah sesuai dengan
Sunnah Rasulullah . Bagaimana mungkin ia akan ber-Muamalah,
mencari nafkah dsbnya, dengan halal, kalau ia tidak tahu halal-haram. Bagaimana ia
bisa bertetangga dengan baik kalau ia tidak tahu akhlak dan adab bertetangga? Dan
semuanya itu ada dalam ajaran Al Islam. Semuanya itu bisa berjalan dengan baik
dan tegak bila didasarkan dengan Ilmu.
2. Ilmu adalah Penangkal paham Imperialisme.
Dahulunya kaum Muslimin tidak pernah dijajah. Ketika kaum Muslimin berpegang
teguh pada Sunnah Rasulullah , bangsa lain tidak berani sembarangan
dengan Kaum Muslimin.
Pada zaman Kholifah Umar bin Khothob . yang diutus menemui Panglima
dari Persia cukup seorang prajurit Islam. Dan Prajurit itu bisa memberikan
ultimatum, Kami datang kepada anda mengajak anda untuk masuk kepada Al
Islam. Kalau anda bersedia. Kalau tidak, Anda harus membayar upeti kepada
kaum Muslimin. Kalau tidak mau juga, kami tunggu tiga hari dari sekarang. Kita
konfrontasi.
Begitulah kaum Muslimin ketika itu, berwibawa dihadapan bangsa-bangsa lain.
Maka dawah Islam semakin menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sampai ditulis
dalam sejarah peradaban manusia, bahwa Islam sempat menguasai dunia.
Zaman sekarang menjadi kebalikannya. Karena kaum Muslimin sudah menjauhi dan
melucuti dirinya dari tuntunan Allah dan Rasulullah .
Padahal bila manusia beriman, berilmu, bertaqwa kepada Allah
, bergantung dan tawakal kepada Allah , membela dan menolong
agama Allah , maka Allah akan memberikan kepada mereka
kejayaan, Allah berikan pertolongan. Tetapi begitu mereka semakin jauh
dari Allah , semakin suka bermaksiat, semakin tergiur dan terpedaya oleh
dunia, semakin menjauhi Syariat Allah , maka akan Allah
datangkan kepada mereka kehancuran, dan juga dihina oleh orang-orang non
Islam. Demikian itu Sunatullooh. Maka kalau kita ingin jaya, kita harus ber-Ilmu.
Yaitu Ilmu yang Syari, yang membawa manusia dekat dengan Allah .
Menurut Imam Ahmad bin Hambal, kata beliau: Ilmu adalah takut kepada
Allah , maka orang yang tidak takut kepada Allah berarti ia
tidak berilmu. Walaupun ia kitabnya banyak, hafalannya banyak, terkenal dan
kesohor bahwa ia ber-ilmu, kalau ia tidak takut kepada Allah , maka
sebenarnya ia bukan ber-ilmu.
Karena Allah berfirman:
Sungguh Kelompok orang dari hamba-Nya yang takut pada Allah
adalah para Ulama.
3. Ilmu adalah Proteksi dari Berbagai Ajaran dan Faham yang Sesat
danMenyesatkan
Pada zaman Kholifah Umar bin Khoththob . hanya karena
seorang shobiigh IbnulAsal, ketika bertanya tentang Muhtasyabihat, langsung ia
ditumpas oleh beliau. Maka Ahlul Bidah tidak ada, tidak berkembang ketika itu.
Bukan berarti pada zaman sahabat tidak ada maksiat dan Bidah. Ada, tetapi
prosentasenya rendah (sedikit), dan tidak bisa mewarnai masyarakat. Karena
masyarakatnya masih kokoh, imannya masih kuat, generasinya masih prima. Setelah
generasi itu berlalu, semakin muncul Bidah dan maksiat.
Maka ingatlah, bahwa semakin ke-Jahilan menguasai, maka semakin maksiat dan
perpecahan subur tumbuh di mana-mana. Itulah yang harus kita takuti, waspadai,
apalagi lalu ada ajaran Sufimasuk, diterima oleh orang Indonesia. Sehingga dimana-
mana di Indonesia ada kelompok Dzikir, Wirid, amalan-amalan ini-itu. Itu adalah
perkawinan antara Sufi dan kebatinan.
Misalnya diajarkan, bila seseorang ingin bisa menghilang (tidak kelihatan), bisa
berjalan diatas air, agar bisa mendapat rezeki seketika tanpa kerja keras, maka
lakukan amalan ini, ini, ini, dan seterusnya. Lalu kalau tidak tercapai, orang itu bisa
gila. Lalu kelihatannya menakutkan sekali orang belajar agama itu. Belajar agama
bisa menjadi gila, dstnya.
Itulah yang membuat Islam dijadikan traumatis. Karena ternyata Islam membuat
orang menjadi gila. Lalu tidak lagi simpati kepada Islam, karena memang caranya
yang salah dan sesat. Yang demikian itu diikuti oleh banyak orang dan semakin
berkembang. Karena lemahnya Ilmu.
Ada cara lain lagi, katanya kalau orang ingin masuk surga, ikutilah dia (tokohnya),
lalu disuruh menebus tanah sekian hektar, lalu mendapat sertifikat sebagai anggota
kelompok mereka, berhak masuk surga, dan seterusnya. Anehnya yang demikian itu
justru banyak yang mau mengikutinya. Sehingga kelompok itu menjadi banyak
anggotanya, subur, hartanya banyak terkumpul, pengikutnya juga banyak, karena
mereka ingin mendapatkan Sertifikat Surga.
Itulah ke-Jahilan. Orang yang Jahil (tidak ber-Ilmu), apa yang masuk datang kepada
dirinya, ia tidak punya daya tangkal, imunisasinya lemah sekali, sehingga dirinya
rentan, mudah sekali virus apa saja masuk pada dirinya. Karena tidak punya
Penangkal yang kuat. Karena tidak punya filter (penyaring) yang berupa Ilmu Al
Quran dan As Sunnah, maka semua yang datang kepada dirinya langsung diterima
dan diserapnya. Akhirnya ia bingung sendiri.
Kita sebagai Ahlussunnah wal Jamaah tidak boleh bingung, asal kita yakin kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan memahami Firman Allah dan
Sunnah Rasulullah sesuai dengan pemahaman para sahabat (Ijtihad
dan Fatwa mereka). Karena Al Quran dan Sunnah saja tidak cukup, dalam
arti: perlu pemahaman yang benar terhadap Al Quran dan Hadits.
Memang cukup dengan AlQuran dan Sunnah. Seperti sabda Rasulullah
:
Aku tinggalkan dua perkara, bila kalian berpegang teguh pada keduanya, kalian
tidak akan pernah sesat selamanya.
Tetapi untuk zaman sekarang perlu pemahaman yang benar. Bagaimana Al Quran
yang benar, bagaimana Sunnah yang benar. Metodenya harus dari mereka yang
betul-betul faham dan pernah mencicipi bagaimana hidup bersama Rasulullah
. Sedangkan kalau hanya berdasarkan perasaan, saya rasa, dstnya, itu
bukan Ilmu. Saya rasa bukan dalil! Saya pikir juga bukan dalil! Kesepakatan
juga bukan dalil! Kecuali kesepakatan para sahabat, yang merupakan Ijma, itulah
yang boleh. Tetapi Kesepakatan kita tidak lah boleh menjadi Ijma dan tidak pula
boleh menjadi dalil.
Oleh karena itu siapa saja boleh berbicara, tetapi itu boleh ditolak. Tetapi kalau yang
disampaikan itu QolAllahu, Firman Allah , dan Qola Rasulullah
seperti tersebut diatas, Hadits-Hadits Rasulullah , maka itu tidak
boleh ditolak. Tidak boleh ada diantara kita yang menolak.
Tetapi ada orang yang bila hendak tidur, disamping tempat tidurnya dipasang lagu-
lagu slow, lagu-lagu untuk menina-bobokkan agar bisa tidur. Ia mendengarkan
musik sambil tiduran. Ia tidak tahu dan tidak faham bahwa itu merupakan saham
yang mempercepat turunnya murka Allah . Itu Hadits Rasulullah
.
Mengapa kita harus ber-Ilmu, harus mencari Ilmu, karena kalau Ilmu sudah didapat,
kita tidak mudah terjangkit berbagai penyakit hati seperti Syirik, Ghuruur, Ujub,
mengikuti hawa-nafsu, Taklid, Ashobiyah, dan sebagainya.
4. Ilmu adalah Sesuatu yang Tidak Akan Sempurna Sebagai Sesuatu
Kewajiban Kecuali dengan Sesuatu Itu, maka sesuatu itu hukumnya
wajib.
Kalimat itu terjemahan dari kata para Ulama:
Sesuatu apabila tidak dapat sempurna kecuali dengannya maka dia adalah
Wajib
Contoh: Sholat lima waktu adalah wajib. Sholat tersebut tidak sah kalau tidak
didahului dengan ber-Wudhu. Berarti Wudhu adalah penentu sahnya sholat itu.
Atau orang yang akan melaksanakan sholat itu ber-Wudhu, tetapi Wudhunya tidak
benar, maka tidak sah pula Wudhunya. Oleh karena itu, bila ingin sholatnya sah,
maka syarat sahnya sholat itu juga harus benar. Syarat wajib sholat, antara lain:
Baligh, muslim, itu wajib. Syarat sahnya: Sudah masuk waktu, kalau belum masuk
waktu maka tidak sah sholatnya. Oleh karena itu seorang muslim harus tahu kapan
waktu-waktu sholat. Itulah Ilmu. Maka memperlajari sholat dan waktu-waktu sholat
serta syarat dan rukunnya, hukumnya wajib. Karena akan menentukan sah dan
benarnya akan sholatnya itu.
Contoh lain: Sholat harus menghadap Kiblat. Karena kalau tidak, maka tidak sah
sholatnya. Maka harus tahu mana arah Kiblat. Kecuali kalau sudah berusaha tetapi
tidak tahu arah Kiblat, atau sebab lain yang tidak bisa diatasi, maka boleh
menghadap kemana saja, karena Allah tahu mengapa tidak melakukan hal
itu. Dan seterusnya.
Itulah sebabnya mengapa orang harus mencari (menuntut) Ilmu, di antaranya
adalah karena sebab yang empat perkara tersebut diatas.
Keutamaan Menuntut Ilmu.
Haditsnya dari Abu Huroiroh , diriwayatkan oleh Imam Muslim,
Rasulullah bersabda:
Barangsiapa meniti jalan, ia mencari pada jalan itu ilmu (Ilmu Syari), maka
balasannya adalah Allah akan mempermudah (dengan sebab Ilmu tadi) jalannya
menuju surga.
Maksudnya, siapa yang ingin mudah masuk surga maka lakukanlah aktivitas yang
disebutTholabul Ilmi (Mencari Ilmu). Mencari ilmu itu tidak terbatas waktu dan
usia. Para Ulama zaman dahulu sejak kecil sudah dihadirkan dalam Majlis
Talim. Sebaliknya juga tidak ada istilah terlambat dalam menuntut Ilmu. Bahkan
banyak Ulama yang baru mulai sadar untuk menuntut Ilmu setelah ia berusia 40
tahun. Ia berjuang menuntut Ilmu dan akhirnya menjadi seorang yangAlim (ber-
Ilmu).
Yang dimaksud Ilmu dalam hal ini adalah Ilmu Allah . Tentang Ilmu
Syari dan cabang-cabangnya akan diterangkan pada lain waktu. Mudah-mudahan
kita akan selalu bergairah dan nyata beramal, hadir di Majlis Talim, tidak sia-
sia. Semua itu akan dibalas oleh Allah yaitu akan masuk surga. Bahkan
kalau saja ada orang ditakdirkan meninggal ketika menuntut Ilmu, maka orang
tersebut tergolong orang yang mendapatkan Khusnul Khootimah.

Tanya-Jawab
Pertanyaan:
Mengenai definisi Ilmu saat ini kita telah termakan oleh pengertian Ilmu menurut
Ilmu Pengetahuan dunia, yang dikatakan sebagai ilmu pengetahuan modern?
Sedangkan kalau kita melihat arti Ilmu dari Imam Al Auzaai ternyata adalah
sebagaimana diterangkan diatas. Apakah Ilmu sebagaimana kita sebut sehari-hari ini
tidak termasuk Ilmu, atau bagaimana?
Jawaban:
Ilmu yang biasa kita sebut sehari-hari, yang bukan Ilmu dari QolAllahu dan Qola
Rasulullah , adalah juga Ilmu. Tetapi kata para Ulama bahwa Ilmu ada
yang mutlak, yaitu Ilmu Syari. Sedangkan yang biasa kita sebut sehari-hari sebagai
Ilmu tenyata adalah Ilmu Muqoyat, misalnya Ilmu Hayat (Biologi). Tetapi ada Ilmu
Al Hayat, tidak sekedar sebagai Ilmu. Kata para Ulama, Kalau engkau temukan
kata Al Ilmu dalam Al Quran atau dalam Hadits-hadits Rasulullah ,
maka yang dimaksudkan adalah Al Ilmusy Syari. Tetapi kalau di luar itu,
maka harus ada sebutan di belakangnya, ilmu apa. Misalnya: Ilmu Al Hayat, Ilmu
Nafs, Ilmul Hisab,Ilmu Fiziqoh, Ilmu Tibb (Kedokteran), dstnya. Semua itu adalah
Ilmu Muqoyat.
Dalilnya dari mana? Yang mengatakan demikian adalah Syaikh Al Utsaimiin,
dalilnya adalah misalnya:
Sungguh Kelompok orang dari hamba-Nya yang takut pada Allah
adalah para Ulama.
Kalimat Al Ulama adalah mutlak. Oleh karena ia orang yang takut kepada Allah
, dan itu dalam kategori Ilmu Syari. Sedangkan Ilmu tentang
duniawi, misalnya Ulama At Tibb (Ulama Kedokteran), Ulama Ilmu Managemen,
dll, tidak lah disebut dengan Ilmu Syari.
Ilmu selain Ilmu Syari adalah media dan jembatan seseorang mengabdi dan
beribadah kepada Allah , bila perkaranya berkesesuaian dengan Syariat.
Sedangkan kalau dengan Ilmu Syari, maka orang itu langsung beribadah kepada
Allah .
Pertanyaan:
Apakah ada Hadits shohiih yang bertentangan dengan Al Quran ?
Jawaban :
Tidak ada Hadits shohiih yang bertentangan dengan Al Quran. Bahkan ada Kitab
khusus yang terdiri dari delapan jilid yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, memberikan hujjah dan pembuktian bahwa Nash yang shohiih dan
shoriih tidak akan bertentangan dengan akal yang sehat. Itu menunjukkan bahwa
Hadits tidak ada yang bertentangan dengan Al Quran. Dan dengan akal-pun tidak
ada yang bertentangan.
Pertanyaan :
Bolehkah seseorang mem-Badal-kan haji ?
Jawaban:
Haditsnya shohiih, Rasulullah ketika ditanya oleh salah seorang
shohaby, ia meminta ijin untuk mem-badal-kan haji ibunya, lalu Rasulullah
bertanya: Apakah kamu sudah haji?. Orang itu menjawab: Sudah ya
Rasulullah.
Maka Rasulullah bersabda: Hajikanlah untuk ibumu. Artinya boleh
mem-badal-kan haji untuk ibunya. Anak terhadap orang tua, boleh mem-badal-kan
haji.
Tentang hal ini menurut Fatwa para Ulama boleh seseorang mem-badal-kan haji,
jika orang yang mem-badal-kannya memenuhi syarat, antara lain ia sudah
melaksanakan ibadah haji. Dan orang tersebut benar-benar harus amanah.
Apakah tidak bertentangan dengan surat An Najm ayat 39? Tidak. Ayat 39: Bahwa
seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
maksudnya adalah: Bahwa seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain
dan seseorang tidak akan mendapat manfaat kecuali dengan apa yang telah ia
perbuat.
Haditsnya, Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya diantara perkara-perkara ikut terbonceng seorang mumin dari
amalannya, setelah matinya.
Maksudnya, ada perbuatan manusia yang pahalanya mengalir terus-menerus sampai
ia sudah meninggal masih mengalir terus, memberikan manfaat kepada orang yang
telah meninggal itu. Itu hasil dari perbuatan semasa hidupnya, hasil amalannya.
Yaitu: Ilmu yang dia ajarkan dan sebarkan, anak yang sholih, mushaf Al Quran yang
ia beli dan dibaca orang lain, membangun masjid, membangun rumah untuk
musafir, untuk Ibnu sabil, dll. Atau sungai yang dialirkan untuk orang yang
membutuhkan air. Maka semua itu akan memberikan manfaat setelah orang yang
beramal itu meninggal. Dan lain sebagainya masih banyak lagi, ada tujuh macam.
Pertanyaan:
1. Tentang yang berkenaan dengan Al Qiyani, Al Maazif dan As Sunnah, sekarang
banyak acara-acara keagamaan (Islam) yang lalu ditampilkan Qasidah, dengan
penampilan penyanyi wanita yang berpakaian seronok, maka apakah benar
bahwa suara wanita itu juga merupakan aurat ? Dan bagaimana dengan
penampilan Qasidahnya yang berlenggang-lenggok itu?
2. Bagaimana dengan kesenian Marawis? Tari Japin (Orang laki-laki menari
bersama orang laki-laki) yang berasal dari Timur Tengah?
3. Benarkah berpakaian Gamis itu hukumnya Sunnah Rosuul ?
Jawaban:
1. Secara etimologis (bahasa), Qosidah artinya Bait-bait Syiir. Orang yang
membaca Syiir disebut Syair. Dan membuat untaian bait-bait Syiir disebut
Qosidah. Itu merupakan kebanggaan orang Arab jaman Jahiliyah. Namanya
disebut: Al Muallaqotussabah. (Tujuh yang digantungkan di dinding Kabah,
zaman Jahiliyah).
Lalu zaman sekarang di Indonesia Qosidah disebut nyanyian Padang Pasir. Bagi
yang tahu, bahasa nyanyian-nya bahasa pasar, bukan bahasa yang baik. Yang
sebetulnya semuanya itu musik, nyanyian, hukumnya haram. Allah
berfirman:
Jangan kamu lenggang-lenggokkan suaramu, sehingga akan menaklukkan
orang-orang yang dalam hatinya terdapat penyakit(Surat Al Ahzab). Maksudnya,
Allah melarang jangan melantunkan suaramu, nanti orang akan terfitnah.
1. Marawis, kalau itu berupa Duf (rebana) maka yang seperti itu dibolehkan dalam
pesta pernikahan. Tarian, yang tidak menimbulkan gerakan fitnah, maka itupun
pernah terjadi ketika Rasulullah masih hidup.
2. Gamis, berasal dari bahasa Arab: Qomisun, Qomis, artinya baju, kemeja, seperti
orang Arab memakainya. Ada beberapa model. Itu semua adalah berkaitan
dengan budaya dan situasi alam disana. Dan orang yang mengenakan baju
semacam itu, ia harus memakai celana panjang didalamnya.
Dan itu tidak ada hukum Sunnah atau bukan. Yang penting adalah menutupi Aurat.
Sekian kajian kita mudah-mudahan ada manfaatnya.
Jakarta, Senin malam, 2 Shofar 1428 H 19 Februari 2007

Materi 6
Beramal Mengikuti Sunnah

Segala puji hanyalah milik Allah subhanahu wa taala, Rabb semesta alam. Yang
mengutus sebaik-baik makhluq-Nya yaitu Nabi Muhammad shalallahualaihi wa
sallam untuk dijadikan suri tauladan bagi ummat-Nya.
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita, Rasulullah
Muhammad shalallahualaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat-sahabatnya, tabiin,
tabiut tabiin dan orang-orang yang berjalan di atas tuntunannya.
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah
sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita, karena keimanan
dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
Jamaah mentoring yang dimulyakan Allah Taala
Allah Taala berfirman dalam Al-Quran,

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah. [ QS. Al Ahzab : 21 ]
Pada ayat ini Allah Taala memerintahkan kita untuk mengikuti junjungan kita yaitu
Nabi agung Muhammad shalallahualaihi wa sallam. Ialah sebaik-baik manusia yang
Allah turunkan ke bumi. Dan lewat beliaulah syariat islam ini diturunkan hingga sampai
pada kita. Dan kita sebagi seorang mukmin juga dilarang untuk mengikuti contoh-
contoh tidak baik yang menyelisihi teladan kita yaitu Nabi Muhammad sallalhu alaihi
wasallam.
Imam As Sadi dalam tafsirnya mengatakan bahwa contoh itu ada dua. Contoh yang baik
dan contoh yang buruk.
Contoh yang baik hanya ada pada Rasulullah shalallahualaihi wa sallam. Dengan
mengikutinya seseorang akan dituntun pada jalan yang mulia, yaitu jalan yang lurus
menuju jannah-Nya. Dan ingatlah bahwa mencontoh Rasulullah shalallahualaihi wa
sallam ini tidak akan dilakukan seseorang kecuali orang yang mengharap rahmat Allah
dan hari kiamat. Iman inilah yang menjadikannya takut akan siksa-Nya, mengharap
pahala-Nya sehingga ada keinginan mengikuti Nabi Muhammad shalallahualaihi wa
sallam.
Sedangkan contoh yang jelek adalah contoh yang menyelisihinya. Hal ini persis ketika
orang-orang kafir diajak untuk kembali kepada apa yang diturunkan Allah Taala,
mereka menjawab,

Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan


sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak
mereka. [ QS. Az Zuhruf : 22 ].
Allah Taala menyebutkan pada ayat ini sifat dan karakter orang-orang kafir yaitu
mengikuti tradisi nenek moyang mereka. Maka siapa saja yang berpaling dari sunnah,
pasti ia akan mengikuti jalan selainnya dan akan tersesat sebagaimana orang kafir.
Jamaah mentoring yang dimulyakan Allah Taala
Dengan mengikuti sunnah Rasulullah shalallahualaihi wa sallam seseorang akan
mendapatkan berbagai kebaikan. Diantaranya adalah ;
1. Mendapatkan salah satu sebab diterimanya amalan.
Telah kita ketahui bersama bahwa dua prinsip dasar yang harus selalu beriringan dalam
melandasi suatu amal agar diterima oleh Allah subhanahu wa taala adalah keikhlasan
dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sebaliknya, apabila
hilang salah satu dari keduanya, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah
subhanahu wa taala. Dan hendaknya kita khawatir jika amal kita ditolak oleh Allah
subhanahu wa taala.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak pernah kami tuntunkan,
maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim)
Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, Dalam mengikuti Sunnah Rasulullah
shallallahualaihi wa sallam terdapat keberkahan dalam mengikuti syariat, meraih
keridhoan Allah subhanahu wa taala, meninggikan derajat, menentramkan hati,
menenangkan badan, membuat marah syaithan, dan berjalan di atas jalan yang lurus.
(Dharuratul Ihtimam, hal. 43)
2. Membuahkan kesatuan ummat islam
Setiap muslim tentu sangat merindukan terwujudnya persatuan kaum muslimin. Kita
tahu bahwa persatuan merupakan perkara yang diridhoi Allah subhanahu wa taala,
sedangkan perpecahan merupakan perkara yang dibenci-Nya. Allah subhanahu wa
taalaberfirman (artinya):

Dan berpegang-teguhlah kalian semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian
bercerai-berai. (Ali Imran: 103)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Allah telah memerintahkan kepada mereka (umat
Islam, red) untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan. Di dalam banyak
hadits juga terdapat larangan dari perpecahan dan perintah untuk bersatu dan
berkumpul. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/367)
Adapun asas bagi persatuan yang diridhoi dan diperintahkan oleh Allah subhanahu wa
taala bukan berasaskan kesukuan, organisasi, kelompok, daerah, partai, dan
sebagainya. Akan tetapi asasnya adalah Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam dengan pemahaman As-Salafush Shalih (para shahabat Rasulullah, para
tabiin, dan tabiut tabiin).
3. Pahala Besar Bagi Orang Yang Berpegang Teguh Dengan Sunnah
Dari shahabat Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:

.
Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu seperti
menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat itu akan
mendapatkan pahala lima puluh dari kalian. Ada seseorang yang bertanya, Lima puluh
dari mereka, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, Pahala lima puluh dari kalian.
(Shahih, HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, lihat Silsilah Ash Shahihah, no. 494)
4. Jaminan Istiqomah dan Hidayah
Selama seseorang berada di atas Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka
ia akan tetap berada di atas jalan istiqomah. Sebaliknya, jika menyelisihi, berarti ia telah
menyimpang dari jalan yang lurus. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,

Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain
kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". [QS. An
Nuur : 54]
Abdurrahman As Sadi rahimahullah berkata, Jika kalian menaati Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam niscaya kalian akan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus, baik
ucapan maupun perbuatan. Dan tidak ada jalan untuk mendapatkan hidayah melainkan
dengan menaatinya, dan tanpa (menaatinya) tidak mungkin (akan mendapatkan
hidayah) bahkan mustahil. (Tafsir As Sadi, hal. 521)
5. Mendapatkan Cinta dari Allah Taala dan akan masuk Al Jannah
Bukankah kita semua ingin mendapatkan cinta dari Allah? Ketahuilah, bahwa cinta dari
Allah subhanahu wa taala hanya akan diperoleh dengan mengikuti
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala :

Katakanlah (wahai Muhammad!), Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku!
Niscaya Allah pasti akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. (Ali
Imran: 31)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

Setiap umatku akan masuk Al Jannah (surga) kecuali orang yang


enggan. Para shahabat bertanya, Siapakah orang yang enggan itu wahai Rasulullah ?
Beliau menjawab, Barangsiapa yang menaatiku, ia akan masuk Al Jannah dan
barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh ia telah enggan. (HR. Al
Bukhari).
Jama'ah mentoring yang rahmati Allah Ta'ala
Sebagai penutup kami sampaikan perkataan Syaikh shalih fauzan, Dan setiap orang
yang meninggalkan kebenaran pasti akan ditimpakan kebatilan. Dan barang siapa
meninggalkan madzhab Ahlussunnah wal jamaah, maka ia akan masuk pada madzhab
kelompok-kelompok yang sesat. Dan barang siapa berkumpul dengan kelompok-
kelompok yang sesat tersebut, maka ia akan masuk pada kelompok sesat tersebut. Ini
adalah sunnatullah Taala. Inilah yang harus diperhatikan oleh seorang muslim untuk
tidak meninggalkan kebenaran. Karena jika ia meninggalkan yang haq pasti
dia kan masuk pada kebatilan. Dan jika ia meninggalkan para pengikut kebenaran, pasti
ia akan menjadi pengikut kesesatan. Dan ini pasti terjadi selama-lamanya. [Syarkh
Masail Jahiliyah : 127].
Semoga Allah Ta'ala senantiasa menuntun kita diajalan yang diridhai-Nya. Dan
mengumpulkan kita bersama orang-orang yang dicintai-Nya. Amiiin.

Materi 7
Misteri Shalat Subuh
Keutamaan shalat Subuh
Diantara keutamaan shalat Subuh adalah:
1. Pahala Tanpa Batas
Pahala Shalat Malam satu Malam Penuh
Dari Utsman bin Affan ra berkata, Rasulullah shalallahualahi wassalam telah bersabda,


Barangsiapa yang shalat Isya berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan
barangsiapa shalat Subuh berjamaah (atau dengan shalat Isya, seperti yang tertera dalam hadits
Abu Dawud) maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh. (HR.
Muslim)


Allah akan turun ke langit bumi pada setiap malam, ketika malam tinggal sepertiga yang terakhir.
Dia berkata, Mana hamba-Ku yang berdoa, untuk Aku kabulkan (doanya)? Mana hamba-Ku yang
meminta kepada-Ku, untuk Aku penuhi (permintaannya)? Mana hamba-Ku yang beristighfar, untuk
Aku ampuni (dosanya)?. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sumber Cahaya di Hari Kiamat
Allah swt berfirman,
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya
cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat
manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak
dapat keluar daripadanya. (Al-Anaam: 122)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah shalallahualahi wassalam bersabda,
.


Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju
masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan
Ibnu Majah)


Ya Allah berikanlah cahaya pada hati, lisan, telinga, dan mata hamba. Jadikanlah cahaya dari
belakang, depan, dan bawah hamba. Ya Allah berikanlah pada hamba cahaya. (HR. Abu Dawud,
At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Surga yang Dijanjikan
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asyari ra, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahualahi wassalam
bersabda,
.


Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga. (HR. Bukhari)
Dua waktu yang dingin itu adalah shalat Subuh dan Ashar.
Inilah janji Allah swt yang diwahyukan kepada Rasulullah shalallahualahi wassalam. Akan masuk
surga, mereka yang menjaga dua shalat, yaitu shalat Subuh dan Ashar. Inilah puncak keinginan orang-
orang mukmin. Inilah kesuksesan hakiki dan kemenangan yang besar. Allah swt berfirman,


Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Ali Imran: 185)
2. Melihat Allah
:

.
Dari Suhaib yang mengatakan bahwa Rasulullah shalallahualahi wassalam pernah bersabda,
Apabila ahli surga telah masuk surga, Nabi shalallahualahi wassalam melanjutkan, Allah Swt
berfirman, Apakah kamu menginginkan sesuatu tambahan yang Aku akan berikan kepadamu?
Mereka menjawab, Bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami putih (bercahaya), dan
bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?
Nabi shalallahualahi wassalam melanjutkan, bahwa lalu Allah membuka tirai hijab-(Nya), maka
tiada sesuatu nikmat pun yang diberikan kepada mereka lebih disukai oleh mereka selain memandang
kepada Zat Tuhan mereka; inilah yang dimaksud dengan tambahan. (HR. Muslim)

Dari Jabir bin Abdullah ra berkata, Kami sedang duduk bersama Rasulullah, ketika melihat bulan
purnama. Beliau berkata, Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat
bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya. Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah
dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari. Maka
lakukanlah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah, kebaikan ini terdapat dalam shalat Subuh. Bila Anda tahu sebagian orang Islam yang
mendengar kebaikan itu, kemudian tetap tak bergerak untuk shalat Subuh, apa yang akan anda
katakan kepada mereka?
Bukankah itu benar-benar suatu kebodohan?
Bukankah benar-benar suatu kelalaian?
Ya ini adalah sebuah kelalaian dan kebodohan!
3. Siksa Pedih Bagi yang Meninggalkannya
Diriwayatkan Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shalallahualahi wassalam bersabda,
Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya,
Beliau bersabda, Allah berkata kepada para Malaikat-Nyadan Dia Maha Tahu, Lihatlah amal
shalat hamba-Ku, dia melengkapinya atau menguranginya, kalau dia sempurna maka tulislah
sempurna. Kalau sedikit saja yang dikurangi, Allah berkata, Lihatlah apakah hamba-Ku melakukan
shalat sunnah. Kalau hamba melakukan shalat sunnah maka Allah berkata, Sempurnakanlah shalat
wajib hamba-Ku dengan shalat sunnahnya, lalu hitunglah amalnya sesuai dengan shalatnya. (HR.
Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad)
Jadi bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari
kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh tepat waktu?
Seorang Muslim yang meninggalkan shalat Subuh pada waktunya akan mendapatkan segala hukuman
yang disebutkan Allah dan Rasul-Nya baginya. Lebih dari itu adalah hukuman khusus bagi yang
meninggalkan shalat Subuh. Rasulullah shalallahualahi wassalam telah menyebutkan hukuman berat
bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib. Padahal sudah jelas bahwa rata-rata penyebab utama
seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur. Maka bila seorang terbiasa tidur ketika tiba
waktu shalat, niscaya dia akan meninggalkan shalatnya secara keseluruhan dan tidak akan
melaksanakan shalat kecuali setelah lewat waktu.
Sumarah bin Jundab ra meriwayatkan bahwasannya Rasulullah shalallahualahi wassalam bermimpi.
Dalam mimpi ini Rasulullah shalallahualahi wassalam diperlihatkan adzab orang-orang yang
berdosa dari orang-orang muslim. Bisa jadi ini adzab kubur, atau bisa jadi pula dalam api neraka,
bahkan mungkin pada kedua-duanya. Rasulullah shalallahualahi wassalam bersabda,
Sungguh telah datang kepadaku tadi malam dua tamu (Jibril dan Mikail). Keduanya diutus
kepadaku, dan berkata, Berangkatlah, lalu saya pergi bersama mereka. Kami mendatangi orang
yang sedang tidur dan yang lainnya berdiri tegak di atasnya dan membawa batu. Lalu tiba-tiba
melepaskan batunya tepat pada kepalanya hingga hancur luluh kepalanya. Batu itu telah
meleburkannya. Kemudian dia mengambilnya kembali, dan dia tidak mengulanginya hingga
kepalanya pulih kembali, sebagaimana semula. Kemudian dia akan kembali, lalu dia akan
melakukannya sebagaimana yang telah dia lakukan pada pertama kalinya. Rasulullah berkata, Saya
berkata kepada keduanya, Subhanallah! Apa ini?. Mereka berdua berkata, Lanjutkan
perjalanan...lanjutkan perjalanan.... (HR. Bukhari)
Beliau melewati peristiwa berlainan yang jumlahnya sangat banyak. Namun, tidak mungkin
disebutkan secara keseluruhan di sini.
Kemudian kedua malaikat tadi mulai menjelaskan padanya peristiwa yang beliau saksikan tadi:
Orang pertama yang telah Anda datangi tadi, yang dipecahkan kepalanya dengan batu, ia adalah
orang yang membawa Al-Quran namun mencampakkannya dengan begitu saja, dan tidur pada saat
shalat wajib.
Semua orang tahu bahwa tidur menjadi penghalang utama shalat Subuh. Adapun gambaran orang
memukul kepalanya, adalah ia merupakan tempat akal, tempat paling mulia yang dimiliki manusia.

4. Shalat Sunnah yang Lebih Mulia daripada Dunia dan Seisinya
Shalat Fajar-yaitu shalat sunnah sebelum Subuh- merupakan shalat sunnah yang paling banyak
pahalanya dibandingkan shalat sunnah lainnya. Rasulullah shalallahualahi wassalam
mengistimewakannya dengan pahala yang begitu besar, dengan gambaran yang benar-benar menarik
perhatian.
Di antaranya dari Aisyah rha Rasulullah shalallahualahi wassalam bersabda,
.


Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya. (HR. Muslim)
Dalam riwayat Ahmad disebutkan,
.


Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia semua. (HR. Ahmad)
Lalu apa yang menghalangi kita shalat Subuh? Bukankah ia menjadi bagian yang begitu besar
dibanding dunia? Coba Anda renungkan. Ini semua baru keutamaan sunnah Fajar. Lalu bagaimana
dengan 2 rakaat Fajar wajib, yaitu shalat Subuh?
Subhanallah! Nilai yang sangat besar ini bukan disebabkan lamanya berdiri atau panjangnya bacaan
yang dibaca. Justru Rasulullah shalallahualahi wassalam memendekkan bacaannya ketika shalat
sunnah Fajar.
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shalallahualahi
wassalam membaca surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua.
Kalau begitu bukan karena panjangnya bacaan yang menjadi sebab bertambahnya keutamaan sampai
melebihi dunia dan seisiny. Namun karena ketentuan waktu pelaksanaan shalat yang sangat mulia itu.
Maka,orang yang mampu meninggalkan dunia dan bangun sebelum waktu Subuh, kemudian ia
menunaikan dua rakaat Fajar, dialah orang yang sukses dalam ujian. Sebagaimana ia telah
meninggalkan dunia dan segala isinya untuk menunaikan shalat, maka Allah pun memberikan pahala
yang lebih besar dari semua itu.
Dari Aisyah rha, beliau berkata, Tidak ada shalat sunnah yang lebih diperhatikan Rasulullah
shalallahualahi wassalam selain shalat sunnah sebelum Subuh. (HR. Bukhari)
Bahkan dalam perjalananpun Rasulullah shalallahualahi wassalam tidak meninggalkan shalat
sunnah ini sebagaimana yang disampaikan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari. Bahkan
Rasulullah shalallahualahi wassalam pernah bersabda,


Janganlah meninggalkan shalat sunnah Subuh walaupun kalian dikerjar pasukan musuh. (HR Abu
Dawud dan Ahmad)
Disebabkan nilainya yang begitu tinggi, Rasulullah meng-qadha (mengganti) shalat sunnah fajar bila
telah lewat waktunya. Beliau menggantinya setelah shalat Subuh atau setelah terbit matahari. Ini
terjadi baik saat beliau terlambat dalam mengerjakan shalat sunnah. Hal yang demikian tidak
dilakukan pada shalat sunnah yang lain, selain shalat malam.
5. Waktu yang Menjadi Saksi

.
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh.
Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78)
Dari Abu Hurairah ra ia mendengar Rasulullah shalallahualahi wassalam bersabda,


Shalat berjamaah lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding 25 lipat.
Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh.
Kemudian Abu Hurairah ra berkata, Kalau Anda mau maka bacalah:


(HR. Bukhari)
6. Berada di Bawah Lindungan Allah
Rasulullah shalallahualahi wassalam memberi janji, bahwa bila shalat Subuh Anda kerjakan, maka
Allah akan melindungi Anda seharian penuh.
Diriwayatkan dari Jundab bin Sufyan ra bahwa Rasulullah shalallahualahi wassalam bersabda,
Barangsiapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Maka jangan
coba-coba membuat Allah membuktikan janji-Nya. Barangsiapa membunuh orang yang menunaikan
shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka.
(HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, lafal di atas milik Ibnu Majah)
Jaminan Allah, artinya: dalam perlindungan Allah.
Inilah perlindungan Rabbani, bagi orang yang melaksanakan shalat Subuh. Anda akan merasakan
percaya diri pada hari yang dimulai dengan shalat Subuh berjamaah di masjid. Anda akan merasa
lebih tegar menghadapi ujian dan cobaan dihadapan para thaghut dan diktator. Anda berada dalam
lindungan Raja dari segala raja. Lalu apalagi yang Anda inginkan? Semua ini diperoleh hanya dengan
shalat dua rakaat!
7. Penghapus Dosa Setengah Usia
Perhatikanlah bahwa Rasulullah shalallahualahi wassalam bersabda, yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah,


Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa diantara
keduanya, apabila menjauhi dosa-dosa besar. (HR. Muslim)
Begitu juga dengan sabda Beliau shalallahualahi wassalam dari Utsaman bin Affan ra,
Seorang muslim pun yang apabila datang waktu shalat wajib, menyempurnakan wudhu,
kekhusukan, dan rukuknya, maka perbuatannya tersebut menjadi penghapus dosa-dosa yang telah
lalu, selama ia tidak melakukan dosa besar, dan itu sepanjang masa. (HR. Muslim)
Subhanallah ini adalah rahmat yang besar dari Rabb semesta alam. Coba perhatian, masa antara shalat
Isya dan shalat Subuh adalah waktu yang terlama dibandingkan antara shalat-shalat yang lain, yaitu
malam secara keseluruhan. Dengan demikian shalat Subuh menjadi penghapus dosa setengah hari,
dan shalat-shalat lain menjadi penghapus separuh harinya lagi. Itu berarti shalat Subuh menjadi
penghapus setengah umur bagi yang selalu mengerjakannya, dan shalat-shalat yang lain menghapus
setengah umurnya lagi. Itu akan terjadi jika ia menjauhi dosa-dosa besar. Sungguh keutamaan yang
besar dan tidak bisa diukur.

Materi 8
KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAAH DI
MASJID
Shalat adalah rukun Islam kedua dan merupakan rukun Islam yang amat penting setelah syahadatain.
Shalat merupakan ibadah yang harus ditunaikan dalam waktunya yang terbatas (shalat memiliki
waktu-waktu tertentu) dan Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaganya. Allah Taala
berfirman:
Sesungguhnya shalat bagi orang mukmin ialah kewajiban yang tertentu (telah ditetapkan)
waktunya. (QS. An-Nisa:103)
J agalah shalat-shalat(mu) dan shalat wustha, dan berdirilah untuk Allah dalam keadaan
khusyu. (QS. Al-Baqarah:238)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda:
I slam dibangun diatas lima perkara: syahadat bahwasanya tidak ada ilah yg berhak di sembah
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan shalat (HR. Bukhari dan
Muslim)
Sungguh telah banyak kaum muslimin yang meninggalkan shalat, baik itu yang tidak mendirikan
shalat sama sekali ataupun menyia-nyiakan shalat dengan mengakhirkan waktu shalat. Allah Taala
telah mengancam orang-orang yang meremehkan dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Allah
berfirman:
Maka datanglah sesudah mereka (sesudah orang-orang pilihan Allah) pengganti yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui (akibat)
kesesatannya. (QS. Maryam:59)
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) mereka yang lalai dari shalatnya.
(QS. Al Maun:4-5)
Dan hendaknya orang-orang yang masih mempunyai iman di hatinya takut akan sabda Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam. Dari Jabir radhiallah anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda,
Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan syirik dan kafir adalah meninggalkan shalat.
(HR. Muslim)
Pada hadits Buraidah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Perjanjian antara kita dengan mereka ialah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya maka ia
telah kafir. (HR. Ahmad dan Ahlus sunan mengeluarkannya dg sanad shahih).
Sesungguhnya shalat adalah penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wassalam bersabda:
Sesungguhnya seseorang dari kamu jika sedang shalat, berarti ia bermunajat (berbicara) kepada
Tuhannya. (HR. Bukhari).
Dalam hadits qudsy, Allah Taala berfirman:
Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dalam dua bagian. Bagi hamba-Ku apa yang ia
minta (akan diberikan). Maka jika hambaku mengucapkan:
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Maka Allah menjawab: Hamba-Ku memuji-Ku.
J ika ia mengucapkan:
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Allah menjawab:Hambaku menyanjung-Ku. Jika
ia mengucapkan:
Yang menguasai hari pembalasan, Allah menjawab:Hamba-Ku mengagungkan-Ku. Jika ia
mengucapkan:
Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya Engkau yang kami mohon pertolongan, Allah
menjawab: Ini bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta. Apabila ia
membaca:
Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat ,
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat. Maka Allah
menjawab:Ini bagian hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. (HR.Muslim)
Termasuk perkara yang menghiasi shalat adalah perintah untuk melakukan shalat berjamaah. Bahkan
begitu pentingnya shalat berjamaah sampai-sampai mulai zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wassalam sampai pada zaman para imam madzhab, mereka semua sangat memperhatikannya.
Bukahkah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam sampai pernah mengucapkan keinginannya untuk
menyuruh seseorang mengimami orang-orang, dan yang lainnya mencari kayu bakar yang kemudian
akan digunakan untuk membakar rumah-rumah orang yang tidak menghadiri shalat berjamaah?
Rasulullah saw bersabda,
Sesungguhnya sholat yang paling berat dikerjakan oleh orang-orang munafik ialah shalat Isya
dan Subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan yang ada dalam dua shalat tersebut, mereka
pasti akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak. Sungguh, sebenarnya aku sangat
ingin memerintahkan sholat untuk didirikan, lalu aku perintahkan seseorang untuk mengimami
kaum muslimin. Kemudian aku berangkat bersama beberapa orang laki-laki dengan membawa
beberapa ikat kayu bakar kepada orang-orang yang tidak ikut sholat, lalu akan aku bakar rumah-
rumah mereka dengan api tersebut.(HR. Muslim, Mukhtashor Muslim hal. 325)
Bukankah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam juga pernah bersabda:

Barangsiapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya (ke masjid), maka tidak ada
shalat baginya. (HR. Ibnu Majah, hadits ini shahih)
Berkata Ibnu Masud radhiallahu anhu:
Barangsiapa yang suka bertemu Allah kelak sebagai seorang muslim, maka hendaknya ia menjaga
shalat-shalatnya, dengan shalat-shalat itu ia dipanggil. sesungguhnya Allah Taala menggariskan
kepada Nabi kalian jalan-jalan petunjuk (sunnah-sunnah). Seandainya kalian shalat dirumah, seperti
orang yang terlambat ini shalat dirumahnya, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian.
Jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian tersesat. Dan tidaklah seorang laki-laki
bersuci dengan sempurna lalu sengaja ke masjid di antara masjid-masjid (yang ada) kecuali Allah
menuliskan baginya satu kebaikan untuk setiap langkah yang ia ayunkan dan mengangkat pula
dengannya satu derajat dan dengannya pula dihapus satu dosa. Sebagaimana yang kalian ketahui,
tak seorangpun meninggalkannya (shalat berjamaah) kecuali orang munafik yang nyata
kemunafikannya. Dan sungguh orang (yang berhalangan) pada masa itu, dibawa datang (ke masjid)
dengan dipapah oleh dua orang lalu diberdirikan di dalam shaf. (HR. Muslim)
Melaksanakan shalat berjamaah juga merupakan ibadah yang paling ditekankan, ketaatan terbesar
dan juga syiar Islam yang paling agung, tetapi banyak kalangan yang menisbatkan diri kepada Islam
meremehkan hal ini. Sikap meremehkan ini bisa karena beberapa faktor, antara lain:
a. Mereka tidak mengetahui apa yang disiapkan oleh Allah Taala berupa ganjaran yang besar dan
pahala yang melimpah bagi orang yang shalat berjamaah atau mereka tidak menghayati dan tidak
mengingatnya.
b. Mereka tidak mengetahui hukum shalat berjamaah atau pura-pura tidak mengetahuinya.
Oleh karena itulah, dibawah ini akan saya sampaikan keutamaan-keutamaan shalat berjamaah
dimasjid.

KEUTAMAAN SHALAT BERJAMAH
A. Hati yang Bergantung di Masjid akan Berada di Bawah Naungan (Arsy) Allah Taala Pada
Hari Kiamat.
Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjamaah ialah bahwa siapa yang sangat
mencintai masjid untuk menunaikan shalat berjamaah di dalamnya, maka Allah Taala akan
menaunginya di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Dari
sahabat Abu Hurairah radhiallah anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak
ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah
kepada Rabb-nya, seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, dua orang yang saling
mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang dinginkan (berzina)
oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan, Sesungguhnya aku
takut kepada Allah,seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang
mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya berlinang. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan saat menjelaskan sabdanya, Dan seseorang yang hatinya
bergantung di masjid-masjid.
artinya, sangat mencintainya dan senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya.
Maknanya bukan terus-menerus duduk di masjid. (Syarh an Nawawi VII/121)
Al Allamah al Aini rahimahullah menjelaska apa yang dapat dipetik dari sabda beliau Shallallahu
Alaihi Wassalam ini, Didalamnya berisi keutamaan orang yang senantiasa berada di masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah, karena masjid adalah rumah Allah dan rumah setiap orang yang
bertakwa. Sudah sepatutnya siapa yang dikunjungi memuliakan orang yang berkunjung; maka
bagaimana halnya dengan Rabb Yang Maha Pemurah?.

B. Keutamaan Berjalan ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjamaah
1. Dicatatnya langkah-langkah kaki menuju masjid.
(Rasul) yang berbicara dengan wahyu, kekasih yang mulia Shallallahu Alaihi Wassalam menjelaskan
bahwa langkah kaki seorang muslim menuju masjid akan dicatat. Imam Muslim meriwayatkan dai
Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, ia mengatakan,Bani Salimah ingin pindah ke dekat masjid,
sedangkan tempat tersebut kosong. Ketika hal itu sampai kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wassalam, maka beliau bersabda:
Wahai Bani Salimah! Tetaplah di pemukiman kalian, karena langkah-langkah kalian akan
dicatat.
Mereka mengatakan:
Tidak ada yang mengembirakan kami bila kami berpindah. (HR. Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan dalam menjelaskan sabdanya: Wahai Bani Salimah!
Tetaplah di pemukiman kalian, karena langkah-langkah kalian akan di catat.
Artinya, tetaplah dipemukiman kalian! Sebab, jika kalian tetap di pemukiamn kalian, maka jejak-
jejak dan langkah-langkah kalian yang banyak menuju ke masjid akan dicatat. (Syarh an
NawawiV/169)
Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dalam sunannya, Pemukiman kaum Anshar sangat jauh dari masjid, lalu mereka ingin agar dekat
dengannya, maka turunlah ayat ini,
Dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
tinggalkan.(QS. Yasin:12)
Akhirnya, mereka tetap tinggal di pemukiman mereka. (HR.Ibnu Majah)
Pencatatan langkah-langkah orang yang menuju masjid bukan hanya ketika ia pergi ke masjid, tetapi
juga dicatat ketika pulang darinya. Imam Muslim meriwayatkan dari Ubay bin Kaab radhiallahu
anhu tentang kisah seorang Anshar yang tidak pernah tertinggal dari shalat berjamaah, dan tidak pula
ia menginginkan rumahnya berdekatan dengan masjid, bahwa ia berkata kepada Nabi Shallallahu
Alaihi Wassalam:
Aku tidak bergembira jika rumahku (terletak) didekat masjid. Aku ingin agar langkahku ke masjid
dan kepulanganku ketika aku kembali kepada keluargaku dicatat.
Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Allah telah menghimpun semua itu untukmu. (HR. Muslim)
Dalam riwayat Ibnu Hibban:
Allah telah memberikan itu semua kepadamu. Allah telah memberikan kepadamu apa yang
engkau cari, semuanya. (HR.Ibnu Majah)
2. Para Malaikat yang mulia saling berebut untuk mencatatnya.
Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah
bahwa Allah meninggikan kedudukan langkah-langkah orang yang (berjalan) menuju ke masjid,
bahkan para Malaikat yang didekatkan (kepada Allah) berebut untuk mencatatnya dan membawanya
naik ke langit.
Imam at Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, ia mengatakan,
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Tadi malan Rabb-ku tabaarakta wataaala, mendatangiku dalam rupa yang paling
indah.(Perawi mengatakan,Aku menduganya mengatakan,Dalam mimpi.). Lalu Dia berfirman,
Wahai Muhammad! Tahukah engkau, untuk apa para Malaikat yang mulia saling berebut?
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam berkata:Aku menjawab,Tidak. Lalu Dia meletakkan
Tangan-Nya di antara kedua pundakku sehingga aku merasakan kesejukannya di dadaku (atau
beliau mengatakan,Di leherku). Lalu aku mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi.Dia berfirman,Wahai Muhammad!Tahukah engkau untuk apa para Malaikat yang mulia
saling berebut? Aku menjawab,Ya, tentang kaffarat (perkara-perkara yang menghapuskan
dosa). Kaffarat itu adalah diam di masjid setelah melaksanakan shalat, berjalan kaki untuk
melaksanakan shalat berjamaah, dan menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai.
(HR. Tirmidzi, hadits ini shahih).
Seandainya berjalan kaki untuk shalat berjamaah tidak termasuk amal yang mulia, niscaya para
Malaikat muqarrabun tidak akan berebut untuk mencatat dan membawanya naik ke langit.
3. Berjalan menuju shalat berjamaah termasuk salah satu sebab mendapatkan jaminan
berupa kehidupan yang baik dan kematian yang baik pula.
Tidak hanya para Malaikat saling berebut untuk mencatat amalan berjalan kaki menuju shalat
berjamaah, bahkan Allah menjadikan jaminan kehidupan yang baik dan kematian yang baik pula.
Disebutkan dalam hadist terdahulu:
Barangsiapa yang melakukan hal itu yakni tiga amalan yang disebutkan dalam hadits, di
antaranya berjalan kaki menuju shalat berjamaah maka ia hidup dengan baik dan mati dengan
baik pula.
Betapa besar jaminan ini! Kehidupan yang baik dan kematian yang baik. Siapakah yang menjanjikan
hal itu? Dia-lah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada seorangpun yang lebih menepati janji selain
Dia.
4. Berjalan menuju shalar berjamaah termasuk salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-
kesalahan dan ditinggikannya derajat.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-
kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat? Para sahabat menjawab,Tentu, wahai
Rasulullah? Beliau bersabda,Menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai, banyak
melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-
tibath (berjuang di jalan Allah). (HR. Muslim).
Ar-ribath pada asalnya -sebagaimana dikatakan oleh al Imam Ibnul Atsiradalah berdiri untuk
berjihad untuk memerangi musuh, mengikat kuda dan menyiapkannya. Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam menyerupakan dengannya apa yang telah disebutkan berupa amal-amal shalih dan
peribadahan dengannya. Penyerupaan ini juga menegaskan besarnya kedudukan tiga amalan yang
tersebut didalam hadits, di antaranya banyak melangkah ke masjid.
Keutaman ini juga berlaku untuk seseorang yang melangkah keluar dari masjid, Imam Ahmad
rahimahullah meriwayatkan dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, ia mengatakan,Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

Barangsiapa yang pergi menuju masjid untuk shalat berjamaah, maka satu langkah akan
menghapuskan satu kesalahan dan satu langkah lainnya akan ditulis sebagai satu kebajikan
untuknya, baik ketika pergi maupun pulangnya. (HR. Ahmad, hadits ini shahih).
5. Pahala orang yang keluar dalam keadaan suci (telah berwudhu) untuk melaksanakan shalat
berjamaah seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan umrah.
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan , dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu. Ia
mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah
berwudhu) untuk melaksanakan shalat fardhu (berjamaah), maka pahalanya seperti pahala
orang yang melaksanakan haji dan ihram. (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Zainul Arab mengatakan dalam menjelaskan sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam: Seperti
pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram, Yakni, pahalanya sempurna. (Aunul
Mabuud II/357)
Allaahu Akbar, jika sedemikian besarnya pahala orang yang keluar untuk menunaikan shalat
berjamaah, maka bagaimana halnya pahala melakukan shalat berjamaah?
6. Orang yang keluar (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat berjamaah berada dalam
jaminan Allah Taala.
Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa orang yang keluar menuju shalat berjamaah
berada dalam jaminan Allah Taala. Imam bu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah
radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Taala, yaitu orang yang keluar untuk
berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu
memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan
ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia
mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan
membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia
dijamin oleh Allah. (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani)
7. Orang yang keluar untuk melaksanakan shalat berjamaah berada dalam shalat hingga
kembali ke rumah.
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia
mengatakan,Abul Qasim Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Jika salah seorang dari kalian berwudhu di rumahnya, kemudian datang ke masjid, maka ia
berada dalam shalat hingga ia kembali. Oleh karenanya, jangan mengatakan demikian-seraya
menjaringkann diantara jari-jemarinya-. (HR. Ibnu Khuzaimah, di shahihkan oleh Syaikh al
Albani)
8. Kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan (untuk melaksanakan shalat
berjamaah) dengan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Sahl bin Saad as Sadi radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Hendaklah orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan
(mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat. (HR.Ibnu Majah, syaikh al Albani
menilainya shahih)
Ath Thayyibi rahimahullah mengatakan,Tentang disifatinya cahaya dengan kesempurnaan dan
pembatasannya dengan (terjadinya di) hari Kiamat, mengisyaratkan kepada wajah kaum mukminin
pada hari Kiamat, sebagaimana dalam firman Allah:
Sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan,Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami. (QS. At Tahriim:8)
(dinukil dari Aunul Mabuud II/268)
Disampaing itu Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam memerintahkan kepada semua pihak agar
memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan
kabar gembira yang besar ini. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah radhiallahu anhu,
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan
cahaya (yang akan diperolehnya) pada hari Kiamat. (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al
Albani)
Al-Allamah Abdur Ra-uf al Munawi rahimahullah menjelaskan hadits ini, Ketika mereka berjalan
dalam kesulitan karena senantiasa berjalan dalam kegelapan malam menuju ketaatan, maka mereka
diberi balasan berupa cahaya yang menerangi mereka pada hari Kiamat. (Faidhul Qadiir III/201).
9. Allah menyiapkan persinggahan di Surga bagi siapa yang pergi menuju masjid atau pulang
(darinya).
Di riwayatkan dari asy Syaikhan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam, beliau bersabda:
Barangsiapa yang pergi ke masjid dan pulang (darinya), maka Allah menyiapkan untuknya
persinggahan di Surga setiap kali pergi dan pulang. (Muttafaq alaih, lafazh ini milik Bukhari).
Jika persinggahan orang yang pergi menuju masjid atau pulang darinya disiapkan oleh Allah, Rabb
langit dan bumi serta Pencipta alam semesta seluruhnya, maka bagaimana persingahan itu??
C. Orang Yang Datang ke Masjid adalah Tamu Allah Taala
Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjamaah di masjid adalah apa yang dijelaskan
oleh Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bahwa orang yang datang ke masjid adalah tamu Allah
Taala, dan yang dikunjungi wajib memuliakan tamunya. Imam ath Thabrani meriwayatkan dari
Salman radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa yang berwudhu di rumahnya dengan sempurna kemudian mendatangi masjid,
maka ia adalah tamu Allah, dan siapa yang di kunjunginya wajib memuliakan tamunya. (HR. ath
Thabrani)
Bagaimana cara Allah memuliakan tamu-Nya, sedangkan Dia adalah Rabb yang paling Pemurah,
Penguasa langit dan bumi? Para sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam juga menegaskan
hal ini. Imam Ibnul Mubarak rahimahullah meriwayatkan dari Amr bin Maimun, ia mengatakan,
Para sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengatakan,Rumah Allah di bumi adalah
masjid, dan Allah wajib memuliakan siapa yang mengunjungi-Nya di dalamnya. (Kiitab az Zuhd)

D. Allah Taala Bergembira dengan Kedatangan Hamba-Nya ke Masjid untuk Melaksanakan
Shalat Berjamaah
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu anhu, ia mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dengan baik dan sempurna kemudian mendatangi
masjid, ia tidak menginginkan kecuali shalat di dalamnya, melainkan Allah bergembira kepadanya
sebagaimana keluarga orang yang pergi jauh bergembira dengan kedatangannya. (HR.Ibnu
Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Imam Ibnul Atsir rahimahullah mengatakan,Al Bassyu adalah kegembiraan kawan dengan
kawannya, lemah lembut dalam persoalan dan penyambutannya. Ini adalah permisalan yang dibuat
tentang penyambutan Allah kepadanya dengan karunia-Nya, mendekatkannya (kepadanya) dan
memuliakannya. (An-Nihaayah fii Ghariibil Hadits wal Atsar I/130).

E. Keutamaan Menunggu Shalat
Orang yang duduk menunggu shalat, maka ia berada dalam shalat dan Malaikat memohonkan
ampunan serta memohonkan rahmat untuknya. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Salah seorang dari kalian duduk untuk menunggu shalat, maka ia berada dalam shalat selagi
belum berhadats, dan para Malaikat berdoa untuknya:Ya Allah! Berikanlah ampunan
kepadanya, ya Allah! Rahmatilah ia. (HR. Muslim).

F. Keutamaan Shaf-Shaf Pertama
Shalat berjamaah di shaf-shaf terdepan, terutama shaf-shaf pertama, memiliki keutamaan yang sangat
banyak. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam telah menjelaskan hal itu dalam sejumlah hadist,
diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Seandainya manusia mengetahui pahala yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian
mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan melakukan undian, niscaya mereka akan
melakukan undian. (HR. Bukhari)
Al Hafizh Ibnu hajar al Asqalani rahimahullah mengatakan, Abu asy Syaikh menambahkan dalam
riwayatnya dari jalan al Araj, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu:
Berupa kebaikan dan keberkahan.(Fathul Baari II/96)
Ath Thayyibi memberikan taliq (komentar) atas hadits yang mulia ini, Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam tidak menjelaskan keutamaannya, hal ini menunjukkan kepada sesuatu yang sangat
mendalam dan termasuk sesuatu yang tidak dapat disifati. Demikian pula penggambaran keadaan
perlombaan dengan undian di dalamnya, merupakan sesuatu yang mendalam. Karena ini tidak terjadi
kecuali pada sesuatu yang diperlombakan oleh orang-orang yang saling berlomba. (Dinukil dari
Syarh al Kirmaani li Shahiih al Bukhari V/16)

1. Shaff-shaff pertama seperti shaffnya Malaikat
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Ubay bin Kaab radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Sesungguhnya shaf pertama seperti shaffnya Malaikat. Seandainya kalian mengetahui
keutamaannya, niscaya kalian berlomba-lomba kepadanya. (HR.Abu Dawud, Ahmad)
Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna berkata ketika menjelaskan sabdaya:Seperti shaff Malaikat
Yakni dalam hal kedekatan kepada Allah Taala, turunnya rahmat, kesempurnaan, dan
kelurusannya.(Buluughul Amaani min Asraaril Fat-h ar Rabbani V/171)

2. Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff-shaff terdepan
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Umamah radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff pertama. Mereka (para
sahabat) berkata,Wahai Rasulullah, dan juga kepada shaff kedua? Beliau menjawab,
Sesunguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff pertama. Mereka berkata,
Wahai Rasulullah, dan juga kepada shaff kedua? Beliau menjawab, Dan kepada shaff
kedua. (HR. Ahmad, di hasankan oleh Syaikh al Albani)
Makna shalawat Allah atas mereka-sebagaimana dikatakan oleh Imam ar Raghib al Ashfahani-
bahwasanya Allah menyucikan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan shalawat Malaikat-
sebagaimana dinyatakan oleh Imam al Ashfahani- adalah doa dan istighfar. (Al-Mufradaat fii
Ghariibil Quran, topic ash shalah, hal 285)
Allahu Akbar! Betapa bahagianya orang yang berada di shaff terdepan dalam shalat berjamaah lalu
Allah menyucikannya dan para Malaikat mendoakan serta memohonkan ampunan untuknya! Ya
Allah! Masukkanlah kami ke dalam golongan mereka.

3. Nabi yang mulia Shalallahu Alaihi Wassalam bershalawat (memohonkan ampun) kepada
shaff pertama dan kedua
Imam an Nasa-i meriwayatkan dari al Irbadh bin Sariyah radhiallahu anhu, dari Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam:
Bahwa beliau bershalawat kepada shaff pertama sebanyak tiga kali dan kepada shaff kedua satu
kali. (HR. an Nasa-i, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Makna bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bershalawat sebanyak tiga kali-sebagaimana
dikatakan oleh al Allamah as Sindi- bahwa beliau mendoakan mereka agar mendapatkan rahmat dan
memohonkan ampunan untuk mereka sebanyak tiga kali. (Lihat Haasyiyah al Imam as Sindi II/93)
Betapa bahagianya orang yang didoakan dan dimohonkan ampunan oleh kekasih Rabb semesta alam
dan manusia pertama dan terakhir yang paling mulia bagi-Nya. Shalawat dan salam senantiasa
terlimpah atasnya.

G. Keutamaan Shaff-Shaff Sebelah Kanan
Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, ia mengatakan
bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff-shaff sebelah
kanan. (HR. Adu Dawud dan Ibnu Majah, hadits ini di hasankan oleh al Mundziri dan Ibnu Hajar)
Para sahabat radhiallahu anhum senang berada disebelah kanan Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassalam ketika shalat di belakang beliau. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari al-Barra
radhiallahu anhu, ia mengatakan:
Jika kami shalat di belakang Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, maka kami senang (jika)
berada disebelah kanan beliau, lalu beliau menghadapkan wajahnya kepada kami. (HR. Abu
Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)
Al Allamah Muhammad Syamsul Haqq memberikan taliq (komentar) atas penuturan al Barra
radhiallahu anhu,Karena shaff bagian kanan lebih utama dank arena Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam menghadapkan wajahnya kepada kami ketika salam pertama sebelum menghadap orang
yang berada di sebelah kirinya. (Aunul Mabuud II/322-323)

H. Allah Taala Kagum Terhadap Shalat Berjamaah
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, ia mengatakan, Aku
mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Sesungguhnya Allah benar-benar kagum terhadap shalat berjamaah. (HR. Ahmad, Syaikh
Ahmad Syakir mengatakan, Sanadnya hasan.)

I. Keutamaan Mengucapkan Aamiin Bersama Imam
Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam bersabda:
Jika imam mengucapkan :Ghairil maghdhuubi alaihim waladhdhaalliin maka
ucapkanlah:Aaamiin. Karena, barangsiapa yang ucapannya menyelarasi ucapan Malaikat, maka
diampuni dosanya yang telah lalu.(HR. Bukhari)
Bukan hanya dosanya yang telah lalu saja yang diampuni oleh Allah Taala bahkan doa orang-orang
yang mengucapkan Aamiin dalam shalat berjamaah akan dikabulkan. Imam Muslim meriwayatkan
dari Abu Musa al Asyari radhiallahu anhu, ia mengatakan, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam
berkhutbah kepada kami, lalu beliau menjelaskan Sunnah dan mengajarkan shalat kepada kami
dengan sabdanya:
J ika kalian shalat, maka luruskanlah shaff-shaff kalian, kemudian hendaklah salah seorang dari
kalian menjadi imam kalian. Jika ia bertakbir, maka bertakbirlah. Jika ia mengucapkan: Ghairil
maghdhuubi alaihim waladhdhaalliin , ucapkanlah: Aamiin, maka Allah mengabulkan (untuk)
kalian. (HR. Muslim)
Betapa besar pahala orang-orang yang mengucapkan Aamiin dalam shalat jamaah! Yaitu
dikabulkan oleh Allah Yang Mahakuasa, Maha Menentukan, Yang Maha Esa, lagi bergantung
kepada-Nya seluruh makhluk.

J. Pengampunan Dosa bagi Siapa yang Shalat Berjamaah Setelah Menyempurnakan Wudhu
Imam Muslim meriwayatkan dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu, ia mengatakan,Aku
mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa yang berwudhu dengan sempurna, kemudian berjalan untuk mengerjakan shalat
fardhu lalu mengerjakannya bersama orang-orang atau bersama jamaah atau di masjid, maka
Allah mengampuni dosa-dosanya. (HR. Muslim)

K. Keutamaan Shalat Berjamaah Dibandingkan Shalat Sendirian
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Said al Khudri radhiallahu anhu bahwa ia mendengar Nabi
Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Shalat berjamaah itu lebih utama 25 derajat dibandingkan shalat sendirian. (HR. Bukhari)
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa ia lebih utama 27 derajat. Imam al Bukhari meriwayatkan
dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam
bersabda:
Shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat sendirian. (Ibid II/131,
no.645)
Para Ulama-semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan-telah mengkompromikan di antara dua
riwayat yang menyebutkan 25 dan 27, dengan berbagai sudut pandang. Barangkali tinjauan terbaik
bahwa keutamaan itu berbeda-beda tergantung perbedaan keadaan orang-orang shalat. Terkadang
shalat sesorang mendapatkan 25 derajat, dan sebagian lainnya mendapatkan 27 derajat, tergantung
kesempurnaan shalat, ia memelihara tata caranya, kekhusyuannya, banyaknya (jumlah) jamaahnya,
keutamaan mereka, kemuliaan tempat dan sejenisnya. Wallaahu alam bish shawaab.
Sebagian ulama menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan derajat-derajat tersebut, di antaranya
adalah al Hafizh Ibnu Hajar yang menyatakan,Aku telah memperbaiki apa yang telah aku kumpulkan
tentangnya, dan aku telah membuang apa yang tidak dikhususkan dengan shalat berjamaah. (Fathul
Baari II/133).
Sebab-sebab yang disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar adalah sebagai berikut:
1. Menjawab mu-adzin dengan niat shalat berjamaah.
2. Bersegera kepadanya di awal waktu.
3. Berjalan ke masjid dengan tenang.
4. Masuk masjid dengan berdoa.
5. Shalat Tahiyyatul Masjid ketika memasukinya.
6. Menunggu shalat berjamaah.
7. Malaikat bershalawat (berdoa) dan memohon ampunan untuknya.
8. Malaikat bersaksi untuknya.
9. Menjawab iqamat.
10. Selamat dari syaitan ketika melarikan diri pada saat iqamat.
11. Berdiri untuk menunggu imam melakukan takbiratul ihram, atau memulai bersamanya dalam
keadaan apapun yang dilihatnya pada shalat itu.
12. Demikian pula mengikuti takbiratul ihram (bersama imam).
13. Meluruskan shaff dan mengisi shaff yang masih kosong.
14. Menjawab imam ketika mengucapkan:Samiallaahu liman hamidah, (dengan
mengucapkan:Rabbanaa wa lakal hamdu).
15. Pada umumnya aman dari kelalaian, dan mengingatkan imam ketika lalai dengan tasbih atau
memberitahukan kepadanya.
16. Pada umumnya memperoleh kekhusyuan dan selamat dari kelalaian.
17. Pada umumnya memperbaiki keadaan.
18. Diliputi oleh pada Malaikat.
19. Berlatih mentajwidkan bacaan al Quran dan mempelajari rukun-rukun serta hal-hal lainnya.
20. Menampakkan syiar-syiar Islam.
21. Menjdikan syaitan murka dengan cara berkumpul untuk beribadah, tolong menolong dalam
ketaatan, dan memberi semangat orang yang bermalas-malasan.
22. Selamat dari sifat munafik dan berburuk sangka kepada selainnya bahwa ia sebenarnya ia
sebenarnya meninggalkan shalat.
23. Mengucapkan salam setelah imam berkata salam.
24. Memetik manfaat dari berkumpulnya mereka atas doa dan dzikir, serta kembalinya keberkahan
orang yang sempurna atas orang yang tidak sempurna..
25. Tegaknya sistem persatuan di antara tetangga dan keakraban mereka terealisir pada waktu-waktu
shalat. (Lihat Fathul Baari II/133-134)
Kemudian, al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, Inilah 25 perkara yang pada masing-masing darinya
terdapat perintah atau anjuran khusus tentangnya. Dan tersisa darinya dua hal yang khusus pada shalat
yang di jaharkan, yaitu diam dan mendengarkan bacaan imam, dan tamin (mengucapkan amin)
bersama imam agar menyelarasi tamin Malaikat. (Ibid II/134).

L. Shalat Berjamaah Dapat Melindungi Hamba dari Gangguan Syaitan
Imam Ahmad meriwayatkan dari Muadz bin Jabal Radhiallahu anhu bahwa Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam bersabda:
Syaitan adalah serigala pemangsa manusia sebagaimana serigala pemangsa kambing yang
menangkap kambing yang jauh lagi sendirian. Oleh karena itu janganlah bercerai-berai, dan
tetaplah berjamaah bersama orang-orang dan masjid. (HR. Ahmad,Syaikh Ahmad Abdurramah al
Banna mengatakan, Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dan sanadnya jayyid (bagus)).
Yakni bahwa syaitan itu merusak dan membinasakan manusia dengan godaannya sebagaimana
serigala yang merusak jika ia menangkap seekor kambing. (Buluughul Amaani V/175-176).
Tetaplah berjamaah artinya, Yakni tetaplah pada apa yang dianut oleh jamaah Ahlus Sunnah dalam
segala hal, diantaranya adalah berjamaah dalam shalat. (Ibid, V/176).

M. Bertambahnya Keutamaan Shalat Berjamaah dengan Bertambahnya Jumlah Jamaah
Shalat
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Ubay bin Kaab radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Sesungguhnya shalat seseorang bersama orang lain lebih baik daripada shalat sendirian. Shalat
bersama dua orang itu lebih baik daripada shalat bersama seseorang. Dan jumlah yang lebih
banyak, maka hal itu lebih disukai oleh Allah Azza wa Jalla. (HR. Abu Dawud dan an Nasa-i)
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam menjelaskan dalam hadits lainnya bahwa derajat orang-orang
yang shalat dengan berjamaah itu lebih baik dan lebih utama daripada shalatnya orang-orang yang
jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak (dibandingkan mereka) bila mereka shalat sendir-sendiri.
Imama al Bazzar meriwayatkan dari Qabbats bin Asyim al Laitsi radhiallahu anhu, ia mengatakan
bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Dua orang yang mengerjakan shalat yang salah seorang dari keduanya menjadi imam bagi
sahabatnya, lebih baik disisi Allah daripada empat orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-
sendiri. Empat orang mengerjakan shalat yang diimami oleh salah seorang dari kalian itu lebih
baik disisi Allah daripada delapan orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-sendiri.
Delapan orang yang mengerjakan shalat yang diimami oleh salah seorang dari mereka, lebih baik
di sisi Allah daripada seratus orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-sendiri. (HR. al
Bazzar,Al Hafizh al Mundziri mengatakan, Diriwayatkan oleh al Bazzar dan ath Thabrani dengan
sanad laa basa bihi (tidak mengapa))

N. Dua Kebebasan bagi Siapa yang Shalat Selama 40 Hari dengan Mendapatkan Takbiratul
Ihram (Bersama Imam)
Imam at Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, ia mengatakan, Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa yang shalat selama 40 hari secara berjamaah dengan mendapatkan Takbiratul
I hram, maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api Neraka dan kebebasan dari
sifat munafik. (HR.at Tirmidzi,dan dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Al Allamah ath Thayyibi menjelaskan hadits ini,Ia dilindungi di dunia ini dari melakukan perbuatan
kemunafikan dan diberi taufiq untuk melakukan amalan kaum ikhlas. Sedangkan di akhirat, ia
dilindungi dari adzab yang ditimpakan kepada orang munafik, dan diberi kesaksian bahwa ia bukan
seorang munafik. Yakni jika kaum munafik melakukan shalat, maka mereka shalat dengan bermalas-
malasan. Dan keadaannya ini berbeda dengan keadaan mereka. (Dinukil dari Tuhfatul Ahwadzi
I/201).

O. Keutamaan Shalat Isya, Subuh dan Ashar Berjamaah
Disamping apa yang telah kami disebutkan dari keutamaan shalat berjamaah, maka tercantum pula
dalam sebagian hadits yang menunjukkan bahwa melaksanakan shalay Isya, Shubuh, dan Ashar
berjamaah memiliki keutamaan dan pahala yang besar. Tentang besarnya pahala shalat Isya dan
Subuh berjamaah, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

Seandainya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam shalat al Atamah (Isya) dan
Shubuh, niscaya mereka mendatangi keduanya walaupun dengan merangkak. (HR. Asy Syaikhan
dari Abu Hurairah)
Imam an Nawawi memberikan taliq di atas hadits ini,Hadits ini berisikan anjuran yang sangat untuk
menghadiri jamaah dua shalat ini. (Syarh an nawawi IV/158)
Berikut ini adalah hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan shalat Isya, Shubuh dan
Ashar yang dilakukan secara berjamaah.
1. Shalat Isya berjamaah seperti qiyam (shalat) separuh malam, dan shalat Shubuh dan Isya
berjamaah seperti qiyamul lail sepanjang malam.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Umrah, ia mengatakan, Utsman bin Affan
radhiallhu anhu masuk masjid setelah melaksanakan shalat Maghrib, lalu ia duduk sendirian,
kemudian aku duduk mendekatinya, maka dia mengatakan,Wahai keponakanku! Aku mendengar
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya berjamaah, maka ia seolah-olah melaksanakan
shalat separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat Shubuh dengan berjamaah,
maka ia seolah-olah melaksanakan shalat sepanjang malam.. (HR. Muslim)
Maksud dari sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam, Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat
Shubuh dengan berjamaah, maka ia seolah-olah melaksanakan shalat sepanjang malam, yakni siapa
yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah setelah shalat Isya berjamaah, maka ia seolah-olah
melaksanakan shalat sepanjang malam.
Hal ini ditegaskan dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam at Tirmidzi dan
Imam Ibnul Mundzir dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya secara berjamaah, maka ia seolah-olah melakukan
qiyam separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya dan Shubuh secara
berjamaah, maka ia seperti melakukan qiyam satu malam. (HR. Abu Dawud,lafazh ini miliknya,
dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Dan disebutkan dari sebagian sahabat radhiallahu anhum, mereka berpendapat bahwa melaksanakan
shalat Isya dan Shubuh secara berjamaah itu lebih utama dibandingkan shalat sepanjang malam.
Imam Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiallahu anhu
bahwa di mengatakan, Sesungguhnya aku menunaikan shalat Isya dan shalat Shubuh secara
berjamaah itu lebih aku sukai daripada aku menghidupkan malam (dengan qiyamul lail) di antara
keduanya. (Al Mushannaf, kitab ash Shalawaat, fit Takhalluf fil Isyaa-i wal Fajri wa Fadhli
Hudhuurihima I/333)
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu mengatakan,Aku Shalat Fajar dan Isya
yang terakhir dengan berjamaah lebih aku sukai daripada aku menghidupkan malam (dengan
qiyamul lail) di antara keduanya. (Ar Raudhun Nadhiir Syarh Majmuuil Fiqhil Kabiir II/116)
Apakah shalat Shubuh berjamaah lebih utama dari shalat Isya berjamaah?
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan bahwa shalat Shubuh berjamaah lebih utama dari shalat Isya
berjamaah. Ia menyebutkan dalam kitab Shahiihnya, sebuah hadits dari Utsman radhiallahu anhu, ia
mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya secara berjamaah, maka ia seperti menunaikan
shalat separuh malam dan siapa yang melaksanakan shalat Shubuh secara berjamaah, maka ia
seperti menunaikan shalat satu malam.(HR. Ibnu Khuzaimah)
Tentang hal ini, al Hafizh al Mundziri memberikan taliq atas hadits Abu Dawud (yg telah disebutkan),
Lafazh yang diriwayatkan oleh Abu Dawud menafsirkan dan menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan sabdanya:Barngasiapa yang melaksanakan shalat Shubuh secara berjamaah, maka ia seolah-
olah menunaikan shalat sepanjang malam, yakni siapa yang melaksanakan shalat Shubuh dan Isya.
Semua jalan periwayatan hadits menegaskan hal itu, dan masing-masing dari keduanya berkedudukan
separuh malam, serta berkumpulnya keduanya berkedudukan satu amalam. (Mukhtashar Sunan Abi
Dawud I/293, lihat juga Faidhul Qadir, alManawi IV/165 dan Tuhfatul Ahwadzi, al Mubarakfuri
I/191)
2. Malaikat menyertai orang yang mula-mula (paling awal) pergi ke masjid.
Imam Abu Ashim dan Imam Abu Nuaim meriwayatkan dari Maitsam radhiallahu anhu, seorang
sahabat Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam. Ia mengatakan, Aku mendapat kabar bahwa satu
Malaikat pergi dengan membawa panjinya bersama orang yang mula-mula (paling awal) pergi ke
masjid. Malaikat tetap membawa panji itu bersamanya hingga ia pulang, lalu membawanya masuk ke
rumahnya. Sedangkan syaitan membawa panjinya ke pasar bersama orang yang mula-mula (paling
awal) pergi. Syaitan terus membawa panji itu bersamanya hingga dia pulang, lalu memasukkannya ke
dalam rumahnya. (Dinukil dari at Targhiib wat Tarhiib, Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan,Sanad
hadits ini mauquf shahih.)
3. Shalat Shubuh berjamaah dicatat dalam shalatnya kaum yang berbakti, dan orang-orang yang
mengerjakannya dicatat sebagai utusan ar Rahmaan.
Diriwayatkan oleh Imam ath Thabani dari Abu Umamah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu
Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
Barangsiapa yang berwudhu kemudian pergi ke masjid, lalu shalat dua rakaat sebelum Shubuh
kemudian duduk hingga (dilakuannya) shalat Shubuh, maka shalatnya pada hari itu dicatat
sebagai shalaynya kaum yang berbakti dan ia dicatat sebagai utusan ar Rahmaan. (HR. ath
Thabrani, dan dihasankan oleh Syaikh al Albani)
4. Orang yang shalat Shubuh dengan berjamaah berada dalam jaminan Allah
Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam jaminan Allah.
Barangsiapa yang membatalkan jaminan Allah, maka Allah menyungkurkan wajahnya di dalam
Neraka. (HR. ath Thabrani)
Betapa kuat dan mulianya jaminan ini! Jaminan Allah Yang Maha Esa, Mahakuasa, Mahaperkasa,
Mahatinggi lagi Maha Menentukan. Ya Allah, jangan halangi kami untuk mendapatkannya
Al Allamah Abdurrahman al Mubarakfuri mengatakan dalam menjelaskan sabdanya Shalallahu
Alaihi Wassalam, Maka ia berada dalam jaminan Allah, yakni dalam jaminan dan keamanan-Nya
di dunia dan akhirat. (Tuhfatul Ahwaadzi I/192)
Sabda Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam, Barangsiapa yang membatalkan jaminan Allah, maka
Allah menyungkurkan wajahnya di dalam neraka, menurut para ulama memiliki dua
makna: Pertama, yang dimaksud dengan jaminan Allah adalah shalat yang menyebabkan rasa
aman. Artinya, jangan meninggalkan shalat Shubuh berjamaah dan jangan meremehkannya, sehingga
perjanjian yang terjalin antara kalian dengan Rabb kalian menjadi batal, lalu Allah menyungkurkan
wajah kalian di dalam Neraka.
Kedua, siapa yang shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu,
janganlah kalian merintanginya dengan sesuatupun. Sebab, jika kalian merintanginya, maka Allah
menyungkurkan wajah kalian di Neraka. (Lihat Faidhul Qadiir VI/164, AL Allamah al Munawi)
5. Orang yang shalat Shubuh berjamaah mendapatkan pahala haji dan umrah, jika ia duduk untuk
berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat.
Di antara hal yang juga menunjukkan keutamaan shalat Shubuh berjamaah adalah apa yang
dijelaskan oleh orang yang berkata-kata dengan wahyu, yaitu Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassalam, bahwa barangsiapa yang melakukan tiga amalan, maka ia mendapatkan pahala haji dan
umrah. Ketiga amal tersebut adalah:
a. Shalat Shubuh berjamaah.
b. Duduk di masjid untuk berdzikir kepada Allah setelahnya hingga matahari terbit.
c. Melaksanakan shalat dua rakaat setelah matahari terbit.
Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu amhu, ia mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, kemudian duduk untuk berdzikir kepada
Allah hingga matahari terbit, kemudian berdiri untuk menunaikan shalat dua rakaat, maka ia
mendapatkan pahala haji dan umrah. (HR. ath Thabrani, Al Hafizh al Mundziri mengatakan,
Hadits ini diriwayatkan ole hath Thabrani dan sanadnya jayyid (bagus).)
6. Malaikat malam dan Malaikat siang berkumpul pada waktu Shubuh dan Ashar serta mereka
memohonkan ampun untuk orang-orang yang melaksanakan keduanya dengan berjamaah.
Adapun tentang berkumpulnya mereka dalam shalat Shubuh, Imam al Bukhari meriwayatkan dari
Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan,Aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassalam bersabda:
Shalat berjamaah lebih utama 25 derajat daripada shalat yang engkau lakukan sendirian, serta
Malaikat malam dan Malaikat siang berkumpul pada waktu shalat Shubuh.
Kemudian Abu Hurairah radhiallahu anhu mengatakan:
Jika kalian suka, bacalah Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (para Malaikat). (HR.
Bukhari)
Adapun mengenai berkumpulnya mereka pada waktu shalat Shubuh dan Ashar, Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam
bersabda:
Mereka datang rombongan demi rombongan di tengah kalian, yaitu Malaikat malam dan
Malaikat siang. Mereka berkumpul pada waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar. Kemudian
mereka yang bertugas pada malam hari di tengah kalian naik, lalu Rabb mereka bertanya kepada
mereka, padahal Dia lebih mengetahui tentang mereka (hamba-hambaNya),Bagaimana kalian
meninggalkan hamba-hamba-Ku? Mereka menjawab, Kami meninggalkan mereka dalam
keadaan shalat dan kami mendatangi mereka juga dalam keadaan shalat. (HR. Muslim)
Imam an Nawawi rahimahullah mengatakan, (taliq atas hadits ini), Adapun berkumpulnya mereka
pada shalat Shubuh dan Ashar, maka ini termasuk belas kasih Allah terhadap hamba-hambaNya yang
beriman dan kemurahan untuk mereka. Yaitu menjadikan berkumpulnya para Malaikat di sisi mereka
dan berpisah dengan mereka pada waktu-waktu ibadah dan berkumpulnya mereka dalam ketaatan
kepada Rabb mereka. Sehingga para Malaikat bersaksi untuk mereka dengan kebaikan yang mereka
saksikan. (Syarh an Nawawi V/133)
Adapun istighfar Malaikat bagi siapa yang melaksanakan shalat Shubuh dan Ashar berjamaah,
disebutkan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah: Mereka mengatakan,
Kami mendatangi mereka dalam keadaan shalat dan kami meninggalkan mereka juga dalam
keadaan shalat; maka ampunilah mereka pada hari Pembalasan. (HR. Ibnu Khuzaimah, dan
dishahihkan oleh Syiakh Albani)
Betapa bahagianya orang yang dimintakan ampunan oleh para Malaikat Allah Yang Maha Pemurah!
Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan mereka. Aamiin, ya Rabbal aalamiin.
Maraji:
Kitab Syarhu Ad Durusi Al Muhimmati li Ammati Al Ummati, penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah
bin Baz .
Kitab (edisi Indonesia) Wajibnya Shalat Berjamaah di Masjid bagi Laki-laki, penulis Syaikh DR. Fadhl
Ilahi, cetakan Pustaka Ibnu Katsir
Materi 9
Tiga Hal yang Menyelamatkan dan yang
Mencelakakan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Taala, yang telah memberikan nikmat Iman dan
Islam kepada kita. Aku bersaksi tiada sesembahan yang wajib disembah kecuali Allah
Taala. Tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan aku
bersaksi bahwa Nabi Muhammad shalallahu alahi wasallamadalah utusan Allah.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepadanya, kepada shahabat dan
kepada kerabatnya serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Jamaah mentoring yang dimuliakan Allah Taala

Lewat penyampaian ini kami mengajak kepada diri saya dan hadirin sekalian untuk
meningkatkan iman dan takqwa kita pada Allah Taala. Karena hanya dengan iman dan
taqwa yang akan menyelamatkan diri kita di hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan
anak, yaitu hari akhirat.

Pada kesempatan kali ini kami akan menyampaiakan hadist Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, yang beliau bersabda :

"Tiga perkara yang menyelamatkan dan tiga perkara yang menyesatkan. Adapun perkara
yang menyelamatkan adalah taqwa kepada Allah dalam keadaan sembunyi maupun
terang-terangan, dan berkata haq dalam keadaan ridha dan marah, dan sederhana
dalam keadaan kaya dan fakir. Adapun perkara yang mencelakakan adalah hawa nafsu
yang dituruti, dan kekikiran yang dita'ati, dan bangga akan diri sendiri, dan hal ini
merupakan yang paling berbahaya." [ HR. Al Baihaqi ]

Alangkah indahnya ucapan beliau yang mencakup segala jalan kebaikan,
memperingatkan dari segala jurang-jurang kehancuran.

Adapun taqwa kepada Allah dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, maka
itu adalah pokok segala perkara. Dengannya kebaikan dapat dicapai, dan kejahatan
dapat ditepis. Ia adalah selalu merasa takut kepada Allah selamanya, dan mengetahui
dekatnya Zat Maha Raja yang Maha Mengetahui. Sehingga seseorang merasa malu
kepada Tuhannya jika Ia melihatnya berada dalam kemaksiatan. Dan mendapatinya
tidak berada dalam perkara-perkara yang mendekatkannya kepada ridha-Nya.

Taqwa inilah yang menjadikan diri kita bahagia. Bahkan keluarga dan juga masyarakat
serta bangsa kita jika ingin mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan harus menjadi
masyarakat yang bertaqwa. Sebaliknya, penduduk negeri yang tidak bertakwa pada
Allah Taala akan tertimpa berbagai musibah dan bencana yang bertubi-tubi. Maka
sudah seharusnya jika kita berusaha mengajak masyarakat menjadi masyarakat yang
bertaqwa agar dijauhkan dari bencana dan didekatkan pada kebahagiaan.

Sedangkan berkata haq dalam keadaan ridha dan marah, maka sesungguhnya hal itu
merupakan pertanda kejujuran dan keadilan dan taufik. Merupakan suatu bukti yang
paling nyata akan keimanan dan penguasaan seorang hamba atas amarah dan nafsunya.
Sesungguhnya tidaklah selamat dari nafsu itu kecuali orang-orang yang jujur. Sehingga
kemarahan dan nafsu tidak mengeluarkannya dari kebenaran, dan tidak
menjerumuskannya ke dalam kebatilan. Bahkan kejujuran mencakup seluruh
keadaannya dan meliputinya.

Yang lebih penting lagi adalah mengatakan kebenaran saat kebenaran itu dibutuhkan
ummat. Karena seseorang yang mengatahui kebenaran dan tidak mau menyampaikan
pada ummat saat kebenaran tersebut sangat dibutuhkan, ia terancam dengan hadist
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam,

- ":

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari nabi shalallahu alahi wasallamberkata :
tidaklah seseorang menghafal ilmu kemudian ia sembunyikan, kecuali ia pada hari
kiamat akan dikendalikan dengan kendali dari api neraka. [ HR. Ibnu Majah 210 ].

Maka kewajiban bagi orang yang mengetahui kebenaran agar membimbing ummat
menuju jalan kebenaran dan tidak takut terhadap celaan orang-orang yang mencela.

Begitu juga kesederhanaan dalam keadaan miskin dan kaya. Sesungguhnya ia
merupakan tanda kekuatan akal dan manajemen yang baik. Dan merupakan kepatuhan
dan perwujudan dari petunjuk Allah Yang Maha Kuasa, yang terdapat dalam firman-Nya

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,


dan tidak pula kikir, dan teguh berada diantara hal-hal yang demikian." (Q. S. Al-
Furqaan: 67)

Jadi, tiga perkara ini mencakup seluruh kebaikan yang berkaitan dengan hak Allah, dan
hak pribadi, serta hak para hamba. Dan pelakunya akan mendapatkan kemenangan
dengan kemulian, petunjuk dan bimbingan.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah!

Adapun tiga perkara yang mencelakakan, adalah hawa nafsu yang dituruti. Berapa
banyak orang yang tersesat dari jalan kebenaran karena memperturutkan hawa
nafsunya. Dan berapa banyak orang yang menempuh jalan kekufuran karena
memperturutkan hawa nafsunya. Firman Allah Taala

"Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang menuruti hawa nafsunya tanpa
mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun?". Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kaum yang dhalim. (Q. S. Al-Qashash: 50)

Sesungguhnya hawa nafsu membuat jatuh pengikutnya ke dalam jurang yang paling
rendah. Hawa nafsu mendorong jiwa ke dalam syahawat-syahawat berbahaya yang
menghancurkan. Maka, sudah seharusnya seorang mukmin mengendalikan hawa
nafsunya serta diarahkan untuk ketaatan pada Allah dan rasul-Nya.

Adapun yang kedua adalah kekikiran yang ditaati. Manusia itu tabiatnya menuruti
kekikirannya. Dan beruntunglah seseorang yang terjaga dari sifat kekikiran ini. Firman
Allah Ta'ala

"Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka ia termasuk orang-orang
yang beruntung."(Q. S. Al-Hasyr: 9)

Barangsiapa yang menuruti kekikirannya, ia termasuk orang yang merugi. Karena
sesungguhnya kekikiran itu menyebabkan kebakhilan dan mencegah hak-hak yang lain,
dan menyeru kepada madharrat, pemutusan hubungan, dan kedurhakaan. Kekikiran
menyeru pengikutnya memutuskan hubungan, maka mereka memutuskannya. Dan
mengajak mereka untuk enggan memberikan hak-hak yang wajib atas mereka, maka
mereka mematuhinya. Dan memikat mereka dengan muamalat yang buruk seperti
mengurangi hak, curang, dan riba, maka mereka melakukannya. Jadi ia menyeru kepada
segala perilaku yang hina dan mencegah dari segala perilaku yang baik.
Kikir dan iman tidak akan pernah berkumpul di dalam hati seseorang selama-lamanya.
Rasulullah shalallahu alahi wasallambersabda,

Dan tidaklah berkumpul kekikiran dan iman di dalam hati seorang hamba selamanya. [
HR. An Nasai ]
Sedangkan rasa bangga akan diri sendiri adalah penghancur yang paling berbahaya dan
perkara yang paling jelek. Karena rasa bangga akan diri sendiri adalah pintu takabbur,
sombong dan tipu daya. Ia merupakan sarana menuju kecongkakan, kesombongan, dan
penghinaan atas makhluk, yang merupakan kejahatan besar.
Hendaknya seseorang yang terjangkiti rasa bangga terhadap dirinya menyadari bahwa
ia adalah makhluq yang lemah. Kekayaan, kecerdasan, dan juga beberapa kelebihan
dunia lainnya hanyalah titipan Allah Taala. Ia akan diambil oleh penciptanya dan tidak
tersisa lagi baginya kecuali amal shalih yang menyertainya. Maka sungguh tidak layak
jika seseorang itu berbangga dengan dirinya.
Jadi tiga perkara yang menghancurkan ini: Hawa nafsu yang situruti, kekikiran yang
ditaati, dan bangga akan diri sendiri; siapa yang menghimpunnya maka ia termasuk
orang-orang yang celaka. Dan siapa yang bersifat dengannya maka ia akan
mendapatkan murka dari Allah dan berhak mendapatkan azab yang menghinakan.
Berbahagialah orang yang hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang diridhai Allah. Dan
bahagialah orang yang dijaga dari kekikiran dirinya, sehingga ia termasuk orang-orang
yang beruntung, dan mengenal dirinya lalu tunduk pada kebenaran dan baik
perilakunya terhadap orang-orang beriman. Semoga Allah mencurahkan akhlaq yang
mulia kepada kita semua, dan menjaga kita dari segala akhlaq yang buruk dan
bahayanya.

Demikian materi yang kami sampaikan. Jika ada benarnya datang dari Allah Taala, dan
jika ada salahnya datangnya dari saya sendiri karena bisikan setan. Kita berlindung
pada Allah dari berbagai kejelakan yang menimpa diri kita.
Materi 10
Problematika Ummat

Sungguh, segala puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam. Yang menciptakan
manusia. Yang mengatur kehidupan ini, sehingga penuh dengan keteraturan. Yang
memberikan nikmat dan karunia kepada seluruh makhluk-Nya.
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita,
Rasulullah shalallahu alaihi wasallah, keluarga, sahabat-sahabatnya, tabiin, tabiut
tabiin dan orang-orang yang berjalan di atas tuntunannya.
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah
jumah semuanya, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita, karena
keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
Ma'asyiral muslimin, jamaah mentoring rahimakumullah
Bila kita meneliti kondisi umat Islam dewasa ini, maka ada beberapa hal yang patut kita
cermati dan selanjutnya kita carikan solusinya dalam Islam. Diantara permasalahan
tersebut adalah :
Pertama, hilangnya sumber kekuatan ummat Islam. Sumber kekuatan tersebut adalah
dien Islam. Maka benar yang dikatakan oleh sahabar Umar bin Khaththab
radhiallahuanhu,
."

"


"Kami adalah kaum yang Allah mulyakan dengan Islam, maka setiap kami mengharapkan
kemuliaan di luar Islam, Allah menghinakan kami." ( At Tobari 13/478 ).
Karena itu seorang muslim, tidak akan mendapatkan kemuliaan bila ia mencarinya di
luar Islam. Seorang muslim yang mencari kekuatan di luar Islam, pada hakikatnya ia
lemah, meskipun merasa dirinya kuat; ia fakir, meskipun merasa dirinya kaya.
Islam adalah sumber kekuatan. Bila kaum muslimin berpegang teguh dengan Islamnya,
niscaya ia akan mengalami kejayaan. Namun bila tidak, ia akan dihinakan oleh Allah dan
dijadikan sebagai hidangan bagi musuh-musuh Islam.
Banyak dari generasi Islam hari ini, yang berbangga dengan mengikuti budaya barat.
Mereka bangga ketika istri istri mereka melepas jilbab. Berdandan dengan dandanan
yang diharamkan Islam. Bangga dengan berpakaian merangsang yang mereka pakai di
tempat-tempat keramaian. Bangga ketika melakukan kemaksiatan dan kefasikan.
Sebaliknya mereka malu ketika melakukan ketaatan pada Allah Ta'ala. Malu ketika
menegakkan shalat jama'ah di masjid. Memakai pakaian muslim atau muslimah.
Padahal kebanggaan yang bertentangan dengan Islam hanya akan menghinakan ia di
hadapan Allah Ta'ala.
Persoalan kedua, terurainya ikatan Islam sedikit demi sedikit. Dari Abi Amamah al-
Bahili radhiyallahu anhu, Rasululah shalallahu alaihi wasallah bersabda,

"Ikatan Islam betul-betul akan terurai satu persatu. Dan setiap kali terlepas satu ikatan,
maka manusia akan bergantung dengan ikatan berikutnya. Yang pertama adalah
terlepasnya hukum dan yang terakhir adalah salat." (HR. Ahmad).
Dalam hadis diatas, Rasulullah shalallahu alaihi wasallah sampaikan bahwa yang
pertama kali terlepas adalah hukum. Hukum ini, beserta ruang lingkupnya, mulai
terlepas satu demi satu, semenjak masa khalifatur rasyidin berakhir. Apa yang dahulu
ada di kekhalifahan ini, seperti majlis syura, penjagaan harta, dan penyampaian hak-hak
mulai hilang satu persatu. Harta, jiwa dan kehormatan kaum muslimin tidak lagi
dihukumi dengan syariat Allah Taala. Sebaliknya, demokrasi dan pemikiran-pemikiran
lainnya menjadi rujukan dalam menyelesaikan berbagai masalah ummat.
Bersamaan dengan itu, berubahlah kekhilafahan yang berbentuk syura kepada raja
yang menggigit, yang diwariskan secara turun-temurun dari bapak kepada anaknya.
Perkara hukum mulai diserahkan kepada bukan ahlinya dan amanah mulai disepelekan.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallah,

Jika suatu urusan diserahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah kehancurannya [
HR. Bukhori ].
Orang yang menyerahkan kekuasaan kepada seseorang, padahal ia tahu ada orang yang
lebih ahli dan baik darinya dalam membawa kekuasaan itu, maka ia telah menipu Allah,
rasul dan orang-orang mukmin.
Ma'asyiral muslimin, sidang mentoring rahimakumullah.
Bila kita melihat fenomena hari ini, maka kita dapati hukum Islam telah terurai satu
persatu. Hukum Islam telah digantikan dengan hukum yang lain. Aturannya diubah dan
pemahamannya dikaburkan. Kebodohan, bid'ah, khurafat, gambaran yang rusak dan
pemikiran yang membawa kepada kekafiran, juga telah tersebar di tengah kaum
muslimin. Ini semua adalah hasil dari perbuatan pemimpin Islam yang menyebarkan
kebodohan, meremehkan ilmu dan memerangi dakwah di belahan dunia. Setiap ada
dakwah yang bersungguh-sungguh untuk mengajarkan kepada manusia bahwa Allah itu
satu, Allah Taala adalah pemilik hukum dan kemuliaan umat Islam terletak pada Islam,
maka ia akan dihancurkan, pelakunya dicap dengan cap teroris, dijebloskan ke penjara
atau dihukum mati. Sementara dalam waktu bersamaan, ia memberi kesempatan
kepada khurafat dan bid'ah serta kemaksiatan untuk berkembang. Maka yang tersebar
di tengah manusia adalah kebodohan dan kerusakan.
Kembalilah kita pada masa jahilyah. Yaitu suatu masa yang jauh dari tuntunan Islam,
walau sesungguhnya masa jahiliyah telah meninngglkan kita. Bersamaan dengan itu,
masyarakat kita tidak paham dengan jahilyah menurut Islam. Sehingga mereka bangga
dengan budaya-budaya orang kafir, akhlaq orang kafir serta kebiasaan-kebiasaan
mereka. Inilah yang disinyalir oleh sahabat Umar bin Khattab radhiyallau anhu dalam
perkataannya,

Sesungguhnya akan terurai ikatan Islam ini sehelai demi sehelai, ketika ada dalam Islam
orang-orang yang tidak mengetahui apa itu jahiliyah. [kitab tauhid Shalih Fauzan juz 1]

Jamaah mentoring yang dirahmati Allah Taala
Persoalan yang ketiga adalah meninggalkan jihad. Jihad adalah bentuk kekuatan kaum
muslimin dan sebab kemuliaannya. Dengan jihad kaum muslimin menjadi kuat di
hadapan musuh-musuhnya. Sebagaimana yang diriwayatkan Abu Bakar as
Siddiq t bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallah bersabda :

Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fisabilillah kecuali Allah akan mengadzab
seluruh dari mereka. [ HR. Thobroni ].
Hari ini kaum muslimin telah meninggalkan jihad, mencintai dunia dan takut mati. Maka
benarlah apa yang telah diprediksikan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallah 14
abad silam. Beliau pernah bersabda,

"Apabila kalian telah melakukan penjualan secara kredit beserta tambahan harga,
mengikuti ekor sapi, suka terhadap pertanian, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan
menimpakan kepada kalian kehinaan yang tidak dilepaskan dari kalian sampai kalian
kembali kepada dien kalian." (HR. Abu Dawud).
Ketika kaum muslimin meninggalkan jihad, maka Allah Taala menimpakan kehinaan
kepada mereka. Dan kehinaan itu tidak akan dicabut kecuali mereka kembali pada Islam
dan jihad mereka. Dahulu, Islam berada dalam satu kekhilafahan, yang merupakan
simbol persatuan dan kesatuan. Semua kaum muslimin tunduk pada kekhilafahan ini.
Namun setelah kekhilafahan ini runtuh pada tahun 1924 M, karena meninggalkan jihad,
umat Islam berada di bawah kekuasaan orang kafir. Wilayahnya pun direbut dan dibagi-
bagi di antara mereka. Maka muncullah Italia, Perancis, Inggris, Belanda, Spanyol, dan
Portugal. Maka, sebagian umat Islam saat itu berada di bawah kekuasaan Perancis,
sedang sebagian yang lain dibawah kekuasan Inggris. Hukum Islam diberangus dan
digantikan dengan hukum mereka. Jihad disingkirkan dan kaum muslimin disibukkan
dengan perkara-perkara yang remeh.
Wilayah Islam yang dahulu merupakan wilayah yang luas, oleh mereka kemudian
dipecah-pecah menjadi negara-negara kecil, yang jumlahnya lebih dari 80 buah. Setiap
negara di dalamnya dimunculkan masalah-masalah, disamping dibuat bergantung
kepada dirinya. Dimunculkan fitnah dan konspirasi untuk mengadu domba satu dengan
yang lainnya. Iran diadu dengan Irak; Yaman dengan Oman; Mesir dengan Sudan, dan
sebagainya. Ini semua tentunya menjadikan kaum muslimin semakin lemah.
Disamping mengadu domba, mereka juga menanamkan pengaruh pengaruhnya.
Diantaranya adalah hukum jahiliyah, pendidikan sekuler, perilaku buruk, bahasa dan
adat istiadat yang menyimpang. Akibatnya, kaum muslimim tumbuh tidak pada
gambaran jernihnya sebagaimana telah diwariskan oleh para pendahulunya. Maka yang
muncul adalah perpecahan, perselisihan pandangan dan kekacuan, yang itu semua
berujung kepada kehinaan diri.
Akan tetapi Allah Taala akan senantiasa memenangkan dan menyempurnakan
cahayanya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya. Allah berfirman,

Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah
(justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya [ QS. As
Shoff : 8 ].
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah!
Itulah beberapa persoalan umat yang menjadi keprihatinan kita bersama. Semoga Allah
memberikan jalan keluar yang terbaik bagi kita semua. Dan menguatkan kita untuk
menempuh jalan tersebut.
Islam adalah din yang sempurna. Memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan
dengan jalan yang logis dan sesuai dengan fitrah manusia. Termasuk permasalahan
yang kami jelaskan didepan.
Islam memberikan konsep dakwah, amar ma'ruf nahyu munkar dan jihad fi sabilillah
dalam menghadapi realita ummat hari ini. Dengan dakwah kita pahamkan ummat
bahwa kemuliaan hanya dengan Islam. Hanya berislam secara kaffah seseorang
mendapat kemuliaan dihadapan Allah Taala dan manusia. Dan dengan amar
ma'ruf nahyu munkar serta jihad fi sabilillah kita akan hadapi orang-orang yang
menghalang-halangi dakwah dan kebenaran ini.
Sebelum kita tutup, marilah kita merenungi firman Allah Taala :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. [ QS. An Nahl : 125 ].
Dengan ayat ini dapat kita simpulkan bahwa dakwah, amar maruf nahyu munkar serta
jihad fisabilillah adalah solusi untuk mengembalikan kejayaan ummat serta solusi dari
seluruh permasalahannya.
Semoga umat ini senantiasa dibimbing Allah Ta'ala berjalan diatas kebenaran.
Diberikan solusi dari berbagai permasalahan. Dilindungi dari makar musuh-musuh
Islam, dan dimenangkan dari mereka dan diberi rizki kembalinya daulah Islam yang
telah sirna.
Demikian materi yang kami sampaikan. Semoga meningkatkan iman dan taqwa kita
pada Allah Ta'ala. Dan semoga kita di istiqomahkan dijalan-Nya yang mulia hingga kita
menemui ajal.

Materi 11
Hati-hati dari Teman yang Buruk

Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah
Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:


Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak
wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan
memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau
akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi
ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menerangkan bahwa teman dapat memberikan
pengaruh negatif ataupun positif sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya. Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam menyerupakan teman bergaul atau teman duduk yang baik
dengan penjual minyak wangi. Bila duduk dengan penjual minyak wangi, engkau akan
dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits. Paling minimnya
engkau dapati darinya bau yang harum yang akan memberi pengaruh pada jiwamu,
tubuh dan pakaianmu. Sementara kawan yang jelek diserupakan dengan duduk di dekat
pandai besi. Bisa jadi beterbangan percikan apinya hingga membakar pakaianmu, atau
paling tidak engkau mencium bau tak sedap darinya yang akan mengenai tubuh dan
pakaianmu.

Dengan demikian jelaslah, teman pasti akan memberi pengaruh kepada seseorang.
Dengarkanlah berita dari Al-Qur`an yang mulia tentang penyesalan orang zalim pada
hari kiamat nanti karena dulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat
dan menyimpang, hingga ia terpengaruh ikut sesat dan menyimpang.


Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata,
Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah
bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia
telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku. Dan
adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan: 27-29)

Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata:


Tidak perlu engkau bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa
temannya
Karena setiap teman meniru temannya
Bila engkau berada pada suatu kaum maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari
mereka
Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina niscaya engkau akan
hina bersama orang yang hina

Karenanya lihat-lihat dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan.

Dampak Teman yang Jelek

Ingatlah, berteman dengan orang yang tidak baik agamanya, akhlak, sifat, dan
perilakunya akan memberikan banyak dampak yang jelek. Di antara yang dapat kita
sebutkan di sini:

1. Memberikan keraguan pada keyakinan kita yang sudah benar, bahkan dapat
memalingkan kita dari kebenaran. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala berfirman:


Lalu sebagian mereka (penghuni surga) menghadap sebagian yang lain sambil
bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, Sesungguhnya aku dahulu
(di dunia) memiliki seorang teman. Temanku itu pernah berkata, Apakah kamu sungguh-
sungguh termasuk orang yang membenarkan hari berbangkit? Apakah bila kita telah
meninggal dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, kita benar-benar akan
dibangkitkan untuk diberi pembalasan. Berkata pulalah ia, Maukah kalian meninjau
temanku itu? Maka ia meninjaunya, ternyata ia melihat temannya itu di tengah-tengah
neraka yang menyala-nyala. Ia pun berucap, Demi Allah! Sungguh kamu benar-benar
hampir mencelakakanku. Jikalau tidak karena nikmat Rabbku pastilah aku termasuk
orang-orang yang diseret ke neraka. (Ash-Shaffat: 50-57)

Dengarkanlah kisah wafatnya Abu Thalib di atas kekafiran karena pengaruh teman yang
buruk. Tersebut dalam hadits Al-Musayyab bin Hazn, ia berkata, Tatkala Abu Thalib
menjelang wafatnya, datanglah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Beliau dapati di
sisi pamannya ada Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah.
Berkatalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , Wahai pamanku, ucapkanlah Laa
ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah. Namun kata
dua teman Abu Thalib kepadanya, Apakah engkau benci dengan agama Abdul
Muththalib? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terus menerus meminta
pamannya mengucapkan kalimat tauhid. Namun dua teman Abu Thalib terus pula
mengulangi ucapan mereka, hingga pada akhirnya Abu Thalib tetap memilih agama
nenek moyangnya dan enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
2. Teman yang jelek akan mengajak orang yang berteman dengannya agar mau
melakukan perbuatan yang haram dan mungkar seperti dirinya. Allah Subhanahu wa
Taala berfirman tentang munafikin:


Mereka menginginkan andai kalian kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian
menjadi sama. (An-Nisa`: 89)

3. Tabiat manusia, ia akan terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan perilaku teman
dekatnya. Karenanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Seseorang itu menurut agama teman dekat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang
dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat1. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi.
Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927)

4. Melihat teman yang buruk akan mengingatkan kepada maksiat sehingga terlintas
maksiat dalam benak seseorang. Padahal sebelumnya ia tidak terpikir tentang maksiat
tersebut.

5. Teman yang buruk akan menghubungkanmu dengan orang-orang yang jelek, yang
akan memudaratkanmu.

6. Teman yang buruk akan menggampangkan maksiat yang engkau lakukan sehingga
maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hatimu dan engkau akan menganggap tidak
apa-apa mengurangi-ngurangi dalam ketaatan.

7. Karena berteman dengan orang yang jelek, engkau akan terhalang untuk berteman
dengan orang-orang yang baik/shalih sehingga terluputkan kebaikan darimu sesuai
dengan jauhnya engkau dari mereka.

8. Duduk bersama teman yang jelek tidaklah lepas dari perbuatan haram dan maksiat
seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya. Bagaimana tidak, sementara
majelis orang-orang yang jelek umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan
menjadi penyesalan dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :


Tidak ada satu kaum pun yang bangkit dari sebuah majelis yang mereka tidak berzikir
kepada Allah taala dalam majelis tersebut melainkan mereka bangkit dari semisal
bangkai keledai2 dan majelis tersebut akan menjadi penyesalan bagi mereka. (HR. Abu
Dawud. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 77)
Demikian Semoga ini menjadi peringatan!

(Dinukil secara ringkas dengan perubahan dan tambahan oleh Ummu Ishaq Al-
Atsariyah dari kitab Al-Mukhtar lil Hadits fi Syahri Ramadhan, hal. 95-99)
1. Seseorang akan berperilaku seperti kebiasaan temannya dan juga menurut jalan serta
perilaku temannya. Maka hendaknya setiap kita merenungkan dan memikirkan dengan
siapa kita bersahabat. Siapa yang kita senangi agama dan akhlaknya maka kita jadikan
ia sebagai teman, dan yang sebaliknya kita jauhi. Karena yang namanya tabiat akan
saling meniru dan persahabatan itu akan berpengaruh baik ataupun buruk. (Tuhfatul
Ahwadzi, kitab Az-Zuhd, bab 45)
2. Sama dengan bangkai keledai dalam bau busuk dan kotornya. (Aunul Mabud, kitab
Al-Adab, bab Karahiyah An Yaqumar Rajulu min Majlisihi wala Yadzkurullah)
Sumber : http://www.asysyariah.com

Materi 12
Lima Perusak Hati
Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula
perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib. Lebih lagi dibulan
ramadhan, karena bulan ini Allah Taala jadikan bulan pendidikan. Allah mudahkan hamba-Nya
berbuat baik dan Allah Taala tutup pintu-pintu setan.
Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara,
'bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada
selain Allah, kekenyangan dan banyak tidur.'
1. Bergaul dengan banyak kalangan
Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan
menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati,
melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam
memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dari Nabi shalallahualahi wa sallam bersabda,

- -


Seseorang itu atas din saudaranya. Maka lihatlah salah seorang diantara kalian, siapa yang
ditemani. (HR. Ahmad)
Artinya, kalau kita ingin melihat kualitas din seseorang, maka lihatlah teman-temannya. Jika
temannya adalah orang-orang rusak, maka dinnya rusak. Dan jika temannya adalah orang-orang
shalih, maka dinnyapun baik.
Allah Taala berfirman,
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67).
Maka bergaullah dengan para ulama dan orang-orang sholih, karena ia ibarat makanan yang
kita konsumsi setiap hari. Sedikit saja kita jauh darinya akan menjadikan hati kita jauh dari
Allah Taala dan Islam. Sebaliknya, kita harus menjauhi teman para ahli bidah dan ahli
maksiyat, karena ia adalah racunnya hati yang dapat mematikan hati kita dan sulit
mendapatkan petunjuk dari Allah Taala.
Jamaah mentoring rahimakumullah
2. Larut dalam angan-angan kosong
Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-
orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak
angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa
mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai.
Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia, maka cita-citanya adalah seputar ilmu,
iman dan amal shalih yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Dan ini adalah cita-cita terpuji.
Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam
memuji orang yang bercita-cita terhadap kebaikan.
3. Bergantung kepada selain Allah
Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari
bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah. Jika seseorang bertawakkal kepada selain
Allah maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung
kepadanya. Allah akan menghinakannya dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan
mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya.
Allah berfirman, artinya,
"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu
menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan
mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-
sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82)
Maka orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang
berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah
yang paling lemah dan rapuh. Lebih dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah
dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang yang melakukannya adalah orang
hina dan nista. Allah berfirman, artinya: "Janganlah kamu adakan tuhan lain selain Allah, agar
kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (Al-Isra': 22)
4. Makanan
Makanan perusak ada dua macam.
Pertama , merusak karena dzat/materinya, dan ia terbagi menjadi dua macam. Yang
diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring dan
burung yang berkuku tajam. Kedua, yang diharamkan karena hak hamba, seperti barang curian,
rampasan dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau
takut terhina.
Kedua, merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam
hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas
mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa
nafsunya. Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat dan karenanya ia mudah mengikuti
komando setan. Setan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa mempersempit
aliran darah dan menyumbat jalannya setan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah
dan membuat setan betah tinggal berlama-lama. Barangsiapa banyak makan dan minum,
niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi.
Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan, "Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang
lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah bagi anak Adam
beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka
sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk
nafasnya." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani).
5. Kebanyakan tidur
Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa
serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali
tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.
Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah
hari (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan
pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.
Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat Shubuh dengan terbitnya matahari.
Sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah
melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut
hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan
dibagi-bagikannya rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang strategis
dan sangat menentukan masa-masa setelahnya. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya
karena benar-benar sangat terpaksa.
Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada pertengahan pertama
dari malam, serta pada seperenam bagian akhir malam, atau sekitar delapan jam. Dan itulah
tidur yang baik menurut pada dokter. Jika lebih atau kurang daripadanya maka akan
berpengaruh pada kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada
awal malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur yang dibenci Rasul
shallallahu 'alaihi wa sallam. (Amru)
(Disadur dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, min kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah)

Materi 13
Mewaspadai Jahiliyyah
Banyak orang yang mengira bahwa masa jahiliyah telah berakhir bersamaan dengan
datangnya ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu alahi wasallam. Bahkan
bisa jadi, mereka menduga bahwa kejahiliyahan itu hanya terdapat pada masyarakat
Arab sebelum Islam. Padahal sebenarnya kejahilyahan itu ada pada setiap masyarakat,
tempat dan masa. Dengan kata lain, kejahiliyahan itu bisa terjadi dimana saja, kapan
saja dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun juga. Disinilah letak pentingnya
bagi kita untuk memahami apa itu jahiliyah yang sebenarnya.
Umar Ibnul khottob radhiallahuanhu berkata :

Sesungguhnya akan terurai ikatan Islam ini sehelai demi sehelai, ketika ada dalam Islam
orang-orang yang tidak mengetahui apa itu jahiliyah.
Menurut Ibnu Taimiyah, seperti yang dikutip oleh Muhammad Qutb, jahl itu bermakna
tidak memiliki atau tidak mengikuti ilmu Karena itu, orang yang tidak memiliki
pengetahuan tentang yang haq (benar) adalah jahil, apalagi kalau tidak mengikuti yang
haq itu. Atau tahu yang haq tapi prilakunya bertentangan dengan yang haq, meskipun
dia sadar atau paham bahwa apa yang dilakukannya memang bertentangan dengan
yang haq itu sendiri.

JAHILIYAH DALAM AL-QURAN
Di dalam Al-Quran, Allah Taala berfirman tentang jahiliyah yang penggunaannya untuk
tiga hal. Hal ini menjadi penting untuk kita pahami agar dengan demikian kita
menyadari bahwa jahiliyah itu tidaklah semata-mata bodoh dalam arti tidak punya
ilmu, apalagi sekedar bodoh secara intelektual.

1. Jahiliyah Dalam Ketuhanan
Banyak orang yang paham dengan berbagai ilmu. Akan tetapi mereka tidak paham dan
tidak mengenal Allah Taala. Bahkan jika mereka ditanya tentang uluhiyah, rububiyah
serta asma wa sifat Allah Taala tidak mereka pahami sama sekali. Padahal salah satu
hal yang wajib dipelajari oleh seorang mukmin adalah mengetahui siapa sebenarnya
Allah Taala. Maka pandainya ia dalam berbagai hal, akan tetapi tidak memahami hal ini
tetap dianggap bodoh. Lihatlah kisah bani israil yang memohon kepada Rasulullah
untuk dibuatkan sembahan sebagaimana sembahan orang-orang musyrik. Allah Taala
berfirman,
Bani Israil berkata, Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana
mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala). Musa menjawab, Sesungguhnya kamu ini
adalah kaum yang tidak mengetahui/jahil (QS Al-Araaf:138).
Dalam Islam, mengetahui siapa Allah Taala merupakan masalah yang paling mendasar,
bila pada masalah ini manusia sudah menyimpang dari nilai-nilai Islam, maka tidak
akan mungkin terwujud kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Perlu dipahami bahwa
tugas utama seluruh nabi adalah mengajak tauhid dan menjauhkan syirik. Sedangkan
tauhid itu adalah mengesakan Allah Taala. Karena itu, bila manusia mengabaikan misi
para Rasul ini, kehancuran hidup dunia dan akhirat tidak bisa dielakkan lagi.

2. Jahiliyah Dalam Akhlak
Kata Jahiliyah juga digunakan oleh Allah Taala untuk menamakan akhlak atau prilaku
yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Misalnya saja penampilan seorang wanita
yang tidak Islami, sikap sombong, pembicaraan yang tidak bermanfaat, perzinahan, dll.
Allah Taala berfirman,

Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu
(QS 33:33).
Mujahid berkata, yang disebut bertingkah laku sebagaimana orang jahiliyah adalah
keluarnya wanita dari rumahnya dan berjalan melewati para lelaki. (Tafsir Ibnu katsir)
Terdapat juga firman lain yang artinya,
Ketika orang-orang kafir menanamkan ke dalam hati mereka kesombongan (yaitu)
kesombongan jahiliyyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan
kepada orang-orang mumin. (QS Al-Fath:26)
Dan ayat yang menggambarkan kejahiliyahan dalam bentuk pembicaraan yang tidak
bermanfaat adalah firman Allah yang artinya,
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling
daripadanya dan mereka berkata, Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal
kamu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang
jahil. (QS Al-Qashash:55)

Kejahiliyahan dalam akhlak telah membawa dampak negatif yang sangat besar sejak
masa lalu hingga hari ini dan hari kiamat nanti. Terjadi kerusakan dibidang
perekonomian, kemanusiaan, kekeluargaan, kemasyarakatan hingga lingkungan hidup
yang didiami oleh manusia dan manusia mengalami akibat dari semua itu, Allah
berfirman yang artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Ar-Rum:41)

3. Jahiliyah Dalam Hukum
Dalam masalah hukum, Allah Taala juga menggunakan kata jahiliyah untuk hukum-
hukum selain dari hukum Allah atau hukum yang bertentangan dengan hukum-Nya. Itu
sebabnya seorang muslim jangan menggunakan hukum yang lain kecuali hukum Allah
atau jangan gunakan hukum yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Dalam
pelaksanaan hukum, manusia sebenarnya mencari keadilan dan manusia tidak akan
memperoleh keadilan itu kecuali apabila hukum-hukum Allah ditegakkan. Karena itu,
amat aneh apabila manusia ingin mendapatkan keadilan yang hakiki, tapi hukum-
hukum lain, yakni hukum yang bertentangan dengan hukum Allah diperjuangkan
penegakkannya. Hukum yang datang dari Allah memberikan keadilan bagi umat
manusia, baik dalam masalah pribadi, keluarga maupun masyarakat, negara dan bangsa.
Allah berfirman yang artinya,
Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin. (QS Al-Maaidah:50)
Sebagai sebuah contoh, ketika beberapa orang sahabat datang kepada Rasulullah
Shalallahu alahi wasallam untuk meminta komentar atas terjadinya pelanggaran
hukum yang dilakukan para pembesar masyarakat tapi mereka dibiarkan saja dengan
kesalahan dan dosa yang mereka lakukan, maka Rasulullah menegaskan,
Seandainya anakku, Fatimah mencuri, akan aku potong tangannya.
Disamping itu, ketika Ali bin Abi Thalib mengajukan ke pengadilan seorang Yahudi yang
mencuri baju besinya kepada Khalifah Umar bin Khattab, maka di pengadilan itu, Umar
justeru membebaskan orang Yahudi dari segala tuduhan, karena kesalahan yang
dilakukannya tidak bisa dibuktikan secara hukum. Tegasnya amat banyak contoh dalam
sejarah yang menggambarkan betapa bila hukum-hukum Allah ditegakkan, manusia
akan mendapatkan keberuntungan, bahkan tidak hanya bagi kaum muslimin, tapi juga
mereka yang non muslim. Sementara ketika hukum-hukum jahiliyah yang tegak, maka
yang menderita bukan hanya mereka yang jahiliyah, kita yang taat kepada Allah juga
bisa merasakan akibat buruknya. Hanya persoalannya, begitu banyak manusia yang
bodoh sehingga tidak bisa membedakan mana yang haq dan bathil dan akibatnya
tidak bisa menjatuhkan pilihannya kepada kepada yang haq itu.

Oleh karena itu, siapa saja yang tidak mau berhukum kepada hukum Allah, ada
dimasukkan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, Allah berfirman yang artinya,
Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang kafir. (QS Al-Maaidah:44).
Dalam kehidupan kita di dunia ini, tiga persoalan di atas merupakan sesuatu yang tidak
terpisah-pisah, yakni aqidah, syariah dan akhlak. Karena itu, apabila pada tiga sisi ini
tidak sejalan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya dalam diri kita, itu berarti terjadi
kejahiliyahan pada diri kita yang tentu saja harus kita jauhi, karena kejahiliyahan
merupakan sesuatu yang tercela dan itu sebabnya, Rasulullah Shalallahu alahi
wasallam bertugas membebaskan manusia dari segala unsur kejahiliyahan.
Materi 14
Kisah Seorang Kristen Yang Masuk Islam


Adalah seorang laki-laki keturunan, sang ayah Holandia dan ibu Indonesia dari Kota Ambon
yang terletak di pulau kecil di ujung timur kepulauan Indonesia. Kristen adalah agama yang
diwariskan keluarganya dari bapak dan kakeknya. Kakeknya adalah seorang yang punya
kedudukan tinggi pada agama kristen yang bermadzhab protestan, bapaknya juga demikian,
namun ia bermadzhab Pantikosta. Sedangkan ibunya sebagai pengajar injil untuk kaum wanita,
adapun dia sendiri juga punya kedudukan dan sebagai ketua bidang dakwah di sebuah Gereja
Bethel Injil Sabino.
Tidak terbetik dalam hatiku walau sedikit pun untuk menjadi seorang muslim, sebab sejak kecil
aku mendapatkan pelajaran dari orang tuaku yang selalu mengatakan padaku bahwa
Muhammad adalah seorang laki-laki badui, tidak punya ilmu, tak dapat membaca dan menulis.
Bahkan lebih dari itu, aku telah membaca buku Profesor Doktor Ricolady, seorang nasrani dari
Prancis bahwa Muhammad itu seorang dajjal yang tinggal di tempat kesembilan dari neraka.
Demikianlah kedustaan itu dibuat untuk menjatuhkan pribadi Rasul shallallahu alaihi wa
sallam, sejak itulah tertanam pada diriku pemikiran salah yang mendorongku untuk menolak
Islam dan menjadikannya sebagai agama.


Pada suatu hari pimpinan gereja mengutusku untuk berdakwah selama tiga hari tiga malam di
Kecamatan Dairi, letaknya cukup jauh dari ibu kota Medan yang terletak di sebelah selatan
pulau Sumatra Indonesia. Setelah selesai, aku hendak menemui penanggung jawab gereja di
tempat itu. Tiba-tiba seorang laki-laki muncul di hadapanku, lalu bertanya dengan pertanyaan
aneh, "Engkau telah mengatakan bahwa Isa Al-Masih adalah tuhan, mana dalilmu tentang
ketuhanannya?" Aku menjawab, "Baik ada dalil ataupun tidak, perkara ini tidak penting bagimu,
jika kamu mau beriman berimanlah, jika tidak kufurlah."

Namun, ketika aku pulang ke rumah, suara laki-laki itu mengganggu pikiranku dan selalu
terngiang-ngiang di telingaku, mendorongku untuk melihat Kitab Injil mencari jawaban yang
benar dari pertanyaannya. Telah diketahui bahwa di sana ada empat kitab Injil yang berbeda-
beda, salah satunya MATHIUS, yang lainnya MARKUS, yang ketiga LUKAS, dan yang keempat
YOHANNES, semuanya buatan manusia. Ini aneh sekali, aku bertanya-tanya pada diriku,
"Apakah Al Quran dengan nuskhoh yang berbeda-beda juga buatan manusia?" Aku
mendapatkan jawaban yang tak bisa lari darinya yakni dengan pasti, "Bukan!"

Aku mempelajari keempat Injil tersebut, lalu apa yang kudapatkan? Injil MATHIUS berbicara
apa tentang Al-Masih Isa alaihis salam? Kami membaca di dalamnya sebagai berikut,
"Sesungguhnya Isa Al-Masih bernasab kepada Ibrohim dan kepada Daud" (1-1), lalu kalau
begitu siapa Isa? Bukankah ia anak manusia? Ya, kalau begitu dia manusia. Injil LUKAS berkata,
"Dialah yang merajai atas rumah Yakub untuk selama-lamanya. Kerajaannya tidak akan
berakhir." (1-33). Dan Injil MARKUS berkata, "Inilah silsilah yang menasabkan Isa Al Masih anak
Allah." (1). Dan yang terakhir injil YOHANNES berbicara apa tentang Isa Al Masih? Ia berkata,
"Pada awalnya ia adalah kalimat, dan kalimat itu di sisi Allah, maka kalimat itu adalah Allah."
(1:1). Makna dari nash ini dia pada awalnya adalah Al-Masih dan Al-Masih di sisi Allah, maka Al-
Masih adalah Allah.

Aku bertanya pada diriku, "Berarti di sana ada perbedaan yang jelas pada empat kitab ini
seputar dzat Isa alaihis salam, apakah ia manusia ataukah anak Allah ataukah Raja ataukah
Allah? Hal itu telah menyulitkanku dan aku belum menemukan jawabannya. Di sini aku ingin
bertanya kepada teman-temanku orang-orang kristen, "Apakah didapatkan dalam Al-Quran
pertentangan antara satu ayat dengan yang lainnya?" Pasti tidak! Kenapa? Karena Al-Quran
datang dari sisi Allah subhanahu wa taala, adapun Injil-injil ini hanyalah buatan manusia. Kalian
tahu dan tidak ragu kalau Isa alaihis salam sepanjang hidupnya berdakwah kepada Allah di
sana-sini, kita patut bertanya: apa landasan awal yang didawahkan oleh Isa alaihis salam?

Ini Injil MARKUS berkata, "Seseorang datang dari Al Katbah, ia mendengar mereka berbincang-
bincang, ketika terlihat bahwa ia adalah (Al-Masih) mereka menerimanya dengan baik,
menanyainya tentang ayat wasiat pertama? Ia menjawab sambil berjalan: Sesungguhnya wasiat
yang pertama ialah Dengarkan wahai Bani Israil! Rabb Tuhan kita adalah Rabb yang Esa." (12:
28-29). Inilah pengakuan yang jelas dari Isa alaihis salam, jadi kalau Isa telah mengaku bahwa
Allah adalah Tuhan yang Esa/Satu, maka siapakah Isa kalau begitu? Jika Isa adalah Allah juga,
maka takkan pernah ada keesaan bagi Allah. Bukankah begitu?

Kemudian, aku lanjutkan pencarianku dan aku temukan pada Injil YOHANNES nash-nash yang
menunjukkan doa dan ketundukan Isa Al-Masih alaihis salam kepada Allah subhanahu wa taala.
Aku bertanya pada diriku: Jika sekiranya Isa adalah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu,
lalu apakah ia membutuhkan kepada ketundukan dan doa? Tentu tidak! Oleh karena itu, Isa
bukan tuhan tetapi dia adalah makhluk seperti kita. Simaklah bersamaku doa yang terdapat
dalam injil YOHANNES, inilah nash doanya: "Inilah kehidupan yang abadi agar mengetahui
bahwa Engkaulah Tuhan yang hakiki, dan berjalanlah Al-Masih yang Engkau telah mengutusnya,
aku pekerjamu di bumi, amal yang Engkau telah berikan padaku ialah amalan yang aku telah
menyempurnakannya." (17-3-4). Ini doa yang panjang, yang akhirnya berkata, "Wahai Rabbul
Baar, sesungguhnya alam tidak mengenalMu, adapun aku mengenalMu dan mereka telah
mengetahui bahwa Engkau telah mengutusku dan Engkau telah mengenalkan mereka akan
namaMu dan aku akan mengenalkan mereka agar pada mereka ada kecintaan seperti Engkau
telah mencintaiku." (17-25-26).

Doa ini menggambarkan pengakuan Isa alaihis salam bahwa Allah Dialah Yang Maha Esa dan Isa
adalah utusan Allah yang diutus pada kaum tertentu, bukan pada seluruh manusia, siapakah
kaumnya itu? Kita baca dalam Injil MATHIUS (15:24) di mana ia berkata, "Aku tidak diutus,
melainkan pada kaum di rumah Israil yang sasar." Kalau demikian, jika kita gabungkan
pengakuan-pengakuannya ini dengan yang lainnya, sangat mungkin untuk kita katakan bahwa,
"Allah adalah Tuhan Yang Esa dan Isa adalah utusan Allah kepada Bani Isroil." Kemudian
kulanjutkan pencarianku, maka aku teringat saat aku sholat aku selalu membaca kalimat
berikut: (Allah Bapak, Allah Anak, Allah Roh Qudus, tiga dalam satu). Aku berkata pada diriku:
Perkara yang sangat aneh! Kalau kita bertanya pada siswa kelas satu sekolah dasar "1 + 1 + 1 =
3 ?" Pasti akan menjawab "ya". Kemudian, jika kita katakan padanya, "Akan tetapi 3 juga = 1?"
Tentu dia takkan menyepakati hal itu, sebab di sana terdapat pertentangan yang jelas pada apa
yang kami ucapkan, karena Isa alaihis salam berkata dalam Injil seperti yang kami lihat bahwa
Allah Esa tidak ada serikat baginya.

Telah terjadi pertentangan kuat antara aqidah yang menancap di jiwaku sejak kecil, yakni: tiga
dalam satu, dengan apa yang diakui Isa Al-Masih sendiri dalam kitab-kitab injil yang ada di
tengah-tengah kita sekarang bahwa sesungguhnya Allah itu satu tidak ada serikat baginya.
Mana dari keduanya yang paling benar? Belum ada usahaku untuk mengikrarkannya waktu itu,
namun yang benar dikatakan bahwa sesungguhnya Allah itu Esa/satu. Kemudian, aku cari lagi
dari kitab injil dari awal, barangkali aku temukan apa yang kuinginkan. Sungguh telah
kutemukan dalam pencarianku nash berikut ini: "Ingatlah wali-wali sejak dulu, karena
sesungguhnya Aku adalah Allah, sedang yang lainnya bukan tuhan dan tak ada yang
menyerupaiku." (46: 9). Sungguh perkara yang menakjubkan saat aku berpegang teguh dengan
Islam, aku mendapatkan dalam surat Al-Ikhlash firman Allah Taala, "Dengan nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung padaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Ya, selama kalam itu adalah
kalam Allah, maka tidak akan berbeda di manapun didapatkannya. Inilah pelajaran pertama
pada agamaku masihiyyah yang dulu, dengan demikian "tiga dalam satu" tidak ada
keberadaannya dalam jiwaku.

Adapun pelajaran kedua dalam agama masihiyyah bahwa di sana ada yang disebut dengan
warisan dosa atau kesalahan awal, maksudnya ialah bahwa dosa yang diperbuat Adam alaihis
salam ketika memakan buah yang diharamkan dari pohon yang berada di surga, pasti seluruh
anak manusia akan mewarisi dosa ini. Sekalipun janin yang berada dalam rahim ibu akan
menanggung dosa ini dan akan lahir dalam keadaan berdosa. Apakah ini benar atau salah? Aku
cari tentang kebenaran hal tersebut. Aku merujuk pada Perjanjian Lama, di tengah pencarianku,
aku menemukan pada hizqiyal sebagai berikut, "Seorang anak tidak menanggung dari dosa
seorang bapak. Seorang bapak tidak menanggung dari dosa seorang anak " (hizqiyal: 18: 20-
21).

Barangkali yang cocok untuk kami sebutkan di sini apa yang dikatakan Al-Quranul Karim pada
masalah ini, "Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain " Dan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitroh, kedua
orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau menjadikannya Nashrani atau
menjadikannya Majusi." Inilah dia kaidah dalam Islam dan menyepakatinya apa yang
ada/datang dalam injil, lalu bagaimana bisa dikatakan bahwa kesalahan Adam akan berpindah
dari satu generasi ke generasi lainnya, dan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa?

Walhamdulillahi robbil alamin.

(Bagian II - Habis)

Aku melanjutkan pencarianku tentang beberapa hal yang berkaitan dengan keyakinan, pada
suatu hari kuletakkan Injil dan Al-Quran di depanku, kutujukan pertanyaan pada Injil, "Apa yang
engkau ketahui tentang Muhammad?" Jawabannya: tidak ada, karena nama Muhammad tidak
terdapat dalam Injil. Kemudian kutujukan pertanyaan berikutnya pada Isa seperti Al-Quran
telah bercerita tentangnya, "Wahai Isa ibnu Maryam, apa yang engkau ketahui tentang
Muhammad?" Jawabannya: sungguh Al Quran telah menyebutkan perkara yang tidak ada
keraguan sedikit pun bahwa seorang Rasul yang pasti akan datang setelahku namanya adalah
Ahmad. Allah berfirman atas lisan Isa alaihis salam, "Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam
berkata: Hai bani Isroil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
(yang turun) sebelumku yaitu Taurot dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang
Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad), maka tatkala Rasul itu
datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah
sihir yang nyata." (QS Ash Shaff: 6). Lihatlah! Mana yang benar?!


Di sana ada satu Injil, yakni Injil BARNABAS, berbeda dengan empat Injil yang telah kusebutkan
sebelumnya, namun sayang para pemuka-pemuka agamanya (Nashrani) mengharamkan
pengikutnya untuk mentelaahnya. Tahukah kenapa? Yang paling benar ialah karena inilah satu-
satunya Injil yang memuat kabar gembira tentang Muhammad, di dalamnya terdapat beberapa
tambahan dan penyimpangan yang sangat, seperti halnya tedapat pula kenyataan yang sesuai
dengan apa yang ada dalam Al Quran Al Karim. Dalam Injil Barnabas (Ishaah: 163), "Waktu itu
para murid bertanya kepada Al Masih: Wahai guru! Siapa yang akan datang sesudahmu? Al
Masih menjawab dengan senang dan gembira: Muhammad utusan Allah pasti akan datang
sesudahku bagaikan awan putih akan menaungi orang-orang yang beriman seluruhnya."

Kemudian, kubaca lagi ayat lainnya dari Injil Barnabas yakni ucapannya pada (Ishaah: 72),
"Waktu itu seorang murid bertanya kepada Al-Masih: Wahai guru! Saat Muhammad datang apa
tanda-tandanya hingga kami mengenalnya? Al-Masih menjawab: Muhammad tidak akan datang
pada masa kita, tetapi akan datang setelah seratus tahun kemudian ketika Injil diubah
(direkayasa) dan orang-orang yang beriman kala itu jumlah mereka tidak sampai tiga puluh
orang, maka ketika itu Allah subhanahu wa taala akan mengutus penutup para Nabi dan Rasul-
rasul, yaitu Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam."

Telah disebutkan berulang-ulang yang demikian itu dalam Injil Barnabas, aku telah
menghitungnya dan kudapatkan sebanyak empat puluh lima ayat menyebutkan tentang
Muhammad. Aku sebutkan dua ayat di atas di antaranya sebagai satu bukti.

Setelah ini semua, aku berazzam untuk keluar dari gereja dan tidak akan pernah pergi lagi
padanya, saat ini tidak ada di hadapanku, kecuali Islam. (Lihat kitab Uluwul Himmah, karya
Muhammad Ahmad Ismail Al-Muqoddim).

Para pembaca rahimakumullah demikianlah Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu alaihi wa
sallam sebagai rahmat bagi semesta alam, menuntut kita selaku para pemeluknya untuk
bersyukur. Allah berfirman, "Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan
(iman)mu, dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur niscaya
Dia meridhoi kesyukuranmu itu, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Kemudian kepada tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di (dada)mu." (QS Az
Zumar: 7).

Di sini ada beberapa hal yang perlu untuk kita perhatikan, wallahul haadi ila sabilir rosyad.

Pertama: manusia itu satu umat, memeluk agama yang satu. Allah berfirman, "Manusia
dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih, kalau tidaklah karena suatu
ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara
mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu." (QS Yunus: 19).

Kedua: Islam adalah agama tauhid. Allah berfirman, "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang
diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka, barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat
hisabnya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam) maka katakanlah:
Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku. Dan
katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi,
Apakah kamu (mau) masuk Islam? Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah
mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan
(ayat-ayat Allah) dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya." (QS Ali Imron: 18-20).

Ketiga: Aqidah tauhid adalah fitroh manusia. Allah berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab:
Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). Atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-
orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak
keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami
karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu." (QS Al Araaf: 172-173).

Keempat: Petunjuk Allah mutlak harus diikuti. Allah berfirman, " Katakanlah sesungguhnya
petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan
diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu
percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu. Katakanlah
sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunianya kepada siapa yang
dikehendakinya. Dan Allah maha luas karunianya lagi maha mengetahui." (QS Ali Imron: 73).

Kelima: Isa alaihis salam adalah Nabi dan Rasul Allah. Allah berfirman, "Wahai Ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap
Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan
(yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan dengan
(tiupan roh) dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah
kamu mengatakan, (Tuhan itu) tiga. Berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Segala yang
di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya, cukuplah Allah sebagai pemelihara." (QS An Nisaa:
171).
Ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari.
(Diringkas dari kitab Uluwul Himmah).

Diambil dari Buletin Al-Wala wal-Bara edisi ke-11 Tahun ke-1 / 28 Februari 2003 M / 26 Dzul
Hijjah 1423 H

Walhamdulillahi robbil alamin. www.suaramedia.com

Materi 15
Orang-Orang Yang Merugi
Sesuatu itu dianggap berharga jika ia memiliki nilai yang besar pada manusia. Dan jika
nilai tersebut hilang pada manusia, maka ia akan merasa sedih dan rugi. Semakin
seseorang menganggap apa yang ia miliki tersebut berharga, maka semakin sedih dan
rugi saat yang ia anggap berharga itu hilang darinya.
Memang sesuatu yang merugikan kita dalah sesuatu yang tidak mengenakkan. Bahkan
bisa menjadikan kita sedih dan gundah gulana. Tidak sedikit diantara manusia yang
imannya tipis harus berputus asa karena kerugian yang telah menimpanya.
Hari ini banyak orang yang merasa rugi saat harta yang ia miliki lepas darinya. Atau
merasa gundah gulana dan sedih saat orang yang ia cintai hilang dari sisi mereka. Atau
juga ada yang merasa benar-benar merugi saat jabatan yang ia usahakan dan diimpikan
hilang darinya.
Al-Qur'an telah memberikan obat dari berbagai kerugian yang dialami seseorang. Lewat
Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan pada kita berbagai kerugian yang dialami manusia
serta cara menjauhinya.
Sedangkan kerugian yang paling besar adalah saat kerugian tersebut menimpa
agamanya. Saat seseorang terjerembab pada perbuatan dosa dan maksiat. Dan saat
ibadah kepada Allah terasa hambar dan merasakan kelezatan sama sekali. Kerugian ini
adalah kerugian yang paling buruk, karena baik dan buruk din seseorang sangat
mempengaruhi kehidupan seseorang dunia dan akhirat.
Jama'ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta'ala
Diantara sebab kerugian seseorang pada kehidupan akhiratnya antara lain :
Pertama : Ta'at kepada syaitan. Ini adalah pangkal kerugian dan kebangrutan
pada kehidupan seseorang. Allah Ta'ala berfirman,

Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka


Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. [ QS. An Nisa' : 119 ].
Imam As Sa'di berkata, Kerugian mana yang lebih besar dibandingkan orang yang rugi
dinnya dan dunianya karena dibinasakan oleh kemaksiatannya dan kesalahan-
kesalahannya? Kemudian ia mendapatkan kesengsaraan yang abadi dan hilanglah
darinya kesenangan yang abadi. [ Tafsir as sa'di pada ayat tersebut ].

Setan selalu mengajak untuk mendustakan hari akhir, mengajak untuk mendustakan Al-
Qur'an dan kebenaran. Setan juga mengajak manusia untuk bersenang-senang terhadap
kehidupan dunia dan lalai terhadap akhirat. Tidak hanya itu, setan mengkader para
walinya untuk menjadi penyeru-penyeru kebatilan dan para penolong musuh-musuh
Allah dan Rasul-Nya.
Jika kita tanyakan kepada kaum muslimin apakah setan menjadi musuh kita atau teman
kita? Pasti mereka menjawab setan adalah musuh kami. Tetapi kanapa mereka masih
senang terhadap setan dan mengikuti langkah-langkahnya? Mungkin karena kebodohan
mereka atau nafsu mereka yang lebih kuat untuk mengikuti setan.
Sebab yang kedua : Mengikuti teman yang buruk. Seseorang itu tidaklah jauh
dari teman dekatnya. Jika ia memilih teman dekat yang baik, maka kebaikan akan
menular pada dirinya. Sebaliknya, jika ia memilih teman dekat yang buruk, ia pasti akan
tertular keburukannya. Allah Ta'ala berfirman,

Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang
bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka
keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia,
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. [ QS. Fusshilat : 25 ].
Yang dimaksud dengan yang ada di hadapan ialah nafsu dan kelezatan di dunia yang
sedang dicapai, sedang yang dimaksud dengan di belakang mereka ialah angan-angan
dan cita-cita yang tidak dapat dicapai.
Sedangkan ta'at kepada orang-orang yang rugi adalah kerugian yang besar. Maka
lihatlah, betapa banyak kaum muslimin hari ini yang mentaati orang-orang kafir dan
munafikin. Padahal mereka yakin bahwa orang-orang kafir dan munafikin adalah orang-
orang yang rugi. Allah Ta'ala telah memperingatkan kita semua dalam ayat-Nya ;

Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu,
niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu
orang-orang yang rugi. [ QS. Ali 'Imran : 149 ].
Maka tidak ada jalan lain jika kita ingin menjuhi kerugian untuk menjauhi teman-teman
yang buruk dan bahkan memusuhi mereka jika mereka memusuhi Allah dan rasul-
Nya sallallahu alaihi wasallam.
Sebab kerugian yang ketiga : Tersibukkan dengan harta dan juga anak sehingga
lupa terhadap berbagai kewajiban yang harus ia tunaikan. Allah Ta'ala berfirman
tentang hal ini dalam Al-Qur'an,

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka itulah orang-orang
yang merugi. [ QS. Al Munafiqun : 9 ].

Pada ayat tersebut Allah Ta'ala memerintahkan hamba-hambanya yang beriman untuk
memperbanyak mengingat-Nya. Karena hal tersebut adalah keberuntungan dan
kemenangan serta kebaikan yang banyak. Ia juga melarang kita untuk tidak
menyibukkan dengan harta dan anak sehingga melalaikan dari dzikrullah. Sedangkan
mencintai harta dan anak adalah fitrah setiap orang, akan tetapi jika lebih
mengutamakannya dibandingkan kecintaan pada Allah akan mengakibatkan kerugian
yang besar. [Tafsir Ibnu katsir pada ayat tersebut ].
Memang harta dan anak adalah sesuatu yang indah. Tetapi janganlah kecintaan kepada
keduanya melalaikan kita dari ibadah. Karena memang Allah menguji setiap hamba
dengan harta dan anak tersebut. Bagi orang lulus dalam ujian tersebut Allah berikan
balasan jannah, sedangkan yang tidak lulus bagi mereka kerugian yang besar.

Sebab kerugian yang ke empat : Meremehkan shalat wajib lima
waktu. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadistnya ;

Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dengannya seorang hamba pada hari kiamat
pada amalnya adalah shalatnya. Maka jika baik, ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika
rusak maka ia telah gagal dan rugi. [ HR. An Nasa'I dan At Turmudzi ].

Diantara bentuk peremehan shalat adalah tidak melaksanakan pada waktunya. Ia
tunda-tunda shalat hingga hampir selesai waktu shalat. Atau juga mereka yang tidak
tuma'ninah dalam shalat mereka. Tidak meluruskan punggung mereka saat rukuk dan
sujud. Shalat dengan cepat seperti ayam yang mencotok. Dan bentuk lain dari
meremehkan shalat bagi seorang laki-laki adalah tidak melaksanakan shalat lima waktu
dengan berjama'ah di masjid.
Jama'ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta'ala
Kita berlindung pada Allah dari kehinaan dan kerugian, dan kita memohon pada Allah
keikhlasan dalam setiap ucapan dan amalan kita serta di kuatkan di atas kebenaran
hingga ajal menjemput.
Jama'ah mentoring yang dimulyakan Allah Ta'ala
Bahwa para nabi 'alaihimus salaam takut untuk menjadi orang-orang yang merugi.
Mereka juga menjauhkan keluarga dan ummat dari kerugian-kerugian ini. Mereka
memperingatkan ummat untuk menjauhi sebab-sebab kerugian tersebut, serta
mengajak pada jalan kemenangan dan keberuntungan.

Mereka mengetahui bahwa kerugian karena dosa yang dilakukan anak adam pada
kehidupan mereka akan membawa pada murka Allah Ta'ala. Contohlah pada nabi Adam
'alaihis salam yang beristighfar karena takut akan mendapat kerugian disebabkan dosa
yang beliau lakukan. Yaitu saat beliau memakan pohon khuldi, beliau berdo'a,

"Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk
orang-orang yang merugi. [ QS. Al 'Araf : 23 ].

Jika diri kita, keluarga dan juga masyarakat kita ingin mendapatkan ridho Allah, maka
wajib bagi kita untuk meninggalkan berbagai hal yang menyebabkan kerugian tersebut.
Tidak hanya itu, kita juga harus berusaha untuk selalu beristighfar dan bertaubat atas
segala dosa yang telah kita perbuat.

Tidak lupa senantiasa memohon pada Allah Ta'ala untuk dikuatkan dalam keimanan
dan hidayah. Karena memang Allah ciptakan manusia dalam keadaan dholuman
jahula [sangat dholim dan bodoh], kecuali yang Allah beri petunjuk.

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita, orang tua kita, dan keturunan kita diantara orang-
orang yang beruntung. Dan semoga Allah Ta'ala menguatkan kita diatas kebenaran ini
hingga ruh kita dipanggil. Amin ya robbal 'alaminnn. [ Amru ].


Materi 16
Tahkimus Syariah, Kewajiban yang Dibenci
Munafik
Suatu hari dua orang mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam Konon, mereka
sedang bersilang pendapat terhadap suatu perkara. Keduanya ingin Rasulullah saw
memutuskan perselisihan antar keduanya. Akhirnya Rasulullah saw memutuskan kasus
itu dimenangkan oleh salah seorang dari keduanya. Yang kalah tidak terima, Saya tidak
rela. Katanya. Terus, kamu mau apa..? Yang satu balik bertanya. Yang kalah
menjawab, Kita ke Abu Bakar, meminta keputusan dari beliau. Lalu keduanya bertolak
ke Abu Bakar, yang memenangkan kasus berkata, Kami sudah meminta keputusan dari
Rasulullah saw dan beliau memenangkan aku. Abu Bakar menjawab, Kalian harus
menerima keputusan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam Yang kalah tidak
terima, Mari kita minta keputusan ke Umar bin Khattab. Pintanya.
Keduanya pun bertolak ke rumah Umar. Sesampai di rumah Umar, disampaikan ke
Umar keputusan Rasulullah saw dan Abu Bakar serta ketidakrelaan rivalnya terhadap
keputusan tersebut. Begitukah, guman Umar, lalu beliau masuk ke dalam rumahnya,
tidak lama kemudian, beliau keluar dengan membawa pedang yang terhunus. Lalu
Umar memenggal kepala orang yang tidak ridho terhadap keputusan Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam maka turunlah surat an-Nisa ayat 65 yang membenarkan
tindakan Umar radhiallahu anhu (Ibnu Katsier, 2/351-352)
Berhukum kepada hukum Allah, Syarat Sah Iman
Sekilas apa yang tercantum dalam kisah di atas sungguh biadab. Hanya tidak mau
menerima hukum Rasulullah shalallahu alaihi wasallam seseorang bisa dipenggal.
Sebenarnya permasalahannya tidak sesederhana itu, tetapi ini adalah perkara iman.
Bukti ketundukan kepada hukum Allah subhanahu wa taala dan bukti ketaatan kepada
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
Allah subhanahu wa taala berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. (an-Nisa: 59)
Menafsirkan ayat ini, Syaik As-Sadi rahimahullah berkata, Mengembalikan semua
perkara kepada hukum Allah dan RasulNya adalah syarat (sah) iman. Ini menunjukkan
bahwa siapa saja yang tidak mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Allah
dan RasulNya, pada hakekatnya ia tidak beriman kepada Allah, tetapi beriman kepada
thoghut (Tafsir as-Sadi, 1/183)
Saat menafsirkan surat at-Taubah ayat 31 syaikh As-Syanqithi rahimahullah berkata,
Dari ayat ini dapat dipahami dengan gamblang, tidak ada kesamaran bahwa siapa saja
yang mengikuti syariat setan dan mengutamakannya dari apa yang dibawa oleh
Rasulullah saw, maka dia telah kafir kepada Allah dan menjadi abdi setan. Dia telah
mengangkat setan sebagai rabbnya. Walau dia mengistilahkan ibadahnya kepada setan
itu dengan nama lain. (Adhwa, 1/476)
Kedudukan berhukum kepada hukum Allah subhanahu wa taala.
a. Dari Sisi Dien
Allah subhanahu wa taala telah menjelaskan dalam banyak ayat, bahwa hak untuk
menetapkan hukum dan aturan hanyak milik Allah semata. Tidak pernah diwakilkan
kepada manusia. Dan seluruh manusia diwajibkan untuk berhukum kepada hukum
Allah subhanahu wa taala.
Allah subhanahu wa taala berfiman,
Keputusan (hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak beribadah kepada selain Dia. Itulah din yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui." (Yusuf: 40)
Ibnu Hazm al-Andalusi rahimahullah berkata, Tidak ada perbedaan antara
memperbolehkan perundang-undangan, seperti; mewajibkan, atau mengharamkan,
atau membolehkan sesuati dengan akal, padahal tidak ada nash dari Allah dan rasulNya
tentang itu, dengan membatalkan (mengingkari) aturan Allah yang disyariatkan lewat
lisan rasulNya dengan akal. Orang yang membedakan antar keduanya adalah berdusta.
Keduanya sama-sama kafir. (al-Ihkam, 6/31)
b. Dari sisi tauhid rububiyah
Di antara tuntutan tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah subhanahu wa taala
dalam hukum dan tadbir (mengatur). Tauhid rububiyah tidak akan terealisasi dengan
baik kecuali dengan mengesakan Allah dan mengakui hak Allah dalam mencipta,
memerintah dan memiliki kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum yang tidak boleh
diganggu gugat oleh siapapun.
Allah subhanahu wa taala berfirman, Ingatlah, (hak) menciptakan dan memerintah
hanyalah milik Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.(al-Araf: 54)
Oleh karena itu Allah subhanahu wa taala menamakan orang yang mengikuti aturan
selain yang diturunkan olehNya dengan orang-orang yang
mengangkat arbab (rabb/tuhan) selain Allah subhanahu wa taala (nawaqidh al-iman,
hlm. 298).


Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain
Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka
hanya disuruh beribadah kepada rabb yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak
diibadahi) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah:
31)
c. Dari sisi tauhid uluhiyah
Sebenarnya inti dari berhukum kepada hukum Allah subhanahu wa taala adalah
mengesakan Allah subhanahu wa taala dalam alithoah (ketaatan). Sedangkan ketaatan
bagian dari tauhid uluhiyah, karena ia bagian dari ibadah, maka tidak boleh
diperuntukan kepada selain Allah subhanahu wa taala (Q.s Yusuf:40).
Dalam ayat lain Allah subhanahu wa taala berfirman, Dan Dialah Allah, tidak ada ilah
(yang berhak diibadahi) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat,
dan bagi-Nyalah (hak menentukan) hukum dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan (al-Qashos:70)
Di antara tuntutan bertauhid kepada Allah subhanahu wa taala dalam uluhiyah adalah
mengakui bahwa hak menghalalkan dan mengharamkan adalah hak Allah subhanahu
wa taala semata. Tidak boleh diklaim dan direbut oleh siapapun. Jika mengakui, selain
Allah subhanahu wa taala memiliki kewenangan untuk menghalalkan atau
mengharamkan berarti ia telah berbuat syirik. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam
surat at-Taubah ayat 31 di atas.
Memberikan hak ketaatan mutlak kepada Allah subhanahu wa taala, mentauhidkanNya
dalam hukum dan ketundukan yang penuh kepada syariatNya merupakan inti
keislaman seseorang.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Kandungan Islam adalah ketundukan kepada
Allah semata. Barangsiapa yang tunduk kepada Allah, juga tunduk kepada selain Allah
subhanahu wa taala, maka ia musyrik. Siapa yang tidak tunduk kepada Allah, berarti ia
orang yang angkuh untuk beribadah kepadaNya. Orang musyrik dan angkuh kepadaNya,
keduanya kafir. (Majmu Fatawa, 3/91)
Syaikh asy-Syanqithi, Mensyirikkan Allah subhanahu wa taala dalam berhukum dan
mensyirikkan Allah subhanahu wa taala dalam beribadah, tidak ada bedanya sama
sekali. Orang yang mengikuti aturan selain aturan Allah dan mengikuti undang-undang
selain undang-undang Allah. Ia seperti penyembah arca dan berusujud kepada patung.
Sama sekali tidak ada perbedaan antar keduanya. Status mereka sama; sama-sama
musyrik. (Adhwaul Bayan, 7/162)
d. Dari tauhid ittiba
Maksudnya adalah merealisasikan pengakauan syahadat rasul (asyhadu anna
muhammadan rasulullah), bahwa beliau adalah manusia yang wajib ditaati oleh seorang
muslim. Tuntutan tauhid ittiba adalah menjadikan aturan rasulullah saw satu-satunya
rujukan dalam berhukum, pasrah, tunduk dan menerima secara totalitas syariat yang
dibawa oleh beliau saw (Nawaqidh, hlm. 302).
Allah subhanahu wa taala berfirman

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (an-Nisa:65)
Menafsirkan ayat ini Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Allah subhanahu wa taala
bersumpah dengan dzat dirinya yang suci nan pemurah, bahwa seseorang tidak beriman
hingga menjadikan rasul saw sebagai pemutus perkara dalam seluruh perkara. (Ibnu
Katsir, 3/211)
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah menjelaskan ayat ini, Allah bersumpah dengan diriNya yang
sucibahwa makhluk (manusia dan jin) tidak dianggap beriman, hingga menjadikan
rasulNya sebagai pemutus perkara yang mereka perselisihkan; ushul maupun
furubahkan berhukum saja belum cukup menjadikan mereka orang-orang beriman
hingga mereka menerima keputusan itu dengan senang hati, tidak kecewa suka rela.
Bahkan, mereka tidak beriman hingga mereka menerima hukum tadi dengan penuh
kerelaan, tunduk dan pasrah terhadap keputusannya, serta tidak menggugatnya sama
sekali. (at-Tibyan, hlm. 270)
Jika rasulullah saw telah meninggal maka keputusan dan hukum harus dikembalikan
kepada syariat yang beliau bawa (Tafsir As-Sadi, hlm. 183).
Munafik Berhukum Kepada Thoghut
Ada sebagian kelompok manusia yang mengklaim sebagai orang-orang beriman,
mempermainkan Allah dalam masalah hukum. Mereka bukannya berhukum kepada
hukum Allah tetapi justru berhukum kepada thoghut. Mereka ini adalah para munafikin.
Allah subhanahu wa taala berfirman,
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ?
Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari
thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya. (an-nisa: 65)
Dalam tafsirnya, almanar, Muhammad Rasyid ridho berkata, Ayat ini menegaskan
bahwa siapapun yang menghalangi dan berpaling dari hukum Allah dan rasulNya dengan
sengaja, apalagi setelah ia diingatkan dan dijelaskan tentang, maka sungguh ia orang
munafik. Klaim keimanannya tidak dianggap. Pengakuan islamnya pun hanya sekedar
klaim (dusta). (Tafsir al-Manar, 5/227)
Maksud berhukum kepada thoghut dalam ayat ini adalah berhukum kepada selain
syariat Islam, yang diundangkan dan ditetapkan secara bathil. Bertentangan dengan
syariat Allah subhanahu wa taala. Bisa berupa adat istiadat, budaya atau undang-
undang negara.
Ibnu katsir rahimahullah, berkata, Sungguh ayat ini annisa:65- mencela setiap orang
yang berpaling dari (hukum yang ada dalam) kitab Allah dan Sunnah rasulullah saw,
sebagai gantinya, ia berhukum kepada selain keduannya, yang bersumber dari sesuatu
yang bathil. Inilah yang dimaksud dengan thoghut dalam ayat ini. (Ibnu Katsir, 2/346)
Pemaparan para ulama diatas cukup gamblang; siapa saja yang berhukum kepada selain
syariat Islam maka ia berhukum kepada thoghut. Dan hukum thoghut adalah segala
hukum yang menyelisihi syariat Allah. Wallahu alam bish showab.* (Masud)

You might also like