You are on page 1of 6

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 6, No. 1, hal. 1-6, 2007


ISSN 1412-5064

Sintesa dan Karakteristik Sifat Mekanik Karet Nanokomposit


Pocut Nurul Alam1, Teuku Rihayat2
1
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh - 23111
2
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jl. Medan Banda Aceh, Buket Rata, Lhokseumawe
e-mail: pna_yol@yahoo.com

Abstrak

Peningkatan sifat mekanik karet alam dengan penambahan tanah liat nanokomposit pada
kosentrasi berbeda yaitu 1, 3 dan 5 % berat sudah berhasil diteliti. Pada percobaan ini
pengujian dilakukan dengan X-Ray Difraction (X-RD) untuk analisa morphologi dan Instron
untuk analisa uji tarik. Penambahan tanah liat nanokomposit kedalam matrik polimer adalah
untuk meningkatkan sifat mekanik dari material asli dan juga untuk menghasilkan suatu
produk polimer yang lebih murah. Hasil yang diperoleh adalah terjadinya peningkatan yang
drastis terhadap basal spacing dari matrik polimer dan menunjukkan intercalasi diantara
polimer dengan pengisinya. Uji tarik juga menununjukkan peningkatan yang sangat signifikan
yaitu 14.983 MPa pada karet alam menjadi 40.178 MPa pada karet alam-tanah liat
nanokomposit 5% berat.

Kata kunci: karet alam, sifat mekanik, tanah liat nanokomposit

1. Pendahuluan Jenis dan jumlah bahan pengisi ditentukan


terutama oleh karakteristik produk yang
Karet alam adalah polimer isoprene (C5H8) diinginkan dan kelenturannya. Bahan pengisi
yang mempunyai bobot molekul yang besar. adalah campuran dari berbagai material
Susunannya adalah –CH–C(CH3)=CH–CH2–. termasuk di dalamnya arang hitam (carbon
Karet Hevea yang diperoleh dari pohon Hevea black), bahan mineral seperti montmorillonite
Brasiliensis adalah bentuk alamiah dari 1,4– (tanah liat), dan kalsium karbonat.
polyisoprene. Karet jenis ini memiliki ikatan
ganda lebih dari 98% dalam konfigurasi Tanah liat adalah salah satu bahan pengisi
cisnya yang penting bagi kelenturan atau non arang yang sering dipakai sebagai bahan
elastisitas polyisoprene. Lebih dari 90% cis – pengisi pada industri karet. Tanah liat adalah
1,4 polyisoprene digunakan dalam industri mineral murah dan telah menjadi bagian
karet Hevea (Tarachiwin dkk., 2005). penting dalam industri karet dimana
penggunaannya sebagai bahan pengisi
Proses polimerisasi susunan isoprene akan ekonomis untuk memodifikasi penciptaan dan
menghasilkan polimer dengan struktur ikatan performa karet alami maupun karet sintetis.
kimia yang berbeda. Proses polimerisasi Ada banyak jenis tanah liat, tapi
isoprene diperlihatkan pada Gambar 1. montmorillonite mempunyai catatan panjang
sebagai bahan anorganik paling penting yang
CH3 ditambahkan sebagai pengisi ke dalam latex
CH3
| (getah pohon karet) alami (Frounchi dkk.,
| 2006; Dong dkk., 2006).
CH2= C–CH = CH2 –CH2–C=CH–CH2–
n Dewasa ini, penelitian yang melibatkan
senyawa organik-anorganik nanometer
Gambar 1. Proses polimerisasi isoprene komposit menarik perhatian banyak peneliti.
Penelitian terkait tentang hal ini dilakukan
Karet alam adalah salah satu bahan penting pertama sekali oleh tim riset dari Toyota
yang digunakan secara luas dalam aplikasi (Usuki dkk., 1993) yang melakukan analisis
teknik. Penggunaannya terutama disebabkan tentang nano komposit dari polyamide 6
oleh kelembutan alaminya dan kemudahan dengan organophilic clay. Hasil penelitian
pembentukannya. Bagaimanapun, bahan mereka menunjukan peningkatan dalam hal
pengisi perlu ditambahkan dengan maksud sifat mekanik dan sifat fisik produk jika
untuk menyiasati sifat-sifat alami yang tidak dibandingkan dengan polyamide 6 dalam
dikehendaki sehingga didapat suatu produk bentuk murninya.
seperti yang diinginkan.
2 Pocut Nurul Alam, Teuku Rihayat / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1

Laporan tentang polimer- clay nano komposit Saat ini banyak riset polimer dengan filler
sudah ada sejak tahun 1961, dimana tanah liat yang dilakukan seperti poly ε-
Blumstein mendemontrasikan polimerisasi caprolactone (Lepoittevin dkk., 2002),
dari vinyl monomer yang di campurkan polystyrene (Chen dkk., 2001), epoxy (Gu
dengan montmorillonite clay. Akan tetapi dan Liang, 2003), polyimide (Agag dkk.,
pengaruhnya tidak sebesar yang didapatkan 2001) dan polyurethane (Choi dkk., 2004).
oleh tim Toyata (Gilman, 1999).
Akan tetapi sejauh ini belum ada penelitian
Saat ini, montmorillonite yang juga sering tentang kegunaan lapisan mikro silikat dalam
dimasukkan dalam kelas phyllosilicate 2:1 susunan getah karet alam terutama di
telah menarik perhatian sebagai bahan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
pengeras nanokomposit bagi polimer karena mempelajari penggunaan lapisan mikro dari
sifat anisotropisnya dan kemampuannya tanah liat montmorillonite dalam pengolahan
untuk mengembang. Selain dua faktor karet alam (cis-1,4-polyisoprene).
tersebut, bahan-bahan phyllosilicate 2:1
memiliki aspect ratio yang tinggi (500-
2000) dan bentuk fisik yang seperti pelat. 2. Metodologi
Karena struktur lapisannya yang unik, dan
kemampuannya terpecah-pecah menjadi 2.1 Bahan dan Alat
lempengan-lempengan dengan ukuran yang
sangat kecil, tanah liat telah digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai bahan-bahan pengeras ukuran mikro adalah montmorillonite murni (Kunipia-F,
yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang Kunimine Industries Co. Ltd.) dan langsung
unik. Ada pendapat bahwa struktur-struktur digunakan tanpa dibersihkan, cetyl trimetyl
dari material yang dipecahkan mempunyai ammonium bromide (CTAB, Fluka) sebagai
pengaruh yang penting untuk menghasilkan alkyl ammonium, air suling, AgNO3 0.1N
pengerasan mekanis yang tinggi, sementara (Merck), Karet alam yang mengandung 50%
struktur-struktur intercalated memiliki tingkat mol epoksi group, sulfur, kalsium stearate
pengaruh yang lebih rendah (Yao dkk., 2002). dan Vulkanox BKF (2,2-methylene-bis-(4-
methyl-6-tert-butyl-phenol) yang diperoleh
Sejauh ini tanah liat montmorillonite menjadi dari Malaysian Rubber Board (MRB), serta
bahan yang mendapat perhatian paling besar pelarut yang digunakan begitu diterima dan
berdasarkan kemampuannya untuk alat digunakan adalah mortar sieve, kertas
menyebar antar lapisan secara luas dan juga saring, beaker glass 500 ml - 1 liter, sieve
kemampuannya untuk mengembang. Dalam tray 100 μm – 325 μm dan oven, hot press,
kondisi alami, bahan antar lapisan yang thermo hake polydrive, instron dan X-RD (X-
biasanya adalah ion-ion Na+ atau K+. Ionh-ion Ray Diffraction)
ini dapat digantikan dengan bahan-bahan
berbeda untuk jenis-jenis yang berbeda pula. 2.2 Persiapan Bahan Baku Tanah Liat
Penggantian bahan antar lapisan ini akan Nanokomposit
memberikan pengaruh pada kemampuan
penyebaran partikel-partikel tanah liat di Ke dalam 500 mL beaker glass dimasukkan
dalam air dan larutan elektrolit cair (Choi 0.05 mol cetyl trimetyl ammonium bromide
dkk., 2004). Karakteristik semacam ini (CTAB) dan 250 mL air suling. Pada bagian
memungkinkan pencampuran tanah liat ke lain, ke dalam beaker glass berukuran 1000
dalam lateks cair. mL dilarutkan 20 gr bentonit dan 500 mL air.
Kedua bejana ini diaduk dengan mengunakan
Penelitian-penelitian fundamental terkait strirer pada suhu 80oC selama 1 jam.
polimer tanah liat nanokomposit telah Selanjutnya setelah 1 jam, kedua bahan ini
dilakukan oleh beberapa peneliti. Secara dicampurkan dan diaduk kembali selama 1
umum, tiap penelitian menghasilkan suatu jam berikutnya (Rihayat dkk., 2006).
metode baru dalam hal pencampuran polimer Kemudian larutan ini disaring, dimana
dengan material pengisinya (filler), seperti filtratnya di uji dengan mengunakan AgNO3
yang dilakukan oleh group Kojima (Usuki 0.1N, dan jika masih terdapat chlorida atau
dkk., 1993) dengan metode in situ bromida endapannya dicuci kembali dengan
polimerisasi, atau metode pencampuran air panas. Perlakuan ini diulang terus
dengan menambah pelarut dan pelelehan sehingga tidak terdapat adanya bromide atau
oleh group Giannely (Krishnamoorti dan Klorida. Akhirnya endapan ini dikeringkan di
Giannely, 1997). dalam oven dan dihaluskan dengan mortar
sieve serta disaring dengan mengunakan
Pocut Nurul Alam, Teuku Rihayat / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1 3

Gambar 2. Grafik X-ray difraksimeter tanah liat murni dan tanah liat nanokomposit

sieve tray untuk mendapatkan ukuran yang Shimadzu XRD 600 X-ray diffractometer (30
diinginkan. kV, 30 mA) dengan mengunakan nikel untuk
menyaring radiasi CuKα dimana laju scanning
2.3 Persiapan Bahan Baku Karet Alam yang digunakan adalah dari 1o/menit pada
Tanah Liat Nanokomposit range 2θ = 2-10o. Sedangkan karet alam-
tanah liat nanokomposit dikarakterisasi
Karet alam-tanah liat nanokomposit dapat dengan mengunakan X-RD dan analisa uji
diolah dengan cara dilarutkan dengan pelarut tarik. Uji Tarik dilakukan mengunakan
atau secara pelelehan. Dalam penelitian ini, Instron 4468 dengan mengikuti prosedur
dilakukan pengolahan secara pelelehan. spesifikasi dari ASTM D 638 type V, dimana
sample dipotong menurut ukuran120 x 15 x
Pelelehan, dalam penelitian ini dilakukan 2 mm3 dengan kecepatan penarikan 50
dengan cara pencampurkan 1, 3 dan 5% mm/min crosshead speed. Untuk setiap
berat tanah liat nanokomposit dengan karet specimen, lima sample terbaik diambil dan
alam. Pencampuran dilakukan dengan dirata-ratakan untuk nilai uji tariknya.
mengunakan mesin pencampur (thermo hake
polydrive) pada temperatur 70oC dan
kecepatan rotor 60 rpm. Karet alam dan 3. Hasil dan Pembahasan
tanah liat nanokomposit pertama sekali
dimasukkan ke dalam thermo hake polydrive. Tanah liat alam adalah bersifat senyawa
Hasil pencampuran kemudian di kompres anorganik yang bersifat hydrophilic. Sesuai
dengan mengunakan hot press dengan dengan sifat alaminya, maka pencampuran
mengunakan mold ukuran ketebalan 1 mm dengan matrik polimer yang membawa sifat
pada temperatur 150oC. hydrophobic adalah sangat mustahil. Oleh
sebab itu untuk menghasilkan kesesuaian
2.4 Karakterisasi dengan polimer, maka tanah liat perlu
dimodifikasi sebelum disintesa menjadi
Tanah liat nanokomposit di karakterisasi nanokomposit. Perlakuan yang sangat
mengunakan X-Ray diffractometry (X-RD), popular saat ini dan relative mudah adalah
dimana temperatur yang digunakan adalah dengan memodifikasi permukaan dari tanah
temperature ruang dengan mengunakan alat liat, yaitu dengan merubah ion kationnya.
4 Pocut Nurul Alam, Teuku Rihayat / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1

Gambar 3. Grafik X-ray difraksimeter tanah liat nanokomposit, karet alam-tanah liat nanokomposit
1,35 % berat.

Dimana pada riset ini kami melakukannya nanokomposit 5% berat. Peningkatan ini
dengan mengunakan cetyl trimetyl menunjukan bahwa terjadinya intercalasi
ammonium bromide (CTAB). antara polymer dengan tanah liat
nanokomposit, dimana peningkatan terbesar
Pengaruh dari modifikasi ini adalah dapat terjadi pada pada penambahan 5% berat.
dilihat pada Gambar 2, dimana basal spacing Data dari d-spacing (nm) dan 2θ (degree)
menunjukkan perubahan yang sangat berarti tanah liat murni, tanah liat nanokomposit,
dengan penambahan CTAB, yaitu dari 1.35 karet alam-tanah liat nanokomposit 1, 3, 5 %
nm pada tanah liat murni menjadi sekitar berat di tampilkan pada Tabel 1.
1,97 nm pada tanah liat nanokomposit.
Perubahan ini dapat menjadi kesimpulan Tabel 1. Data dari d-spacing (nm) dan 2θ
bahwa penambahan CTAB adalah sesuai (degree) tanah liat murni, tanah liat
sebagai surfactant untuk mengubah nanokomposit, karet alam-tanah liat
nanokomposit 1, 3, 5 % berat.
permukaan dari tanah liat murni sehingga
sesuai sebagai pengisi untuk polimer matrik. 2θ d-spacing
Hasil ini seperti ini juga sudah dilaporkan (degree) (nm)
oleh Xiong dkk. (2004). Tanah liat murni 3,125 1,35
Tanah liat nanokomposit 4,55 1,97
Gambar 3 menunjukkan grafik XRD untuk Karet alam-tanah liat 4,85 2,11
karet alam-tanah liat nanokomposit. nanokomposit 1% berat
Penambahan tanah liat nanokomposit Karet alam-tanah liat 4,52 2,56
nanokomposit 3% berat
kedalam polimer matrik ini dilakukan pada
Karet alam-tanah liat 4,60 3,47
persen berat tanah liat nanokomposit yang nanokomposit 5% berat
berbeda yaitu 1, 3, 5 persen. Dari gambar
terlihat bahwa terjadi peningkatan basal
spacing dari tanah liat nanocomposite yaitu Hasil uji tarik ditunjukkan pada Gambar 4
2,11 nm pada karet alam-tanah liat dan data uji tariknya ditampilkan pada Tabel
nanokomposit 1% berat, 2,56 nm pada karet 2. Pada Gambar 4 terlihat bahwa hasil uji
alam-tanah liat nanokomposit 3% berat dan tarik karet alam murni < karet alam-tanah
1,47 nm pada karet alam-tanah liat liat nanokomposit 1% berat < karet alam-
Pocut Nurul Alam, Teuku Rihayat / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1 5

Gambar 4. Grafik Uji Tarik tanah liat nanokomposit, karet alam-tanah liat nanokomposit 1, 3, dan 5 %
berat

tanah liat nanokomposit 3% berat < karet peningkatan hingga 380% jika dibandingkan
alam-tanah liat nanokomposit 5% berat. dengan matrik polimer.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan
Tabel 2 maka peningkatan uji tarik mencapai Daftar Pustaka
380% hanya dengan penambahan tanah liat
nanokomposit sebanyak 5 persen. Agag, T., Koga, T., Takeichi, T. (2001)
Kecenderungan hasil penelitian yang sama Studies on thermal and mechanical
seperti diatas juga dilaporkan oleh Rihayat properties of polyimide-clay nano-compo-
dkk. (2006). sites, Polymer, 42, 3399.
Chen, G., Ma, Y., Qi, Z. (2001) Preparation
Tabel 2. Data Uji Tarik tanah liat nanokomposit, and morphological study of an
karet alam-tanah liat nanokomposit 1, exfoliatedpolystyrene/montmorillonite na-
3, 5 % berat nocomposites, Scripta Materialia, 44,
Uji Tarik 125-128.
(MPa) Choi, W. J., Kim, S. H., Kim, Y. J., Kim, S. C.
Karet Alam Murni 14,983 (2004) Synthesis of chain-extended
Karet alam-tanah liat nanokomposit 28,766 organifier and properties of polyurethane
1% berat /clay nanocomposites. Polymer, 45,
Karet alam-tanah liat nanokomposit 32,342 6045-6057.
3% berat Dong, W., Zhang, X., Liu, Y. Gui, H., Wang,
Karet alam-tanah liat nanokomposit 40,178 Q., Gao, J., Song, Z., Lai, J., Huang, F.,
5% berat
Qiao, J. (2006) Effect of rubber on
properties of nylon-6 / unmodified clay /
rubber nanocomposites, European Poly-
4. Kesimpulan mer Journal, 42, 2515-2522.
Frounchi, M., Dadbin, S., Salehpour, Z.,
Pada penelitian ini, tanah liat murni telah Noferesti, M. (2006) Gas barrier
berhasil diolah menjadi tanah liat nanokom- properties of PP/EPDM blend nano-
posit dengan teknik perubahan kation. composites. Journal of Membrane Science,
Setelah dilakukan modifikasi terhadap 282, 142-148.
permukaan tanah liat murni, basal spacing Gilman, J. W. (1999) Flammability and
menunjukkan perubahan yaitu dari 1,35 nm thermal stability studies of polymer
menjadi sekitar 1,97 nm. Sementara itu, layered-silicat clay nanocomposites,
penambahan tanah liat nanokomposit ke Applied Clay Science, 15, 31–49.
dalam polimer matrik akan menghasilkan González, I., Eguiazábal, J. I, Nazábal,
intercalasi. Hal ini ditunjukkan dengan J. (2006) Rubber-toughened polyamide
terjadinya peningkatan basal spacing menjadi 6/clay nanocomposites, Composites Sci-
2,11 nm; 2,56 nm dan 3,47 nm masing- ence and Technology, 66; 1833-1843.
masing pada penambahan karet alam-tanah Gu, A., Liang, G. (2003) Thermal degrada-
liat nano-komposit sebesar 1, 3, 5 % berat. tion behaviour and kinetic analysis of
Hasil uji tarik produk menunjukkan terjadi epoxy/montmorillonite nano-composites.
6 Pocut Nurul Alam, Teuku Rihayat / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 1

Polymer Degradation and Stability, 80, Tarachiwin, L., Sakdapipanich, J., Ute, K.,
383-391. Kitayama, T., Tanaka, Y. (2005)
Krishnamoorti, R., Giannelis, E. P. (1997) Structural characterization of -terminal
Rheology of end-tethered polymer laye- group of natural rubber 2: Decompoti-
red silicate nanocomposites. Macro- tion of branch-points by phospholipase
molecules, 30, 4097-4102. and chemical treatments, Biomacro-
Lepoittevin, B., Devalckenaere, M., Pantour- molecules, 6, 1858-1863.
stier, N., Alexandre, M., Kubies, D., Usuki, A., Kojima, Y., Kawasumi, Okada, A.,
Calberg, C., Jerome, R., Dubois, P. Fukushima, Y., Kurauchi, T., Kamigaito, O.
(2002) Poly (ε-caprolactone) / clay nano- (1993) Synthesis of nylon 6-clay hybrid,
composites prepared by melt inter- Journal of Materials Resesarch, 8, 1185-
calation: Mechanical, thermal and rheo- 1189.
logical properties, Polymer, 43, 4017– Xiong, J., Liu, Y., Yang, X., Wang, X. (2004)
4023. Thermal and mechanical properties of
Rihayat, T., Saari, M., Mahmood, M. H., Wan polyurethane/montmorillonite nano
Yunus, W. M. Z., Suraya, A. R., Dahlan, K. composites based on a novel reactive
Z. H. M, Sapuan, S. M. (2006) Synthesis modifier, Polymer Degradation and
and thermal characterization of Stability, 86, 549.
polyurethane / clay nanocomposites ba- Yao, K. J., Song, M., Hourston, D. J., Luo, D.
sed on palm oil polyol, Polymer Plastics Z. (2002) Layered clay nanocomposites:
Technology Engineering, 45, 1323. 2 polyurethane nano composites, Poly-
mer, 43, 1017-1020.

You might also like