You are on page 1of 66

Sebuah karya sederhana

Semoga bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan


khususnya pada bidang matematika
1
Pelajarilah Ilmu, karena mempelajarinya karena Allah adalah khasyah, me-
nuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah Tasbih, mencarinya adalah Jihad,
mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah Shadaqah, menye-
rahkan kepada ahlinya adalah Taqarrub. Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian
dan sahabat dalam kesunyian.
(Muadz bin Jabal Radhiyyallahuanhu)
2
PRAKATA
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyele-
saikan tulisan yang berjudul Beberapa sifat Matriks atas Ring ini dengan baik. Tulisan
ini merupakan tugas akhir mata kuliah Matriks atas Ring, yaitu sebagai output setelah
presentasi selama perkuliahan berlangsung.
Pada kesempatan ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tulisan ini. Khususnya kami ingin
menyampaikan hormat dan terima kasih kepada Prof. Dr. Sri Wahyuni, selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Matriks atas Ring. Terima kasih atas kritik dan saran yang
selama ini diberikan, baik ketika presentasi maupun dalam mengoreksi tulisan ini.
Kami menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan senantiasa diterima sebagai acuan dan perbaikan.
Harapannya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya bidang matematika.
Yogyakarta, Januari 2013
3
DAFTAR ISI
Halaman Persembahan 1
Halaman Motto 2
PRAKATA 3
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN 5
INTISARI 6
ABSTRACT 7
I Teorema Cayley Hamilton 1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Teorema Cayley- Hamilton atas Lapangan . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Teorema Cayley-Hamilton atas Ring . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.4 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
II Resultan dua polinomial atas Ring 20
2.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
2.2 Resultan atas Lapangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
2.3 Resultan atas Ring . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
2.4 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
III Pembagi nol pada Matriks atas Ring 36
3.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
3.2 Pembagi nol pada Matriks atas Lapangan . . . . . . . . . . . . . . . 36
3.3 Pembagi nol pada Matriks atas Ring . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
3.4 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
IV Nilai Eigen dan Diagonalisasi Matriks 48
4.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
4.2 Diagonalisasi Matriks atas Lapangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
4.3 Diagonalisasi Matriks atas Ring . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
4.4 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
4
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
x A : x anggota A
x / A : x bukan anggota A
A X : A himpunan bagian (subset) atau sama dengan X
N : Himpunan semua bilangan asli
Z : Himpunan semua bilangan bulat
Z
+
: Himpunan semua bilangan bulat positif
Q : Himpunan semua bilangan rasional
R : Himpunan semua bilangan real
C : Himpunan semua bilangan kompleks
A B : Jika A maka B
A B : A jika dan hanya jika B
U(R) : Himpunan semua elemen unit di ring R
R

: Himpunan semua elemen tak nol di ring R


Z(R) : Himpunan semua elemen pembagi nol di ring R
C
A
(X) : Polinomial karakteristik dari matriks A
T[X] : Himpunan semua polinomial atas ring T dengan indeter-
minate X
Res
x
(f, g) : Resultan dari fungsi f dan g
2 : Akhir pembuktian
5
INTISARI
BEBERAPA SIFAT MATRIKS ATAS RING
Oleh
Mahasiswa Pengambil MAR
Tahun Ajaran 2012/2013
Telah dikenal secara umum mengenai matriks atas lapangan beserta bebe ra-
pa sifatnya. Dalam tulisan ini dibahas mengenai beberapa sifat matriks atas ring
yang merupakan generalisasi dari matriks atas lapangan. Seluruh ring yang ada di
tulisan ini merupakan ring dengan elemen satuan dan komutatif. Dalam tulisan ini
dibicarakan beberapa sifat dari matriks atas ring yang meliputi: Teorema Cayley-
Hamilton, resultan, pembagi nol dan diagonalisasi matriks.
6
ABSTRACT
SOME PROPERTIES OF MATRICES OVER RING
By
Mahasiswa Pengambil MAR
Tahun Ajaran 2012/2013
There are commonly discussed about matrices over eld and its properties.
In this project, we will disscussed about matrices over ring and its properties. Ma-
trices over ring is generalisation of matrices over eld. We give some properties of
matrices over ring related to Cayley-Hamilton theorem, resultant, zero divisor and
diagonalizing matrices.
7
BAB I
Teorema Cayley Hamilton
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya teori aljabar linear matriks banyak digunakan untuk menyele-
saikan berbagai persoalan yang timbul dalam berbagai macam disiplin ilmu. Dalam
aljabar linear itu sendiri banyak aplikasi yang melibatkan sistem dengan n persamaan
linear dan n variabel yang dinyatakan dalam bentuk
Ax = x
dengan adalah suatu skalar dan A merupakan matriks berukuran n n. Sistem
semacam ini sebenarnya merupakan sistem linear homogen. Persamaan tersebut da-
pat dinyatakan dalam bentuk:
Ax x = 0
(Ax x) I
n
= 0
AI
n
x I
n
x = 0
Ax I
n
x = 0
sehingga diperoleh:
(A I
n
) x = 0 (1.1)
Masalah utama yang menjadi perhatian untuk sistem linear dengan bentuk
(1.1) adalah untuk menentukan nilai sehingga sistem tersebut memiliki solusi non-
trivial. Nilai yang demikian disebut nilai karakteristik atau nilai eigen dari A, maka
solusi nontrivial dari persamaan (1.1) disebut vektor eigen dari A yang bersesuaian
dengan . Dalam hal ini (A I
n
) x = 0 memiliki solusi nontrivial jika dan hanya
jika
det (A I
n
) = 0 (1.2)
Persamaan (1.2) disebut persamaan karakteristik matriks Adan det (A I
n
)
dapat dipandang sebagai polinomial C dalam variabel yang disebut sebagai polino-
mial karakteristik matriks A.
1
2
Jika A adalah sebarang matriks yang berukuran n n, matriks polinomial
(A I
n
) = C disebut matriks karakteristik dari A dengan
C =
_

_
a
11
a
12
a
1n
a
21
a
22
a
2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a
n1
a
n2
a
nn

_
Determinan dari C berbentuk polinomial f() = k
n

n
+k
n1

n1
+ +k
1
+k
0
berderajat n disebut polinomial karateristik dari A. Persamaan f() = 0 disebut per-
samaan karakteristik dari A.
Teorema Cayley Hamilton menyebutkan bahwa polinomial karakteris-
tiknya bernilai nol baik dalam matriks atas lapangan maupun matriks atas ring. Bab
ini akan menyajikan teorema CayleyHamilton atas lapangan dan teorema Cayley
Hamilton atas ring.
1.2 Teorema Cayley- Hamilton atas Lapangan
Teorema 1.2.1. Jika A M
nn
(F) dan f(X) adalah polinomial karakteristik dari A
maka f(A)= C
A
(A)= 0.
Bukti. Diberikan C = A XI
n
dengan A M
nn
(F) dan
C
A
(X) = f (X) = det C = C
n
X
n
+C
n1
X
n1
+ . . . +C
1
X +C
0
C memuat polinomial X berderajat tidak lebih dari n 1. Dengan demikian adj C
dapat diperluas menjadi polinomial dengan matriks koesien berderajat paling tinggi
n 1.
adj C = C
n1
X
n1
+C
n2
X
n2
+ . . . +C
1
X +I
n
C
0
dengan C
i
adalah matriks dengan anggota-anggotanya skalar.
Berdasarkan rumus adjoint, A (adj A) = (adj A) A = (det A) I
n
, diperoleh
(det C) I
n
= (adj C) C
= (adj C) (A XI
n
)
= (adj C) A (adj C)X
3
sehingga
(det C) I
n
= (adj C) A (adj C)X
n

i=0
k
i
IX
i
=
n1

i=0
(C
i
AX
i
)
n1

i=0
(C
i
X
i+1
)
(1.3)
Persamaaan (1.3) adalah polinomial matriks n n. Dua polinomial matriks
dikatakan sama jika dan hanya jika koesien yang bersesuaian adalah sama. Per-
samaan (1.3) ekuivalen dengan himpunan persamaan berikut:
k
n
I = C
n1
k
n1
I = C
n1
.A C
n2
.
.
.
k
1
I = C
1
.A C
0
k
0
I = C
0
.A
Setiap persamaan di atas secara berurut dikalikan dengan A
n
, A
n1
, . . . , A, I
n
dan
dijumlahkan maka akan diperoleh:
k
n
A
n
+k
n1
A
n1
+. . . +k
1
A +k
0
= 0
f(A) = 0
C
A
(A) = 0
Diperhatikan bahwa, diperlukan rumus adjoint untuk membuktikan teorema
Cayley Hamilton atas lapangan. Selanjutnya akan dibahas Cayley Hamilton
atas ring.
1.3 Teorema Cayley-Hamilton atas Ring
Pertama-tama akan dikemukakan terlebih dahulu beberapa denisi dan teore-
ma yang diperlukan untuk membuktikan teorema Cayley Hamilton atas ring.
Denisi 1.3.1. Misalkan T merupakan ring (tidak diasumsikan sebagai ring komu-
tatif) dan T adalah suatu variabel atas T. Polinomial atas ring didenisikan sebagai
T [X] =
_
a
n
X
n
+a
n1
X
n1
+. . . +a
1
X
1
+a
0
[a
i
T , i = 0, 1, 2, ..., n
_
4
Denisi 1.3.2. Jika diberikan f (X) dan g (X) elemen pada T (X) dengan,
f (X) = a
m
X
m
+a
m1
X
m1
+. . . +a
1
X
1
+a
0
dan
g (X) = b
n
X
n
+b
n1
X
n1
+. . . +b
1
X
1
+b
0
maka
1. f (X) +g (X) = c
k
X
k
+c
k1
X
k1
+. . . +c
1
X+c
0
dimana k = maks m, n
untuk setiap i, c
i
= a
i
+b
i
2. f (X) g (X) = c
k
X
k
+c
k1
X
k1
+. . . +c
1
X +c
0
dimana k = m+n untuk
setiap i, c
i
= a
i
b
0
+a
i1
b
1
+. . . +a
1
b
i1
+a
0
b
i
Berikut ini diperlihatkan hubungan antara ring polinomial T[X] dan ring T
Teorema 1.3.3. T [X] merupakan ring komutatif jika dan hanya jika T merupakan
ring komutatif.
Bukti. Diberikan f (X) = a
m
X
m
+a
m1
X
m1
+. . . +a
1
X
1
+a
0
dan
g (X) = b
n
X
n
+b
n1
X
n1
+. . . +b
1
X
1
+b
0
dengan f (X) dan g(X) anggota T (X).
Selanjutnya,
f (X) g (X) = c
k
X
k
+c
k1
X
k1
+. . . +c
1
X +c
0
dimana k = m+n untuk setiap i, c
i
= a
i
b
0
+a
i1
b
1
+. . . +a
1
b
i1
+a
0
b
i
dan
g (X) f (X) = d
k
X
k
+d
k1
X
k1
+. . . +d
1
X +d
0
dimana k = n+m untuk setiap
i, d
i
= b
i
a
0
+b
i1
a
1
+. . . +b
1
a
i1
+b
0
a
i
() Jika T [X] merupakan ring komutatif maka f (X) g (X) = g (X) f (X) dalam
hal ini:
c
k
X
k
+c
k1
X
k1
+. . . +c
1
X +c
0
= d
k
X
k
+d
k1
X
k1
+. . . +d
1
X +d
0
Sehingga c
i
= d
i
Akibatnya T merupakan ring komutatif
5
() Jika T komutatif maka c
i
= d
i
sehingga diperoleh:
c
k
X
k
+c
k1
X
k1
+. . . +c
1
X +c
0
= d
k
X
k
+d
k1
X
k1
+. . . +d
1
X +d
0
f (X) g (X) = g (X) f (X)
yang berarti T [X] merupakan ring komutatif.
Selanjutnya dibahas derajat dari suatu polinomial atas ring
Denisi 1.3.4. Jika f (X) = a
n
X
n
+a
n1
X
n1
+. . . +a
1
X +a
0
dan a
m
,= 0 maka
derajat dari f (X) ditulis dengan (f) yakni n.
Derajat dari f (X) merupakan bilangan bulat terbesar dari n untuk koesien
ke-n dari f (X) yang tidak nol. Derajat untuk polinomial yang 0 tidak didenisikan.
(f) = 0 jika dan hanya jika f (X) adalah polinomial konstan yang tak nol. Poli-
nomial f (X) dikatakan sebagai polinomial monic jika koesien pangkat tertinggi
adalah 1.
Teorema berikut dikenal dengan Algoritma Pembagian.
Teorema 1.3.5. Misalkan f (X) = a
n
X
n
+ a
n1
X
n1
+ . . . + a
0
dan g (X) =
b
m
X
m
+ b
m1
X
m1
+ . . . + b
0
sebarang polinomial diT (X). Jika g (X) ,= 0, b
m

U(T) maka terdapat dengan tunggal polinomial u(X) , v (X) , r (X) dan s (X)
dalam T (X) sedemikian hingga:
1. f (X) = u(X) g (X) +r (X), dengan r (X) = 0 atau (r) < (g)
2. f (X) = g (X) v (X) +s (X), dengan s (X) = 0 atau (s) < (g)
Bukti.
1. Kasus Pertama: f (X) = 0 maka u(X) = 0 dan r (X) = 0
Kasus Kedua: f (X) ,= 0, a
n
,= 0 dengan (f) = n dan (g) = m
(a) Apabila n < m maka u(X) = 0 dan r (X) = f (X).
(b) Apabila n m
Dengan menggunakan prinsip pembagian panjang dari f (X) terhadap
g (X)
b
m
X
m
+. . . +b
1
X
1
+b
0
_
a
n
X
n
+a
n1
X
n1
+. . . +a
1
X
1
+a
0
a
n
X
n
+ . . . _
f
1
(X)
6
Diperoleh :
f
1
(X) = f (X)
_
a
n
b
1
n
.X
nm
.g (X)
_
dengan f
1
(X) = 0 atau (f
1
) < (f). Proses di atas mengakibatkan
terdapat u
1
(X), r
1
(X) T [X] sehinggaf
1
(X) = u
1
(X) .g (X)+r (X)
dengan r (X) = 0 atau (r) < (g) . Selanjutnya diperoleh,
f (X) = a
n
b
1
n
X
nm
g (X) +u
1
(X) g (X) +r (X)
= (a
n
b
1
n
X
nm
+u
1
(X)) g (X) +r (X)
Misalkan u(X) = a
n
b
1
n
X
nm
+u
1
(X) maka
f (X) = u(X) g (X) +r (X) .
Untuk membuktikan ketunggalan, misalkan terdapat pasangan polinomial
u
1
(X) dan r
1
(X) sedemikian hingga f (X) = u
1
(X) g (X) + r
1
(X)
dengan r
1
(X) = 0 atau (r
1
) < (g). Diperoleh
u(X) g (X) +r (X) = f (X) = u
1
(X) g (X) +r
1
(X) .
Selanjutnya
u(X) g (X) +r (X) = u
1
(X) g (X) +r
1
(X)
(u(X) g (X) +r (X)) (u
1
(X) g (X) +r
1
(X)) = 0
(u(X) u
1
(X)) g (X) + (r (X) r
1
(X)) = 0
dengan demikian (u(X) u
1
(X)) g (X) = r
1
(X) r (X).
Andaikan u(X) u
1
(X) ,= 0. Karena b
m
merupakan unit di T,
(u(X) u
1
(X)) g (X) ,= 0 dan
((u u
1
) g) = (u u
1
) + (g) = (u u
1
) +m m
Di sisi lain r
1
r = 0 atau (r
1
r) < (g) = m.
Dengan demikian tidak mungkin (u(X) u
1
(X)) g (X) = r
1
(X)
r (X) sehingga pengandaian salah dan yang benar adalah u(X)u
1
(X) =
0 atau u(X) = u
1
(X) , dan r
1
(X) r (X) = 0 atau r
1
(X) = r (X).
2. Kasus Pertama: f (X) = 0 maka v (X) = 0 dan s (X) = 0
7
Kasus Kedua: f (X) ,= 0, a
n
,= 0 dengan (f) = n dan (g) = m.
(a) Apabila n < m maka v (X) = 0 dan s (X) = f (X).
(b) Apabila n m
Dengan menggunakan prinsip pembagian panjang dari f (X) terhadap
g (X)
b
m
X
m
+. . . +b
1
X
1
+b
0
_
a
n
X
n
+a
n1
X
n1
+. . . +a
1
X
1
+a
0
a
n
X
n
+ . . . _
f
1
(X)
Diperoleh :
f
1
(X) = f (X) g (X) a
n
b
1
n
X
nm
Dengan f
1
(X) = 0 atau (f
1
) < (f). Proses di atas mengakibatkan
terdapat v
1
(X), s
1
(X) T [X] sehingga f
1
(X) = g (X) v
1
(X)+s (X),
dengan s (X) = 0 atau (s) < (g). Selanjutnya diperoleh,
f (X) = g (X) a
n
b
1
n
X
nm
+v
1
(X) g (X) +s (X)
= g (X) (a
n
b
1
n
X
nm
+v
1
(X)) +s (X)
Misalkan v (X) = a
n
b
1
n
X
nm
+v
1
(X) maka
f (X) = g (X) v (X) +s (X)
Untuk membuktikan ketunggalan, misalkan terdapat pasangan polinomial
v
1
(X) dan s
1
(X) sedemikian hingga f (X) = g (X) v
1
(X) + s
1
(X)
dengan s
1
(X) = 0 atau (s
1
) < (g). Diperoleh
g (X) v (X) +s (X) = f (X) = g (X) v
1
(X) +s
1
(X)
Selanjutnya
g (X) v (X) +s (X) = v
1
(X) g (X) +r
1
(X)
(g (X) v (X) +s (X)) (g (X) v
1
(X) +r
1
(X)) = 0
g (X) (v (X) v
1
(X)) + (s (X) s
1
(X)) = 0
dengan demikian g (X) (v (X) v
1
(X)) = s
1
(X) s (X).
8
Andaikan v (X) v
1
(X) ,= 0. Karena b
m
merupakan unit di
Tg (X) (v (X) v
1
(X)) ,= 0
dan
((v v
1
) g) = (v v
1
) + (g) = (v v
1
) +m m.
Di sisi lain s
1
s = 0 atau (s
1
s) < (g) = m
Dengan demikian tidak mungkin g (X) (v (X) v
1
(X)) = s
1
(X)
s (X) sehingga pengandaian salah dan yang benar adalah v (X)v
1
(X) =
0 atau v (X) = v
1
(X), dan s
1
(X) s (X) = 0 atau s
1
(X) = s (X).
Jika T adalah ring komutatif maka ketunggalan pada bukti teorema di atas
mengakibatkan u(X) = v(X) dan r(X) = s(X). Jika T bukan merupakan ring
komutatif maka u(X) dan v(X), ataupun r(X) dan s(X) tidak perlu sama. Untuk T
yang bukan ring komutatif ini didenisikan sebagai berikut.
Denisi 1.3.6. Diberikan f (X) , g (X) T [X], dan diasumsikan g (X) ,= 0 maka
1. f (X) = u(X) g (X) + r (X) dengan r = 0 atau (r) < (g), maka r (X)
disebut sisa kanan atas pembagian dari f (X) oleh g (X)
2. f (X) = g (X) v (X) + s (X) dengan s = 0 atau (s) < (g), maka s (X)
disebut sisa kiri atas pembagian dari f (X) oleh g (X)
Untuk lebih memahami denisi (1.3.6) perhatikan contoh berikut ini:
Contoh 1.3.7. Diberikan T : M
nn
(Q) dengan
f (X) =
_
1 2
1 1
_
X +
_
1 3
2 5
_
T [X]
dan diberikan
g (X) = X +
_
1 2
1 3
_
T [X]
9
Akan dicari sisa kanan dan sisa kiri dari f (X) .
g (X) T [X]merupakan polinomial monic dengan (g) = 1, maka
_
1 2
1 1
__
X +
_
1 2
1 3
__
=
_
1 2
1 1
_
X +
_
1 3
2 5
_
u(X) g (X) f (X)
Sehingga r (X) merupakan sisi kanan dari pembagian f (X) dengan g (X) dan
_
X +
_
1 2
1 3
___
1 2
1 1
_
+s (X) =
_
1 2
1 1
_
X +
_
1 3
2 5
_
g (X) v (X) f (X)
Diperoleh s (X) =
_
4 3
6 2
_
adalah sisa kiri dari pembagian f (X) dengan
g (X).
Jika T adalah Ring komutatif dan koesien utama dari g (X) adalah unit
dalam T maka sisa kiri (kanan) dari pembagian f (X) dengan g (X) adalah tung-
gal dan sisa kanan sama dengan sisa kiri.
Andaikan T Ring komutatif dan f (X) = a
n
X
n
+a
n1
X
n1
+. . . +a
1
X+a
0
adalah polinomial dalam T [X] . Jika z T dan z disubstitusikan terhadap X maka
akan diperoleh f (z) = a
n
z
n
+a
n1
z
n1
+. . .+a
1
z+a
0
. Jika T bukan Ring komutatif
maka f (z) mempunyai dua kemungkinan nilai sesuai Denisi (1.3.8).
Denisi 1.3.8. Diberikan f (X) = a
n
X
n
+a
n1
X
n1
+. . . +a
1
X +a
0
T [X]
Jika z T maka f
R
(z) dan f
L
(z) menotasikan dua elemen dalamTsebagai berikut:
1. f
R
(z) = a
n
z
n
+a
n1
z
n1
+. . . +a
1
z +a
0
2. f
L
(z) = z
n
a
n
+z
n1
a
n1
+. . . +za
1
+a
0
f
R
(z)disebut nilai kanan dari f (X) di z dan f
L
(z) disebut nilai kiri dari
f (X) di z. Jika T bukan ring komutatif maka jelas f
R
(z) tidak perlu sama dengan
f
L
(z).
10
Berikut ini adalah teorema sisa pada ring yang tidak komutatif
Teorema 1.3.9. Diberikan f (X) T [X] dan misalkan z T, maka terdapat poli-
nomial u(X) dan v (X) dalam T [X] sedemikian hingga:
1. f (X) = u(X) (X z) +f
R
(z)
2. f (X) = (X z) v (X) +f
L
(z)
f
R
(z) adalah sisa kanan dari pembagian f (X) dengan (X z), dan f
L
(z) adalah
sisa kiri dari pembagian f (X) dengan (X z).
Bukti.
1. Menurut Teorema (1.3.5) diketahui bahwa terdapat dengan tunggal polinomial
u(X)dan r (X) dalam T [X] sedemikian hingga
f (X) = u(X) (X z) +r (X) (1.4)
Selanjutnya berlaku salah satu r (X) = 0 atau (r) < (X z) = 1, maka
r (X) = r suatu konstanta di T. Jika f (X) = 0 atau jika (f) = 0 maka
u(X) = 0dan f (X) = r = f
R
(z).
Diandaikan (f) = n 1. Persamaan (1.4), mengakibatkan (u) = n 1.
Misalkan:
u(X) = c
n1
X
n1
+c
n2
X
n2
+. . . +c
1
X +c
0
(1.5)
Jika u(X) disubtitusikan ke persamaan (1.4), akan diperoleh
f (X) = (c
n1
X
n1
+c
n2
X
n2
+. . . +c
1
X +c
0
) (X z) +r (X)
= (c
n1
X
n
+c
n2
X
n1
+. . . +c
1
X
2
+c
0
X)
(c
n1
X
n1
z +c
n2
X
n2
z +. . . +c
1
Xz +c
0
z) +r (X)
= c
n1
X
n
+ (c
n2
c
n1
z) X
n1
+. . . + (c
0
c
1
z) X + (r c
0
z)
Dengan mensubstitusikan z (kanan) maka persamaan (1.5) menjadi
f
R
(z) = c
n1
z
n
+ (c
n2
c
n1
z) z
n1
+. . . + (c
0
c
1
z) z + (r c
0
z) = r
11
2. Menurut teorema (1.3.5)) diketahui bahwa terdapat dengan tunggal polinomial
v (X) dan s (X) dalam T [X] sedemikian hingga
f (X) = (X z) v (X) +s (X) (1.6)
Selanjutnya berlaku salah satu s (X) = 0 atau (s) < (X z) = 1, maka
s (X) = s suatu konstanta di T. Jika s (X) = 0 atau jika (f) = 0 maka
v (X) = 0 dan f (X) = s = f
L
(z).
Andaikan (f) = n 1. Persamaan (1.6), mengakibatkan (v) = n 1.
Misalkan :
v (X) = c
n1
X
n1
+c
n2
X
n2
+. . . +c
1
X +c
0
(1.7)
Jika u(X) disubtitusikan ke persamaan (1.6), akan diperoleh
f (X) = (X z) (c
n1
X
n1
+c
n2
X
n2
+. . . +c
1
X +c
0
) +s (X)
= (Xc
n1
X
n1
+Xc
n2
X
n2
+. . . +Xc
1
X +Xc
0
)
(zc
n1
X
n1
+zc
n2
X
n2
+. . . +zc
1
X +zc
0
) +s (X)
= (Xc
n1
zc
n1
) X
n1
+ (Xc
n2
zc
n2
) X
n2
+
. . . + (Xc
1
zc
1
) X + (Xc
0
zc
0
) +s
dan dengan mensubstitusikan z (kiri) maka persamaan (1.7) menjadi:
f
L
(z) = (zc
n1
zc
n1
) z
n1
+ (zc
n2
zc
n2
) z
n2
+
. . . + (zc
1
zc
1
) z + (zc
0
zc
0
) +s = s
Jika f (X) = u(X)v(X) T[X] maka u(X) disebut pembagi kiri atau faktor
kiri dari f (X) dan v(X) disebut pembagi kanan atau faktor kanan dari f (X).
Akibat 1.3.10. Xz merupakan pembagi kanan dari f (X) T [X] jika dan hanya
jika f
R
(z) = 0 demikian juga X z merupakan pembagi kiri dari f (X) T [X]
jika dan hanya jika f
L
(z) = 0.
Selain teorema sisa di atas perlu diperhatikan juga hubungan antara matriks
yang elemen-elemennya polinomial dan polinomial yang koesiennya matriks.
12
Misalkan R[X] polinomial atas ring komutatif dan pandang M
nxn
(R[X])
bukan ring komutatif. Diberikan A M
nxn
(R[X]) maka untuk setiap i, j = 1, 2, 3, ..., n,
[A]
ij
= a
(i,j)
p
X
p
+a
(i,j)
p1
X
p1
+... +a
(i,j)
1
X +a
(i,j)
0
adalah suatu polinomial dalam R[X] .
Jika A ,= 0 maka p adalah maksimal dari derajat elemen-elemen yang juga
tidak nol di A yakni:
p = max
_

_
[A]
ij
_

[A]
ij
,= 0; 1 i, j n
_
Matriks A dapat ditulis sebagai polinomial matriks berderajat p dalam X yaitu:
A =
_

_
[A]
(1,1)
[A]
(1,n)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[A]
(n,1)
[A]
(n,n)
_

_
=
_

_
a
(1,1)
p
X
p
+... +a
(1,1)
0
a
(1,n)
p
X
p
+... +a
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a
(n,1)
P
X
p
+... +a
(n,1)
0
a
(n,n)
p
X
p
+... +a
(n,n)
0
_

_
=
_

_
a
(1,1)
p
a
(1,n)
p
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a
(n,1)
p
a
(n,n)
p
_

_
X
p
+
_

_
a
(1,1)
p1
a
(1,n)
p1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a
(n,1)
p1
a
(n,n)
p1
_

_
X
p1
+... +
_

_
a
(1,1)
0
a
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a
(n,1)
0
a
(n,n)
0
_

_
atau dapat dituliskan:
A = A
p
X
p
+A
p1
X
p1
+... +A
1
X
1
+A
0
(1.8)
dengan A
p
, A
p1
, ..., A
0
M
nxn
(R). Jika A M
nxn
(R[X]) dengan R yang komu-
13
tatif maka persamaan (1.8) dapat dituliskan sebagai:
A = X
p
A
p
+X
p1
A
p1
+... +XA
1
+A
0
Berikut adalah contoh dari kasus di atas
Contoh 1.3.11. Diberikan A =
_
X
3
+ 3X
2
5 X
2
X + 3
3X 4 +X
_
M
2x2
(Z[X])
maka matriks A dapat dinyatakan sebagai
A =
_
1 0
0 0
_
X
3
+
_
3 1
0 0
_
X
2
+
_
0 1
3 1
_
X +
_
5 3
0 4
_
Selanjutnya diperhatikan, andaikan T = M
nn
(R) dan ring polinomial T[X] =
(M
nn
(R))[X] tidak komutatif. (M
nn
(R))[X] adalah polinomial dengan koesien
matriks. Persamaan (1.8) menyatakan pemetaan biasa
: M
nn
(R[X]) (M
nn
(R))[X]
oleh (A) =

p
j=0
A
j
X
j
. Diperhatikan adalah isomorsma pada ring. Hal ini
diperlukan untuk membuktikan teorema Cayley Hamilton. Berikut lemma yang
menyatakan sifat isomorsma di atas.
Lemma 1.3.12. Ring matriks M
nxn
(R[X]) dan ring polinomial dengan koesien
matriks (M
nxn
(R)) [X] isomork melalui pemetaan
(A) =
p

j=0
A
j
X
j
.
Bukti. Akan dibuktikan Ring M
nxn
(R[X]) dan Ring (M
nxn
(R)) [X] isomork de-
ngan pemetaan (A) =

p
j=0
A
j
X
j
1. Akan diselidiki bahwa merupakan fungsi.
Ambil sebarang P, Q M
nxn
(R[X]) , P = Q akan ditunjukkan
14
bahwa (P) = (Q)
_

_
p
(1,1)
n
X
n
+... +p
(1,1)
0
... p
(1,n)
n
X
n
+... +p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
X
n
+... +p
(n,1)
0
... p
(n,n)
n
X
n
+... +p
(n,n)
0
_

_
=
_

_
q
(1,1)
n
X
n
+... +q
(1,1)
0
... q
(1,n)
n
X
n
+... +q
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
q
(n,1)
n
X
n
+... +q
(n,1)
0
... q
(n,n)
n
X
n
+... +q
(n,n)
0
_

_
maka
_

_
p
(1,1)
n
p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
p
(n,n)
0
_

_
X
n
+. . . +
_

_
p
(1,1)
n
p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
p
(n,n)
0
_

_
=
_

_
q
(1,1)
n
q
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
q
(n,1)
n
q
(n,n)
0
_

_
X
n
+. . . +
_

_
q
(1,1)
n
q
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
q
(n,1)
n
q
(n,n)
0
_

_
sehingga (P) = (Q)
2. Akan diselidiki bahwa merupakan homomorsma.
Ambil sebarang P, Q M
nxn
(R[X])
(a) akan ditunjukkan bahwa (P +Q) = (P) +(Q)

_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_

_
p
(1,1)
n
X
n
+... +p
(1,1)
0
p
(1,n)
n
X
n
+... +p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
X
n
+... +p
(n,1)
0
p
(n,n)
n
X
n
+... +p
(n,n)
0
_

_
+
_

_
q
(1,1)
n
X
n
+... +q
(1,1)
0
q
(1,n)
n
X
n
+... +q
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
q
(n,1)
n
X
n
+... +q
(n,1)
0
q
(n,n)
n
X
n
+... +q
(n,n)
0
_

_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
15
=
_

_
_
p
(1,1)
n
+q
(1,1)
n
_

_
p
(1,n)
n
+q
(1,n)
n
_
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_
p
(n,1)
n
+q
(n,1)
n
_

_
p
(n,n)
n
+q
(n,n)
n
_
_

_
X
n
+. . .
+
_

_
_
p
(1,1)
0
+q
(1,1)
0
_

_
p
(1,n)
0
+q
(1,n)
0
_
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_
p
(n,1)
0
+q
(n,1)
0
_

_
p
(n,n)
0
+q
(n,n)
0
_
_

_
=
_

_
p
(1,1)
n
p
(1,n)
n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
p
(n,n)
n
_

_
X
n
+. . . +
_

_
p
(1,1)
0
p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
0
p
(n,n)
0
_

_
+
_

_
q
(1,1)
n
q
(1,n)
n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
q
(n,1)
n
q
(n,n)
n
_

_
X
n
+. . . +
_

_
q
(1,1)
0
q
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
q
(n,1)
0
q
(n,n)
0
_

_
= (P) +(Q)
(b) akan ditunjukkan bahwa (.P) =.(P)

_
_
_
_

_
p
(1,1)
n
X
n
+... +p
(1,1)
0
p
(1,n)
n
X
n
+... +p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
X
n
+... +p
(n,1)
0
p
(n,n)
n
X
n
+... +p
(n,n)
0
_

_
_
_
_
_
=
_
_
_
_
_

_
.p
(1,1)
n
X
n
+... +.p
(1,1)
0
.p
(1,n)
n
X
n
+... +.p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.p
(n,1)
n
X
n
+... +.p
(n,1)
0
.p
(n,n)
n
X
n
+... +.p
(n,n)
0
_

_
_
_
_
_
16
=
_

_
.p
(1,1)
n
.p
(1,n)
n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.p
(n,1)
n
.p
(n,n)
n
_

_
X
n
+. . . +
_

_
.p
(1,1)
0
.p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.p
(n,1)
0
.p
(n,n)
0
_

_
= .
_

_
p
(1,1)
n
p
(1,n)
n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
p
(n,n)
n
_

_
X
n
+. . . +.
_

_
p
(1,1)
0
p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
0
p
(n,n)
0
_

_
= (P)
3. Akan diselidiki merupakan isomorsma.
(a) Akan ditunjukkan injektif. Didenisikan D = M
nxn
R[X]
ker(w) = P M
nxn
(R[X]) [ (P) = 0
=
_

_
P D[
_

_
p
(1,1)
n
p
(1,n)
n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
p
(n,n)
n
_

_
X
n
+. . . +
_

_
p
(1,1)
0
p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
0
p
(n,n)
0
_

_
= 0
_

_
=
_

_
P D[
_

_
p
(1,1)
n
X
n
+... +p
(1,1)
0
p
(1,n)
n
X
n
+... +p
(1,n)
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
X
n
+... +p
(n,1)
0
p
(n,n)
n
X
n
+... +p
(n,n)
0
_

_
= 0
_

_
=
_

_
P D[
_

_
p
(1,1)
n
X
n
+... +p
(1,1)
0
= 0 p
(1,n)
n
X
n
+... +p
(1,n)
0
= 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
(n,1)
n
X
n
+... +p
(n,1)
0
= 0 p
(n,n)
n
X
n
+... +p
(n,n)
0
= 0
_

_
_

_
= 0
Jadi adalah monomorsma (homomorsma yang injektif).
(b) Akan diselidiki surjektif.
Im() = Q (M
nxn
(R)) [X] [ (P M
nxn
(R[X])) , (P) = Q
= Q (M
nxn
(R)) [X] [ (P M
nxn
(R[X])) , (P) = Q
17
Diketahui bahwa (P) = Q diperoleh
_

_
p
(1,1)
n
L p
(1,n)
0
M O M
p
(n,1)
n
L p
(n,n)
0
_

_
X
n
+. . . +
_

_
p
(1,1)
n
L p
(1,n)
0
M O M
p
(n,1)
n
L p
(n,n)
0
_

_
=
_

_
q
(1,1)
n
X
n
+ L +q
(1,n)
0
M O M
q
(n,1)
n
X
n
+ L +q
(n,n)
0
. . .
O
. . .
q
(1,1)
n
X
n
+ L +q
(1,n)
0
M O M
q
(n,1)
n
X
n
+ L +q
(n,n)
0
_

_
Jadi adalah epimorsma (homomorsma yang surjektif). Sehingga da-
pat disimpulkan bahwa isomorsma danM
nxn
(R[X])

= (M
nxn
(R)) [X]
dengan formula (A) =

p
j=0
A
j
X
j
Sebelum Teorema Cayley Hamilton atas ring dibuktikan, berikut dide-
nisikan kembali polinomial karakteristik dan penurunannya dengan menggunakan
persamaan Laplace.
Denisi 1.3.13. Matriks A M
nxn
(R) , polinomial karakteristik dari A disimbolkan
dengan C
A
(X), didenisikan C
A
(X) = det(XI
n
A).
Determinan dari (XI
n
A) dengan menggunakan persamaan Laplace, diperoleh
C
A
(X) = a
p
X
p
+a
p1
X
p1
+... +a
1
X
1
+a
0
dengan a
1
=

n
j=1
[A]
ij
dan a
n
= (1)
n
. det(A).
Polinomial karakterikstik dari sebarang matriks A M
nxn
(R) selalu meru-
pakan polinomial monic berderajat n di R[X] dan C
A
(X) adalah elemen regular dari
R[X] untuk sebarang matriks A. Setiap f (X) polinomial monic berderajat n pada
R[X] adalah polinomial karakteristik untuk suatu A M
nn
(R) yaitu
f(X) = X
n
+c
n1
X
n1
+... +c
0
18
Menggunakan expansi Laplace, diperoleh
det
_

_
X 0 0 0 0 c
n
1 X 0 0 0 c
n1
0 1 X 0 0 c
n2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 0 1 X +c
1
_

_
= f(X)
Menurut Teorema CayleyHamilton polinomial karakteristik dari Aadalah
nol, berikut pembuktiannya.
Teorema 1.3.14. Jika A M
nn
(R) maka C
A
(A) = 0
Bukti. Diperhatikan bahwa C
A
(X) = det (XI
n
A) .
Berdasarkan rumus adjoint A (adj A) = (adjA) A = (det A) I
n
diperoleh
adj(XI
n
A)(XI
n
A) = C
A
(X) I
n
(1.9)
Persamaan (1.9) adalah persamaan dalam matriks M
nxn
(R[X]) sehingga dengan
menggunakan lemma (1.3.12), persamaan (1.9) dapat dinyatakan dalam ring poli-
nomial (M
nxn
(R)) [X].
Andaikan C
A
(X) = X
n
+a
1
X
n1
+... +a
n
. Diperoleh
f (X) = X
n
+ (a
1
I
n
) X
n1
+... + (a
n
I
n
) (M
nxn
(R)) [X]
Berdasarkan lemma (1.3.12) diperoleh
(C
A
(X) I
n
) = (adj(XI
n
A).(XI
n
A))
(C
A
(X) I
n
) = (adj(XI
n
A)) .(XI
n
A)
karena (XI
n
A) = XI
n
A = X A dan (C
A
(X) I
n
) = f(X) sehingga,
(C
A
(X) I
n
) = (adj(XI
n
A)) .(X A)
f (X) = (adj(XI
n
A)) .(X A)
Artinya (X A) membagi habis f(X), sehingga jika melakukan substitusi X = A
19
diperoleh
f (A) = (adj(AI
n
A)) .(A A)
= 0
f (A) = I
n
A
n
+ (a
1
I
n
) A
n1
+... + (a
n
I
n
)
= 0
,
Kesimpulannya C
A
(A) = 0.
1.4 Kesimpulan
Teorema Cayley Hamilton pada matriks atas lapangan menyatakan bahwa
jika A M
nn
(F) dan f(X) adalah polinomial karakteristik dari A maka f(A) =
C
A
(A) = 0. Demikian pula pada matriks atas ring jika A M
nn
(R) maka
C
A
(A) = 0. Hal yang perlu diperhatikan di sini: untuk pembuktian teorema Cayley
Hamilton pada matriks atas ring tidak hanya menggunakan rumus adjoint seperti
pada lapangan tetapi diperlukan juga teorema sisa dan isomorsma pada ring antara
M
nxn
(R[X]) dan (M
nxn
(R)) [X] melalui pemetaan (A) =

p
j=0
A
j
X
j
.
BAB II
Resultan dua polinomial atas Ring
2.1 Latar Belakang
Himpunan matriks ordo n atas lapangan F, yang selanjutnya dinotasikan de-
ngan M
nn
(F) membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan
pergandaan matriks standar. Perhatikan bahwa untuk sebarang lapangan mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memiliki elemen satuan.
2. Komutatif terhadap perkalian.
3. Setiap elemen tak nol memiliki invers terhadap perkalian.
4. Elemen 0 merupakan satu-satunya elemen pembagi nol.
Tetapi pada ring M
nn
(F) tidak semuanya berlaku. Pada ring M
nn
(F)
hanya berlaku sifat pertama, yaitu memiliki elemen satuan. Selanjutnya sifat yang
lainnya belum tentu dimiliki oleh ring M
nn
(F). Makalah ini akan membahas kon-
sep mengenai resultan dua polynomial atas ring R. Demi keperluan pembahasannya,
maka terlebih dahulu pengkajiannya akan dimulai dari konsep resultan pada eld.
Diberikan F[x] yang menyatakan polinomial dengan satu variabel atas eld
F (koesien-koesian setiap variabelnya adalah elemen dari eld F). Dapat diambil
atau ditemukan dua polinomial berderajat positif f(x) dan g(x) elemen F[x]. Jika
f(x) dan g(x) dapat difaktorkan maka kita akan tertarik melihat apakah f(x) dan
g(x) memiliki faktor persekutuan atau faktor iredusibel yang sama.
Sebelum melanjutkan pembahasan tentang resultan akan diberikan terlebih
dahulu denisi dari iredusibel berikut ini.
Denisi 2.1.1. (Iredusibel): Polinomial tak konstan f (x) F [x] dikatakan iredusi-
bel di dalamF [x] jika f (x) tidak dapat dinyatakan sebagai perkalian dua polinomial
g (x) dan h(x) di dalamF [x] yang keduanya berderajat lebih rendah daripada dera-
jat dari f (x). Jika f (x) F [x] adalah polinomial tak konstan yang tidak iredusibel
atas F, maka f (x) redusibel atas F.
20
21
Masalah yang muncul adalah ketika polinomial-polinomial tersebut memiliki
derajat yang besar sehingga sangat sulit memfaktorkannya. Oleh karena itu diper-
lukan suatu metode sederhana untuk menentukan faktor iredusibel yang sama dari
dua polinomial yang berderajat besar yaitu resultan.
Sebelum diberikan denisi resultan, berikut ini diberikan contoh sederhana
untuk memahami konsep resultan. Diberikan suatu eld F dan polinomial f(x), g(x)
F [x] berderajat positif.
Misalkan f(x) = a
3
x
3
+a
2
x
2
+a
1
x +a
0
dan g(x) = b
2
x
2
+b
1
x +b
0
dengan
a
3
, b
2
,= 0. Akan ditentukan syarat perlu dan cukup agar f(x) dan g(x)mempunyai
faktor iredusibel yang sama di F [x]. Misal h(x) adalah faktor irredusibel dari f(x)
dan g(x).
Jadi, h(x) berbentuk linear dan f(x) = (h(x)) (f
1
(x))
,
g(x) = (h(x))(g
1
(x)),
dengan f
1
(x) =
2
x
2

1
x
0
, g
1
(x) =
1
x +
0
, dan
2
,
1
,
0
,
1
,
0
F
sehingga diperoleh :
f(x) = h(x).f
1
(x) h(x) =
f(x)
f
1
(x)
=
a
3
x
2
+a
2
x
2
+a
1
x +a
0

2
x
2

1
x
0
g(x) = h(x).g
1
(x) h(x) =
g(x)
g
1
(x)
=
b
2
x
2
+b
1
x +b
0

1
x +
0
Dari sini, diperoleh persamaan :
a
3
x
3
+a
2
x
2
+a
1
x +a
0

2
x
2

1
x
0
=
b
2
x
2
+b
1
x +b
0

1
x +
0
(2.1)
Dari persamaan (2.1) diperoleh :
a
3

1
x
4
+a
3

0
x
3
+a
2

1
x
3
+a
2

0
x
2
+a
1

1
x
2
+a
1

1
0
+a
0

1
x +a
0

0
=
b
2

2
x
4
b
2

1
x
3
b
2

0
x
2
b
1

2
x
3
b
1

1
x
2
b
1

0
x b
0

2
x
2
b
0

1
x b
0

0
a
3

1
x
4
+ (a
3

0
+a
2

1
) x
3
+ (a
2

0
+a
1

1
) x
2
+(a
1

0
+a
0

1
) x +a
0

0
= b
2

2
x
4
(b
2

1
+b
1

2
) x
3
(b
2

0
+b
1

1
+b
0

2
) x
2
(b
1

0
+b
0

1
)
x b
0

0
(2.2)
22
Dari persamaan (2.2) diperoleh :
a
3

1
= b
2

2
a
3

0
+a
2

1
= (b
2

1
+b
1

2
)
a
2

0
+a
1

1
= (b
2

0
+b
1

1
+b
0

2
)
a
1

0
+a
0

1
= (b
1

0
+b
0

1
)
a
0

0
= b
0

0
Sehingga didapat SPL Homogen dengan variabel
0
,
1
,
2
,
0
,
1
, yaitu:
aa
3

1
+b
2

2
= 0
a
2

0
+a
1

1
+b
2

1
+b
1

2
= 0
a
2

0
+a
1

1
+b
2

0
+b
1

1
+b
0

2
= 0
a
1

0
+a
0

1
+b
1

0
+b
0

1
= 0
a
0

0
+b
0

0
= 0
(2.3)
Jika persamaan (2.3) ditulis dalam bentuk matriks, didapat :
_

_
a
3
0 b
2
0 0
a
2
a
3
b
1
b
2
0
a
1
a
2
b
0
b
1
b
2
a
0
a
1
0 b
0
b
1
0 a
0
0 0 b
0
_

_
_

0
_

_
=
_

_
a
3
a
2
a
1
a
0
0
0 a
3
a
2
a
1
a
0
b
2
b
1
b
0
0 0
0 b
2
b
1
b
0
0
0 0 b
2
b
1
b
0
_

_
t _

0
_

_
= 0 (2.4)
SPLH (2.3) pasti memiliki solusi. Jika matriks dalam SPLH (2.4) invertibel, maka
SPLH(2.3) mempunyai solusi trivial. Agar SPLH(2.3) mempunyai solusi non-trivial,
maka matriks koesien dalam (2.4) haruslah tidak invertibel, sehingga diperoleh de-
terminannya adalah nol.
23
Dari sini, disimpulkan bahwa f(x) dan g(x) mempunyai faktor iredusibel
yang sama, yaitu h(x) jika dan hanya jika :
det
_

_
a
3
a
2
a
1
a
0
0
0 a
3
a
2
a
1
a
0
b
2
b
1
b
0
0 0
0 b
2
b
1
b
0
0
0 0 b
2
b
1
b
0
_

_
= 0
2.2 Resultan atas Lapangan
Diberikan eld F, misalkan f(x) = a
m
x
m
+ a
m 1
x
m 1
+ . . . + a
1
x + a
0
dan g(x) = b
n
x
n
+b
n 1
x
n 1
+ . . . +b
1
x +b
0
adalah polinomial berderajat positif
di F[x]. Akan dicari syarat perlu dan cukup agar f(x) dan g(x) mempunyai faktor
irredusibel yang sama. Sebelumnya, terlebih dahulu diberikan Teorema berikut ini.
Teorema 2.2.1. Diberikan f (x) dan g (x) tidak sama dengan nol didalam F [x],
maka terdapat pembagi umum terbesar (greatest common divisor) yaitu d (x) F [x]
sedemikian hingga d (x) = a (x) f (x) +b (x) g (x) untuk suatu a (x) , b (x) F [x] .
Teorema 2.2.1 akan digunakan untuk membuktikan lemma 2.2.2 berikut ini.
Lemma 2.2.2. Diberikan f(x) dan g(x) di F[x] adalah polinomial dengan dera-
jat positif masing-masing (f(x)) = m dan (g(x)) = n. Polinomial f(x) dan
g(x) mempunyai faktor iredusibel yang sama jika dan hanya jika terdapat polinomial
p(x), q(x) F[x] sedemikian hingga
1. p(x), q(x) ,= 0
2. (p(x)) n 1 dan (q(x)) m1
3. p(x)f(x) +q(x)g(x) = 0
Bukti:
() Misalkan f(x) dan g(x) mempunyai faktor iredusibel yang sama, yaitu h(x)
F[x]. Maka f(x) = f
1
(x)h(x) dan g(x) = g
1
(x)h(x), untuk suatu f
1
(x), g
1
(x)
24
F[x], sehingga (f
1
(x)) m 1 dan (g
1
(x)) n 1. Maka f(x)g
1
(x)
g(x)f
1
(x) = f
1
(x)h(x)g
1
(x) g
1
(x)h(x)f
1
(x) = 0, dengan demikian dapat diambil
q(x) adalah f
1
(x) dan p(x) adalah g
1
(x) sedemikian hingga p(x)f(x)+q(x)g(x) =
0.
() Misalkan p(x) dan q(x) memenuhi ketiga sifat pada Lemma 2.2.2 di atas. Misal-
kan q(x),=0. Andaikan f(x)dan g(x)tidak mempunyai faktor iredusibel yang sama,
maka pembagi persekutuan terbesar dari f(x)dan g(x)adalah 1. Sehingga dapat dite-
mukan polinomial dan A(x), B(x) F[x] sehingga A(x)f(x) + B(x)g(x) = 1,
dengan menggunakan persamaan q(x)g(x) = p(x)f(x) Diperoleh:
q = (Af + Bq)q
= (Afq + Bgq) = (Afq-Bpf)
= Aq Bp) f
Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa q(x) mempunyai derajat paling sedikit
m, hal ini kontradiksi karena derajat dari q(x) paling sedikit m-1. Jadi, f(x) dan g(x)
mempunyai faktor iredusibel yang sama dengan derajat positif.
Misalkan f(x) dan g(x) mempunyai faktor iredusibel yang sama, maka terda-
pat p(x), q(x) F[x] sedemikian hingga
p(x)f(x) = q(x)g(x) (2.5)
dengan ( p) = n-1 dan (q) = m-1
Misalkan p = c
n1
X
n1
+ . . . + c
0
dan q = -d
m1
X
m1
- . . . d
0
.
Persamaan (2.5) dapat dinyatakan dalam sistem persaman linear homogen dengan
variabel c
i
dan d
j
sebagai berikut:
0 = c
n1
a
m
+ d
m1
b
n
0 = c
n2
a
m1
+ d
m2
b
n1
.
.
.
0 = c
0
a
0
+ b
0
d
0
(2.6)
25
Jika ditulis ke dalam bentuk matriks:
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
a
m
a
m1
... a
0
0 0 ... 0
0 a
m
a
m1
... a
0
0 ... 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 ... 0 a
m
a
m1
... a
0
b
n
b
n1
... b
0
0 0 ... 0
0 b
n
b
n1
... b
0
0 ... 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 ... 0 b
n
b
n1
... b
0
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
t
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
c
n1
c
n2
.
.
.
c
0
d
m1
d
m2
.
.
.
d
0
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
= 0
Agar sistem persamaan (2.6) mempunyai solusi nontrivial, maka matriks koesien di
atas haruslah tidak invertibel, atau dengan kata lain determinan dari matriks koesi-
ennya sama dengan nol. Karena determinan dari suatu matriks sama dengan determi-
nan dari transpose matriksnya, maka determinan dari transpose matriks koesiennya
sama dengan nol. Hal ini yang melatar belakangi pendenisian matriks Sylvester dan
resultan seperti diberikan pada denisi berikut.
Denisi 2.2.3. : Diberikan eld F dan polinomial f(x) dan g(x) berderajat positif di
F[x] dengan f(x) = a
m
x
m
+a
m1
x
m1
+...+a
0
dan g(x) = b
n
x
n
+b
n1
x
n1
+...+b
0
,
dengan a
m
, b
n
,= 0. Matriks Sylvester dari f(x) dan g(x) terhadap x, dinotasikan
dengan Syl
x
(f, g) adalah matriks berukuran (m+n)x(m+n):
Syl
x
(f, g) =
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
a
m
a
m1
... a
0
0 0 ... 0
0 a
m
a
m1
... a
0
0 ... 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 ... 0 a
m
a
m1
... a
0
b
n
b
n1
... b
0
0 0 ... 0
0 b
n
b
n1
... b
0
0 ... 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 ... 0 b
n
b
n1
... b
0
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
Selanjutnya, resultan dari f(x)dan g(x), dinotasikan dengan Res
x
(f, g) didenisi-
kan sebagai determinan dari Syl
x
(f, g), yaitu Res
x
(f, g)= det (Syl
x
(f, g))
Berikut disajikan teorema yang menunjukkan hubungan antara resultan dengan faktor
iredusibel dari dua polinomial.
26
Teorema 2.2.4. Diberikan f(x), g(x) F[x] berderajat positif maka f(x) dan g(x)
mempunyai faktor iredusibel yang sama di F[x] jika dan hanya jika Res
x
(f, g) = 0.
Bukti: () Misalkan : f(x) = a
m
x
m
+a
m 1
x
m 1
+ . . . +a
1
x +a
0
dan
g(x) = b
n
x
n
+b
n 1
x
n 1
+ . . . +b
1
x +b
0
Res
x
(f, g) =

a
m
a
m1
. . a
1
a
0
0 . . . . .
0 a
m
a
m1
. . a
1
a
0
0 . . . .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. . 0 a
m
a
m1
. . . . . . a
0
b
n
b
n1
. . . b
0
. . . . . .
0 b
n
b
n1
. . b
1
b
0
. . . . .
.
.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
0 . . . b
n
b
n1
. . . b
0

Jika a
m
= 0 = b
n
, maka kolom pertama dari (Syl
x
(f, g)) = 0, jadi Res (f, g) = 0.
Asumsikan bahwa f (x) dan g (x) mempunyai sebuah faktor bersama h(x) berdera-
jat positif dan a
m
,= 0 atau b
n
,= 0. Jadi f (x) = f
1
(x) h(x), g (x) = g
1
(x) h(x),
dan f
1
(x) ,= 0atau g
1
(x) ,= 0, sesuai kondisi a
m
,= 0 atau b
n
,= 0. Asumsikan
a
m
,= 0, f
1
(x) ,= 0. Jika (h(x)) = r, maka (f
1
(x)) = m r. Jika g (x) = 0,
diperoleh g
1
(x) = 0; di lain pihak, karena f (x) g
1
(x) = g (x) f
1
(x) memberikan
(g
1
(x)) n r. Dapat ditulis f
1
(x) = c
m1
x
m1
c
m2
x
m2
... c
0
,
g
1
(x) = d
n1
x
n1
+d
n2
x
n2
+... +d
0
dengan suatu c
i
,= 0, dan dipunyai
(a
m
x
m
+... +a
0
)(d
n1
x
n1
+... +d
0
)+
(b
n
x
n
+... +b
0
)(c
m1
x
m1
+... +c
0
= 0 (2.7)
Dengan menyamakan koesien-koesien dari x
m+n1
, x
m+n2
, ..., 1 pada (2.7) di-
peroleh sistem persamaan linear homogen berikut:
a
m
d
n1
b
n
c
m1
= 0
a
m
d
n2
+a
m1
d
n1
+b
n
c
m2
+b
n1
c
m1
= 0
.
.
.
a
0
d
0
+b
0
c
0
= 0
(2.8)
27
Jika ditulis dalam bentuk matriks, persamaan akan berbentuk:
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
a
m
a
m1
a
0
0 0 0
0 a
m
a
m1
a
0
0 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 a
m
a
m1
a
0
b
n
b
n1
b
0
0 0 0
0 b
n
b
n1
b
0
0 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 b
n
b
n1
b
0
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
t
_

_
d
n1
.
.
.
.
.
.
d
0
c
m 1
.
.
.
.
.
.
c
0
_

_
= 0
Syl
x
(f, g)
t
. = 0, dengan = [d
n1
, ..., d
0
, c
m1
, ..., c
0
]
t
Karena terdapat c
i
,= 0 ,= 0, maka adalah solusi dari nontrivial dari sistem
persamaan linear tersebut, yang berarti Syl
x
(f, g)
t
tidak invertibel. Akibatnya,
det(Syl
x
(f, g)
t
) = det(Syl
x
(f, g)) = Res(f, g) = 0

() Asumsikan Res(f, g) = 0. Maka dapat diselidiki kembali langkah sebelum-


nya dan disimpulkan bahwa terdapat f
1
(x) , g
1
(x) sedemikian hingga f (x) g
1
(x) =
g (x) f
1
(x) dimana (f
1
) m 1, (g
1
) n 1 dan f
1
,= 0 atau g
1
,= 0.
Asumsikan f
1
,= 0. Jika g
1
= 0, maka g = 0 dan b
m
= 0, dan f (x) adalah fak-
tor bersama tak nol dari f dan g atau a
n
= 0. Jika g
1
,= 0 dan g = 0 penerapan
argumentasi yang sama untuk menunjukkan bahwa a
m
= 0 = b
n
atau f dan g mem-
punyai faktor bersama dari derajat positif. Sekarang asumsikan g
1
,= 0 dan g ,= 0.
Maka relasi-relasi f (x) g
1
(x) = g (x) f
1
(x), f
1
,= 0, g
1
,= 0, g ,= 0, akibatnya
f ,= 0.a
m
= 0 = b
n
, atau dapat diasumsikan a
n
,= 0 yang mana mengakibatkan bah-
wa (f (x)) = m. Karena (f
1
(x)) m1, persamaan f (x) g
1
(x) = g (x) f
1
(x)
dan faktorisasi dari f, f
1
, g, g
1
menjadi faktor-faktor iredusibel akibatnya bahwa f (x)
dan g (x) mempunyai faktor bersama dengan derajat positif.
Teorema 2.2.5. Jika f, g F [x] polinomial berderajat positif, maka terdapat p, q
F [x] polinomial berderajat positif sedemikian hingga pf +qg = Res
x
(f, g).
28
Bukti:
Misalkan f(x) = a
m
x
m
+ ... + a
0
dan g(x) = b
n
x
n
+ ... + b
0
,
dengan a
m
, b
m
,= 0.
Diberikan Syl
x
(f, g) matriks Sylvester dari f dan g, maka diperoleh:
Syl
x
(f, g)
_

_
x
m+n1
x
m+n2
.
.
.
x
m
x
m1
.
.
.
x
1
_

_
=
_

_
x
n1
f
x
n2
f
.
.
.
f
x
m1
g
.
.
.
xg
g
_

_
(2.9)
Misalkan c
i
= cof
i,m+n
(Syl
x
(f, g), dengan i = 1, ..., m + n. Oleh karena
itu, c
1
, ..., c
m+n
merupakan kofaktor-kofaktor dari kolom terakhir pada Syl
x
(f, g).
Menggunakan ekspansi Laplace, diperoleh:
m+n

i=1
c
i
[Syl
x
(f, g)]
i,m+n
= Res
x
(f, g)
dan

m+n
i=1
c
i
[Syl
x
(f, g)]
i, j
= 0, untuk j ,= m + n. Selanjutnya, dengan mengalikan
baris ke-i dari persamaan (2.9) dengan c
i
dan menjumlahkan hasilnya, diperoleh per-
samaan:
c
1
x
n1
f +c
2
x
n2
f +... +c
n
f +c
n+1
x
m1
g +c
n+2
x
m2
g +... +c
n+m
g
=

m+n
i=1
c
1
[Syl
x
(f, g)]
1,j
x
m+nj
+
... +

m+n
i=1
c
m+n
[Syl
x
(f, g)]
(m+n),j
x
m+nj
=

m+n
i=1

m+n
i=1
c
m+n
[Syl
x
(f, g)]
i,j
x
m+nj
= Res
x
(f, g)
Dari sini diperoleh bahwa terdapat p, q F[x], yaitu p = c
1
x
n1
+ ... + c
n
dan q =
c
n+1
x
m1
+... +c
m+n
sedemikian hingga pf +qg = Res
x
(f, g). Konsep mengenai
resultan dua polinomial atas eld F, yaitu pendenisian beserta teorema-teoremanya
telah diberikan. Sekarang akan segera disajikan konsep mengenai konsep resultan
dari dua polinomial atas ring R, tetapi sebelumnya diberikan beberapa denisi dan
teorema yang dibutuhkan dalam pembahasannya.
Denisi 2.2.6. Misalkan R adalah suatu Ring Komutatif. Himpunan semua polinomi-
29
al dengan indeterminate x dan koesien-koesiennya elemen dari ring R dinotasikan
dengan R[x]. Jika f(x) R[x] , maka dikatakan f(x) adalah polinomial atas ring
R, berbentuk f (x) = a
m
x
m
+ a
m1
x
m1
+ + a
1
x + a
0
, dengan a
m
,= 0 berde-
rajat (f) = m. Kemudian, f(x) dikatakan polinom monik (monic polynomial) bila
a
m
= 1
Teorema 2.2.7. (Algoritma Pembagian Polinom-Polinom)
Misalkan f (x) , g (x) R[x] dengan f (x) = a
m
x
m
+a
m1
x
m1
+ +a
1
x+a
0
,
g (x) = b
n
x
n
+b
n1
x
n1
+ +b
1
x+b
0
, b
n
U(R), maka terdapat polinom-polinom
unik q (x) , r (x) R[x] sedemikian sehingga,
f(x) = q(x).g(x) + r(x) dengan r(x) = 0 atau (r) < (g).
2.3 Resultan atas Ring
Berikut diberikan pendenisian dari matriks Sylvester dan resultan dari dua polino-
mial atas ring R yang berderajat positif.
Denisi 2.3.1. Diberikan ring komutatif R dan polinomial berderajat positif f (x),
g (x) R[x] dengan f (x) = a
m
x
m
+ a
m1
x
m1
+ + a
1
x + a
0
, g (x) = b
n
x
n
+
b
n1
x
n1
+ + b
1
x + b
0
, a
m
, b
n
,= 0. Matriks Sylvester dari f (x) dan g (x),
dinotasikan Syl
x
(f, g), adalah matriks persegi berukuran (m+n) x (m+n) yang
berbentuk:
Syl
x
(f, g) =
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
a
m
a
m1
a
0
0 0 0
0 a
m
a
m1
a
0
0 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 a
m
a
m1
a
0
b
n
b
n1
b
0
0 0 0
0 b
n
b
n1
b
0
0 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 b
n
b
n1
b
0
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
1
2
.
.
.
m
m+ 1
m+ 2
.
.
.
m+n
1 2 m+ 1 m+ 2 m+ 3 m+n
.
Dari denisi matriks Sylvester atas dua polinomial f (x) dan g (x) di atas, se-
lanjutnya diberikan denisi dari resultan dua polinomial atas ring komutatif Rdengan
elemen satuan.
30
Denisi 2.3.2. Diberikan ring komutatif Rdengan elemen satuan dan dua polinomial
berderajat positif f (x) , g (x) R[x]. Resultan dari f (x) dan g (x), dinotasikan de-
ngan Res
x
(f, g), didenisikan sebagai determinan dari matriks Sylvester atas f (x)
dan g (x) yaitu:
Res
x
(f, g) = det (Syl
x
(f, g)) .
Telah diketahui bahwa himpunan semua bilangan bulat Z merupakan ring komutatif
dengan elemen satuan. Berikut ini diberikan contoh resultan untuk dua polinomial
berderajat positif atas Z.
Contoh : Diberikan ring R = Z dan dua polinomial berderajat positif f (x), g (x)
Z[x] dengan f (x) = 2x
3
5x
2
+ x + 2 dan g (x) = x
2
3x + 2. Diperoleh
resultan dari polinomial f (x) dan g (x) adalah
Res
x
(f, g) = det
_

_
2 5 1 2 0
0 2 5 1 2
1 3 2 0 0
0 1 3 2 0
0 0 1 3 2
_

_
= 0
Sekarang akan diberikan teorema yang merupakan aplikasi yang paling utama dari
resultan.
Teorema 2.3.3. Diberikan f (x) R[X] suatu polinomial monik berderajat positif
dan g (x) suatu polinomial tak nol di R[X]. Maka,
g (x) Z (R[X] / f(x))) jika dan hanya jika Res
x
(f, g) Z (R) [1].
Sebelum membuktikan Teorema 2.3.3 di atas, akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai Z (R[X] / f (x))). Diberikan d (x) Z (R[X] / f (x))) artinya
d
1
(x) (R[X] / f (x))) dengan d
1
(x) ,= 0 sedemikian hingga d (x) d
1
(x) =
d
1
(x) d (x) = 0 Z (R) . Karena d (x) Z (R[X] / f (x))), maka d (x)
R[X] / f (x)) . Jadi d (x) = h(x)+f (x)) dengan h(x) R[X] . Karena f (x)) =
a (x) f (x) [a (x) R[X] maka d (x) = h(x) +a (x) f (x) . Sehingga dapat dino-
tasikan g (x) = h(x) + a (x) f (x) dengan h(x) , a (x) R[X] . Selanjutnya akan
dibahas terlebih dahulu beberapa konsep yang diperlukan dalam pembuktiannya.
31
Diberikan A dan B merupakan ideal di R,dengan A ,= R. Ideal A dikatakan
belongs to ideal B jika memenuhi B Z (R/A). Berarti setiap elemen b B
merupakan pembagi nol di ring faktor R/A. Artinya, terdapat elemen a R A
sedemikian hingga ab A.
Denisi 2.3.4. Misalkan A dan B adalah ideal-ideal di R dengan A ,= R, pernyataan-
pernyataan berikut ekuivalen.
1. Ideal B belongs to A jika B Z (R/A).
2. x Z(R/A) y / A xy A
Selanjutnya, misalkan polinomial f (x) dan g (x) memiliki faktor iredusibel yang
sama, yakni h(x) R[X]. Diperoleh (f) , (g) (h) 1. Berarti terdap-
at polinomial f
1
(x) , g
1
(x) R[X] sehingga memenuhi f (x) = h(x) f
1
(x) dan
g (x) = h(x) g
1
(x). Karena (h) 1, maka (f
1
) < (f). Dengan demikian
diperoleh f
1
(x) / f (x)).
Oleh karena f
1
(x)g (x)= f
1
(x) h(x) g
1
(x) = g
1
(x) h(f) f
1
(x) =g
1
(x)f (x),
maka f
1
(x) g (x) f (x)). Diperoleh bahwa ideal g (x))belongs to ideal f (x)).
Dengan demikian diperoleh g (x) Z (R[X] / f(x))).
Kemudian diberikan Lemma dan Teorema N McCoy yang juga digunakan
dalam pembuktian teorema tersebut.
Lemma 2.3.5. Diberikan A M
mxn
(R). Jika m = n, maka rk(A) < n jika dan
hanya jika det(A) Z(R).
Teorema 2.3.6. (Teorema N McCoy) : Diberikan matriks A M
mxn
(R) maka
sistem persamaan linear homogen AX = 0 memiliki solusi nontrivial jika dan hanya
jika rk (A) < n.
Berikut ini akan diberikan pembuktian Teorema 2.3.3.
Bukti. () Diketahui g(x) pembagi nol dari
R[x]
/
f(x))
, sesuai denisi terdapat
h(x) f(x))
c
= R[X] f(x)) sedemikian hingga h(x)g(x) f(x)). Misal-
kan (f) = m dan (g) = n, maka m 1 dan n 0. Menggunakan algoritma
pembagian, maka diperoleh h(x) = q(x)f(x) + r(x), dengan q(x), r(x) R[x],
32
dan r (x) = 0 atau (r) < m. Karena h / f(x)), maka r (x) ,= 0. Diperoleh
h, g f(x)), maka terdapat k (x) R[x] sedemikian hingga
g (x) r (x) = k (x) f (x) (2.10)
Misalkan k (x) tidak nol. Karena f (x) monik, maka Persamaan (2.10) bera-
kibat:
m+(k) = (kf)
= (rg)
(r) +(g)
< m+n
Oleh karena itu, k = 0 atau (k) n 1. Misalkan,
f (x) = x
m
+a
m1
x
m1
+ +a
1
x +a
0
g (x) = b
n
x
n
+b
n1
x
n1
+ +b
1
x +b
0
r (x) = c
m1
x
m1
+c
m2
x
m2
+ +c
0
k (x) = (d
n1
x
n1
+d
n2
x
n2
+ +d
0
) .
(2.11)
Jelas bahwa b
n
,= 0, dan r (x) ,= 0 dan (r) m 1. Oleh karena itu, terdapat
c
i
,= 0. Dari Persamaan (2.11) diperoleh:
(b
n
x
n
+ +b
0
)
_
c
m1
x
m1
+ +c
0
_
+
_
d
n1
x
n1
+ +d
0
_
(x
m
+ +a
0
) = 0
atau
(b
n
c
m1
+d
n1
) x
m+n1
+ + (b
0
c
0
+a
0
d
0
) = 0
Yang berakibat bahwa
_

_
0 = b
n
c
m1
+d
n1
0 = b
n
c
m2
+d
n2
.
.
.
0 = b
0
c
0
+a
0
d
0
(2.12)
Sehingga diperoleh suatu sistem persamaan linear homogen dengan m+n persamaan
33
dan variabel c
m1
, , c
0
, d
n1
, , d
0
. Jika ditulis dalam bentuk matriks, diperoleh
_

_
1 a
m1
. . . a
0
0 0 0
0 1 a
m1
a
0
0 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 1 a
m1
a
0
b
n
b
n1
b
0
0 0 0
0 b
n
b
n1
b
0
0 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 0 b
n
b
n1
b
0
_

_
t
_

_
d
n1
.
.
.
.
.
.
d
0
c
m 1
.
.
.
.
.
.
c
0
_

_
= 0
atau
Syl
x
(f, g)
t
= 0 (2.13)
dengan = [c
m1
, , c
0
, d
n1
, , d
0
]
t
. Karena terdapat c
i
,= 0, maka meru-
pakan solusi nontrivial dari sistem persamaan linear homogen (2.13). Berdasarkan
teorema McCoy, karena persamaan (2.13) mempunyai solusi nontrivial, maka
rk
_
Syl
x
(f, g)
t
_
< m +n
Selanjutnya, berdasarkan lemma (2.3.5), karena Syl
x
(f, g)
t
matriks persegi maka
det
_
Syl
x
(f, g)
t
_
Z(R).
Karena det
_
Syl
x
(f, g)
t
_
= det (Syl
x
(f, g)) maka diperoleh
Res
x
(f, g) Z(R)
.
() Diketahui Res
x
(f, g) Z(R). Berdasarkan Lemma (2.3.5), maka rk
_
Syl
x
(f, g)
t
_
< m+n. Menurut Teorema McCoy, maka persamaan (2.13) mempunyai solusi non-
trivial R
m+n
. Sehingga diperoleh g (x) r (x) = k (x) f (x) dengan r (x) dan
k (x) didenisikan seperti pada persamaan (2.11). Jika untuk setiap c
i
= 0, ma-
ka r (x) = 0, yang berakibat k (x) f (x) = 0. Akibatnya diperoleh (c
m1
, , c
0
,
d
n1
, ,d
0
) = (0, , 0), sehingga (c
m1
, , c
0
, d
n1
, , d
0
) bukan solusi non-
trivial. Kontradiksi dengan adalah solusi nontrivial. Oleh karena itu, haruslah ter-
dapat c
i
,= 0, sehingga r ,= 0. Karena (r) m 1, maka r (x) / f (x)).
Selanjutnya, karena g (x) r (x) = k (x) f (x)dan r (x) ,= 0, maka r (x) g(x)
34
f(x)) Jadi, r(x) / f(x)) r(x)g(x) f(x)) sehingga diperoleh bahwa
g Z (R[x]/ f)).
Resultan ditentukan oleh dua polinomial f (x) dan g (x), teorema berikut ini menje-
laskan hubungan antara resultan dan ideal di R yang dibangun oleh f (x) dan g (x).
Teorema 2.3.7. Diberikan f, gR[X] dengan f = a
m
x
m
+ a
m1
x
m1
+ ... + a
0
dang = b
m
x
m
+b
m1
x
m1
+... +b
0
. Misalkan a
m
, b
n
,= 0 dan m+n 1m+n 1
maka terdapat p, q p, q R[X] sedemikian hingga:
1. (p) n 1 dan (q) m1
2. Res
x
(f, g) = pf +qg
Bukti dari Teorema 2.3.7 ini sama dengan pembuktian pada Lemma 2.2.2 dan
teorema 2.2.5, sebab pada proses pembuktiannya tidak digunakan sifat-sifat khusus
yang dimiliki eld tetapi tidak dimiliki ring.
Selanjutnya akan diberikan contoh soal mengenai teorema 2.3.3
Contoh 2.3.8. Diberikan ring Z
6
=
_
0, 1, 2, 3, 4, 5
_
dan f, g Z
6
[X] dengan
f (x) = x
3
+ 2x + 4 dan g (x) = 2x
4
+ 2x
Karena g (x) = 2x
4
+ 2x
= 2x
2
+
_
2x
_ _
x
3
+ 2x + 4
_
= 2x
2
+
_
2x
_
(f (x))
maka artinya g (x) R[X] / f (x)) .
Karena g

(x) = 3x Z
6
[X] sedemikian hingga
g (x) g

(x) =
_
2x
4
+ 2x
_ _
3x
_
= 0x
4
+ 0x
2
= 0
maka g (x) Z (Z
6
[X] / f (x))). Sesuai dengan teorema 2.3.3 karena g (x)
Z (Z
6
[X] / f (x))) maka Res
x
(f (x) , g (x)) Z (Z
6
)
2.4 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, jika f(x), g(x) R[x] , maka da-
pat didenisikan ideal, baik yang dibangun oleh f yaitu f), maupun ideal yang
35
dibangun oleh g yaitu g). Telah dipelajari bahwa, jika f dan g mempunyai fak-
tor iredusibel yang sama, maka akan diperoleh g)belongs to f). Padahal menurut
denisi 2.3.4, g)belongs to f) jika dan hanya jika g Z (R[x]/ f)). Selanjut-
nya, berdasarkan Teorema 2.3.3 , g (x) Z (R[X] / f(x))) jika dan hanya jika
Res
x
(f, g) Z (R) dengan syarat f(x) harus merupakan polynomial monik. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa, jika diberikan f(x), g(x) R[x], dengan f adalah poly-
nomial monik, maka berlaku: Jika f dan g mempunyai faktor iredusibel yang sama
maka Res
x
(f, g) Z (R).
BAB III
Pembagi nol pada Matriks atas Ring
3.1 Latar Belakang
Himpunan matriks ordo n atas ring kommutatif dengan elemen satuan F, yang
selanjutnya dinotasikan dengan M
nn
(F) membentuk struktur ring terhadap operasi
penjumlahan matriks dan pergandaan matriks standar. Perhatikan bahwa untuk se-
barang lapangan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memiliki elemen satuan.
2. Komutatif terhadap perkalian.
3. Setiap elemen tak nol memiliki invers terhadap perkalian.
4. Elemen 0 merupakan satu-satunya elemen pembagi nol.
Tetapi pada ring M
nn
(F) tidak semuanya berlaku. Pada ring M
nn
(F)
hanya berlaku sifat pertama, yaitu memiliki elemen satuan. Selanjutnya sifat yang
lainnya belum tentu dimiliki oleh ring M
nn
(F). Hal tersebut juga dapat digen-
eralisasi untuk kasus matriks atas ring. Oleh karena itu, perlu diselidiki mengenai
pembagi nol pada matriks atas ring.
3.2 Pembagi nol pada Matriks atas Lapangan
Himpunan matriks ordo n atas lapangan F, yang selanjutnya dinotasikan de-
ngan M
nn
(F) membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan
pergandaan matriks standar. Perhatikan bahwa untuk sebarang lapangan mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memiliki elemen satuan.
2. Komutatif terhadap perkalian.
3. Setiap elemen tak nol memiliki invers terhadap perkalian.
4. Elemen 0 merupakan satu-satunya elemen pembagi nol.
36
37
Tetapi pada ring M
nn
(F) tidak semuanya berlaku. Pada ring M
nn
(F)
hanya berlaku sifat pertama, yaitu memiliki elemen satuan. Selanjutnya sifat yang
lainnya belum tentu dimiliki oleh ring M
nn
(F). Untuk memperjelas diberikan con-
toh sebagai berikut.
Contoh 3.2.1. Diberikan lapangan bilangan real R. Perhatikan bahwa 1 R meru-
pakan elemen satuan di R. Selanjutnya seperti yang telah kita ketahui bersama, la-
pangan R komutatif terhadap perkalian, setiap elemen tak nol memiliki invers ter-
hadap perkalian dan elemen nol merupakan satu-satunya pembagi nol.
Selanjutnya dibentuk M
22
(R) =
_
a b
c d
_
[a, b, c, d R. Perhatikan
bahwa
_
1 0
0 1
_
merupakan elemen satuan di M
22
(R). Selanjutnya jelas bahwa
M
22
(R) tidak komutatif terhadap perkalian matriks, ada elemen tak nol yang tidak
memiliki invers terhadap perkalian dan elemen
_
0 0
0 0
_
bukan merupakan satu-
satunya pembagi nol.
Sistem persamaan linier (SPL) dengan koesien masing-masing variabel (ter-
masuk nilai ruas kanan persamaan) merupakan elemen dari suatu lapangan, dapat
direpresentasikan dengan suatu matriks atas lapangan. Beberapa teorema berikut
diberikan untuk menjamin adanya penyelesaian non trivial dari suatu SPL homogen.
Teorema 3.2.2. Jika A adalah sebuah matriks n n maka pernyataan - pernyataan
berikut ekuivalen.
1. A invertibel
2. AX = 0 hanya punya penyelesaian trivial
Selanjutnya diberikan teorema berikut.
Teorema 3.2.3. Sebuah matriks A invertibel jika dan hanya jika det(A) ,= 0
Berdasarkan dari kedua teorema diatas, diperoleh suatu akibat.
Akibat 3.2.4. Sistem persamaan linier homogen AX = 0 punya penyelesaian non
trivial jika dan hanya jika det(A) = 0.
38
Terkait dengan struktur ring, dikenal suatu elemen spesik yang disebut ele-
men pembagi nol (Zero devisor) kiri maupun kanan. Suatu matriks A M
nn
(F)
disebut pembagi nol kiri di M
nn
(F) jika AB = 0, untuk suatu matriks tak nol
B M
nn
(F) dan disebut pembagi nol kanan di M
nn
(F) jika CA = 0, untuk su-
atu matriks tak nol C M
nn
(F). Oleh karena itu akan diselidiki syarat perlu dan
cukup suatu elemen matriks M
nn
(F) merupakan pembagi nol kiri maupun kanan.
Terkait dengan hal tersebut akan diberikan pada teorema berikut.
Teorema 3.2.5. Diberikan suatu lapangan F dan A M
nn
(F). Pernyataan berikut
berlaku
1. A adalah pembagi nol kiri di M
nn
(F) jika dan hanya jika det (A) = 0.
2. A adalah pembagi nol kanan di M
nn
(F) jika dan hanya jika det (A) = 0.
Bukti. Pertama-tama ditunjukkan dahulu bukti ke kiri kalimat pertama. Jika det(A) =
0, maka sistem persamaan linear AX = 0 punya solusi non trivial. Dengan kata
lain terdapat vektor tak nol sedemikian sehingga A = 0. Selanjutnya diben-
tuk B = ([[ [), diperoleh matriks B ,= 0 dan AB = (A[A[ [A) =
(0[0[ [0) = 0. Jadi, A merupakan pembagi nol kiri di M
nn
(F).
Karena det(A) = det(A
t
) maka dengan argumen yang sama, det(A
t
) = 0
berakibat A
t
merupakan pembagi nol kiri di M
nn
(F). Jadi A
t
C = 0, untuk suatu
matriks tak nol C. Lebih lanjut C
t
A = (A
t
C)t = 0
t
= 0. Dengan kata lain, A meru-
pakan pembagi nol kanan di M
nn
(F). Jadi, jika det(A) = 0, maka A merupakan
pembagi nol kiri sekaligus pembagi nol kanan di M
nn
(F).
Selanjutnya dibuktikan untuk arah ke kanan. Jika A pembagi nol kiri di
M
nn
(F) maka AB = O, untuk suatu matriks tak nol B M
nn
(F). Misal B
dipartisi ke dalam kolom - kolom menjadi B = (c
1
[c
2
[ [c
n
). Lebih lanjut, AB =
(Ac
1
[Ac
2
[ [Ac
n
) = 0 berakibat Ac
i
= 0 untuk setiap i, i = 1, 2, 3, ..., n. Dilain
pihak, karena B ,= 0 maka pasti ada c
i
, dengan i = 1, 2, . . . , n yang bukan vektor
nol. Dengan kata lain sistem persamaan Ac
i
= 0 memiliki solusi non trivial. Hal ini
berakibat det(A) = 0.
Jika A merupakan pembagi nol kanan, maka A
t
C
t
= (CA)
t
= 0
t
= 0 ber-
akibat A
t
merupakan pembagi nol kiri, sehingga det(A
t
) = 0. Selanjutnya karena
det(A) = det(A
t
) maka diperoleh det(A) = 0.
39
Teorema (3.2.5) mengakibatkan bahwa himpunan semua pembagi nol kiri di
M
nn
(F) sama dengan himpunan semua pembagi nol kanan di M
nn
(F).
3.3 Pembagi nol pada Matriks atas Ring
Misalkan R adalah ring komutatif dan himpunan T = M
nn
(R). Matriks
A T dikatakan pembagi nol kiri di T jika AB = 0 untuk suatu matriks tak nol B
T. Begitu juga untuk pembagi nol kanan. Matriks A dikatakan pembagi nol kanan
di T jika CA = 0 untuk suatu matriks tak nol C T. Di dalam M
nn
(R), sebuah
matriks dikatakan pembagi nol kiri jika dan hanya jika matriks tersebut juga pembagi
nol kanan. Teorema (3.3.3) memaparkan hal tersebut. Namun sebelum memasuki
Teorema (3.3.3) , terlebih dahulu diberikan Teorema Mc Coy sebagai berikut.
Teorema 3.3.1. Misal A M
nn
(R). Sistem persamaan linear homogen AX = 0
mempunyai solusi non trivial jika dan hanya jika rk(A) < n.
Untuk bukti teorema tersebut tidak dibahas dalam tulisan ini. Selanjutnya
dipaparkan teorema lain yang akan digunakan untuk pembuktian.
Teorema 3.3.2. Misal A M
nn
(R), jika m = n, maka rk(A) < n jika dan hanya
jika det(A) Z(R).
Selanjutnya diberikan teorema mengenai pembagi nol pada ring M
nn
(R).
Teorema 3.3.3. Misal A M
nn
(R).
1. A adalah pembagi nol kiri di A M
nn
(R) jika dan hanya jika det(A)
Z(R).
2. A adalah pembagi nol kanan di A M
nn
(R) jika dan hanya jika det(A)
Z(R).
Bukti. Akan dibuktikan sekaligus jika det(A) Z(R) maka A adalah pembagi nol
kiri dan pembagi nol kanan di M
nn
(R). Diketahui det(A) Z(R). Menurut Teo-
rema (3.3.2) maka rk(A) < n. Karena rk(A) < n maka Teorema (3.3.1) berakibat
A = 0 untuk suatu vector taknol x R
n
. Dibentuk matriks B = ([[ [)
M
nn
(R). AB = (A[A[ [A) M
nn
(R) = (0[0[ [0) = 0. Jadi A adalah
pembagi nol kiri di M
nn
(R).
40
Menurut sifat determinan, det(A) = det(A
t
), sehingga det(A
t
) Z(R).
Akibatnya A
t
juga merupakan pembagi nol kiri pada M
nn
(R), yaitu A
t
B = 0 untuk
suatu matriks tak nol B M
nn
(R). Karena B ,= 0 maka B
t
,= 0. Menurut sifat
determinan A
t
B = (B
t
A)
t
. Karena A
t
B = 0 maka (B
t
A)
t
= 0. Akibatnya (B
t
A) =
0 dengan B
t
,= 0. Selanjutnya diperoleh A juga merupakan pembagi nol kanan di
M
nn
(R). Dapat disimpulkan bahwa jika det(A) Z(R), maka A pembagi nol kiri
dan pembagi nol kanan di M
nn
(R).
Sebaliknya, diketahui A pembagi nol kiri pada M
nn
(R), maka AB = 0 un-
tuk suatu matriks tak nol B M
nn
(R). karna B ,= 0 maka B dapat dipartisi kolom
yaitu B = (C
1
[C
2
[ [C
n
) dengan sekurang-kurangnya salah satu C
i
bukan vektor
0 di R
n
. Karena 0 = AB = (AC
1
[AC
2
[ [AC
n
) berakibat AC
i
= 0 untuk setiap
i = 1, 2., n. Karena sekurang-kurangnya salah satu C
i
,= 0, maka persamaan AX = 0
punya solusi non trivial. Akibatnya menurut Teorema (3.3.1) rk(A) < n. Selanjut-
nya menurut Teorema (3.3.2), det(A) Z(R). Karena A pembagi nol kanan maka
A
t
adalah pembagi nol kiri. Maka det(A) = det(A
t
) Z(R).
Perhatikan bahwa pada daerah integral satu-satunya pembagi nol adalah el-
emen nol. Selanjutnya dari Teorema di atas dan fakta di daerah integral tersebut
memunculkan akibat sebagai berikut.
Akibat 3.3.4. Misal Rdaerah integral dan A M
nn
(R). Elemen A Z((M
nn
(R))
jika dan hanya jika det(A) = 0.
Bukti. Karena pembagi nol pada daerah integral hanya 0 maka Teorema (3.3.3) di-
turunkan langsung untuk daerah integral, yaitu A pembagi nol jika dan hanya jika
det(A) adalah pembagi nol pada daerah integral yaitu 0.
Selanjutnya diberikan lemma sebagai berikut.
Lemma 3.3.5. Diberikan matriksC, D M
nn
(R) dan x R. Jika xC = xD maka
x det(C) = x det(D)
Bukti. Misalkan C = (
1
;
2
; ;
n
) dan D = (
1
;
2
; ;
n
), dengan
i
adalah
baris-baris dari matriks C dan
i
adalah baris-baris dari matriks D dengan i =
1, 2, , n. Karena xC = xD maka x
i
= x
i
untuk setiap i = 1, 2, , n. Karena
41
determinan suatu matriks merupakan fungsi multilinear pada baris-barisnya, maka
xdet(C) = x det(
1
;
2
; ;
n
)
= det(x
1
;
2
; ;
n
)
= det(x
1
;
2
; ;
n
)
= x det(
1
;
2
; ;
n
)
= det(
1
; x
2
; ;
n
)
= det(
1
; x
2
; ;
n
)
= x det(
1
;
2
; ;
n
)
.
.
.
= x det(
1
;
2
; ;
n
)
= x det(D)
Jadi diperoleh x det(C) = x det(D).
Lemma di atas digunakan untuk membuktikan Teorema (3.3.6) sebagai berikut.
Teorema 3.3.6. Diberikan A M
nn
(R). Elemen A Z(M
nn
(R)) jika dan hanya
jika A Z(R[A]).
Bukti. Karena R[A] M
nn
(R), jika diambil sebarang A Z(R[A]) maka A
Z(M
nn
(R)). Selanjutnya akan dibuktikan jika A Z(M
nn
(R)) maka A Z(R[A]).
Teorema di atas jelas berlaku untuk n = 1. Oleh karena itu, diasumsikan n 2 dan
A Z(M
nn
(R)). Pertama akan dibuktikan untuk kasus n = 2. Dibentuk polinomi-
al karakteristik dari A adalah C
A
(X) = X
2
+a
1
X +a
2
maka a
2
= det(A) Z(R).
Oleh karena itu terdapat b R

sedemikian sehingga ba
2
= 0. Berdasarkan Teorema
Cayley-Hamilton,
C
A
(A) = O bC
A
(A) = O
b(A
2
+a
1
A +a
2
) = O
bA
2
+ba
1
A = O
A(bA +ba
1
I
2
) = O
42
Jika bA + ba
1
I
2
,= O, maka jelas bahwa A Z(R[A]). Pembuktian selesai. Selan-
jutnya jika bA + ba
1
I
2
= O, maka bA = b(a
1
I
2
). Berdasarkan Teorema (3.3.5),
karena det(A) Z(R) diperoleh b det(A) = bdet(a
1
I
2
) ba
2
1
= 0.
Dibentuk i = minj[ba
j
1
= 0, maka i = 1 atau i = 2. Dibentuk b

= ba
(i1)
1
diperoleh jika i = 1 maka b

= b dan jika i = 2 maka b

= ba
1
. Jadi b

,= 0 dan
O = a
(i1)
1
(bA
2
+ba
1
A)
= b

A
2
+ba
i
1
A
= b

A
2
= (b

A)A
Jika b

A = O maka A Z(R[A]). Jika (b

A) ,= O maka (b

A)A = O berakibat
A Z(R[A]). Oleh karena itu, untuk n = 2, A merupakan pembagi nol di R[A].
Kemudian akan dibuktikan untuk kasus n 3. Langkah pembuktian un-
tuk n 3 analog dengan langkah pembuktian untuk n = 2. Dibentuk polinomial
karakteristik dari A adalah C
A
(X) = X
n
+ a
1
X
n1
+ + a
n1
A + a
n
. Maka
a
n
= (1)
n
det(A), Oleh karena itu terdapat b R

sedemikian sehingga ba
n
= 0 .
Berdasarkan Teorema Cayley Hamilton, diperoleh
C
A
(A) = O bC
A
(A) = O
b(A
n
+a
1
A
n1
+ +a
n1
A +a
n
) = O
bA
n
+ba
1
A
n1
+ +ba
n1
A = O
A(bA
n1
+ba
1
A
n2
+ +ba
n1
I
n
) = 0
Jika bA
(n1)
+ ba
1
A
(n2)
+ + ba
(n1)
I
n
,= O, maka jelas bahwa A Z(R[A]).
Jika bA
(n1)
+ba
1
A
(n2)
+ +ba
(n1)
I
n
= O, maka terbentuk persamaan
bA
(n1)
+ba
1
A
(n2)
+ba
(n2)
A = ba
(n1)
I
n
bA(A
(n2)
+a
1
A
(n3)
+a
(n2)
) = ba
(n1)
I
n
(3.1)
Menurut Lemma (3.3.5) , maka
b det(A) det(A
(n2)
+a
1
A
(n3)
+a
(n2)
) = b(1)
n
a
n
(n1)
Karena det(A) = 0 , maka ba
n
n1
= 0 Dibentuk i = minj[ba
j
(n1)
= 0,
maka 1 i n. Dibentuk b

= ba
(i1)
(n1)
, maka b

,= 0 dan b

a
n
= b

a
(n1)
= 0.
43
Dengan mengalikan Persamaan (3.1) dengan a
(i1)
(n1)
, diperoleh:
a
(i1)
(n1)
(bA(A
(n2)
+a
1
A
(n3)
+a
(n2))
) = O
b

A(A
(n2)
+a
1
A
(n3)
+a
(n2)
) = O
Ab

(A
(n2)
+a
1
A
(n3)
+a
(n2)
) = O
Jika b

(A
(n2)
+a
1
A
(n3)
+a
(n2)
) ,= O, maka jelas bahwa A Z(R[A]). Jika
b

(A
(n2)
+a
1
A
(n3)
+a
(n2)
) = O, maka diperoleh b

A(A
(n3)
+a
1
A
(n4)
+a
(n3)
) =
b

a
(n2)
I
n
. Dengan menggunakan proses dan argument yang sama, melalui peru-
langan berhingga di dapatkan untuk suatu c R

maka cA = O dengan kata lain


A Z(R[A]).
Dari Teorema (3.3.6) diperoleh bahwa syarat cukup dan syarat perlu suatu
matriks merupakan pembagi nol pada M
nn
(R) adalah matriks tersebut merupakan
pembagi nol pada ring polinomial R[A]. Teorema tersebut dapat diperluas dengan
mengganti matriks tersebut dengan polinomial atas matriks yaitu g(A).
Akibat 3.3.7. Diberikan matriks A M
nn
(R) dan g(X) R[X]. Polinomial
g(A) Z(M
nn
(R)) jika dan hanya jika g(A) Z(R[A]).
Bukti. Diketahui g(A) Z(M
nn
(R)). Dibentuk B = g(A). Karena B
Z(M
nn
(R)) menurut Teorema (3.3.6) diperoleh bahwa B Z(R[A]). Karena
R[B] R[A], akibatnya B = g(A) Z(R[A]).
Dibentuk B = g(A). Karena B Z(R[A]) menurut Teorema (3.3.6) diperoleh
B = g(A) Z(M
nn
(R)).
Sebelummasuk ke Teorema (3.3.15) terlebih dahulu diberikan beberapa den-
isi yang berkaitan dengan teorema tersebut. Pertama-tama diberikan denisi ideal
prima.
Denisi 3.3.8. Diberikan I ideal di ring R. Ideal I disebut ideal prima apabila untuk
setiap J, K ideal di R, jika JK I maka J I atau K I.
Selain ideal prima, ada ideal lain yang digunakan pada teorema tersebut. Se-
lanjutnya diberikan denisi ideal utama.
Denisi 3.3.9. Diberikan ring Rdan I ideal di R. Ideal I disebut ideal utama (princi-
pal ideal) jika dan hanya jika I dibangun oleh tepat satu elemen di R, yaitu I =< a >
untuk suatu a R.
44
Selanjutnya diberikan denisi ideal maksimal.
Denisi 3.3.10. Diberikan I ideal sejati di ring R. Ideal I disebut ideal maksimal
apabila untuk setiap J ideal di R, jika I J maka J = I atau J = R.
Terakhir, diberikan denisi ideal minimal.
Denisi 3.3.11. Diberikan I ideal sejati di ring R. Ideal I disebut ideal minimal
apabila untuk setiap J ideal di R, jika J I maka J = 0 atau J = I.
Selanjutnya diberikan beberapa alat yang digunakan untuk membuktikan Teo-
rema (3.3.15) .
Teorema 3.3.12. Diberikan A M
nn
(R) dan g(X) R[X]

. Diperoleh
Res
X
(C
A
(X), g(X)) = det(g(A))
.
Teorema 3.3.13. Misalkan f(X) merupakan polinomial monik dengan derajat positif
di R[X]. Diberikan g(X) R[X]

. Diperoleh g Z(R[X]/(f)) jika dan hanya jika


Res
X
(f, g) Z(R).
Selanjutnya kita kembali ke ideal null N
A
di R[X]. Ingat bahwa N
A
meru-
pakan kernel dari homomorsma
: R[X] R[A]
dengan (f(X)) = f(A). Sebelumnya diberikan akibat sebagai berikut.
Akibat 3.3.14. Diberikan A M
nn
(R). Minimal prima di N
A
sama seperti mini-
mal prima di (C
A
(X)).
Dari Akibat (3.3.14) diperoleh bahwa minimal prima dari N
A
sama seperti
minimal prima dari ideal utama < C
A
(X) > di R[X]. Selanjutnya kita dapat bahwa
maksimal prima di N
A
sama seperti maksimal prima di < C
A
(X) >. Selanjutnya
diperoleh teorema berikut.
Teorema 3.3.15. Diberikan A M
nn
(R) dan g(X) R[X]. Elemen g(X)
Z(R[X]/N
A
) jika dan hanya jika g(X) Z(R[X]/ < C
A
(X) >).
45
Bukti. Pertama-tama, akan ditunjukkan terlebih dahulu untuk g(X) = 0. Perhatikan
bahwa N
A
dan < C
A
(X) > merupakan ideal di R[X]. Karena keduanya merupakan
ideal, diperoleh bahwa 0 N
A
dan 0 C
A
(X). Karena 0 merupakan pembagi nol
di R diperoleh 0 merupakan pembagi nol di R[X]/N
A
dan R[X]/ < C
A
(X) > . Jadi
diperoleh g(X) = 0 ZN
A
dan g(X) = 0 < C
A
(X) > .
Selanjutnya ditunjukkan untuk selain polinomial nol, yaitu g(X) ,= 0. Ter-
lebih dahulu akan ditunjukkan R[X]/N
A

= R[A] dengan isomorsma . Karena
isomors, diperoleh g Z(R[X]/N
A
) jika dan hanya jika g(A) Z(R[A]). Pada-
hal matriks g(A) merupakan pembagi nol di R[A] jika dan hanya jika det(g(A))
Z(R). Hal tersebut dikarenakan Teorema (3.3.3) dan Teorema (3.3.7). Menggu-
nakan Teorema (3.3.12) diperoleh Res
X
(C
A
(X), g(X)) = det(g(A)). Selanjutnya
g(A) Z(R[A]) jika dan hanya jika Res
X
(C
A
(X), g(X)) Z(R). Dari Teo-
rema (3.3.13) mengakibatkan Res
X
(C
A
(X), g(X)) Z(R) jika dan hanya jika
g(X) Z(R[X]/ < C
A
(X) >). Dari semua itu diperoleh g(X) Z(R[X]/N
A
)
jika dan hanya jika g(X) Z(R[X]/ < C
A
(X) >).
Dari Teorema tersebut diperoleh Z(R(X)/N
A
) = Z(R[X]/ < C
A
(X) >).
Misalkan B merupakan prima maksimal di N
A
. Diperoleh B Z(R[X]/N
A
) dan B
merupakan maksimal ideal di Z(R[X]/N
A
). Karena Z(R[X]/N
A
) = Z(R[X]/ <
C
A
(X) >) diperoleh B Z(R[X]/ < C
A
(X) >) dan B merupakan ideal maksi-
mal di Z(R[x]/ < C
A
(X) >). Konvers dari kalimat tersebut juga bernilai benar.
Selanjutnya diperoleh akibat sebagai berikut.
Akibat 3.3.16. Diberikan A M
nn
(R). Maksimal prima di N
A
sama seperti mak-
simal prima di < C
A
(X) >.
Dari hasil Akibat (3.3.14) dan Teorema (3.3.3) , dapat dilihat bahwa N
A
dan
< C
A
(X) >mempunyai kemiripan dalam hal idealnya di R[X]. Hal tersebut berlaku
dari sudut pandang minimal prima dan maksimal prima dari setiap ideal sama.
Contoh 3.3.17. Diketahui R = Z
6
A =
_
1 3
2 2
_
Tentukan g(X) Z(R[X]/N
A
)
46
Penyelesaian
det(A) = det
_
1 3
2 2
_
= 2 0 = 2 Z(Z
6
)
A Z(M
22
(Z
6
))
C
A
(X) = det[XI
2
A]
= det
_
1 3
2 2
_
= (X 1)(X 2) 6
= X
2
3X + 2
= X
2
+ 3X + 2
Pilih 3 (Z
6
)

sehingga diperoleh
3C
A
(A) = 3(A
2
+ 3A + 2)
3 0 = 3A
2
+ 3A
0 = A(3A + 3I
2
)
g(A) = 3A + 3I
2
= 3
_
1 3
2 2
_
+ 3
_
1 0
0 1
_
=
_
0 3
0 3
_
det(g(A)) = 0 Z((Z
6
))
Dari sini diperoleh g(X) = 3X + 3 Z(Z
6
[X]/N
A
)
3.4 Kesimpulan
Berikut beberapa kesimpulan dapat diperoleh dari tulisan ini.
47
1. Diberikan matriks A M
nn
(R). Elemen A Z(M
nn
(R)) jika dan jika
det(A) Z(R).
2. Diberikan matriks A M
nn
(R) dan g(X) R[X]. Polinomial g(A)
Z(M
nn
(R)) jika dan hanya jika g(A) Z(R[A]).
3. Diberikan matriks A M
nn
(R). Minimal prima dan maksimal prima di N
A
sama seperti minimal prima dan maksimal prima di (C
A
(X)).
BAB IV
Nilai Eigen dan Diagonalisasi Matriks
Dalam Aljabar Linear Elementer dikenal istilah diagonalisasi matriks. Suatu
matriks A M
nn
(F) dapat didiagonalisasi jika terdapat matriks invertibel P se-
hingga A = PDP
1
. Syarat perlu dan syarat cukup suatu matriks A M
nn
(F)
dapat didiagonalisasi adalah jika A memiliki n vektor eigen yang bebas linear. Paper
ini akan membahas perbedaan syarat perlu dan cukup diagonalisasi matriks atas la-
pangan dan ring komutatif dengan elemen satuan. Selanjutnya akan dikaji perbedaan
sifat dari nilai eigen dan vektor eigen dari matriks atas lapangan dan atas ring.
4.1 Latar Belakang
Salah satu jenis matriks yang dikenal adalah matriks diagonal. Matriks di-
agonal merupakan matriks yang seluruh entrinya nol kecuali pada diagonal utama.
Sifat-sifat sederhana yang dimiliki oleh matriks diagonal ini banyak digunakan dalam
penyelesaian pangkat matriks dan penyelesaian solusi persamaan differensial. Per-
hatikan bahwa jika F suatu lapangan maka untuk setiap matriks A M
nn
(F)
berlaku,
A
0
= I, A
1
= A, A
2
= AA, A
3
= AAA, . . .
Jika A = I maka A
n
= I, jika A = D maka A
n
= D
n
. Namun, jika A sebarang
matriks maka akan sulit untuk menghitung nilai dari pangkat A apabila pangkatnya
semakin besar. Untuk mempermudah perhitungan nilai A
n
dimanfaatkan sifat diago-
nalisasi matriks. Suatu matriks A dapat didiagonalisasi jika terdapat matriks invert-
ibel P sehingga
A = PDP
1
A
2
= (PDP
1
) (PDP
1
) = PD
2
P
A
3
= (PDP
1
) A
2
= PD
3
P
.
.
.
Secara umum, A
n
= PD
n
P
1
.
Berdasarkan uraian diatas dan mengingat kegunaan dari diagonalisasi matriks
maka dalam paper ini akan dibahas syarat perlu dan cukup diagonalisasi matriks atas
lapangan. Selanjutnya, syarat perlu dan cukup tersebut akan akan dibandingkan de-
48
49
ngan kasus jika struktur dari lapangan diperlemah menjadi ring komutatif dengan
elemen satuan. Lebih lanjut, akan dikaji perbedaan sifat dari nilai eigen dan vektor
eigen dari matriks atas lapangan dan atas ring.
4.2 Diagonalisasi Matriks atas Lapangan
Berikut ini diberikan beberapa denisi yang akan digunakan untuk membahas
diagonalisasi suatu matriks.
Denisi 4.2.1. Diberikan F suatu lapangan dan matriks A M
nn
(F).
1. Suatu elemen F disebut nilai eigen dari matriks A jika A = untuk
suatu F
n
0.
2. Himpunan o(A) = F[ adalah nilai eigen dari A disebut spektrumdari
matriks A.
3. Vektor F
n
0 disebut vektor eigen dari matriks A jika A = untuk
suatu F.
4. Himpunan E() = F[A = disebut ruang eigen yang bersesuaian
dengan .
Denisi 4.2.2. Diberikan matriks A M
nn
(F). Matriks A dikatakan dapat didia-
gonalisasi jika terdapat matriks invertibel P sehingga A = PDP
1
.
Berikut ini merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh suatu matriks invert-
ibel.
Teorema 4.2.3. Matriks A invertibel jika dan hanya jika vektor-vektor kolom dari
matriks A bebas linier
Syarat perlu dan syarat cukup suatu matriks dapat didiagonalisasi disajikan pada teo-
rema berikut.
Teorema 4.2.4. Matriks A M
nn
(F) dapat didiagonalisasi jika dan hanya jika A
memiliki n vektor eigen yang bebas linear.
50
Bukti. () Diketahui matriks A M
nn
(F) dapat didiagonalisasi. Berarti terdapat
matriks invertibel P sehingga A = PDP
1
. Akan dibuktikan A memiliki n vektor
eigen yang bebas linear. Dimisalkan P =
_

_
p
11
p
12
p
1n
p
21
p
22
p
2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
n1
p
n2
p
nn
_

_
adalah matriks
invertibel dan D =
_

1
0 0
0
2
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0
n
_

_
yang memenuhi,
A = PDP
1
AP = PD
=
_

_
p
11
p
12
p
1n
p
21
p
22
p
2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
n1
p
n2
p
nn
_

_
_

1
0 0
0
2
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0
n
_

_
=
_

1
p
11

2
p
12

n
p
1n

1
p
21

2
p
22

n
p
2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

1
p
n1

2
p
n2

n
p
nn
_

_
Dimisalkan
_

_
p
11
p
21
.
.
.
p
1n
_

_
= P
1
,
_

_
p
12
p
22
.
.
.
p
2n
_

_
= P
2
, ,
_

_
p
1n
p
2n
.
.
.
p
nn
_

_
= P
n
sehingga persamaan
di atas menjadi,
A
_
P
1
P
2
P
n
_
=
_

1
P
1

2
P
2

n
P
n
_
_
AP
1
AP
2
AP
n
_
=
_

1
P
1

2
P
2

n
P
n
_
Diperoleh AP
1
=
1
P
1
, AP
2
=
2
P
2
, , AP
n
=
1
P
n
. Karena P invertibel maka
determinan P tidak sama dengan nol sehingga vektor-vektor kolomnya yaitu P
i
,= 0
dengan i = 1, . . . , n. Dimana
1
,
2
, ,
n
adalah nilai eigen dari matriks A dan
51
P
1
, P
2
, , P
n
adalah vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan
1
,
2
, ,
n
.
Berdasarkan Teorema (4.2.3), karena P matriks invertibel maka P
1
, P
2
, , P
n
adalah
vektor-vektor eigen yang bebas linear.
() Diketahui jika A memiliki n vektor eigen yang bebas linear. Akan dibuktikan
A dapat didiagonalisasi. Dimisalkan P
1
, P
2
, , P
n
adalah vektor-vektor eigen yang
bersesuaian dengan nilai eigen
1
,
2
, ,
n
dibentuk matriks
P =
_

_
p
11
p
12
p
1n
p
21
p
22
p
2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.

p
n1
p
n2
p
nn
_

_
Selanjutnya, kolom-kolom dari hasil kali matriks AP adalah AP
1
, AP
2
, , AP
n
.
Dari sini maka AP
1
=
1
P
1
, AP
2
=
2
P
2
, , AP
n
=
1
P
n
. Ini berarti bahwa,
AP =
_

1
p
11

2
p
12

n
p
1n

1
p
21

2
p
22

n
p
2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

1
p
n1

2
p
n2

n
p
nn
_

_
=
_

_
p
11
p
12
p
1n
p
21
p
22
p
2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
p
n1
p
n2
p
nn
_

_
_

1
0 0
0
2
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0
n
_

_
= PD
Berdasarkan Teorema (4.2.3) karena vektor-vektor kolom P bebas linier ma-
ka P merupakan matriks invertibel. Dengan demikian A = PDP
1
yang berarti A
terdiagonalisasi.
4.3 Diagonalisasi Matriks atas Ring
Pada bagian ini akan dibahas mengenai diagonalisasi matriks atas ring ko-
mutatif dengan elemen satuan. Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai
denisi nilai eigen dan vektor eigen pada ring.
52
Denisi 4.3.1. Diberikan R adalah ring komutatif dengan elemen satuan dan A
M
nn
(R):
1. Suatu elemen R disebut nilai eigen dari matriks A jika A = untuk
suatu R 0.
2. Himpunan o(A) = R[ adalah nilai eigen dari A disebut spectrum
dari matriks A.
3. Vektor R
n
0 disebut vektor eigen dari matriks A jika A = untuk
suatu R.
4. Himpunan E() = R
n
[A = disebut ruang eigen yang bersesuaian
dengan .
Diberikan A M
nn
(R) dengan nilai eigen . Maka terdapat vektor tak
nol R
n
0 sehingga A = . Vektor disebut vektor eigen dari A yang
bersesuaian dengan sehingga E(). Lebih lanjut karena E() maka
A = sehingga:
A= 0
I A= 0
(I A)= 0
ini menyatakan bahwa NS(I A), sebaliknya juga berlaku sehingga disim-
pulkan E() = NS(I A). Jadi, E() adalah R-modul tak nol dari R
n
. Vektor tak
nol di E() adalah vektor eigen dari A yang bersesuaian dengan .
Lemma berikut ini menjelaskan sifat dari himpunan nilai eigen.
Lemma 4.3.2. Diberikan A M
nn
(R). Semua himpunan berikut ini adalah sama:
1. o(A).
2. R[NS(I
n
A) ,= 0.
3. R[C
A
() Z(R).
53
Bukti. Akan dibuktikan o(A) = R[NS(I
n
A) ,= 0. Berdasarkan
denisi (4.3.1)
o(A) = R[ nilai eigen dari A
= R[A = untuk suatu ,= 0, R
n

= R[ A = 0 untuk suatu ,= 0, R
n

= R[(I A) = 0 untuk suatu ,= 0, R


n

= R[NS(I A) ,= 0
Jadi o(A) = R[NS(I A) ,= 0
Akan dibuktikan o(A) = R[C
A
() Z(R). Terlebih dahulu akan dibuk-
tikan o(A) R[C
A
() Z(R). Diambil sebarang o(A) maka terdapat
vektor tak nol R
n
dengan = (x
1
, x
2
, . . . , x
n
)
t
sehingga (I A) = 0. Maka
C
A
() = C
A
()I
n
= adj(I A)(I A) = 0
Karena ,= 0, maka terdapat suatu []
i
,= 0, oleh karena C
A
() = 0 maka C
A
()
Z(R) sehingga o(A) R[C
A
() Z(R).
Selanjutnya akan dibuktikan o(A) R[C
A
() Z(R) Diketahui C
A
()
Z(R) untuk suatu R. Karena C
A
() = det(I A), berdasarkan Teore-
ma 4.11 [1] rank(I A) < n. Selanjutnya berdasarkan Teorema McCoy, ma-
ka (I A)X = 0 punya solusi nontrivial R
n
. Jadi, A = sehing-
ga o(A) dan dapat disimpulkan R[C
A
() Z(R) o(A). Dengan
demikian o(A) = R[C
A
() Z(R)
Polinomial karakteristik C
A
(X) dari A dapat dipandang sebagai fungsi dari R
ke R. Nilai dari C
A
(X) pada suatu elemen z R dinotasikan dengan C
A
(z). Pada
Lemma (4.3.2) menyatakan o(A) = C
1
A
(Z(R)). Jadi, jika nilai eigen dari A maka
C
A
() adalah pembagi nol di R.
Teorema 4.3.3. Diberikan o(A) dan A = untuk suatu R
n
dan ,= 0.
Jika bebas linier di R maka C
A
() = 0.
54
Bukti. Diketahui bebas linier di R berarti = 0 dengan = 0. Perhatikan
bahwa C
A
() = C
A
()I = adj(I A)(I A) = 0. Ini berarti C
A
() = 0
Pada lapangan untuk setiap vektor tak nol di R
n
selalu bebas linier. Sehingga
Teorema (4.3.3) juga berlaku begitu pula konversnya. Namun pada ring, konvers dari
Teorema (4.3.3) di atas tidak berlaku secara umum. Berikut contohnya.
Contoh 4.3.4. Diberikan R = Z/4Z = 0, 1, 2, 3
A =
_
3 0
0 3
_
M
22
(R)
maka C
A
(X) = det(XI A) = X
2
+ 2X + 1 = (X + 1)
2
diperoleh 1 sebagai akar
dari C
A
(X) sehingga 1 o(A). Perhatikan
E(1) = NS(1I A) = NS(I A) =
__
0
0
_
,
_
2
0
_
,
_
0
2
_
,
_
2
2
__
adalah tidak bebas linier atas R karena 2E(1) = (0).
Berikut ini diberikan denisi mengenai kondisi khusus dari C
A
().
Denisi 4.3.5. Diberikan A M
nn
(R). Himpunan semua nilai eigen dengan poli-
nomial karakteristik C
A
(d) = 0 dinotasikan dengan R(A) = d R[C
A
(d) = 0
Berdasarkan Lemma (4.3.2) dapat disimpulkan bahwa R(A) o(A). Him-
punan R(A) akan digunakan untuk menunjukkan suatu matriks dapat didiagonalisasi
pada ring R. Sebelumnya, berikut ini teorema yang akan digunakan untuk membuk-
tikan syarat perlu dan syarat cukup suatu matriks dapat didiagonalisasi pada ring R.
Teorema 4.3.6. Diberikan P = (
1
,
2
, . . . ,
n
) M
nn
(R). Matriks P invertibel
jika dan hanya jika
1
,
2
, . . . ,
n
merupakan basis dari R-modul bebas R
n
.
Teorema di atas juga berlaku pada lapangan, namun cukup mensyaratkan

1
,
2
, . . . ,
n
vektor eigen yang bebas linier di F
n
. Hal ini dikarenakan himpunan
vektor eigen
1
,
2
, . . . ,
n
yang bebas linier di F
n
selalu menjadi basis.
55
Berikut ini syarat perlu dan cukup suatu matriks dapat didiagonalisasi pada
ring R.
Teorema 4.3.7. Diberikan matriks A M
nn
(R). A dapat didiagonalisasi jika dan
hanya jika
dR(A)
E(d) memuat basis dari R-modul R
n
.
Bukti. () Diketahui A sD = Diag(d
1
, . . . , d
n
) di M
nn
(R). Maka terdapat matriks
invertibel P GI(n, R) sehingga P
1
AP = D. Misalkan P = (
1
[
2
[ . . . [
n
)
adalah partisi dari vektor kolom dari P. Perhatikan bahwa
AP = PD
A(
1
[ . . . [
n
) = (
1
[ . . . [
n
) (d
1
[ . . . [d
n
)
(A
1
[ . . . [A
n
) = (d
1

1
[ . . . [d
n

n
)
Ini berarti A
i
= d
i

i
untuk setiap i = 1, 2, . . . , n. Berdasarkan Teorema (4.3.6),
karena P invertibel maka (
1
[ . . . [
n
) adalah basis R-modul bebas dari R
n
sehingga
berdasarkan Teorema (4.3.3) d
1
, . . . , d
n
R(A) dan (
1
[ . . . [
n
)
dR(A)
E(d).
Dengan demikian
R(A)
E() memuat basis R-modul bebas dari R
n
.
() Diketahui
dR(A)
E(d)
1
, . . . ,
n
basis R-modul bebas R
n
. Ini berar-
ti untuk setiap
i
vektor eigen dari A yang bersesuaian dengan suatu d
i
R(A).
Dibentuk P = (
1
[ . . . [
n
), berdasarkan Teorema (4.3.6), P matriks invertibel, dari
sini maka
AP = A(
1
[ . . . [
n
)
= (A
1
[ . . . [A
n
)
= (d
1
[ . . . [d
n
)
= (
1
[ . . . [
n
) Diag (d
1
, . . . , d
n
)
= P Diag (d
1
, . . . , d
n
)
Oleh karena itu, P
1
AP = Diag (d
1
, . . . , d
n
) dengan demikian A terdiagonalisasi.
Teorema (4.3.7) menyatakan bahwa untuk menentukan apakah A M
nn
(R)
dapat didiagonalisasi hanya butuh menyelidiki ruang eigen dari matriks A yang ber-
sesuaian dengan akar-akar dari C
A
(X). Jika ruang eigen tersebut memuat vektor
56
bebas linier yang cukup untuk membangun R
n
, maka A dapat didiagonalisasi. Hal
ini berlaku juga ketika R adalah sebuah lapangan, karena pada lapangan

d(A)
E (d) =
dS(A)
E (d)
=
d{dF|C
A
(d)={0}}
E (d)
= F
n
[A = d
yang berarti
d(A)
E (d) merupakan gabungan dari semua ruang eigen dari matriks
A yang bersesuaian dengan semua nilai eigen A. Perhatikan contoh berikut.
Contoh 4.3.8. Diberikan R = Z
6
= 0, 1, 2, 3, 4, 5. Dibentuk matriks A M
nn
(R)
dengan
A =
_
2 3
4 3
_
M
22
(R)
Diperolah bahwa C
A
(X) = X
2
+X. Dari sini maka
C
A
(0) = 0 Z(R) C
A
(3) = 0 Z(R)
C
A
(1) = 2 Z(R) C
A
(4) = 2 Z(R)
C
A
(2) = 0 Z(R) C
A
(5) = 0 Z(R)
Dengan demikian diperoleh o(A) = C
1
A
(Z(R)) = R, dan R(A) = 0, 2, 3, 5. Per-
lu diingat bahwa C
A
(X) R[X] adalah sebuah polinomial monik berderajat 2 yang
memiliki empat akar yang berbeda di R. Setiap elemen dari R adalah sebuah nilai
eigen dari A, tapi hanya dibutuhkan E(0), E(2), E(3), dan E(5) untuk mengetahui
apakah A dapat didiagonalisasi.
Dengan perhitungan sederhana diperlihatkan:
E(0) = NS
_
4 3
2 3
_
= R
_
3
2
_
, E(2) = NS
_
0 3
2 5
_
= R
_
1
2
_
E(3) = NS
_
1 3
2 0
_
= R
_
3
1
_
, E(5) = NS
_
3 3
2 2
_
= R
_
1
5
_
dengan demikian
_
R(A)
E() = R
_
3
2
_
R
_
1
2
_
R
_
3
1
_
R
_
1
5
_
57
perhatikan bahwa

1
=
__
1
5
_
,
_
3
2
__
adalah sebuah basis R-modul bebas dari R
2
. Berdasarkan Teorema (4.3.7) menyata-
kan A merupakan matriks diagonal. Diberikan
P =
_
1 3
5 2
_
dari sini maka
AP =
_
A
_
1
5
_

A
_
3
2
__
=
_
5 0
1 0
_
= P
_
5 0
0 0
_
Dengan demikian P
1
AP = Diag(5, 0).
Selanjutnya

2
=
__
1
2
_
,
_
3
1
__
juga merupakan basis R-modul bebas dari R
2
. Dibentuk
Q =
_
1 3
2 1
_
dari sini maka
AQ =
_
A
_
1
2
_

A
_
3
1
__
=
_
2 3
4 3
_
= P
_
2 0
0 3
_
Dengan demikian Q
1
AQ = Diag(2, 3).
Jadi, matriks A dapat didiagonalisasi paling sedikit ke dalam 2 bentuk matriks
diagonal yang berbeda di M
nn
(R).
4.4 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada matriks atas lapangan, suatu matriks A M
nn
(F) dapat didiagonalisasi
jika dan hanya jika A memiliki n vektor eigen yang bebas linier.
58
2. Pada matriks atas ring, suatu matriks a m
nn
(R) dapat didiagonalisasi jika
dan hanya jika

dR(A)
E(d) memuat basis R-modul bebas R
n
.
3. Pada matriks atas lapangan, nilai eigen dari matriks berukuran n n adalah
maksimal sebanyak n, sedangkan pada ring nilai eigen dari matriks berukuran
n n adalah bisa saja lebih dari n.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Brown, C.W., 1993, Matrices Over Commutative Rings, [ISBN 0-8247-8755-2].
Marcel Dekker, Inc. New York.
[2] Howard, A. dan Rorres, C., 2005, Elementary Linear Algebra, [ISBN 0-4716-
6960-1]. John Wiley & Sons, Inc.
[3] Fraleigh, J.B., 1994. A First Course in Abstract Algebra, Fifth Edition. Addison-
Wesley Publishing Company, Inc., US of America
[4] Jacobson. 1985. Basic Algebra I, Second Edition. W.H. Freeman and Company:
New York.
[5] Heirstein, I.N. 1996. Abstract Algebra. Prentice Hall, Inc Upper Saddle River,
New Jersey
[6] Anas, A., Riyanto, M.Z., Musthofa., dan Wahyuni, S., 2010. Resultan Dua
Polinomial dan Pembagi Nol Matriks Atas Ring Komutatif. Seminar Nasional
Matematika HPA(Himpunan Peminat Aljabar). UIN Syarif Hidayatullah, Jakar-
ta.
59

You might also like