You are on page 1of 3

Enjik Ardi Pradivtha

11700361
2011C

1. Operasi Pterigium
Pterigium (pterygium) adalah kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan
fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini
biasanya terdapat pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva
yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di
bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi
iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium sering mengenai
kedua mata(Ilyas,2004).
Pada prinsipnya, tatalaksana pterigium adalah dengan tindakanoperasi. Ada
berbagai macam teknik operasi yang digunakan dalampenanganan pterigium
di antaranya adalah(suharjo,2010):
1. Bare sclera : bertujuan untuk menyatukan kembali konjungtivadengan
permukaan sklera. Kerugian dari teknik ini adalahtingginya tingkat rekurensi pasca
pembedahan yang dapatmencapai 40-75%.
2.Simple closure : menyatukan langsung sisi konjungtiva yangterbuka, diman teknik
ini dilakukan bila luka pada konjuntivarelatif kecil.
3.Sliding flap : dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka bekaseksisi
untuk memungkinkan dilakukannya penempatan flap
.4. Rotational flap : dibuat insisi berbentuk huruf U di sekitar lukabekas eksisi
untuk membentuk seperti lidah pada konjungtivayang kemudian diletakkan pada
bekas eksisi.
5.Conjungtival graft : menggunakan free graft yang biasanyadiambil dari konjungtiva
bulbi bagian superior, dieksisi sesuaidengan ukuran luka kemudian dipindahkan
dan dijahit ataudifiksasi dengan bahan perekat jaringan (misalnya Tisseel
VH, Baxter Healthcare, Dearfield, Illionis ).

2. indikasi operasi(Suharjo,2010):
Menurut Ziegler :
1.Mengganggu visus
2.Mengganggu pergerakan bola mata
3.Berkembang progresif
4.Mendahului suatu operasi intraokuler
5.Kosmetik

Menurut Guilermo Pico :
1.Progresif, resiko rekurensi > luas
2.Mengganggu visus
3.Mengganggu pergerakan bola mata
4.Masalah kosmetik
5.Di depan apeks pterigium terdapat Grey Zone
6.Pada pterigium dan kornea sekitarnya ada nodul pungtat
7.Terjadi kongesti (klinis) secara periodic

3. pterigium dibagi ke dalam 4 stadium yaitu(lazuarni,2009):
Stadium I : jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
Stadium II : jika pterigium sudah melewati limbus dan belummencapai pupil,
tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
Stadium III : jika pterigium sudah melebihi stadium II tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal(diameter pupil sekitar 3-4
mm).
Stadium IV : jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupilsehingga
mengganggu penglihatan.










DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. Pterigium. In : Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2004. p. 116-7
Suharjo. Ilmu kesehatan Mata edisi 1. Yogyakarta. Bagian Ilmu PenyakitMata
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.2007. hal 40-41
Laszuarni. Prevalensi Pterigium di Kabupaten Langkat. Tesis DokterSpesialis Mata.
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera
Utara. 2009

You might also like