PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 Ganggang biru (Cyanophyceae)
Ganggang biru adalah ganggang yang paling sederhana. Dalam beberapa hal, strukturnya mirip dengan sel bakteri sehingga sementara ahli ada yang menggunakan istilah bakteri hijau biru (Cyanobacteria) untuk organisme tersebut. Sungguhpun demikian, organisme tersebut memiliki klorofil a sebagai organ fotosintesis yang berbeda dengan klorofil pada bakteri fotosintesis. Selain itu, ganggang tersebut juga melepaskan O 2 sebagai hasil fotosintesis yang tidak dijumpai pada bakteri. Alasan inilah yang menempatkan organisme tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu Cyanophyta.
Seperti halnya bakter, ganggang biru merupakan mikroorganisme prokariota karena sel-selnya belum memiliki membrane inti sehingga bahan intinyaterdapat di dalam sitoplasma. Ganging ini ada yang bersel satu (Uniseluler) dan ada pula yang bersel banyak. Selain tu, ganggang biru ada yang berbentuk benang (Filamen) dan ada pula yang hidup ber kolono. Ukuran selnya berfariasi mulai dari 0,5 hingga 60m. Seperti halnya tumbhan, ganggang biru mampu melakukan fotosinteis karena memliki klorofil dan karotenoid yang mengandung pigmen FIKOBILIN. Pigmen filokibin merupakan gabungan dari pigmen fikosianin ( berwarna biru) dan pigmen fikoeritrin ( berwarna merah). Pigmen fikosianin umumnya lebih dominant sehingga ganggang ini berwarna biru. Hal yang membedakan ganggang biru dengan tumbuhan adalah klorofi pada ganggang biru tidak terdapat di dalam kloroplas, tetapi terdapat di dalam membrane tilakoit. Kendati disebut gaggang biru, tiak semua anggota cyanobacteria berwarna biru ada yang berwarna kehitaman, kehijauan, biru kehijuan, kekuningan, kecoklatan dan kemerahan. Jenis ganggang biru yang berwarna kecokelatan dan kemerahan dijumpai diair laut. Laut Merah mendapat warna merah dari ganggang biru Oscillatoria yang banyak terdapat didalamnya. Demikian pula halnya dengan burung Flamingo Afrika., yang mendapatkan bulu merah muda dari makanannya, yaitu ganggang biru Spirullina. Ganggang biru lebih mirip ganggang daripada bakteri fotosintetik karena memiliki klorofil yang berbeda dengan klorofil pada bakteri fotosintetik. Selain itu, pada saat berfotosintesis ganggang biru berbentuk karbohidrat dan melepaskan oksigen. Hal tersebut tidak dijumpai pada bakteri foto sintetik. Kendati demikian, ganggang biru memiliki dinding sel yang menyerupai Gram negative. Ganggang biru umumnya juga mampu mengikat nitrogen seperti bakteri.
Cyanophyceae dibedakan dalam 3 bangsa. Bangsa Chroococcales. Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau-hijauan. Suku Chroococcaceae, termasuk di dalamnya jenis-jenis: Chroococcus turgidus, Gloeocapsa sanguinea Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah. Setelah pembelahan, sel-sel tetap bergandengan dengan perantaraan lendir tadi, dan dengan demikian terbentuk kelompok-kelompok atau koloni. Bangsa Chamaesiphonales, Alga bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk benang, mempunyai spora. Benang-benang itu dapat putus-putus merupakan hormogonium, yang dapat merayap dan merupakan koloni baru. Spora terbentuk dari isi sel (endospora). Setelah keluar dari sel induknya, spora dapat menjadi tumbuhan baru. Untuk menghadapi kala yang buruk dapat membentuk sel-sel awetan dengan menambah zat makanan cadangan serta mempertebal dan memperbesar dinding sel. (Kimball,1987) Suku Chamaesiphonaceae, contohnya: Chamaesiphon confer-vicolus. Bangsa Hormogonales Sel-selnya merupakan koloni berbentuk benang, atau diselubungi suatu membran. Benang-benang itu melekat pada substratnya, tidak bercabang, jarang mempunyai per- cabangan sejati, lebih sering mempunyai percabangan semu. Benang-benang itu selalu dapat membentuk hormogonium. (Tjitro Soepomo,1994) Cyanophyceae tersebar di seluruh dunia sebagai massa lendir atau benang- benang halus, hidup dalam air, bahkan ada yang dalam sumber-sumber air panas, sebagian juga dalam tanah yang basah dan pada kulit pohon-pohon.. Ganggang ini merupakan perintis dan menyiapkan batu-batu atau cadas-cadas untuk tumbuh- tumbuhan lain yang lebih tinggi. Beberapa jenis ganggang ini dapat melarut batu kapur.Ada pula di antaranya yang ikut menyusun Lichenes. (Tjitro Soepomo,1994) Hubungan kekerabatan Idengan golongan tumbuhtumbuhan lain masih belum terang. Hubungan dengan Flagellata yang bagi ganggang lainnya dapat ditunjukkan, tidak tampak bagi Cyanophyceae. Mengingat bentuk dan susunan tubuhnya, ada kemungkinan alga biru mempunyai hubungan dengan bakteri, tetapi rupa-rupanya dengan penyelidikan lebih mendalam kemungkinan itu makin tipis. Melihat belum adanya diferensiasi isi selnya, ganggang ini harus digolongkan makhluk kuno, yang sudah hidup pada zaman Pra-Kambrium, 600 juta tahun yang lalu. (Kimball, 1987)
Daur hidup dan pergantian keturunan, daur hidup adalah proses yang dimulai dari satu individu sampai terbentuk generasi baru. Selama perkembangan alga melalui sejumlah tahap yang berbeda dan urutanya disebut sejarah hidup. Dalam daur hidup untuk setiap alga adalah berbeda, tumbuhan yang mempunyai generasi dengan inti hapl it disebut gametofit.dan yang mengandung inti diploid disebut sporofit. Urutan secara teratur dari gametofit dan sporofit disebut pergantian generasi.
Reproduksi yang dilakukan oleh cyanophyta ada 3 macam yaitu dengan cara pembelahan sel, fragmnetasi , dan pembentukan akinata. 1. Pembelahan sel Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung membentuk koloni. Misal :Gloeocapsa. 2. Fragmentasi Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membnetuk individu baru. Fragmentasi juga terjadi pada Cyanophyta yang berbentuk benang ( filamen ) Fragmentasi juga terjadi terutama pada ganggang Oscillatoria.Pada filamen yang panjang, bila salah satu selnya mati, maka sel mati itu membagi filamen menjadi dua bagian atau lebih.Masing-masing bagian disebut Hormogonium. Bila hormogonium terlepas dari filamen induk maka akan menjadi individu baru, misalnya pada plectonema boryanum. 3. Pembentukan akineta Akineta juga disebut dengan spora istirahat yang fungsinya hampir mirip dengan endospora pada bakteri.Akinet memiliki dinding tebal dan kuat sehingga tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan, seperti kekeringan, panas, dingin, atau kurang makanan. Pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk akinet yang sebenarnya merupakan sel vegetatif. Akinet membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan. Pada kondisi yang cocok, akinet akan pecah dan tumbuh menjadi individu baru. Contoh: Chamaesiphon comfervicolus.
Mikroalgae adalah kelompok organisme uniseluler yang sangat beragam terdiri protista eukariotik dan ganggang cyanobacteria atau biru-hijau prokariotik. Mikroalga ini memiliki status lingkungan yang unik, yang hampir ada di mana-mana dalam relung air euphotic, mereka dapat menempati habitat ekstrim mulai dari terumbu karang tropis sampai ke daerah kutub, dan mereka berkontribusi setengah dari aktivitas fotosintesis seluruh dunia itu. Selain itu, mereka membentuk dasar dari rantai makanan untuk lebih dari 70% dari biomassa dunia. Mikroalga merupakan sumber daya lingkungan dan bioteknologi yang berharga. Penerapan Mikro alga 1. Pakan Ikan Microalgae digunakan sebagai sumber pakan dalam produksi pembenihan ikan laut komersial remaja dan kerang. Ada ribuan penetasan laut secara global, menghasilkan miliaran ikan remaja dan kerang per tahun. Sebuah jumlah yang relatif kecil (~ 6-10) dari mudah-belakang spesies mikroalga telah diadopsi untuk tujuan ini. Dalam kebanyakan kasus, mikroalga yang dibudidayakan di situs oleh personel hatchery dan disajikan langsung kepada larva ikan / kerang. Dalam skenario ini, penjualan kesempatan untuk penetasan terutama terdiri dari peralatan dan bahan yang diperlukan untuk produksi mikroalga: foto bioreaktor, pompa, lampu, campuran nutrisi, dll Namun, ada tren yang berkembang untuk penetasan untuk membeli mikroalga proprietary berkonsentrasi untuk menyederhanakan di tempat operasi. Konsentrat ini dipasok oleh perusahaan yang mengkhususkan diri dalam produksi skala besar dan pengolahan mikroalga. Masalah dalam menggunakan ganggang mikro sebagai aquafeed Produksi Alga yang berbiaya tinggi yang terkait, risiko kontaminasi, dan variasi pada nilai makanan alga masih menimbulkan masalah bagi setiap budidaya ikan. Untuk mengatasi atau mengurangi masalah dan keterbatasan yang terkait dengan budidaya alga, peneliti telah berusaha untuk mengganti alga hidup untuk pakan dengan menjadikannya pakan buatan baik sebagai suplemen atau sebagai sumber makanan utama. Pendekatan yang berbeda sedang diterapkan untuk mengurangi kebutuhan di tempat produksi alga, termasuk penggunaan ganggang diawetkan, mikro-encapsulated diet, dan pakan berbasis ragi. Ada ruang lingkup lebih lanjut untuk mengembangkan sektor ini dengan memperkenalkan produk-produk berkualitas baik, karena secara luas diakui bahwa ada produk mikroalga terkonsentrasi masih tidak cocok dengan mikroalga hidup untuk aplikasi hatchery.
2. Nutraceuticals Spesies mikroalga yang paling penting untuk tujuan ini adalah Dunaliella salina , Arthrospira sp, Chlorella sp dan Aphanizomenon flosaquae . Ini terutama diproduksi di kolam terbuka tapi juga sudah diproduksi dalam bioreaktor tertutup di Eropa. Beberapa cyanobacteria, misalnya Arthrospira platensis dan A. maxina juga dipasarkan sebagai makanan secara keseluruhan, terutama yang kaya protein (sampai dengan 77% massa kering) dan mengandung semua asam amino esensial, sejumlah penting asam lemak esensial (EFA) dan vitamin dari kelompok B, C, D dan E .
3. PUFA dan HUFA Omega 3 adalah minyak alami asal laut yang mengandung asam rantai n-3 rangkaian panjang lemak seperti DHA (docosahexaenoic acid) dan EPA (eicosapentaenoic acid). Asam lemak ini penting, karena mereka tidak dapat disintesis oleh manusia dan memiliki fungsi fisiologis penting. Mikroalga merupakan sumber utama minyak omega 3 dalam rantai makanan di laut, di mana mereka menjadi akumulasi terutama dalam jaringan ikan berminyak seperti teri dan sarden. Sumber utama yang tersedia secara komersial minyak omega 3 saat ini dari ikan laut yang ditangkap seperti, minyak ikan cod, memberikan kontribusi sekitar 85% dari pasar dengan volume. Namun, pasokan omega 3 dari sumber laut sedang terancam oleh kondisi lingkungan yang merugikan yang telah memberikan kontribusi untuk menurunkan kadar DHA dalam minyak ikan terutama dari spesies ikan dari perairan Amerika Selatan yang merupakan pemasok utama minyak ikan dan juga menipisnya stok ikan global. Faktor-faktor lingkungan yang merugikan ditambah dengan habisnya stok ikan yang membantu pertumbuhan pasar global omega 3 berbasis alga , omega 3 dari saat ini memberikan kontribusi sekitar 3% dari pasar omega 3 total. Minyak omega 3 berbasis microalga selanjutnya menarik bagi konsumen vegetarian dan sub sektor ini- dari pasar minyak alga berkembang. Limbah remediasi Sekarang telah diketahui bahwa mikroalga memiliki potensi tinggi untuk mengurangi beban nutrisi, dan organik dari air limbah. itu secara luas digunakan untuk Fitoremediasi dalam akuakultur. Pengurangan sampai 75%, 84% dan 89% untuk amonia, nitrit dan fosfor masing-masing telah dilaporkan. Kombinasi pengolahan air limbah dan fiksasi karbon dioksida alga memberikan insentif dalam bentuk penghematan bahan kimia pengolahan air dan memberi manfaat lingkungan selanjutnya. Selain itu, jalur untuk menghilangkan ion nitrogen, fosfor, dan logam dari air limbah disediakan dan jalur menyediakan biomassa alga yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk produksi biofuel atau untuk produk-produk inovatif lainnya. Probiotik dalam akuakultur Probiotics umumnya termasuk bakteri, cyanobacteria, jamur ganggang mikro, dll Probiotik adalah produk budidaya atau suplemen pakan hidup mikroba, yang menguntungkan mempengaruhi inang dengan meningkatkan keseimbangan usus dan kesehatan inang. Demikianlah microalgae dalam perkembangan mendatang akan sangat bereperan penting bagi kehidupan manusia. Selain bisa digunakan untuk budidaya ikan ternyata algae bisa dimanfaatkan untuk banyak kegiatan lainnya seperti pengolahan limbah bahkan untuk bahan baku industri.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida. 2014. Cyanophyta. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 30 September 2014 pukul 20.15 WITA.
Ismail, Ashyr. 2012. Alga. http://ashyrismail.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 September 2014 pukul 20. 20 WITA.
Manzapo. 2011. Cyanophyta, Jamur, Paku. http://biologimanzapo.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 September 2014 pukul 20.30 WITA.
Nilfa, Fadinatul. 2012. Ganggang Biru (Kingdom Monera). http://fadinatulnilfa.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 September 2014 pukul 20.45 WITA.
Safii. 2013. Bioteknologi Alga Dalam Budidaya Perairan. http://safiiperikananpati.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 September 2014 pukul 20.55 WITA.
Unmul. 2009. Kelas Cyanophyceae Alga Biru. http://bio06hunter.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 September 2014 pukul 21.00 WITA.