You are on page 1of 13

Halaman 292-293

Kapitalisasi versus Pembebanan :


Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio
Kapitalisasi merupakan bagian penting dari akuntansi modern. Kapitalisasi memengaruhi baik
laporan keuangan maupun rasionya. Kapitalisasi juga membuat laba menjadi lebih unggul
dibandingkan arus kas sebagai pengukuran kinerja keuangan. Bagian ini membahas dampak
kapitalisasi (dan alokasinya) dibandingkan dengan pembebanan langsung terhadap pengukuran
laba dan perhitungan rasio.
Dampak Kapitalisasi terhadap Laba
Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap laba. Pertama, kapitalisasi menangguhkan
pengukuran biaya. Hal ini berarti kapitalisasi menghasilkan laba yang lebih tinggi selama
periode akuisisi namun laba yang lebih rendah pada periode berikutnyajika dibandingkan dengan
pembebanan biaya. Kedua, kapitalisasi menghasilkan serial perataan laba. Mengapa pembebanan
langsung menghasilkan serial laba yang lebih berfluktuasi? Jawabannya adalah fluktuasi
disebabkan karena pengeluaran modal sering kali tak lancar- berupa semburan dana bukan arus
yang berlanjut-sementara penghasilan dari pengeluaran ini jumlahnya stabil sepanjang waktu.
Sebaliknya, alokasi biaya asset sepanjang periode manfaat menghasilkan angka laba akrual yang
lebih stabil dan merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang lebih berarti.
Dampak Kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi
Kapitalisasi meningkatkan fluktuasi pengukuran laba dan karenanya rasio tingkat pengembalian
investasi. Kapitalisasi memengaruhi baik pembilang (laba) maupun penyebut (basis investasi)
dari rasio tingkat pengembalian investasi (return on investment-ROI). Sebaliknya, membebankan
biaya asset menghasilkan basis investasi yang lebih rendah dan meningkatkan fluktuasi laba.
Peningkatan fluktuasi pembilang (laba) diperbesar dengan digunakanya penyebut yang lebih
kecil (basis investasi), yang mengarah pada rasio tingkat pengembalian yang lebih berfluktuasi
dan kurang bermanfaat. Pembebanan juga menghasilkan bias terhadap pengukuran laba, karena
laba dinyatakan terlalu rendah pada tahun akuisisi dan terlalu tinggi pada tahun-tahun
berikutnya.
Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas
Pada pembebanan biaya asset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap
ekuitas (debt to equity) mencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi
sebenarnya. Hal ini terjadi karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan
terlalu rendah untuk perusahaan yang memiliki asset produktif.
Dampak Kapitalisasi terhadap Arus Kas Operasi
Saat biaya asset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas
operasi. Sebaliknya, jika asset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar
aktivitas investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya asset akan menyatakan arus kas
keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu rendah pada tahun akuisisi
dibandingkan dengan kapitalisasi biaya.














ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM
Properti, pabrik dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar yang
digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk menghasilkan pendapatan dan
arus kas selama lebih dari satu periode. Aset ini diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas
operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai atau potensi jasa yang dimiliki
akan berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya merupakan aset operasi yang terbesar.
Properti terkait dengan biaya real estate; pabrik mengacu pada bangunan dan struktur operasi;
dan peralatan mengacu pada mesin yang digunakan dalam operasi. Properti, pabrik, dan
peralatan disebut juga aset produktif, aset modal, dan aset tetap.
Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam
Menilai Properti, Pabrik, dan Peralatan
Prinsip biaya historis digunakan saat menilai properti, pabrik, dan peralatan. Biaya ini
mencakup beban apapun yang diperlukan agar aset tersebut berada dalam lokasi dan kondisi siap
digunakan atau siap memberikan jasa seperti biaya angkut, instalasi, pajak, dan biaya
pemasangan(set up). Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada saldo akun aset.
Alasan digunakannya biaya historis terutama sehubunga dengan objektivitasnya( objectivity ).
Menilai Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (natural resource) yang juga disebut aset yang dihabiskan (wasting
aset), merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya alam. Contohnya
meliputi hak untuk menambang, menebang kayu, mengambil gas alam, dan minyak. Perusahaan
melaporkan sumber daya alam sebesar biaya historis ditambah dengan biaya pencarian,
eksplorasi, dan pengembangan. Perusahaan biasanya mengalokasi biaya sumber daya alam pada
jumlah estimasi unit cadangan yang tersedia, proses alokasi ini disebut deplesi.
Penyusutan
Prinsip dasar penentuan laba adalah laba yang mendapatkan manfaat dari penggunaan
aset jangka panjang., harus menanggung bagian proporsional dari biaya aset tersebut. Penyusutan
merupakan alokasi biaya bangunan dan peralatan (tanah tidak disusutkan) sepanjang masa
manfaatnya. Meskipun penambahan kembali dalam laporan arus kas atas beban nonkas,
penyusutan tidak menghasilkan dana bagi penggantian aset.
Tingkat Penyusutan
Tingkat penyusutan bergantung pada dua faktor : masa manfaat dan metode alokasi
Umur ( Masa ) Manfaat. Masa manfaat (useful life) aset sangat beragam. Asumsi yang
terkait masa manfaat aset dibuat berdasarkan kondisi ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman
dan informasi mengenai fisik dan sifat produktif suatu aset. Kerusakan fisik merupakan faktor
penting yang membatasi masa manfaat, dan hampir seluruh aset mengalaminya. Frekuensi dan
kualitas pemeliharaan mempengaruhi kerusakan fisik. Pemeliharaan dapat memperpanjang masa
manfaat tetapi tidak dapat membuat masa manfaat menjadi tak terbatas. Faktor pembatas lainnya
adalah keusangan, yang mempengaruhi masa manfaat melalui perkembangan teknologi, pola
konsumsi, dan kekuatan ekonomi. Keusangan biasa terjadi jika perkembangan teknologi
membuat aset menjadi tidak efisien atau tidak ekonomis sebelum masa manfaatnya habis.
Metode Alokasi. Ketika masa manfaat aset ditetapkan, beban penyusutan periodik
dihitung berdasaran metode alokasi (allocation). Dua jenis metode yang biasa digunakan, yaitu
garis lurus dan dipercepat.
Garis lurus. Metode penyusutan garis lurus (straight line) mengalokasi biaya aset pada
masa manfaat berdasarkan beban periodik yang sama. Alasan penyusutan garis lurus
adalah asumsi bahwa kerusakan fisik terjadi seragam sepanjang waktu. Asumsi ini
biasanya terbukti untuk struktur tetap bangunan dibandingkan untuk mesin dimana
penggunaannya merupakan faktor yang lebih penting. Penentu penyusutan lain,
keusangan, tidak selalu terjadi seragam sepanjang waktu. Namun karena tidak adanya
informasi mengenai tingkat penyusutan yang mungkin, metode garis lurus memiliki
keunggulan karena sederhana. Karakteristik ini, mungkin yang menjadikan metode ini
populer, dibandingkan karakteristik lainnya.
Kelemahan konseptual penyusutan garis lurus adalah secara implisit mengasumsikan
bahwa penyusutan pada tahun-tahun awal sama dengan tahun berikutnya saat aset
mungkin telah kurang efisien dan membutuhkan pemeliharaan yang makin tinggi.
Kelemahan lain penyusutan garis lurus dan salah satu masalah khusus dalam analisis
adalah distorsi terhadap tingkat pengembalian.
Dipercepat. Metode penyusutan yang dipercepat (accelerated ) mengalokasi biaya aset
sepanjang masa manfaat dengan pola yang semakin menurun. Konsep yang mendukung
metode dipercepat adalah pandangan bahwa beban penyusutan yang semakin kecil
sepanjang waktu merupakan kompensasi atas (1) peningkatan biaya perbaikan dan
perawatan, (2) penurunan pendapatan dan efisiensi operasi, (3) peningkatan
ketidakpastian pendapatan atas aset berumur di masa depan (karena keusangannya).
Dua metode penyusutan dipercepat yang paling umum adalah salo menurun dan jumlah
angka tahun. Metode saldo menurun (declining-balance method) mengenakan tarif tetap
terhadap saldo akun yang yang semakin turun (nilai tercatat). Dalam praktik, perkiraan
tingkat amortisasi beban penyusutan yang makin turun adalah dengan menggunakan tarif
ganda (sering kali dua kali lipat) dari tarif garis lurus. Metode jumlah angka tahun (sum
of the years digits methode) menerapkan bagian biaya aset dikurang nilai sisa yang
semakin kecil. Jika beban penyusutan dengan saldo menurun lebih kecil dari tarif garis
lurus, pada praktik umumnya digunakan metode garis lurus sepanjang periode yang
tersisa.
Khusus. Metode penyusutan khusus (special) ditentukan pada industri tertentu seperti
baja dan mesin berat. Persamaan metode ini adalah dikaitkannya beban penyusutan pada
aktivitas atau intensitas penggunaan aset.
Halaman 298-303
Deplesi
Deplesi (depletion) merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tibgkat pemungutan
atau produksi. Perbedaann penyusutan dan deplesi adalah bahwa penyusutan merupakan alokasi
biaya asset produktif sepanjang waktu, sementara deplesi merupakan alokasi biaya berdasarkan
unit yang di ekploitasi dar sumber faya alam, seperti batu bara, minyak, mineral, atau kayu.
Deplesi tergantung dari produksi -- menghasilkan lebih banyak produksi berarti mengeluarkan
biaya deplesi yang lebih pula. Sebagai ilustrasi, jika cadangan bijih besi memakan biaya $5 juta
dan mencakup estimasi unit yang dihasilakn sebesar 10 juta ton, maka tingkat deplesi bijih besi
per ton adalah $0,50. Produksi dan penjualan 100.000 ton bijih besi menghasilkan beban deplesi
sebesar $50.000 dan saldo bersih pada akun asset akhir tahun sebesar $4,95 juta.
Penurunan Nilai
Bangunan dan sumber daya alam biasanya disusutkan selama masa manfaatnya. Penyusutan
berdasarkan prinsip alokasi, yaitu asset berumur panjang yang dialokasikan kepada periode yang
bermacam-macam ketika digunakan. Tujuan penyusutan adalah penentuan laba: yaitu metode
mengaitkan biaya asset berumur panjang dengan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan
aset tersebut. Perlu diperhatikan bahwa penyusutan bukanlah praktik valuasi. Dengan perkataan
lain, nilai yang terbawa dari asset yang disusutkan (yaitu biaya asset yang dikirangi akumulasi
penyusutan), tidak dirancang untuk merefleksikan nilai sekarang dari aset.
Apakah akuntasi berusaha merefleksikan nilai kini dari asset dalam neraca ? akuntansi
pada masa sekarang melakukan hal itu, meski dengan dasar konservatif. Yaitu, ketika asset yang
telah disusutkkan diestimasi lebih tinggi daripada nilai estimasi sekarang (biasanya nilai
pasarnya), maka nilainya pada neraca diturunkan (write down) untuk merefleksikan nilai saat ini.
Write down (atau write off) ini disebut juga dengan penurunan nilai (impairment). Saat ini, aturan
akuntansi unuk penurunan nilai asset berumur panjang diatur dalam SFAS 121 dan
pendahulunya, yait SFAS 144.
Menganalisis Asset Tetap dan Sumber Daya Alam
Valuasi asset tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas biaya historis. Sayangnya,
biaya historis sangat tidak relevan dalam penilaian nilai pengganti atau dalam menentukan
kebutuhan asset operasi pada masa depan. Juga biaya ini tidak dapat dibandingkan untuk
beberapa laporan keuangan perusahaan, dan tidak terlalu bermanfaat untuk mengukur biaya
kesempatan (opportunity cost) atas penghapusan atau dalam menilai kegunaan alternatf dana.
Lebih jauh lagi, pada periode tingkat harga meningkat, biaya historis mencerminkan gabungan
pengeluaran yang mencerminkan daya beli yang berbeda.
Peningkatan nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan dalam
akuntansi. Namun, koservatisme menginzinkan adanya penghapusan nilai karena adanya
penurunan nilai yang permanen. Penurunan nilai menghilangkan beban yang terkait dengan
aktivitas operasi pada periode di masa depan.
Meskipun realita usaha menimbulkan berbagai ketidakpastian, termasuk kesalahan
estimasi akuntansi , analisis kita membutuhkan penelitian mendalam atas beban khusus tersebut.
Aturan akuntansi untk penurunan nilai asset jangka panjang mewajibkan perusahaan untk secara
berkala menelaah kejadiaan atau perubahan kondisi yang memungkinkan penurunan nilai.
Meskipun demikian, perusahaan tetap dapat menangguhkan pengakuan penurunan nilai setelah
saat manajemen pertama mengetahui hal tersebut. Pada kasus ini, penurunan nilai setelahnya
dapat mendistirsi hasil yang dilaporkan. Berdasarkan aturan terkini, perusahaan menggunakan
uji perolehan kembali (recoverability test) untuk menentukan apakah terdapat penurunan
milai. Yaitu perusahaan hatus mengestimasi taksiran arus kas ini (tidak didikonto) lebih kecil
dari nilai tercatat asset dengan nilai wajarnya, yaitu nilai pasar atau nilai sekaranf dari taksiran
arus kas bersih masa depan.
Menganalisis Penyusutan dan Deplesi
Sebagian besar perusahaan menggunakan asset produktif jangka panjang pada aktivitas operasi
mereka, dan pada kasus ini, penyusutan merupakan beban utama. Manajer mengambil keputusan
mengenai basis penyusutan, masa manfaat, dan metode alokasi. Keputusan ini dapat
menghasilkan beban penyusutan yang sangat berbeda. Analisis kita hatuse memasukkan
informasi factor-faktor ini baik untuk menilai laba dengan efektif maunpun untuk analisis
perbandingan laba antarperusahaan.
Salah satu factor analisis adalaha adanya revisi masa manfaat asset. Meskipun revisi ini
dapat memberikan alokasi biaya yang lebih andal, analisis kita harus mewaspadai adanya revisi,
karena revisi sering kali digunakan untuk memindahkan atau meratakan laba selama beberapa
periode.
Kualitas informasi laporan tahunan tanpa memperhatikan metode alokasi sangat beragam
dan sering kali lebih rumit daripada pengungkapan yang diharuskan SEC. Informasi yang lebih
rinci terutama yang mencakup metode penyusutan dan tingkat masa manfaat untuk berbagai
kategori asset. Namun, informasi ini pun terbatas kegunaannya. Sulit untuk mengambil
kesimpulan dari metode alokasi yang digunakan tanpa informasi kuantitatif atas sejauh aman
kegunaan mereka dan pengaruh terhadap asset. Informasi dasar mengenai taksiran masa manfaat
dan metode lokasi hanya memberikan sedikit kontribusi dalam analisis kita.
Biasanya tidak ada pengungkapan mengenai hubungan antara tingkat penyusutan dan
ukuran kelompok asset, maupun antara tungkat tersebut dan metode alokasi. Meskipun
penggunaan metode garis lurus memungkinkan kita untuk memperkirakan penyusutan masa
depan, metode dipercepat membuat perkiraan ini lebih tidak andal keculai jika kita dapat
memperoleh informasi tambahan, yang sering kali tidak diungkapkan.
Tantangan lain bagi analisis kita berasal dari perbedaan metode alokasi yang digunakan
untuk keuanan dan tujuan pajak. Tiga kemungkinan yang umum adalah:
1. Penggunaan garis lurus baik dalam pelapon keuangan maupun tujuan pajak.
2. Penggunaan garis lurus untuk pelaporan keuangan dan metode dipercepat untk pajak.
Dampak pajak menguntungkan menghasilkan dari penyusutan pajak makin tinggi, berasal
dari penangguhan pembayaran pajak yang menghasilkan penggunaan dana gratis.
3. Penggunaan metode dipercepat baik untuk pelaporan keuangan dan pajak. Hal ini
menghasilkan penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal, yang dapat
deperpanjang selama beberapa tahun bagi perusahaan yang sedang ekspansi.
Pengungkapan mengenai damak tiga kemungkinan berbeda ini tidak selalu cukup.
Pengungkapan yang cukup mencakup infromasi beban penyusutan berdasarkan alternated
alokasi. Jika suatu perusahaan mengungkapkan pajak tangguhan yang berasal dari penyusutan
dipercepat untuk tuhuan pajak, analisis kita dapat mempertimbangkan penyusuutan tambahan
berdasarkan percepatan dengan membagi jumlah pajak tangguhan dengan tariff pajak terkini.
Menganalisi penyusutan membutuhkan evaluasi kelayakannya. Untuk tujuan ini kita
menggunakan pengkuran seperti rasio penyusutan terhadap asset total atau rasio penyusutan
terhadap factor yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa pengukuran yang terkait
dengan umur asset tetap yang berguna untuk membandingkan kebijakan penyusutan antarperiode
dan antarperusahaan termasuk berikut :

Rata-rata jangkauan umur waktu total = Nilai kotor asset bangunan dan
perlengkapan/Beban penyusutan periode berjalan.
Umur rata-rata = Akumulasi penyusutan/Beban penyusutan periode
berjalan
Umur sisa rata-rata = Nilai bersih asset bangunan dan perlengkapan
/Beban penyusutan periode berjalan
Pengukuran ini memberikan estimasi yang layak untuk perusahaan yang menggunakan
penyusutan garis lurus tetapi tidak terlal bermanfaat bagi perusahaan yang menggunakan metode
dipercepat. Pengukuran lain yang sering kali berguna untuk analisis adalah:
Rata-rata jangkauan waktu total = Umur rata-rata + Umur sisa rata rata
Tiap pengukuran ini dapat membantu nilai kebijakan dan keputusan penyusutan sepanjang
waktu. Umur rata-rata bangunan dan perlengkapan berguna untuk mengevaluasi beberapa factor
seperti margin laba dan persyaratan pendanaan masa depan. Misalnya, suatu perusahaan padat
modal dengan fasilitas yang telah bermur sering kali mempunyai marhin laba yang tidak
mencerminkan biaya tinggi yang dibuthkan untuk mengganti asset yang telah berumur. Seperti
juga struktut modal perusahaan ini sering kali tidak mencerminkan pendanaan yang dibutuhkan
untuk penggantian asset. Terakhir, hars dilakukan dengan hati-hati karena beban penyusutan
berubah tergantung metode alokasi serta asumsi masa manfaat dan nilai sisa.








Halaman 303-307
Analisis Penurunan Nilai
Tiga masalah analisis yang timbul dari penurunan nilai adalah : (1) evaluasi kelayakan jumlah
penurunan nilai, (2) evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai, dan (3) analisis efek penurunan
nilai terhadap laba.
Evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai merupakan tugas analisis yang tersulit.
Berikut beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh seorang analis. Pertama, identifikasi asset
yang diklasifikasikan akan diturunkan (write down) atau dihapuskan (write off). Kemudian, ukur
presentase asset yang dihapuskan dan evaluasi apakah nilai penghapusan layak atau tidak untuk
kelas asset yang bersangkutan. Dalam hal ini, catatan kaki berisi informasi detail mengenai alas
an melakukan penurunan dan penghapusan dapat membantu. Selain itu, jika penghapusan terjadi
akibat melemahnya industry secara keseluruhan atau terjadi kehancuran pasar, maka akan sangat
bermanfaat apabila kita membandingkan persentase penghapusan kita dengan dilakukan pihak
lain di dalam industry yang sama.
Evaluasi waktu (timing) penurunan asset juga cukup penting. Perlu dicatat apakah
perusahaan lama dalam melakukan penurunan nilai atau menunda dalam melakukannya. Sekali
lagi, perbandingan dengan perusahaan lain di dalam industry sangat membantu. Seseorang juga
perlu mencatat apakah sebuah perusaan yang melakukan penghapusan asset sekaligus dalam
kelompok besar dalam satu periode merupakan bagian dari strategi manajemen laba big bath.
Pada akhirnya, berhubungan dengan efek penghapusan terhadap laba merupakan masalah
penting yang harus diperiksa seorang analis.
ASET TAK BERWUJUD
Aset tak berwujud (intangible asset) merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat kepemilikan
atau pengendalian. Dua karakteristik asset tak berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa
manfaat dan adanya wujud fisik. Contoh jenis asset tak berwujud yaitu Goodwill ; Paten, hak
cipta, merek dagang, dan merek jual ; Sewa, pemegang hak sewa, dan perbaikan hak sewa ; Hak
eksplorasi,dan biaya sumber daya alam ; Rumus khusus, proses, teknologi, dan rancangan ;
Lisensi, franchises, keanggotaan, dan daftar pelanggan. Asset tak berwujud sering kali (1) tidak
dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya, (2) masa manfaat yang tidak terhingga,
dan (3) mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif. Biaya
historis adalah aturan valuasi untuk asset tak berwujud dan tak berwujud. Yaitu, jika perusahaan
menggunakan bahan baku dan tenaga kerja untuk menciptakan asset berwujud, perusahaan akan
mengapitalisasi biaya ini dan menyusutkannya sepanjang masa manfaat. Sebaliknya, jika
perusahaan menghabiskan uang untuk mengiklankan suatu produk atau melatih agen
penjualannya-menciptakan asset tak berwujud secara internal-perusahaan tidak dapat
mengapitalisasi biaya ini meskipun mungkin terdapat manfaat masa depan. Perlakuan akuntansi
seperti ini disebaban oleh konservatisme-mungkin karena tingginya ketidakpastian realisasi
manfaat asset tak berwujud seperti iklan dan pelatihan dibandingkan manfaat asset berwujud
seperti bangunan dan peralatan.

Akuntansi Aset Tak Berwujud
Aset Tak Berwujud yang Dapat Diindentifikasi
Aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible) merupakan asset tak
berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan
selama periode manfaat yang terbatas. Contohnya adalah paten, merek dagang, hak cipta, dan
franchises. Perusahaan mencatat asset sebesar biayanya dan mengamortisasi biaya sepanjang
periode manfaat. Penghapusan untuk membebankan keseluruhan biaya asset tak berwujud pada
saat akuisisi tidak diperbolehkan.
Asset Tak Berwujud yang Tidak Dapat Diidentifikasi
Asset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable intangible) merupakan
asset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan
sering kalimemiliki masa manfaat yang tak terhingga. Contohnya dalah Goodwill. Perusahaan
harus membebankan biaya pengembangan, pemeliharaan, dan pemulihan asset tak berwujud saat
terjadinya kecuali goodwill. Saat satu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain atau segmen,
jumlah yang dibayr untuk seluruh asset bersih dan kewajiban yang dapat diidentifikasi sesuai
dengan nilai pasar wajar perlu dialokasi. Jumlah yang tersisa setelah alokasi ini disebut goodwill.
Goodwill dapat berupa asset berukuran besar, tetapi hanya dicatat setelah membeli entitas atau
segmen lain (goodwill yang dikembangkan sendiri tidak dicatat tercatat pada neraca). Asset
goodwill sangat beragam-dapat dianggap kemampuan untuk menarik dan mempertahankan
pelanggan atau kualitas yang terdapat pada aktivitas usaha seperti organisasi, efisiensi, dan
efektivitas. Goodwill menunjukkan kemampuan laba. Dengan kata lain, goodwill dapat berubah
menjadi kelebihan laba masa depan, dimana kelebihan ini merupakan jumlah di atas laba normal.
Kelebihan laba serupa dengan laba residu (laba abnormal).


Amortisasi Aset Tak Berwujud
Saat kapitalisasi biaya asset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat diidentifikasi, biaya ini
selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode manfaat asset ini. Jangka waktu masa manfaat
tergantung dari jenis asset tak berwujud; kondisi permintaan; situasi kompetitif; dan hokum,
kontrak, aturan atau batasan ekonomis lainnya. Sebagai contoh, paten merupakan hak eksklusif
yang diberikan pemerintah pada investor selama periode tertentu. Seperti juga hak cipta dan
merek dagang memberikan hak eksklusif selama periode tertentu. Hak sewa dan perpanjangan
sewa merupakan manfaat tempat tinggal berdasarkan kontak sewa. Selain itu, jika asset tak
berwujud mengalami perubahan nilai yang material (setelah uji pemulihan niali), asset
diturunkan ilainya.
Menganalisis Aset Tak Berwujud
Analis sering kali mencurigai asset tak berwujudsaat menganalisis laporan keuangan. Banyak
analis yang mengasosiasikan asset tak berwujud dengan risiko. Kami mengharapkan
kewaspadaan dan pemahaman saat mengevaluasi asset tak berwujud. Asset tak berwujud sering
kalimerupakan salah satu asset berharga yang dimiliki perusahaan, dan sering kali terjadi
kesalahan penilaian yang serius.
Analisis goodwill memperlihatkan beberapa kasus yang menarik. Oleh karena goodwill
dicatat hanya pada saat akuisisi, sebagian besar goodwill ungkin terdapat pada neraca. Namun,
kita tahu bahwa goodwill pada akhirnya tercermin dalam kelebihan laba. Jika kelebihan laba
tidak terbukti, maka goodwill, baik dibeli atau tidak,tidak atau hanya bernilai kecil.
Selain goodwill analisis asset tak berwujud lainnya juga harus waspada terhadap
perlakuan amortisasi manajemen. Oleh karena amortisasi yang lebih kecil meningkatkan laba
yang dilaporkan, manajemen mungkin mengamortisasi asset tak berwujud sepanjang periode
yang melebihi periode manfaatnya. Kita mungkin merasa yakin untuk berasumsi bahwa tidak
ada bias atas tingkat amortisasi yang lebih rendah. Tingkat amortisasi ini dapat disesuaikan
dengan informasi andal mengenai periode manfaat asset tak berwujud.
Dalam menganalisis asset tak berwujud, kita harus siap untuk membuat estimasi sendiri
mengenai penilaian asset. Juga harus diingat bahwa goodwill tidak membutuhkan amortisasi dan
auditor mengalami masa sulit dengan asset tak berwujud, terutama goodwill. Mereka
menganggap sulit untuk menilai asset tak berwujud yang belum diamortisasi.
Analisis juga harus waspada terhadap komposisi, penilaian, dan disposisi goodwill.
Goodwill dihapus jika kelebihan laba yang mendasari eksistensinya tidak ada lagi. Disposisi,
atau penghapusan, goodwill sering kali dilakukan manajemen pada periode saat hal tersebut
memiliki dampak pasar terendah.
Asset Tak Berwujud dan Kontinjensi yang Tak Tercatat
Pembahasan asset tidak lengkap tanpa membahas asset tak berwujud dan kontinjensi yang tak
tercatat pada neraca. Salah satu asset penting dalam kategori ini adalah goodwill yang diciptakan
secara internal. Dalam praktik, pengeluaran untuk menciptakan goodwill dibebankan saat
terjadinya. Jika goodwill diciptakan dan dapat dijual atau menghasilkan kekuatan lab yang lebih
besar, laba perusahaan saat ini dinyatakan terlalu rendah karena pembebanan pengembangan
goodwill. Seperti juga asset perusahaan gagal mencerminkan kukuatan laba masa depan ini.
Analisis kita harus mengakui kasus ini dan menyesuaikan asset dan kewajiban secara layak.
Salah satu kategori asset tak tercatat lainnya terkait dengan elemen jasa atau ide. Sebagai
contoh adalah program televise yang dicatat sebesar biaya tersembunyi (atau tak tercatat) untuk
menghasilkan lisensi yang bernilai jutaan (seperti, Seinfield, Star Trek)mdan obat-obatan yang
butuh beberapa tahun untuk dikembangkan tetapi biayanya dihapuskan beberapa tahun
sebelumnya. Contoh lain adalah pengembangan merek (nama dagang) seperti Coca-Cola,
McDonalds, Nike, dan Kleenex.

You might also like