Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio Kapitalisasi merupakan bagian penting dari akuntansi modern. Kapitalisasi memengaruhi baik laporan keuangan maupun rasionya. Kapitalisasi juga membuat laba menjadi lebih unggul dibandingkan arus kas sebagai pengukuran kinerja keuangan. Bagian ini membahas dampak kapitalisasi (dan alokasinya) dibandingkan dengan pembebanan langsung terhadap pengukuran laba dan perhitungan rasio. Dampak Kapitalisasi terhadap Laba Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap laba. Pertama, kapitalisasi menangguhkan pengukuran biaya. Hal ini berarti kapitalisasi menghasilkan laba yang lebih tinggi selama periode akuisisi namun laba yang lebih rendah pada periode berikutnyajika dibandingkan dengan pembebanan biaya. Kedua, kapitalisasi menghasilkan serial perataan laba. Mengapa pembebanan langsung menghasilkan serial laba yang lebih berfluktuasi? Jawabannya adalah fluktuasi disebabkan karena pengeluaran modal sering kali tak lancar- berupa semburan dana bukan arus yang berlanjut-sementara penghasilan dari pengeluaran ini jumlahnya stabil sepanjang waktu. Sebaliknya, alokasi biaya asset sepanjang periode manfaat menghasilkan angka laba akrual yang lebih stabil dan merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang lebih berarti. Dampak Kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi Kapitalisasi meningkatkan fluktuasi pengukuran laba dan karenanya rasio tingkat pengembalian investasi. Kapitalisasi memengaruhi baik pembilang (laba) maupun penyebut (basis investasi) dari rasio tingkat pengembalian investasi (return on investment-ROI). Sebaliknya, membebankan biaya asset menghasilkan basis investasi yang lebih rendah dan meningkatkan fluktuasi laba. Peningkatan fluktuasi pembilang (laba) diperbesar dengan digunakanya penyebut yang lebih kecil (basis investasi), yang mengarah pada rasio tingkat pengembalian yang lebih berfluktuasi dan kurang bermanfaat. Pembebanan juga menghasilkan bias terhadap pengukuran laba, karena laba dinyatakan terlalu rendah pada tahun akuisisi dan terlalu tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas Pada pembebanan biaya asset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity) mencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya. Hal ini terjadi karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendah untuk perusahaan yang memiliki asset produktif. Dampak Kapitalisasi terhadap Arus Kas Operasi Saat biaya asset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas operasi. Sebaliknya, jika asset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya asset akan menyatakan arus kas keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu rendah pada tahun akuisisi dibandingkan dengan kapitalisasi biaya.
ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM Properti, pabrik dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar yang digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas selama lebih dari satu periode. Aset ini diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Nilai atau potensi jasa yang dimiliki akan berkurang karena digunakan, dan aset ini biasanya merupakan aset operasi yang terbesar. Properti terkait dengan biaya real estate; pabrik mengacu pada bangunan dan struktur operasi; dan peralatan mengacu pada mesin yang digunakan dalam operasi. Properti, pabrik, dan peralatan disebut juga aset produktif, aset modal, dan aset tetap. Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam Menilai Properti, Pabrik, dan Peralatan Prinsip biaya historis digunakan saat menilai properti, pabrik, dan peralatan. Biaya ini mencakup beban apapun yang diperlukan agar aset tersebut berada dalam lokasi dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan jasa seperti biaya angkut, instalasi, pajak, dan biaya pemasangan(set up). Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada saldo akun aset. Alasan digunakannya biaya historis terutama sehubunga dengan objektivitasnya( objectivity ). Menilai Sumber Daya Alam Sumber daya alam (natural resource) yang juga disebut aset yang dihabiskan (wasting aset), merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya alam. Contohnya meliputi hak untuk menambang, menebang kayu, mengambil gas alam, dan minyak. Perusahaan melaporkan sumber daya alam sebesar biaya historis ditambah dengan biaya pencarian, eksplorasi, dan pengembangan. Perusahaan biasanya mengalokasi biaya sumber daya alam pada jumlah estimasi unit cadangan yang tersedia, proses alokasi ini disebut deplesi. Penyusutan Prinsip dasar penentuan laba adalah laba yang mendapatkan manfaat dari penggunaan aset jangka panjang., harus menanggung bagian proporsional dari biaya aset tersebut. Penyusutan merupakan alokasi biaya bangunan dan peralatan (tanah tidak disusutkan) sepanjang masa manfaatnya. Meskipun penambahan kembali dalam laporan arus kas atas beban nonkas, penyusutan tidak menghasilkan dana bagi penggantian aset. Tingkat Penyusutan Tingkat penyusutan bergantung pada dua faktor : masa manfaat dan metode alokasi Umur ( Masa ) Manfaat. Masa manfaat (useful life) aset sangat beragam. Asumsi yang terkait masa manfaat aset dibuat berdasarkan kondisi ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman dan informasi mengenai fisik dan sifat produktif suatu aset. Kerusakan fisik merupakan faktor penting yang membatasi masa manfaat, dan hampir seluruh aset mengalaminya. Frekuensi dan kualitas pemeliharaan mempengaruhi kerusakan fisik. Pemeliharaan dapat memperpanjang masa manfaat tetapi tidak dapat membuat masa manfaat menjadi tak terbatas. Faktor pembatas lainnya adalah keusangan, yang mempengaruhi masa manfaat melalui perkembangan teknologi, pola konsumsi, dan kekuatan ekonomi. Keusangan biasa terjadi jika perkembangan teknologi membuat aset menjadi tidak efisien atau tidak ekonomis sebelum masa manfaatnya habis. Metode Alokasi. Ketika masa manfaat aset ditetapkan, beban penyusutan periodik dihitung berdasaran metode alokasi (allocation). Dua jenis metode yang biasa digunakan, yaitu garis lurus dan dipercepat. Garis lurus. Metode penyusutan garis lurus (straight line) mengalokasi biaya aset pada masa manfaat berdasarkan beban periodik yang sama. Alasan penyusutan garis lurus adalah asumsi bahwa kerusakan fisik terjadi seragam sepanjang waktu. Asumsi ini biasanya terbukti untuk struktur tetap bangunan dibandingkan untuk mesin dimana penggunaannya merupakan faktor yang lebih penting. Penentu penyusutan lain, keusangan, tidak selalu terjadi seragam sepanjang waktu. Namun karena tidak adanya informasi mengenai tingkat penyusutan yang mungkin, metode garis lurus memiliki keunggulan karena sederhana. Karakteristik ini, mungkin yang menjadikan metode ini populer, dibandingkan karakteristik lainnya. Kelemahan konseptual penyusutan garis lurus adalah secara implisit mengasumsikan bahwa penyusutan pada tahun-tahun awal sama dengan tahun berikutnya saat aset mungkin telah kurang efisien dan membutuhkan pemeliharaan yang makin tinggi. Kelemahan lain penyusutan garis lurus dan salah satu masalah khusus dalam analisis adalah distorsi terhadap tingkat pengembalian. Dipercepat. Metode penyusutan yang dipercepat (accelerated ) mengalokasi biaya aset sepanjang masa manfaat dengan pola yang semakin menurun. Konsep yang mendukung metode dipercepat adalah pandangan bahwa beban penyusutan yang semakin kecil sepanjang waktu merupakan kompensasi atas (1) peningkatan biaya perbaikan dan perawatan, (2) penurunan pendapatan dan efisiensi operasi, (3) peningkatan ketidakpastian pendapatan atas aset berumur di masa depan (karena keusangannya). Dua metode penyusutan dipercepat yang paling umum adalah salo menurun dan jumlah angka tahun. Metode saldo menurun (declining-balance method) mengenakan tarif tetap terhadap saldo akun yang yang semakin turun (nilai tercatat). Dalam praktik, perkiraan tingkat amortisasi beban penyusutan yang makin turun adalah dengan menggunakan tarif ganda (sering kali dua kali lipat) dari tarif garis lurus. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits methode) menerapkan bagian biaya aset dikurang nilai sisa yang semakin kecil. Jika beban penyusutan dengan saldo menurun lebih kecil dari tarif garis lurus, pada praktik umumnya digunakan metode garis lurus sepanjang periode yang tersisa. Khusus. Metode penyusutan khusus (special) ditentukan pada industri tertentu seperti baja dan mesin berat. Persamaan metode ini adalah dikaitkannya beban penyusutan pada aktivitas atau intensitas penggunaan aset. Halaman 298-303 Deplesi Deplesi (depletion) merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tibgkat pemungutan atau produksi. Perbedaann penyusutan dan deplesi adalah bahwa penyusutan merupakan alokasi biaya asset produktif sepanjang waktu, sementara deplesi merupakan alokasi biaya berdasarkan unit yang di ekploitasi dar sumber faya alam, seperti batu bara, minyak, mineral, atau kayu. Deplesi tergantung dari produksi -- menghasilkan lebih banyak produksi berarti mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula. Sebagai ilustrasi, jika cadangan bijih besi memakan biaya $5 juta dan mencakup estimasi unit yang dihasilakn sebesar 10 juta ton, maka tingkat deplesi bijih besi per ton adalah $0,50. Produksi dan penjualan 100.000 ton bijih besi menghasilkan beban deplesi sebesar $50.000 dan saldo bersih pada akun asset akhir tahun sebesar $4,95 juta. Penurunan Nilai Bangunan dan sumber daya alam biasanya disusutkan selama masa manfaatnya. Penyusutan berdasarkan prinsip alokasi, yaitu asset berumur panjang yang dialokasikan kepada periode yang bermacam-macam ketika digunakan. Tujuan penyusutan adalah penentuan laba: yaitu metode mengaitkan biaya asset berumur panjang dengan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan aset tersebut. Perlu diperhatikan bahwa penyusutan bukanlah praktik valuasi. Dengan perkataan lain, nilai yang terbawa dari asset yang disusutkan (yaitu biaya asset yang dikirangi akumulasi penyusutan), tidak dirancang untuk merefleksikan nilai sekarang dari aset. Apakah akuntasi berusaha merefleksikan nilai kini dari asset dalam neraca ? akuntansi pada masa sekarang melakukan hal itu, meski dengan dasar konservatif. Yaitu, ketika asset yang telah disusutkkan diestimasi lebih tinggi daripada nilai estimasi sekarang (biasanya nilai pasarnya), maka nilainya pada neraca diturunkan (write down) untuk merefleksikan nilai saat ini. Write down (atau write off) ini disebut juga dengan penurunan nilai (impairment). Saat ini, aturan akuntansi unuk penurunan nilai asset berumur panjang diatur dalam SFAS 121 dan pendahulunya, yait SFAS 144. Menganalisis Asset Tetap dan Sumber Daya Alam Valuasi asset tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas biaya historis. Sayangnya, biaya historis sangat tidak relevan dalam penilaian nilai pengganti atau dalam menentukan kebutuhan asset operasi pada masa depan. Juga biaya ini tidak dapat dibandingkan untuk beberapa laporan keuangan perusahaan, dan tidak terlalu bermanfaat untuk mengukur biaya kesempatan (opportunity cost) atas penghapusan atau dalam menilai kegunaan alternatf dana. Lebih jauh lagi, pada periode tingkat harga meningkat, biaya historis mencerminkan gabungan pengeluaran yang mencerminkan daya beli yang berbeda. Peningkatan nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan dalam akuntansi. Namun, koservatisme menginzinkan adanya penghapusan nilai karena adanya penurunan nilai yang permanen. Penurunan nilai menghilangkan beban yang terkait dengan aktivitas operasi pada periode di masa depan. Meskipun realita usaha menimbulkan berbagai ketidakpastian, termasuk kesalahan estimasi akuntansi , analisis kita membutuhkan penelitian mendalam atas beban khusus tersebut. Aturan akuntansi untk penurunan nilai asset jangka panjang mewajibkan perusahaan untk secara berkala menelaah kejadiaan atau perubahan kondisi yang memungkinkan penurunan nilai. Meskipun demikian, perusahaan tetap dapat menangguhkan pengakuan penurunan nilai setelah saat manajemen pertama mengetahui hal tersebut. Pada kasus ini, penurunan nilai setelahnya dapat mendistirsi hasil yang dilaporkan. Berdasarkan aturan terkini, perusahaan menggunakan uji perolehan kembali (recoverability test) untuk menentukan apakah terdapat penurunan milai. Yaitu perusahaan hatus mengestimasi taksiran arus kas ini (tidak didikonto) lebih kecil dari nilai tercatat asset dengan nilai wajarnya, yaitu nilai pasar atau nilai sekaranf dari taksiran arus kas bersih masa depan. Menganalisis Penyusutan dan Deplesi Sebagian besar perusahaan menggunakan asset produktif jangka panjang pada aktivitas operasi mereka, dan pada kasus ini, penyusutan merupakan beban utama. Manajer mengambil keputusan mengenai basis penyusutan, masa manfaat, dan metode alokasi. Keputusan ini dapat menghasilkan beban penyusutan yang sangat berbeda. Analisis kita hatuse memasukkan informasi factor-faktor ini baik untuk menilai laba dengan efektif maunpun untuk analisis perbandingan laba antarperusahaan. Salah satu factor analisis adalaha adanya revisi masa manfaat asset. Meskipun revisi ini dapat memberikan alokasi biaya yang lebih andal, analisis kita harus mewaspadai adanya revisi, karena revisi sering kali digunakan untuk memindahkan atau meratakan laba selama beberapa periode. Kualitas informasi laporan tahunan tanpa memperhatikan metode alokasi sangat beragam dan sering kali lebih rumit daripada pengungkapan yang diharuskan SEC. Informasi yang lebih rinci terutama yang mencakup metode penyusutan dan tingkat masa manfaat untuk berbagai kategori asset. Namun, informasi ini pun terbatas kegunaannya. Sulit untuk mengambil kesimpulan dari metode alokasi yang digunakan tanpa informasi kuantitatif atas sejauh aman kegunaan mereka dan pengaruh terhadap asset. Informasi dasar mengenai taksiran masa manfaat dan metode lokasi hanya memberikan sedikit kontribusi dalam analisis kita. Biasanya tidak ada pengungkapan mengenai hubungan antara tingkat penyusutan dan ukuran kelompok asset, maupun antara tungkat tersebut dan metode alokasi. Meskipun penggunaan metode garis lurus memungkinkan kita untuk memperkirakan penyusutan masa depan, metode dipercepat membuat perkiraan ini lebih tidak andal keculai jika kita dapat memperoleh informasi tambahan, yang sering kali tidak diungkapkan. Tantangan lain bagi analisis kita berasal dari perbedaan metode alokasi yang digunakan untuk keuanan dan tujuan pajak. Tiga kemungkinan yang umum adalah: 1. Penggunaan garis lurus baik dalam pelapon keuangan maupun tujuan pajak. 2. Penggunaan garis lurus untuk pelaporan keuangan dan metode dipercepat untk pajak. Dampak pajak menguntungkan menghasilkan dari penyusutan pajak makin tinggi, berasal dari penangguhan pembayaran pajak yang menghasilkan penggunaan dana gratis. 3. Penggunaan metode dipercepat baik untuk pelaporan keuangan dan pajak. Hal ini menghasilkan penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal, yang dapat deperpanjang selama beberapa tahun bagi perusahaan yang sedang ekspansi. Pengungkapan mengenai damak tiga kemungkinan berbeda ini tidak selalu cukup. Pengungkapan yang cukup mencakup infromasi beban penyusutan berdasarkan alternated alokasi. Jika suatu perusahaan mengungkapkan pajak tangguhan yang berasal dari penyusutan dipercepat untuk tuhuan pajak, analisis kita dapat mempertimbangkan penyusuutan tambahan berdasarkan percepatan dengan membagi jumlah pajak tangguhan dengan tariff pajak terkini. Menganalisi penyusutan membutuhkan evaluasi kelayakannya. Untuk tujuan ini kita menggunakan pengkuran seperti rasio penyusutan terhadap asset total atau rasio penyusutan terhadap factor yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa pengukuran yang terkait dengan umur asset tetap yang berguna untuk membandingkan kebijakan penyusutan antarperiode dan antarperusahaan termasuk berikut :
Rata-rata jangkauan umur waktu total = Nilai kotor asset bangunan dan perlengkapan/Beban penyusutan periode berjalan. Umur rata-rata = Akumulasi penyusutan/Beban penyusutan periode berjalan Umur sisa rata-rata = Nilai bersih asset bangunan dan perlengkapan /Beban penyusutan periode berjalan Pengukuran ini memberikan estimasi yang layak untuk perusahaan yang menggunakan penyusutan garis lurus tetapi tidak terlal bermanfaat bagi perusahaan yang menggunakan metode dipercepat. Pengukuran lain yang sering kali berguna untuk analisis adalah: Rata-rata jangkauan waktu total = Umur rata-rata + Umur sisa rata rata Tiap pengukuran ini dapat membantu nilai kebijakan dan keputusan penyusutan sepanjang waktu. Umur rata-rata bangunan dan perlengkapan berguna untuk mengevaluasi beberapa factor seperti margin laba dan persyaratan pendanaan masa depan. Misalnya, suatu perusahaan padat modal dengan fasilitas yang telah bermur sering kali mempunyai marhin laba yang tidak mencerminkan biaya tinggi yang dibuthkan untuk mengganti asset yang telah berumur. Seperti juga struktut modal perusahaan ini sering kali tidak mencerminkan pendanaan yang dibutuhkan untuk penggantian asset. Terakhir, hars dilakukan dengan hati-hati karena beban penyusutan berubah tergantung metode alokasi serta asumsi masa manfaat dan nilai sisa.
Halaman 303-307 Analisis Penurunan Nilai Tiga masalah analisis yang timbul dari penurunan nilai adalah : (1) evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai, (2) evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai, dan (3) analisis efek penurunan nilai terhadap laba. Evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai merupakan tugas analisis yang tersulit. Berikut beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh seorang analis. Pertama, identifikasi asset yang diklasifikasikan akan diturunkan (write down) atau dihapuskan (write off). Kemudian, ukur presentase asset yang dihapuskan dan evaluasi apakah nilai penghapusan layak atau tidak untuk kelas asset yang bersangkutan. Dalam hal ini, catatan kaki berisi informasi detail mengenai alas an melakukan penurunan dan penghapusan dapat membantu. Selain itu, jika penghapusan terjadi akibat melemahnya industry secara keseluruhan atau terjadi kehancuran pasar, maka akan sangat bermanfaat apabila kita membandingkan persentase penghapusan kita dengan dilakukan pihak lain di dalam industry yang sama. Evaluasi waktu (timing) penurunan asset juga cukup penting. Perlu dicatat apakah perusahaan lama dalam melakukan penurunan nilai atau menunda dalam melakukannya. Sekali lagi, perbandingan dengan perusahaan lain di dalam industry sangat membantu. Seseorang juga perlu mencatat apakah sebuah perusaan yang melakukan penghapusan asset sekaligus dalam kelompok besar dalam satu periode merupakan bagian dari strategi manajemen laba big bath. Pada akhirnya, berhubungan dengan efek penghapusan terhadap laba merupakan masalah penting yang harus diperiksa seorang analis. ASET TAK BERWUJUD Aset tak berwujud (intangible asset) merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik asset tak berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa manfaat dan adanya wujud fisik. Contoh jenis asset tak berwujud yaitu Goodwill ; Paten, hak cipta, merek dagang, dan merek jual ; Sewa, pemegang hak sewa, dan perbaikan hak sewa ; Hak eksplorasi,dan biaya sumber daya alam ; Rumus khusus, proses, teknologi, dan rancangan ; Lisensi, franchises, keanggotaan, dan daftar pelanggan. Asset tak berwujud sering kali (1) tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya, (2) masa manfaat yang tidak terhingga, dan (3) mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif. Biaya historis adalah aturan valuasi untuk asset tak berwujud dan tak berwujud. Yaitu, jika perusahaan menggunakan bahan baku dan tenaga kerja untuk menciptakan asset berwujud, perusahaan akan mengapitalisasi biaya ini dan menyusutkannya sepanjang masa manfaat. Sebaliknya, jika perusahaan menghabiskan uang untuk mengiklankan suatu produk atau melatih agen penjualannya-menciptakan asset tak berwujud secara internal-perusahaan tidak dapat mengapitalisasi biaya ini meskipun mungkin terdapat manfaat masa depan. Perlakuan akuntansi seperti ini disebaban oleh konservatisme-mungkin karena tingginya ketidakpastian realisasi manfaat asset tak berwujud seperti iklan dan pelatihan dibandingkan manfaat asset berwujud seperti bangunan dan peralatan.
Akuntansi Aset Tak Berwujud Aset Tak Berwujud yang Dapat Diindentifikasi Aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi (identifiable intangible) merupakan asset tak berwujud yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas. Contohnya adalah paten, merek dagang, hak cipta, dan franchises. Perusahaan mencatat asset sebesar biayanya dan mengamortisasi biaya sepanjang periode manfaat. Penghapusan untuk membebankan keseluruhan biaya asset tak berwujud pada saat akuisisi tidak diperbolehkan. Asset Tak Berwujud yang Tidak Dapat Diidentifikasi Asset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi (unidentifiable intangible) merupakan asset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan sering kalimemiliki masa manfaat yang tak terhingga. Contohnya dalah Goodwill. Perusahaan harus membebankan biaya pengembangan, pemeliharaan, dan pemulihan asset tak berwujud saat terjadinya kecuali goodwill. Saat satu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain atau segmen, jumlah yang dibayr untuk seluruh asset bersih dan kewajiban yang dapat diidentifikasi sesuai dengan nilai pasar wajar perlu dialokasi. Jumlah yang tersisa setelah alokasi ini disebut goodwill. Goodwill dapat berupa asset berukuran besar, tetapi hanya dicatat setelah membeli entitas atau segmen lain (goodwill yang dikembangkan sendiri tidak dicatat tercatat pada neraca). Asset goodwill sangat beragam-dapat dianggap kemampuan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan atau kualitas yang terdapat pada aktivitas usaha seperti organisasi, efisiensi, dan efektivitas. Goodwill menunjukkan kemampuan laba. Dengan kata lain, goodwill dapat berubah menjadi kelebihan laba masa depan, dimana kelebihan ini merupakan jumlah di atas laba normal. Kelebihan laba serupa dengan laba residu (laba abnormal).
Amortisasi Aset Tak Berwujud Saat kapitalisasi biaya asset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat diidentifikasi, biaya ini selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode manfaat asset ini. Jangka waktu masa manfaat tergantung dari jenis asset tak berwujud; kondisi permintaan; situasi kompetitif; dan hokum, kontrak, aturan atau batasan ekonomis lainnya. Sebagai contoh, paten merupakan hak eksklusif yang diberikan pemerintah pada investor selama periode tertentu. Seperti juga hak cipta dan merek dagang memberikan hak eksklusif selama periode tertentu. Hak sewa dan perpanjangan sewa merupakan manfaat tempat tinggal berdasarkan kontak sewa. Selain itu, jika asset tak berwujud mengalami perubahan nilai yang material (setelah uji pemulihan niali), asset diturunkan ilainya. Menganalisis Aset Tak Berwujud Analis sering kali mencurigai asset tak berwujudsaat menganalisis laporan keuangan. Banyak analis yang mengasosiasikan asset tak berwujud dengan risiko. Kami mengharapkan kewaspadaan dan pemahaman saat mengevaluasi asset tak berwujud. Asset tak berwujud sering kalimerupakan salah satu asset berharga yang dimiliki perusahaan, dan sering kali terjadi kesalahan penilaian yang serius. Analisis goodwill memperlihatkan beberapa kasus yang menarik. Oleh karena goodwill dicatat hanya pada saat akuisisi, sebagian besar goodwill ungkin terdapat pada neraca. Namun, kita tahu bahwa goodwill pada akhirnya tercermin dalam kelebihan laba. Jika kelebihan laba tidak terbukti, maka goodwill, baik dibeli atau tidak,tidak atau hanya bernilai kecil. Selain goodwill analisis asset tak berwujud lainnya juga harus waspada terhadap perlakuan amortisasi manajemen. Oleh karena amortisasi yang lebih kecil meningkatkan laba yang dilaporkan, manajemen mungkin mengamortisasi asset tak berwujud sepanjang periode yang melebihi periode manfaatnya. Kita mungkin merasa yakin untuk berasumsi bahwa tidak ada bias atas tingkat amortisasi yang lebih rendah. Tingkat amortisasi ini dapat disesuaikan dengan informasi andal mengenai periode manfaat asset tak berwujud. Dalam menganalisis asset tak berwujud, kita harus siap untuk membuat estimasi sendiri mengenai penilaian asset. Juga harus diingat bahwa goodwill tidak membutuhkan amortisasi dan auditor mengalami masa sulit dengan asset tak berwujud, terutama goodwill. Mereka menganggap sulit untuk menilai asset tak berwujud yang belum diamortisasi. Analisis juga harus waspada terhadap komposisi, penilaian, dan disposisi goodwill. Goodwill dihapus jika kelebihan laba yang mendasari eksistensinya tidak ada lagi. Disposisi, atau penghapusan, goodwill sering kali dilakukan manajemen pada periode saat hal tersebut memiliki dampak pasar terendah. Asset Tak Berwujud dan Kontinjensi yang Tak Tercatat Pembahasan asset tidak lengkap tanpa membahas asset tak berwujud dan kontinjensi yang tak tercatat pada neraca. Salah satu asset penting dalam kategori ini adalah goodwill yang diciptakan secara internal. Dalam praktik, pengeluaran untuk menciptakan goodwill dibebankan saat terjadinya. Jika goodwill diciptakan dan dapat dijual atau menghasilkan kekuatan lab yang lebih besar, laba perusahaan saat ini dinyatakan terlalu rendah karena pembebanan pengembangan goodwill. Seperti juga asset perusahaan gagal mencerminkan kukuatan laba masa depan ini. Analisis kita harus mengakui kasus ini dan menyesuaikan asset dan kewajiban secara layak. Salah satu kategori asset tak tercatat lainnya terkait dengan elemen jasa atau ide. Sebagai contoh adalah program televise yang dicatat sebesar biaya tersembunyi (atau tak tercatat) untuk menghasilkan lisensi yang bernilai jutaan (seperti, Seinfield, Star Trek)mdan obat-obatan yang butuh beberapa tahun untuk dikembangkan tetapi biayanya dihapuskan beberapa tahun sebelumnya. Contoh lain adalah pengembangan merek (nama dagang) seperti Coca-Cola, McDonalds, Nike, dan Kleenex.