You are on page 1of 11

Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia

terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan kimia di
lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis kerja
bidang tertentu.
Toksikologi lingkungan adalah suatu studi yang mempelajari efek dari bahan polutan terhadap
kehidupan dan pengaruhnya terhadap ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan
antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.
Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan dari :
1. Toxicity : deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis zat kimia
2. Hazard : kemungkinan zat kimia untuk menimbulkan cidera
3. Risk : besarnya kemungkinan zat kimia menimbulkan karacunan
4. Safety : keamanan
B. Klasifikasi Bahan Toksikan
Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Organ tujuan : ginjal, hati, system hematopoitik, dll
2. Penggunaan : peptisida, pelarut, food additive, dll
3. Sumber : tumbuhan dan hewan
4. Efek yang ditimbulkan : kanker, mutasi, dll
5. Bentuk fisik : gas, cair, debu, dll
6. Label kegunaan : bahan peledak, oksidator, dll
7. Susunan kimia : amino aromatis, halogen, hidrokarbon, dll
8. Potensi racun : organofosfat, lebih toksik daripada karbamat
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya ditinjau dari satu
macam klasifiksi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa kombinasi dan beberapa faktor
lain. Klasifikasi bahan toksik dapat dibagi secara kimiawi, biologi dan karakteristik paparan yang
bermanfaat untuk pengobatan.

C. Karakteristik Paparan
Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami
biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi
paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan
harus mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan
mengenai paparan dan sasarannya.
Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari paparan sangat
bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat diberikan dalam dosis yang
sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena,
sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang
masuk melalui intravena memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan
berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk kulit
dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah
maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan polutan untuk
dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis tinggi.

Efek toksik didalam tubuh tergantung pada :
1. Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia atau toksikan karena
peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering disebut sebagai hipersensitif , sedangkan
reaksi alergi atau reaksi kepekaannya dapat dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan
yang menghasilkan efek toksik. Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah sehingga kurve
dosis responnya jarang ditemukan.
1. Reaksi ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau bahan polutan.
1. Toksisitas cepat dan lambat
Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah pemberian bahan kimia atau
polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan manifestasi yang timbul akibat bahan kimia
atau toksikan selang beberapa waktu dari waktu timbul pemberian.
1. Toksisitas setempat dan sistemik
Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek setempat didasarkan
pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang pertama kali antara sistem biologi dan
bahan toksikan. Efek sistemik terjadi pada jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan
diserap, dan didistribusi hingga tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik
adalah sistem syaraf pusat kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik, organ viseral dan
kulit, sedangkan otot dan tulang merupakan target yang paling belakangan.

Respon toksik tergantung pada :
1. Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut
2. Situasi pemaparan
3. Kerentanan sistem biologis dari subyek

Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah :
1. Jalur masuk ke dalam tubuh
Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui saluran pencernaan
makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya. Jalur lain tersebut diantaranya daalah intra
muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi
toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam
tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian keracunan biasanya melalui proses
tertelan.
1. Jangka waktu dan frekuensi paparan
Akut : pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam
Sub akut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1 bulan
atau kurang
Subkronik : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3 bulan
Kronik : pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih dari 3
bulan

Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat berbeda bila
dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya. Bahan polutan
benzena pada peran pertama akan merusak sistem syaraf pusat sedangkan paparan ulangannya
akan dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila diberikan
beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan beberapa efek. Apabila
dosis yang diberikan hanya separohnya maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya,
terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan
efek. Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis
berbeda saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi
apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat
irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk pulih
akibat paparan terus-menerus dari bahan toks
D. Interaksi Bahan Kimia
Interaksi bahan kimia terjadi melalui mekanisme :
1). Perubahan dalam absorbsi
Absorbsi toksikan dalam tubuh manusia
Tempat penyerapan utama bagi toksikan adalah saluran pencernaan, paru dan kulit. Dalam studi
toksikologi sering juga diberikan melalui jalur khusus yaitu melalui injeksi intraperitoneal,
intramuskuler dan sub kutan.
Absorbsi toksikan pada saluran pencernaan
Saluran pencernaan merupakan jalur penting dalam absorbsi toksikan. Beberapa toksikan di
lingkungan masuk melalui rantai makanan, kecuali zat yang kaustik atau nsangat iritan pada
saluran pencernaan. Sebagian besar dari toksikan tidak menimbulkan efek toksik kecuali kalau
mereka diserap. Absorbsi dapat terjadi di seluruh saluran pencernaan, mulut dan rectum
umumnya tidak begitu penting bagi absorbsi toksikan di lingkungan.
Lambung merupakan tempat penyerapan yang baik untuk asam lemah dengan bentuk non ion
yang larut dalam lemak, sebaliknya basa lemah yang sangat mengion dan tidak larut dalam
lemak tidak akan mudah diserap di lambung, umumnya akan diserap di usus. Akibatnya basa
organik akan lebih banyak diserap di usus daripada di lambung.
Absorbsi toksikan pada paru
Toksikan yang di absorbsi oleh paru biasanya berupa gas seperti : carbon monoksida, nitrogen
dioksida, dan sulfur dioksida serta aerosol. Tempat penimbunan aerosol ditentukan ukuran
partikelnya.
Partikel ukuran 5 mm atau lebih besar biasanya ditimbun pada daerah nasopharyngeal. Partikel
di daerah ini dapat dihilangkan saat pembersihan hidung atau saat bersin. Partikel yang larut
akan dilarutkan dalam mucus dan dibawa ke pharynx taau diserap epitel masuk ke darah.
Partikel dengan ukuran 2 s/d 5 mm ditimbun pada darah tracheabroncheoli paru, tempat ia akan
dibersihkan oleh pergerakan cilia saluran pernafasan. Laju pergerakan cilia pada mucus
bervariasi menurut bagian saluran pernafasan dan merupakan mekanisme penghilangan yang
cepat dan efisien.

Absorbsi toksikan pada kulit
Umumnya kulit relatif impermeabel, karenanya merupakan pelindung yang baik untuk
mempertahankan fungsi kulit manusia dari lingkungannya. Meskipun demikian beberapa zat
kimia dapat diserap lewat kulit dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan efek
sistemik. Contoh : insektisida dapat menyebabkan kematian pada petani setelah diabsorbsi
melalui kulit.

2). Pengikatan protein
Protein plasma
Protein plasma dapat mengikat senyawa asing dan beberapa komponen fisiologik normal dalam
tubuh. Peningkatan bahan kimia pada protein plasma mempunyai arti penting dalam toksikologi
karena beberapa reaksi racun dapat dihasilkan jika agen dipindahkan dari protein plasma.

3). Biotransformasi atau ekskresi dari zat toksik
Fase Biotransformasi
Reaksi enzym dalam biotransformasi ada 2 type yaitu reaksi phase I dan phase II
Phase I : Yang termasuk reaksi ini adalah oksidasi, reduksi dan hidrolisis.
Umumnya reaksi phase I mengubah bahan yang masuk ke dalam sel
Menjadi lebih bersifat hidrophilik (mudah larut dalam air daripada
Bahan asalnya)
Phase II : Terdiri dari reaksi sintesi dan konjugasi.
Reaksi phase II ini merupakan proses biosintesis yang mengubah
Bahan asing atau metabolit dari phase I membuat ikatan kovalen
Dengan molekul endogen menjadi konjugat.
v Reaksi enzymatik phase I
a). Karakteristik enzym mikrosomal phase I
Phase I merupakan jalur biotransformasi yang predominan
b). Cytokrom P-450
Sistem enzym yang paling penting pada phase I adalah cytokrom P-450 yang mengandung
monooksigenase
v Reaksi enzymatik phase II
Reaksi biotransformasi pada phase II ini merupakan reaksi biosintesis sehingga membutuhkan
energi, hal ini dilakukan dengan aktivasi kofaktor.
a). Glukoronosyltransferase
Glukorodinasi merupakan salah satu dari proses konjugasi pada phase II, yang mengubah bahan
eksogen dan endogen menjadi bahan yang lebih larut dalam air dan metabolitnya diekskresi
lewat urine atau empedu
b). Sulfotransferase
Reaksi konjugasi yang penting untuk kelompok hydroksil adalah sulfasion dikatalisis oleh
sulfotransferase, enzym ini ditemukan di liver, ginjal, usus, paru dan fungsi primernya
mentransfer sulfat anorganik pada grup hydroksil pada phenol dan aliphatic alkhohol.
c). Methylasi
Reaksi konjugasinya menurunkan kelarutan bahan kimia terhadap air dan atau memperbaiki
kemampuan untuk berperan dalam reaksi konjugasi yang lain.
d). Konjugasi asam amino
Reaksi yang penting untuk xenobiotik yang mengandung asam karboxyl adalah konjugasi
dengan asam amino membentuk ikatan amide (peptide) antara kelompok asam karboxylik dari
xenobiotik dan kelompok asam amino.

q Faktor faktor yang mempengaruhi biotransformasi dari bahan asing
Faktor intrinsic
Faktor penting yang mengontrol jalannya reaksi enzymatic dari bahan asing adalah
konsentrasinya dalam pusat aktivitas dari enzym. Konsentrasi ini tergantung pada Lipophilicity,
Protein binding, Doses, and Rouse administration. Lopophilicity penting karena dapat mengatur
banyaknya absorbsi bahan xenobiotik dari jalan masuknya (kulit, usus, paru). Bahan kimia yang
bersifat lipophilik lebih mudah di absorbsi dalam darah, sedangkan bahan yang larut dalam air
kurang cepat diserap.
Variable dari host yang mempengaruhi biotransformasi xenobiotik
Beberapa kondisi fisiologi, pharmakologik dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
proses biotransformasi xenobiotik yaitu : species, strain, umur, sex time of day, enzym
induksi, enzym penghambat, status gazi dan status penyakit.
Induksi dari enzym-enzym biotransformasi
Proses induksi enzym adalah proses di mana terjadi peningkatan aktifitas yang diakibatkan
peningkatan kecepatan sintesis dari enzym biotransformasi paparan bahan kimia tertentu dapat
juga menginduksi enzym-enzym tersebut.
Inhibisi (penghambatan) enzym biotransformasi
Penghambat metabolisme xenobiotik adalah beberapa faktor yang didapat baik endogen dan
eksogen yang menurunkan kemampuan enzym untuk metabolisme bahan asing.
Variasi species, strain, genetic
Variasi biotransformasi diantara species digolongkan menjadi perbedaan qualitatif dan
quantitatif. Perbedaan kualitatif menyangkut rute metabolik yang diakibatkan oleh kelainan dari
species atau adanya reaksi ginjal dari species.
Yang termasuk pada perbedaan kualitatif adalah :
1. a. Kelainan enzym pada species tertentu
b. Reaksi species yang unik
1. c. Evolutionary
2. Beberapa aspek genetic
Perbedaan kualitatif ini predominan pada reaksi phase II.


Sedangkan yang termasuk perbedaan kuantitatif adalah :
a)Perbedaan konsentrasi enzyme
b) Perbedaan isonzym cytokrom P-450
c)Perbedaan reaksi region spesifik
d) Genetika
Predominan pada reaksi phase I
Perbedaan seks pada biotransformasi
Perbedaan respon toksikologi dan farmakologi antara tikus betina dan jantan pernah diteliti. Pada
pemberian Phenobarbital dengan dosis yang sama, tikus betina tidur lebih lama daripada yang
jantan.
Efek umur pada biotransformasi
Fetus atau bayi yang baru lahir menunjukkan kemampuan yang terbatas untuk
biotransformasixenobiotik sehingga kemungkinan terjadinya keracunan lebih meningkat pada
binatang percobaan yang lebih muda.
Efek dari diet terhadap biotransformasi
Status nutrisi penting dalam mempengaruhi biotransformasi. Defisiensi mineral misalnya Ca, Cu,
Fe, Mg, dan Zn menurunkan reaksi oksidasi maupun reaksi dari cytokrom P-450.
Efek kelainan hepar (hepatic injury) terhadap biotransformasi
Karena hepar merupakan tempat utama dari biotransformasi xenobiotik maka penyakit-penyakit
yang mempengaruhi fungsi normal dari hepar dapat pula mempengaruhi proses biotransformasi,
begitu pul dengan bahan kimia yang menginduksi gangguan liver (hepar) akanmenurunkan
biotransformasi.

Interaksi farmakologi dan toksikologi :
- Efek aditif : suatu situasi dimana efek gabungan dan 2 bahan kimia sama dengan jumlah dari
efek masing-masing bahan bila diberikan sendiri-sendiri (2+3=5).
- ek sinergistik : situasi dimana efek gabungan dari 2 bahan kimia jauh melampaui
penjumlahan dari tiap 2 bahan kimia bila diberikan sendiri-sendiri (2+3=20)
- Potensiasi : keadaan dimana suatu senyawa kimia tidak mempunyai efek toksik terhadap
sitem atau organ tertentu, namun bila ditambahkan ke bahan kimia lain akan membuat yang
terakhir menjadi lebih toksik (0+2=10)
- Antagonisme : situasi dimana 2 bahan kimia diberikan bersamaan efeknya saling
mempengaruhi atau satu bahan kimia mempengaruhi bahan kimia yang lainnya (4+6=8)

E. Distribusi dan Ekskresi Toksikan
Distribusi toksikan
Setelah toksikan memasuki darah didistribusi dengan cepat keseluruh tubuh maka laju distribusi
diteruskan menuju ke setiap organ tubuh. Mudah tidaknya zat kimia melewati dinding kapiler
dan membrane sel dari suatu jaringan ditentukan oleh aliran darah ke organ tersebut.
Bagian tubuh yang berhubungan dengan distribusi toksikan :
1. Hati dan ginjal
Kedua organ ini memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam mengikat bahan kimia, sehingga
bahan kimia lebih banyak terkonsentrasi pada organ ini jika dibandingkan dengan organ lainnya.
Hal ini berhubungan dengan fungsi kedua organ ini dalam mengeliminasi toksikan dalam tubuh.
Ginjal dan hati mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan. Organ hati cukup tinggi
kapasitasnya dalam proses biotransformasi toksikan.
1. Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan yang baik bagi zat yang larut dalam lemak
seperti chlordane, DDT, polychlorinated biphenyl dan polybrominated biphenyl. Zat ini
disimpan dalam jaringan lemak dengan pelarut yang sederhana dalam lemak netral. Lemak netral
ini kira-kira 50 % danberat badan pada orang yang gemuk dan 20 % dari orang yang kurus.
Toksikan yang daya larutnya tinggi dalam lemak memungkinkan konsentrasinya rendah dalam
target organ, sehingga dapat dianggap sebagai mekanisme perlindungan. Toksisitas zat tersebut
pada orang yang gemuk menjadi lebih rendah jika disbanding dengan orang yang kurus.
1. Tulang
Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa seperti Flouride, Pb dan
strontium. Untuk beberapa toksikan tulang merupakan tempat penyimpanan utama, contohnya 90
% dari Pb tubuh ditemukan pada skeleton. Penyimpanan toksikan pada tulang dapat atau tidak
,mengakibatkan kerusakan. Contoh : Pb tidak toksik pada tulang, tetapi penyimpanan Fluoride
dalam tulang dapat menunjukkan efek kronik (skeletal fluorosis).
Ekskresi toksikan
Toksikan dapat dieliminasi dari tubuh melalui beberapa rute. Ginjal merupakan organ penting
untuk mengeluarkan racun. Beberap xenobiotik diubah terlebih dahulu menjadi bahan yang larut
dalam air sebelum dikeluarkan dalam tubuh.
Rute lain yang menjadi lintasan utama untuk beberapa senyawa tertentu diantaranya : hati dan
sistem empedu, penting dalam ekskresi seperti DDT dan Pb ; paru dalam ekskresi gas seperti
CO. Toksikan yang dikeluarkan dari tubuh dapat ditemukan pada keringat, air mata dan air susu
ibu (ASI).
1. Ekskresi urine
Ginjal merupakan organ yang sangat efisien dalam mengeliminasi toksikan dari tubuh. Senyawa
toksik dikeluarkan melalui urine oleh mekanisme yang sama seperti pada saat ginjal membuang
hasil metabolit dari tubuh.
1. Ekskresi empedu
Hati berperan penting dalam menghilangkan bahan toksik dari darah setelah diabsorbsi pada
saluran pencernaan, sehingga akan dapat dicegah distribusi bahan toksik tersebut ke bagian lain
dari tubuh.
1. Rute ekskresi yang lain
Toksikan dapat juga dikeluarakan dari tubuh melalui paru, saluran pencernaan, cairan
cerebrospinal, air susu, keringat dan air liur. Zat yang berbentuk gas pada kondisi suhu badan
dan volatile liquids dapat diekskresi melalui paru. Jumlah cairan yang dapat dikeluarkan
melalui paru berhubungan dengan tekanan uap air. Ekskresi toksikan melalui paru ini terjadi
secara difusi sederhana. Gas yang kelarutannya rendah dalam darah dengan cepat diekskresi
sebaliknya yang tinggi kelarutannya seperti chloroform akan sangat lambat diekskresi melalui
paru.
F. Dose Response Relationship (Hubungan Dosis Respon)
Pengertian dose respons dalam toksikologi adalah proporsi dari sebuah
populasi yang terpapar dengan suatu bahan dan akan mengalami respon
spesifik pada dosis,interval,waktu dan pemaparan tertentu.
Lethal dose 50 (LD 50)
LD 50 merupakan dosis tunggal derivat suatu bahan tertentu pada uji
toksisitas yang pada kondisi tertentu pula dapat menyebabkan
kematian 50 % dari populasi uji (hewan percobaan).
Aplikasi dosis respon
Nilai ld 50 tidak ekuivalen dengan toksisitas tapi nilai ini dapat di
Interpretasikan dalam nilai TD(toxic dose)Dan ED (effectife dose).
oxic dose (TD)
Adalah dosis dari suatu bahan yang dipaparkan pada suatu
suatu populasi dan pada tingkat dosis tersebut sudah dapat
mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh hewan percobaan.

You might also like