You are on page 1of 25

LAKI-LAKI 14 TAHUN DENGAN KELUHAN

BERKEMIH TIDAK PUAS



KELOMPOK 13

LAPORAN KASUS

SESI I
Seorang laki-laki 14 tahun datang kedokter umum dengan keluhan buang
air kecil tidak puas. Penderita merasa ada sisa kecing sesudah buang air
kecil, sehingga sebentar kemudian ingin buang air kecil lagi. Penderita
harus mengejan kuat agar dapat buang air kecil.
SESI 2
Penderita memerlukan waktu antara keinginan buang air kecil dengan
keluarnya air seni. Sewaktu buang air kecil kadang terasa nyeri. Pancaran
air seninya kecil dan keras, kadang-kadang pancarannya terbelah. pada
akhir kencing masih keluar air seni menetes. Penderita merasa sering ingin
buang air kecil.
Penderita merasakan keluhan ini sejak 1 bulan yang lalu. sebelumnya
belum pernah mengalai keluha seperti ini. penderita pernah jatuh terpeleset
dari pohon sehingga selangkangannya terbentur benda keras kira-kira 2
bulan lalu. Saat itu selangkangnya bengkak dan penderita sudah berobat
kedokter sehingga sembuh.


PEMBAHASAN
1. Informasi yang Didapat dari Kasus
a. Identitas
- Usia : 14 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Keluhan Utama
- Buang air kecil tidak puas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
- Merasa ada sisa kecing sesudah buang air kecil,
sehingga sering merasa ingin buang air kecil.
- Harus mengejan kuat agar dapat buang air kecil.
- Perlu waktu antara keinginan buang air kecil dengan
keluarnya air seni.
- Sewaktu buang air kecil kadang terasa nyeri.
- Pancaran air seninya kecil dan keras, kadang-kadang
pancarannya terbelah.
- Pada akhir kencing masih keluar air seni menetes.
- Keluhan ini sejak 1 bulan yang lalu
2. Daftar masalah



MASALAH HIPOTESIS
Berkemih tidak puas Residu urin
Sering merasa ingin
berkemih
Residu urin
Urin menetes pada akhir
miksi
Striktur uretra
Harus mengejan pada
akhir miksi
Obstruksi saluran kemih
Terkadang pancaran
urin bercabang
Striktur uretra
Nyeri saat berkemih Striktur uretra
Riwayat trauma Faktor resiko striktur uretra
3. Anamnesis Tambahan
a. Identitas
- Nama
- Alamat
- Pekerjaan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Apakah ada nyeri di pingggang atau tidak ?
- Apakah terdapat darah saat buang air kecil ?
- Apakah ada benjolan di penis ?
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Apakah pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya?
- Apakah pernah menderita batu ginjal sebelumnya ?
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Apakah ada kerabat yang mengalami gejala yang sama?
e. Riwayat Kebiasaan

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Tanda Vital
> Freksuensi nadi
> Frekuensi napas
> Tekanan darah
> Suhu
d. Identifikasi ada atau tidaknya kelainan pada sklera,
konjungtiva, thorax, abdomen, serta extremitas pasien.
e. Pasien diminta untuk buang air kecil aktif dan dilihat
pancaran kencingnya.
f. Memeriksa uretra dari bagian meatus dan jaringan
sekitarnya.
g. Observasi adanya penyempitan, perdarahan, mukus
atau cairan purulen (nanah).
h. Observasi kulit dan mukosa membran disekitar
jaringan.
i. Iritasi pada uretra dengan keluhan ketidak
nyamanan pada saat akan buang air kecil.

5. Diagnosis
Berdasarkan data yang tertera di atas dan disesuaikan dengan kondisi-
kondisi yang telah dilampirkan pada kasus, diagnosis kerja atas
pasien saat ini adalah striktur urethra. Dengan diagnosis banding
urolithiasis. Dengan dasar gejala khas dari striktur uretra :
Merasa tidak puas setelah berkemih.
Sering merasa ingin berkemih.
Pancaran buang air seni kecil dan bercabang.
Nyeri saat berkemih.
Urin yang menetes.


Diagnosis Banding
1. Urolithiasis
Batu pada saluran kemih yang dapat
menimbulkan statis dan infeksi.

Menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik
dan distensi pada ginjal serta ureter. Infeksi
yang disertai demam, menggigil, disuria terjadi
karena iritasi yang terus-menerus. Sedangkan
obstruksi dapat menyebabkan terjadinya
retensio urine


Tinjauan Pustaka
Anatomi Ginjal


Anatomi Ureter
Anatomi Vesika Urinaria

Anatomi Uretra
Histologi Uretra
Pars prostatika:
Epitel Transisional / berlais torak
Pars Kavernosa:
Berlapis / bertingkat toraks
Berlapis gepeng ( pada fossa navikulare )
Pars Membranasea:
Berlapis / bertingkat torak

Refleks Miksi
VU
penuh
M. Detrusor
kontraksi
Saraf parasimpatis
terangsang S2-S4
Sfingter uretra
interna relaksasi
secara involunter
Kornu
posterior
Terangsan
g ingin
berkemih
Rangsang
motorik
N. Pudendus
Sfingter uretra
externa
relaksasi secara
volunter
Berkemih

Striktur Uretra
Terbentuknya jaringan fibrosis di uretra
yang mengakibatkan terjadinya
kesulitan berkemih.
Etiologi
Kelainan kongenital
Operasi
Trauma
infeksi
PATOFISIOLOGI
Berkemih tidak
puas
Nyeri saat
berkemih
Striktur uretra
Fase kompensasi
Residu urin
Trauma
Sikatrik
Harus mengejan
Pancaran air seni
bercabang
Menghalangi
jalan keluar urin
Selalu merasa
ingin berkemih
Fase
dekompensasi
Urin menetes
pada akhir miksi
Derajat penyempitan uretra
Striktur uretra dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu derajat:
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang
dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai
dengan diameter lumen uretra
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar
dari diameter lumen uretra
Pada penyempitan derajat berat kadang kala
teraba jaringan keras di korpus spongiosum
yang dikenal dengan spongiofibrosis.

7. Pemeriksaan Labaratorium
a. Darah rutin
b. Tes fungsi ginjal memeriksa apakah ginjal
masih berfungsi dengan baik.
c. Urinalisis memastikan ada tidaknya infeksi

8. Pemeriksaan Penunjang
a.Uretrografi
b.BNO
c.IVP
d.Uroflowmetri untuk menentukan kecepatan
pancaran urin

9. Komplikasi
a. Residu urin

b. Infeksi saluran kemih

c. Gagal ginjal

d. Fibrosis

e. Refluks vesiko ureteral

10. Tatalaksana
a. Sistosomi supra pubik
Dilakukan sebagai langkah pertama dalam
penatalaksaan pasien dengan retensi urin
b. Uretrotomi interna
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat
endoskopi yang memotong jaringan sikatriks
uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau
Sachse, laser atau elektrokoter.
c. Reseksi
Dilakukan bila ukuran striktur lebih dari 20mm
dengan mengangkat jaringan yang membentuk
sikatrik dan menyambung kembali bagian yang
sehat.

d. Dilatasi
Dilakukan jika ukuran striktur lebih dari
20mm
e. J ohanssen procedures

Secara umum terapi menggunakan
obat tidak akan menguragi keluhan dari
striktue uretra. Tapi dapat diberikan
analgesik untuk mengurangi keluhan
nyeri yang dialami pasien.


11. Prognosis
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad sanationam : dubia ad malam
c. Ad fungtionam : dubia ad bonam

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang ada dan disesuaikan dengan kondisi-kondisi
yang telah dilampirkan pada kasus, diagnosis kerja atas pasien saat ini
adalah striktur urethra. Dengan diagnosis banding urolithiasis. Dengan
dasar gejala khas dari striktur uretra : merasa tidak puas setelah
berkemih, sering merasa ingin berkemih, nyeri saat berkemih,
dengan pancaran air seni yang kecil dan bercabang, serta urin
yang menetes pada akhir berkemih.
Striktur uretra pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh trauma
yang terjadi sekitar 2 bulan lalu, dan dicurigai mengenai uretra pars
bulbosa beserta fascia bach dan fascia collest. Lalu dalam masa
penyembuhannya luka atau trauma ini meninggalkan jaringan sikatrik
pada lumen uretra yang akhirnya membentuk striktur uretra.
Prognosis pada pasien ini setelah ditatalaksana adalah ad bonam.
Namun, pasien harus tetap rutin diobservasi selama 1 tahun untuk
dapat memastikan kesembuhannya. Karena striktur uretra cenderung
kambuh walaupun telah dilakukannya terapi pembedahan sekalipun.

You might also like