You are on page 1of 11

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PENGENDALIAN INTERNAL

A. Pengendalian dan Eksposur


Pengendalian dibutuhkan untuk mengurangi eksposur terhadap resiko. Eksposur mencakup
potensi dampak finansial akibat suatu kejadian dikalikan dengan probabilitas terjadinya kejadian
tersebut. Istilah risiko merupakan sinonim untuk istilah probabilitas terjadinya suatu kejadian. Oleh
karena itu, eksposur adalah risiko dikalikan konsekuensi finansial atas risiko tersebut.
Kejadian yang tidak diharapkan, seperti banjir atau pencurian, tidak semata-mata merupakan
eksposur. Eksposur organisasi terhadap kejadian macam ini merupakan potensi kerugian finansial
dikalikan probabilitas terjadinya kejadian tersebut. Eksposur tidak semata-mata terjadi akibat
kurangnya pengendalian. Pengendalian berguna mengurangi eksposur, tetapi pengendalian tidak dapat
mempengaruhi penyebab terjadinya eksposur.
























Gambar: Eksposur bisnis yang biasa terjadi
EKSPOSUR
Pendapatan
yang Cacat
Kerugian
Akibat
Kehilangan
Sanksi
Hukum
Pencurian
dan
Kecurangan
Ketidakmam
puan untuk
bersaing
Interupsi
Bisnis
Akuntansi
Tidak Akurat
Biaya Terlalu
Tinggi

B. Eksposur Umum

Eksposur Umum terdiri dari :

1. Biaya yang terlalu tinggi
Biaya yang terlalu tinggi mengurangi laba. Setiap pengeluaran yang dibuat oleh suatu
organisasi potensial untuk menjadi biaya yang terlalu tinggi. Harga yang dibayarkan untuk
pembelian barang yang digunakan dalam organisasi bisa saja terlalu mahal. Cek bisa saja
dibayarkan kepada karyawan yang tidak bekerja dengan efektif dan efisien. Produksi bisa saja
tidak efisien sehingga menyerap pembelian dan pemakaian bahan baku dan tenaga kerja yang
terlalu banyak. Pembelian aktiva yang berlebihan bisa saja terjadi.
2. Pendapatan yang Cacat
Biaya terutang tidak tertagih dari penjualan kredit terlalu banyak. Barang dagangan
telah dikirim ke pelanggan tetapi tidak tercatat sehingga tidak ditagih. Perusahaan mengirim
tagihan ke pelanggan dengan nilai yang lebih kecil dari yang seharusnya. Tagihan hilang atau
salah catat sebagai piutang dagang. Penjualan yang telah terjadi dibatalkan akibat
terlambatnya pengiriman barang yang dipesan, atau pengiriman barang yang rendah
kualitasnya, atau pengiriman barang yang berbeda dengan barang yang dipesan.\
3. Kerugian Akibat Kehilangan Aktiva
Aktiva dapat hilang sebagai akibat pencurian, tindakan kekerasan, atau bencana alam.
Kas, baha baku, atau peralatan dapat rusak atau salah penempatan. Hal ini bisa terjadi sebagai
akibat dari kecerobohan karyawan ataupun tindakan tidak disengaja. Karyawan, termasuk
manajemen, bisa tanpa sengaja mengelola atau merusak kas, bahan baku, atau peralatan.
4. Akuntansi yang Tidak Akurat
Kebijakan dan prosedur akuntansi dapat salah, tidak tepat, atau secara signifikan
berbeda dari yang diterima umum. Kesalahan ini dapat mencakup kesalahan penilaian
transaksi, kesalahan waktu pencatatan, atau kesalahan klasifikasi transaksi. Dampak
kesalahan dapat berakibat pada informasi yang tidak akurat guna pengambilan keputusan atau
laporan keuangan yang menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan.
5. Interupsi Bisnis
Interupsi bisnis mencakup penghentian sementara suatu operasi bisnis, penghentian
permanen atas operasi suatu bisnis, atau penutupan suatu usaha. Interupsi bisnis terjadi akibat
ketidakmampuan menghadapi kegiatan operasi yang buruk, tindakan kekerasan fisik, atau
bencana alam.


6. Sanksi Hukum
Sanksi hukum mencakup denda yang dikenakan oleh pengadilan atau badan legal
yang memiliki wewenang atas organisasi dan operasi perusahaan. Penghentian kegiatan bisnis
bisa saja terjadi sebagai hukuman dari lembaga pemerintah jika perusahaan melakukan
perbuatan yang melanggar hukum.
7. Ketidakmampuan untuk Bersaing
Ketidakmampuan untuk bersaing merupakan ketidakmampuan suatu organisasi untuk
bertahan di pasar atau industri. Ketidakmampuan ini dapat terjadi sebagai akibat kombinasi
berbagai eksposur yang telah dibahas sebelumnya dan bisa juga sebagai akibat
ketidakefektifan keputusan manajemen.
8. Kecurangan dan Pencurian
Kecurangan dan pencurian dapat dilakukan oleh pihak eksternal di luar perusahaan
ataupun pihak internal di dalam perusahaan. Biaya yang terlalu tinggi, pendapatan yang cacat,
kehilangan aktiva, ketidakakuratan catatan akuntansi, interupsi bisnis,sanksi hukum, dan
ketidakmampuan untuk bersaing, semuanya bisa saja merupakan dampak dari kecurangan dan
pencurian.

C. Kecurangan dan Kejahatan Kerah Putih
Kejahatan kerah putih menggambarkan serangkaian aktivitas illegal yang terjadi sebagai bagian dari
pekerjaan pelaku kejahatan. Kejahatan kerah putih terjadi pada saat kekayaan perusahaan digunakan
menyimpang dari manfaat aktiva yang sesungguhnya. Rangkaian aktivitas pemanfaatan kekayaan
perusahaan tersebut tidak melibatkan kekerasan. Kejahatan kerah putih biasanya melibatkan
penggunaan transaksi fiktif dalam sistem akuntansi.

Ada 3 bentuk kejahatan kerah putih:
1. Kecurangan manajemen
Meliputi penyalahgunaan atau kesalahan interpretasi terhadap aset baik oleh
karyawan atau pihak ketiga di luar perusahaan, atau keduanya. Pencurian harta kekayaan bisa
juga dilakukan oleh manajemen. Manajemen merupakan pihak yang bertanggungjawab untuk
membangun pengendalian dalam organisasi. Oleh karena itu, manajemen tidak menjadi
subjek dari pengendalian tersebut, sehingga kecurangan manajemen ini jarang terdeteksi
dibandingkan dengan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.
2. Pelaporan keuangan yang menyesatkan
Tindakan sengaja atau tidak sengaja, sebagai akibat niat hati atau kekhilafan, yang
menyebabkan informasi dalam laporan keuangan secara material mengganggu pengambil
keputusan. Karyawan di segala level organisasi bisa saja terlibat. Laporan keuangan
menyesatkan dapat mencakup pemrosesan transaksi fiktif dalam suatu sistem akuntansi atau
salah penerapan prinsip akuntansi.

3. Kejahatan korporat
Merupakan kejahatan kerah putih yang menguntungkan suatu perusahaan atau
organisasi, dan bukan hanya menguntungkan individu tertentu yang melakukan kecurangan.
Contoh kejahatan perusahaan adalah pembebanan tagihan yang berlebih kepada pemerintah
federal oleh pengembang dan perilaku buruk pada saat penjualan publik surat berharga
pemerintah oleh perusahaan broker.

D. Pemrosesan Komputer dan Eksposur
Banyak aspek dari pemrosesan komputer yang cenderung meningkatkan eksposur organisasi
terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan. Pemrosesan data secara mekanis, penyimpanan
data secara mekanis, dan kompleksitas pemrosesan merupakan aspek pemrosesan komputer yang
dapat meningkatkan risiko atau potensi kerugian akibat eksposur yang dihadapi organisasi, tidak
peduli apakah pemrosesan komputer digunakan di perusahaan ataupun tidak. Pemrosesan terpusat,
penyimpanan data terpusat, dan aktiva pemrosesan data merupakan aspek dari pemrosesan komputer
yang memicu lahirnya eksposur yang baru.
Aktiva pemrosesan data harus dilindungi seperti melindungi kekayaan organisasi yang lain.
Peralatan mainframe komputer merupakan aktiva yang cukup mahal dan membutuhkan lingkungan
khusus untuk memastikan mainframe tersebut dapat beroperasi secara efisien. Akses yang terbatas
harus menjadi pertimbangan utama. Pintu akses masuk ke lokasi sistem komputer seharusnya sedikit
saja. Hanya individu dengan validasi yang sah diizinkan masuk ke lokasi tersebut.

KOMPONEN PROSES PENGENDALIAN INTERNAL
Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi
perusahaan, manajemen, dan personel lain yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk
akal terkait dengan tercapainya tujuan berikut: (1) reliabilitas pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan
efisiensi operasi, dan (3) kesesuaian dengan peraturan dan regulasi yang berlaku.
Proses pengendalian suatu organisasi terdiri dari lima komponen: lingkungan pengendalian,
penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pengawasan, konsep
pengendalian internal didasarkan pada dua premis utama, yaitu tanggung jawab, dan jaminan yang
masuk akal.
Premis pertama, tanggung jawab, terkait dengan tanggung jawab manajemen dan dewan
direksi untuk membangun dan memelihara proses pengendalian internal. Beberapa tanggung jawab
tertentu dapat didelegasikan kepada bawahan. Namun, tanggung jawab terakhir tetap berada di tangan
manajemen dan dewan direksi. Premis kedua, jaminan yang masuk akal, terkait dengan relativitas
biaya dan manfaat suatu pengendalian. Manajemen yang berhati-hati tidak seharusnya mengeluarkan
lebih banyak biaya untuk pengendalian yang tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan.


Gambar: Struktur Pengendalian Internal

A. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian organisasi, komponen pertama dari komponen pengendalian
internal, merupakan pondasi dari komponen-komponen pengendalian sistem yang lain. Lingkungan
pengendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor-faktor untuk membangun, mendukung, dan
meningkatkan efektivitas kebijakan dari prosedur tertentu. Dengan kata lain, lingkungan pengendalian
menentukan iklim organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawan terhadap pengendalian.
Faktor-faktor yang tercakup dalam lingkungan pengendalian adalah:

1. Nilai-nilai integritas dan etika
Pelanggaran etika dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan.
Eksposur semacam ini mencakup kemungkinan denda yang cukup besar atau tuduhan
kriminal terhadap perusahaan maupun eksekutif dalam perusahaan tersebut.
2. Komitmen terhadap kompentensi
Kompetensi karyawan merupakan hal yang penting untuk memungkinkan proses
pengendalian internal dapat berfungsi dengan baik. Kualitas dan kompetensi karyawanlah
yang dapat memastikan terlaksananya proses pengendalian yang baik. Tidak ada proses
pengendalian yang dapat berfungsi dengan baik tanpa karyawan yang kompeten.
3. Filosofi manajemen dan gaya operasi
Pengendalian yang efektif dalam suatu organisasi dimulai dan diakhiri dengan filosofi
manajemen. Jika manajemen percaya bahwa pengendalian penting, manajemen akan
memastikan bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian diterapkan secara efektif.



4. Struktur organisasi
Struktur organisasi didefinisikan sebagai pola otoritas dan tanggung jawab yang ada
dalam organisasi. Struktur organisasi formal seringkali digambarkan dalam bentuk diagram
organisasi. Struktur organisasi mengindikasikan pola komunikasi formal dalam organisasi.
5. Perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh dewan direksi dan komitenya
Dewan direksi merupakan perantara yang menghubungkan pemegang saham selaku
pemilik organisasi dengan manajemen yang bertanggungjawab menjalankan organisasi. Jika
keanggotaan dewan direksi sepenuhnya terdiri dari manajemen, atau dewan direksi jarang
mengadakan rapat, maka pemegang saham tidak memiliki kendali atas operasi manajemen.
Biasanya dewan direksi mendelegasikan fungsi tertentu ke berbagai komite operasi, salah
satunya komite audit. Komite audit seharusnya independen dari manajemen organisasi. Komite
audit biasanya bertanggungjawab penuh atas laporan keuangan perusahaan, termasuk kesesuaian
dengan hukum dan regulasi yang berlaku.
6. Cara pembagian otoritas dan tanggung jawab
Metode pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam suatu organisasi
mengindikasikan filosofi manajemen dan gaya operasi manajemen. Jika hanya ada metode
informal atau lisan, maka pengendalian lemah atau tidak ada pengendalian.
7. Kebijakan sumber daya dan prosedur
Personel seharusnya kompeten dan memiliki kemampuan atau mendapatkan pelatihan
cukup terkait dengan pekerjaan yang harus mereka lakukan. Personel merupakan komponen kunci
dalam sistem pengendalian. Kualifikasi yang disyaratkan untuk setiap posisi pekerjaan dalam
suatu perusahaan harus menggambarkan tingkat tanggung jawab terkait dengan posisi tersebut.

B. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko, komponen kedua dari pengendalian internal, merupakan proses
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan.
Tahapan yang paling kritis dalam menaksir risiko adalah mengidentifikasi perubahan kondisi
eksternal dan internal dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan. Contoh risiko yang relevan
dengan proses pelaporan keuangan termasuk perubahan dalam lingkungan operasi organisasi,
perubahan personel, perubahan sistem informasi, terknologi baru, perubahan dalam industri, lini
produk yang baru, dna regulasi, hukum atau peraturan akuntansi yang baru.

C. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan komponen pengendalian yang ketiga. Aktivitas
pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dibangun untuk membantu memastikan
bahwa arahan manajemen dilaksanakan dengan baik. Aktivitas pengendalian dapat berupa
pengendalian akuntansi yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal atau memadai
bahwa tujuan pengendalian tertentu tercapai untuk setiap sistem aplikasi yang material dalam
organisasi.

1. Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai
Prosedur otorisasi merupakan pengendalian yang memastikan bahwa karyawan
perusahaan hanya memproses transaksi yang sah dalam ruang lingkup otoritas yang telah
ditentukan. Misalnya, dalam sistem pembelian manual, pembelian persediaan dari pemasok yang
ditunjuk ketika tingkat persediaan mencapai titik pemesanan memerlukan otorisasi.
2. Pemisahan tugas
Dalam sebuah sistem manual, salah satu pengendalian yang penting adalah pemisahan
tugas-tugas yang bertentangan selama pemrosesan transaksi. Para individu diberikan tanggung
jawab untuk hanya melakukan aspek-aspek terbatas ransaksi untuk tiga ujuan berikut:
1) Otorisasi trnsaksi harus terpisah dari pemrosesan transaksi.
2) Penyimpanan aktiva harus terpisah dari tanggung jawab pencatatan aktiva.
3) Otorisasi harus disusun sedemikian rupa, sehingga tidak adanya penipuan.
Pengendalian internal yang baik mensyaratkan bahwa tidak ada pegawai yang diberi
tanggung jawab terlalu banyak. Seorang pegawai seharusnya tidak berada dalam posisi untuk
melakukan penipuan dan menyembunyikan penipuan atau kesalaha yang tidak disengaja.
3. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai
1) Desain dan penggunaan catatan yang memadai membantu untuk memastikan pencatatan
yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan.
2) Dokumen-dokumen yang mengawali sebuah transaksi harus memiliki ruang untuk
otorisasi.
3) Prosedur-prosedur berikut ini menjaga aset pencurian, penggunaan tanpa otorisasi, dan
vandalisme:
Mensupervisi dan memisahkan tugas secara efektif
Memelihara catatan aset, termasuk informasi, secara akurat
Membatasi akses secara fisik ke aset
Melindungi catatan dan dokumen
4. Penjagaan aset dan catatan yang memadai
Beberapa aset yang perlu diamankan dalam SIA adalah sebagai berikut:
Mesin kas
Lemari besi, kotak uang
Kotak pengaman simpanan
Area penyimpanan tahan api
Mengendalikan lingkungan
Pembatasan akses ke ruang komputer, file komputer, dan informasi
5. Pemeriksaan independen atas kinerja
Berbagai jenis pemeriksaan independen adalah:
1) Rekonsiliasi dua rangkaian catatan yang dipelihara secara terpisah
2) Perbandingan jumlah aktual dengan yang dicatat
3) Pembukuan berpasangan
4) Jumlah total batch, yaitu:
Jumlah total keuangan.
Jumlah total lain-lain adalah jumlah field yang biasanya tidak ditambahkan
Jumlah catatan adalah jumlah dokumen yang diproses.
Jumlah baris adalah jumlah baris data yang dimasukkan.
Uji kesesuaian baris dan kolom.
Banyak lembar kerja yang memiliki jumlah total baris dan kolom. Uji ini akan
membandingkan jumlah total dari setiap jumlah dalam baris, dengan jumlah total dari setiap
jumlah dalam kolom, untuk memeriksa apakah jumlah mereka sama.

Informasi dan Komunikasi
Merupakan komponen pengendalian internal yang keempat. Informasi mengacu pada sistem
akuntansi organisasi, yang terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi,
merangkai, menganalisis, mengelompokkan, mencatat, dan melaporkan transaksi organisasi dan untuk
memelihara akuntabilitas aktiva dan utang yang terkait.
Komunikasi terkait dengan memberikan pemahaman yang jelas mengenai semua kebijakan
dan prosedur yang terkait dengan pengendalian. Komunikasi yang baik membutuhkan komunikasi
oral yang efektif, manual prosedur yang memadai, manual kebijakan, serta berbagai jenis
dokumentasi yang lain.
Komunikasi yang efektif juga membutuhkan aliran arus informasi dalam organisasi yang
memadai. Informasi semacam ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja, membuat laporan
perkecualian, dan lain sebagainya.

Pengawasan
Pengawasan, komponen pengendalian yang kelima, melibatkan proses yang berkelanjutan
untuk menaksir kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta untuk mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan. Kualitas pengendalian dapat terganggu dengan berbagai cara, termasuk
kurangnya ketaatan, kondisi yang berubah, atau bahkan salah pengertian.
Pengawasan dicapai melalui aktivitas yang terus-menerus, atau evaluasi terpisah, atau
kombinasi keduanya. Tujuan fungsi audit internal adalah untuk melayani manajemen dengan
menyediakan bagi manajemen hasil analisis dan hasil penilaian aktivitas dan sistem seperti:
1. Sistem informasi organisasi
2. Struktur pengendalian internal organisasi
3. Sejauh mana ketaatan terhadap kebijakan operasi, prosedur, dan rencana
4. Kualitas kinerja personel organisasi

PENGANDALIAN PEMROSESAN TRANSAKSI
Pengendalian pemrosesan transaksi merupakan satu prosedur yang dirancang untuk
memastikan bahwa elemen proses pengendalian internal diimplementasikan dalam suatu sistem
aplikasi tertentu di setiap siklus transaksi organisasi. Pengendalian pemrosesan transaksi mencakup
pengendalian umum dan pengendalian aplikasi yang tujuannya adalah untuk meminimalisasi adanya
gangguan terhadap sistem informasi.

A. Pengendalian Umum
Merupakan pengendalian sistem informasi yang paling luar dan yang pertama harus dihadapi
oleh pemakai sistem informasi. Jika pengendalian umum dapat dilewati, maka pengendalian-
pengendalian aplikasi dapat diaktifkan. Pengendalian umum terdiri dari:
1. Pengendalian organisasi
Pengendalian organisasi yang baik dapat dicapai dengan cara adanya pemisahan tugas dan
tanggungjawab yang tegas sehingga kesempatan untuk melakukan gangguan sulit diperoleh.
Terdapat beberapa fungsi utama yang harus dipisahkan tugas dan tanggung jawabnya yaitu bagian
pengontrol data, bagian yang mempersiapkan data, bagian operasi komputer, bagian pustaka data,
bagian pemrogram dan pengembangan sistem, dan bagian pusat informasi.
2. Pengendalian dokumentasi
Dokumentasi dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan
informasi tentang suatu objek. Dokumentasi dapat berisi tentang deskripsi, penjelasan, bagan alir,
daftar-daftar, cetakan hasil komputer, contoh-contoh objek dari sistem informasi. Pengendalian
dokumentasi penting untuk keperluan seperti mempelajari cara pengoperasian sistem, sebagai
bahan penelitian, dasar pengembangan sistem lebih lanjut, dasar dalam melakukan modofikasi
dan perbaikan sistem dimasa yang akan datang, dan materi acuan bagi auditor dalam melakukan
pemeriksaan.
3. Pengendalian perangkat keras
Pengendalian perangkat keras komputer merupakan pengendalian merupakan pengendalian
yang sudah dipasang di dalam komputer (built in) oleh pabrik pembuatnya. Pengendalian ini
dimaksudkan untuk mendeteksi kesalahan atau tidak berfungsinya perangkat keras. Pengendalian
perangkat keras dapat berupa pemeriksaan pariti, pemeriksaan gaung, pemeriksaan baca setelah
rekam, pemeriksaaan baca ulang, dan pemeriksaaan validitas.
Gangguan terhadap perangkat keras dalam pengoperasian sistem informasi dapat dicegah dengan
cara, (1) menyediakan perangkat keras cadangan yang akan digunakan jika perangkat keras utama
mengalami kerusakan atau macet, penggunaan cadangan ini dikenal dengan dual processor computer,
(2) membeli asuransi jika perangkat keras rusak maka akan diganti oleh pihak asuransi.
4. Pengendalian keamanan fisik
Dilakukan untuk menjaga keamanan terhadap perangkat keras, perangkat lunak dan user
(manusia) di dalam perusahaan. Hal-hal yang menyebabkan tidak amannya fisik sistem
diantaranya adalah pencurian, sabotase, kegagalan arus listrik yang dapat merusak basis data, api,
temperatur yang terlalu panas (overheating), debu, dan bencana alam.
Pengendalian keamanan fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
Pengawasan terhadap pengaksesan fisik atau pembatasan akses terhadap sistem informasi
Pengaturan lokasi fisik
Penerapan alat-alat pengamanan
Stabilizer
AC untuk mengatur temperatur dalam ruangan
Pendeteksi kebakaran

5. Pengendalian keamanan data
Menjaga integritas dan keamanan data merupakan pencegahan terhadap keamanan data yang
tersimpan di simpanan luar supaya tidak hilang, rusak, dan diakses oleh orang yang tidak berhak.
Beberapa cara pengendalian untuk keamanan data yang dapat diaplikasikan adalah dipergunakan
data log, proteksi file, pembatasan pengaksesan, data back-up atau recovery.
6. Pengendalian komunikasi
Jika sistem menggunakan suatu network komunikasi untuk mentransmisikan data dari suatu
tempat ke tempat lain, analis sistem harus memikirkan pengendalian untuk ini. Pengendalian
komunikasi dimaksudkan untuk menangani kesalahan selama proses transmisi data dan untuk
menjaga keamanan dari data selama pengiriman data tersebut.

B. Pengendalian Aplikasi
Merupakan pengendalian-pengendalian yang dipasang pada pengolahan aplikasinya yaitu
pengendalian pada tahap masukan, pengendalian pada tahap pengolahan atau proses dan
pengendalian pada tahap keluaran.
1. Pengendalian masukan
Pengendalian pada tahap masukan mempunyai tujuan untuk meyakinkan bahwa data transaksi
yang valid telah lengkap, terkumpul secara keseluruhan dan terbebas dari kesalahan sebelum
masuk ke proses pengolahan. Pengendalian masukan ini sangat penting karena input yang salah
tentunya akan menghasilkan output yang salah, sehingga pada tahap masukan data harus benar-
benar terbebas dari kesalahan.
Pengendalian masukan mencakup dua tahap yaitu tahap penangkapan data (data capture)
terdapat beberapa proses pengendalian yaitu mengecek penomoran dokumen dasar apakah
menggunakan nomor urut tercetak atau tidak, memaksimumkan masing-masing field pada
dokumen dasar, pengkajian ulang data, dan melakukan verifikasi data, tahap kedua pemasukan
data (data entry) berupa beberapa pengendalian yaitu echo check, existence check, matching
check, field check, sign check, relationship check, limit check, range check, self-checking digit
check, sequence check, label check, bath control total check, and zero balance check.
2. Pengendalian pengolahan
Pada pengendalian pengolahan terdapat tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mencegah
kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses pengolahan data yang dilakukan setelah data
dimasukkan ke komputer. Kesalahan-kesalahan pada pengolahan pada umumnya disebabkan
oleh: overflow (terjadi jika pengolahan menghasilkan perhitungan yang nilainya terlalu besar atau
kecil sehingga tidak mampu tersimpan di memori komputer), kesalahan logika program, logika
program yang tidak lengkap, penangan pembulatan yang salah, kesalahan akibat kehilangan atau
kerusakan record, kesalahan dalam urutan data, kesalahan data di file acuan, dan kesalahan proses
serentak. Untuk mengecek kesalahan tersebut dilakukan pengendalian berupa pengecekan-
pengecekan kesalahan seperti : control total check, matching check, reference file check, limit and
reasonable check, crossfooting check, and record locking.
3. Pengendalian keluaran
Pengendalian keluaran dimaksudkan untuk kedua macam bentuk keluaran yaitu keluaran
dalam bentuk hard copy dan pengeluaran dalam bentuk soft copy. Baik keluaran berupa hard copy
maupun soft copy tersebut memiliki tahapan masing-masing dan untuk setiap tahapan tersebut
memiliki pengendalian tersendiri yang tujuannya adalah untuk menghasilkan keluaran yang
benar-benar terbebas dari kesalahan-kesalahan.

Sumber:
1. George H. Bodnar, William S. Hopwood. 2006. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 9.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
2. Jogiyanto, H.M. 2009. Sistem Informasi Berbasis Komputer, Edisi 2. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.

You might also like