You are on page 1of 7

FENOMENAKARTINI DEVISA

WAJARKAH?
TKI menyumbangkan devisa yang besar bagi negara? Wah, betapa besar peranan
mereka bagi bangsa dan negara. Mereka merupakan pahlawan devisa (tanpa tanda
jasa) yang entah sudah terjamin ataukah belum kehidupannya di Negara
perantauan mereka nun jauh disana. Terkadang jaminan keamanan yang masih
kelabu mereka terjang demi mengais pundi-pundi rupiah, mengadu nasib di
Negeri rantau, karena Negeri sendiri sundah menelantarkan harapan mereka.
Pantaskah perlakuan itu?
Indonesia adalah Negara yang berpotensi untuk menjadi Negara maju, ibu pertiwi
yang kaya akan budaya dan sumber daya alamnya menggelitik benak, mengapa
indonesia masih begini-begini saja. Disaat emansipasi wanita sudah lama
disuarakan, wanita Indonesia tak seterkukung dulu. Selayaknya Indonesia bisa
mengoptimalkan sumberdaya itu, tetapi apa yang terjadi? Mencari lapangan
pekerjaan di Indonesia seperti mencari siput di tumpukan garam, jarang dan sulit.
Harapan besar warganya yang mereka gantungkan kepada nagari gemah ripah loh
jinawi ini, sebagian besar pupus. Bukan karena kondisi Negeri kita, tetapi
pemanfaatan kekayaan alam Indonesia yang belum optimal di segala bidang oleh
petinggi-petingginya. Pilihan terakhir adalah menjadi pahlawan devisa, menjadi
seorang rantau yang harus bekerja di lokasi yang jauh dari sanak saudara.
Bayangkan, betapa sulitnya mereka harus menetapkan pilihan menjadi seorang
TKI, di tambah lagi dengan cerita yang menyedihkan tentang nasib para TKI
sebelum mereka. Fakta oleh Badan Pusat Statistik, jumlah TKI terbesar berjenis
kelamin perempuan atau biasa kita sebut sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW).
Itu membuktikan bahwa emansipasi itu terpaksa dimanfaatkan untuk hal-hal yang
beresiko, para TKW ini berangkat bekerja dengan harapan besar agar dapat
memakmurkan kehidupan mereka secara finansial di Indonesia.
Perjuangan wanita berintelek tinggi di Indonesia, sehingga mereka bisa
memimpin sebuah perusahaan, sukses dalam bidang spesialisasi mereka adalah
hal biasa yang menjadi perbincangan. Seringkali mereka di undang ke berbagai
seminar, untuk menceritakan kisah hidup mereka. Tetapi, apakah kita tidak lebih
tertarik mendengar jeritan para wanita tingkat menengah kebawah
memperjuangkan hidup mereka tanpa bisa menduduki bangku sekolah yang
tinggi?Tanpa memiliki keterampilan yang ada, dan mereka tetap harus
memperjuangkan hidup mereka esok. Perjuangan wanita seperti mereka lah yang
layak untuk disimak, agar kita tahu wanita Indonesia ini perlu di perjuangkan hak
mereka, agar tidak terus menjadi tumbal bagi dunia per-TKW-an Indonesia.
Menurut Titus Sasmoko yang sering berurusan dengan TKI wanita atau TKW,
alasan utama seorang perempuan memilih untuk mengubah nasib di negeri orang
adalah tidak adanya kondisi ekonomi yang kondusif di daerah asalnya. Kondisi
dimana agrikultur adalah susah untuk dijalani, dan bekerja serabutan tidak akan
menambah penghasilan dengan signifikan, ditambah dengan fakta bahwa suami-
suami para TKW ini tidak berpenghasilan yang mencukupi. Satu hal yang diakui,
memasukkan anak ke dalam iklim akademia pendidikan dasar adalah hal yang
memberatkan secara finansial.
Pilihan beresiko yang mereka ambil itu bukanlah tanpa alasan, ketika Negara
tanah tumpah darah mereka sudah mengatakan tidak pada kemakmurannya,
maka jalan itu yang terpaksa mereka pilih.
Essay ini dibuat sebagai bahan pertimbangan, sudah pantaskah moratorium
terhadap malaysia dan arab saudi diberlakukan? Harus kah TKW dari indonesia
adalah mereka yang bodoh, sehingga mudah dibodohi, yang lugu sehingga mudah
ditipu, yang penakut sehingga mudah diperdaya? Dan tidak bisakah kita
mengubah mainset dunia tentang Indonesia? Bukan Indonesia yang kaya akan
TKW-nya tapi Indonesia yang kaya akan sumber dayanya.
Perjuangan para TKW ini akrab dengan kasus yang mengerikan, seperti
pemerkosaan dan penganiayaan. Baru-baru ini ada kasus mengenai seorang TKW
yang di perkosa oleh 3 orang polisi di Malaysia. Dan banyak lagi fakta di
lapangan yang kita dapatkan, mengenai malangnya nasib TKW Indonesia di Arab
Saudi. Ketika majikan dan kontrak kerja sudah didapat, maka rutinitas membantu
rumah tangga dimulai. Menurut Titus Sasmoko narasumber yang paham betul
mengenai seluk beluk per-TKI-an di Arab Saudi ini, dibalik jubah megahnya,
negara itu menyimpan banyak cerita seram mengenai perlakuan terhadap TKI.
Sebagai contoh, tenaga kerja bukanlah seorang yang diperhitungkan oleh
kemampuan kerjanya, namun secara keseluruhan sebagai manusia. Seorang
pembantu adalah milik majikan seutuhnya, bukan hanya tenaga kerjanya.
Mengenai cerita-cerita penganiayaan secara seksual yang sering diberitakan,
sebetulnya itu karena pria-pria Arab menyukai tubuh wanita Asia yang bekerja
disana. Tidak membebat kain di midriff area oleh perempuan Arab sehabis
melahirkan diduga menjadi penyebab melarnya tubuh, sehingga lelaki Arab
tergiur tubuh langsing seorang TKW.
Oleh karena itu, tidak jarang seorang TKW membawa pulang ke tanah air, anak
yang wajahnya tidak Indonesia. Karena di Arab Saudi, TKW tidak pernah bisa
kabur, apabila mereka kabur maka mereka berstatus tahanan Musykil (tahanan
yang berkewajiban dipenjara sampai waktu yang tidak ditentukan). Dengan
impian memakmurkan keluarganya di Indonesia, malah mereka menghadapi
kenyataan hidup yang sulit.
Belum lama ini BPN2TKI memberlakukan moratorium para TKW untuk
Malaysia dan Arab Saudi. Sejumlah perusahaan jasa pengerah tenaga kerja
Indonesia (PJTKI) di kawasan Condet, Jakarta Timur, mengaku merugi. Kerugian
mencapai ratusan juta rupiah. Selain itu, kebijakan tersebut mengakibatkan
penurunan devisa.
Presiden Direktur PT Inti Jafarindo, Jaffar Manan, mengungkapkan pihaknya
kehilangan pemasukan. Biasanya dalam sebulan perusahaan bisa meraup omzet
Rp 300-500 juta dari pengiriman TKW ke Arab Saudi, katanya. Dia
menambahkan, pengiriman TKW ke luar negeri merupakan salah satu sumber
devisa terbesar bagi Indonesia. Setiap bulan saja bisa menambahkan devisa negara
sekitar Rp 2 triliun.
Dalam setahun pengiriman TKW ke luar negeri menghasilkan devisa negara
hingga Rp 36 triliun. Sebagian besar disumbangkan dari pengiriman TKW ke
Arab Saudi.
Direktur Operasional PT Pulra Al-Irshad Mandiri, Gusti Ketut Pujangga
mengungkapkan, kebijakan menghentikan TKW ke Arab Saudi itu memaksa
pihaknya merumahkan para karyawan. Belum lagi visa TKW ke Arab Saudi yang
sudah terkirim ke Indonesia, tetapi para calon TKW tidak bisa berangkat.
Moratorium ini sebagai tindakan tegas pihak Indonesia kepada Negara yang
bersangkutan agar memberi jaminan keamanan yang pasti kepada para TKW
Indonesia. Namun, pemberlakuan moratorium ini akan meningkatkan pengiriman
TKW secara ilegal, karena kerugian yang harus diminimalisir oleh para PJTKI
Indonesia. Hal ini malah menunjukkan betapa lemahnya hukum di Indonesia.
Menyangkut dengan perjuangan para Kartini devisa ini, permasalahan demi
permasalahan seakan berbaris memanjang meminta untuk di selesaikan. Haruskah
TKW kita di kirim hanya untuk menjadi buruh? Buruh kasar, pekerja pabrik, dan
para pembantu rumah tangga. Sementara Indonesia mendatangkan para intelek
dari luar untuk menjalankan sistem perindustriannya.
TKW, Tenaga Kerja Wanita. Bukanlah TKR (Tenaga Kerja Rendahan). Salahkah
apabila kita mengoptimalkan sumber daya mineral yang ada?kekayaan alam
Indonesia dan mineral yang dimilikinya menjadi salah satu penyubang devisa
terbesar bagi Indonesia. Meskipun tidak dapat menandingi sumbangan devisa dari
pengiriman TKI. Hal tersebut dikarenakan mineral Indonesia di ekspor dalam
bentuk bijih dan kekayaan alamnya di ekspor dalam bentuk mentah. Oleh karena
itu harganya masih rendah, dan sumbangan devisa untuk negara juga belum
banyak. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mensejahterakan para kartini
devisa ini.
Yang pertama adalah Indonesia harus memperkenalkan kepada dunia, bahwa
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdayanya, bukan Indonesia yang
kaya akan sumber tenaga kerjanya. Indonesia bisa memaksimalkan sumber daya
mineral yang ada, dengan tidak mengekspor dalam bentuk bijih melainkan di olah
dalam bentuk setengah jadi baru di ekspor ke Negara lain. Upaya ini juga
didukung oleh Undang-Undang ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) No. 7
Tahun 2012 Tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan
pengolahan dan pemurnian mineral. Indonesia bisa memaksimalkan sumber daya
tersebut, dan memakmurkan rakyatnya terutama para wanita di Indonesia.
Pemaksimalan sumber daya tersebut dapat membukakan lapangan pekerjaan bagi
wanita-wanita indonesia tanpa harus mengadu nasib ke negara tetangga.
Dalam Undang-Undang ESDM No. 7 Tahun 2012 memuat tentang peraturan
mengenai sumber daya mineral Indonesia. Terhitung dari awal 2014 nanti,
perusahaan tambang di Indonesia tidak boleh lagi mengekspor bahan tambang
dalam bentuk bijih, melainkan harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut dapat
mendukung tercipta kemakmuran secara finansial dikalangan wanita Indonesia.
Pengadaan pabrik industri pengolahan bijih mineral dapat membuka lowongan
pekerjaan secara besar-besaran, sehingga menurunkan angka pengangguran di
Indonesia.
Jalur antara pertambangan mineral dan pabrik pengolahannya dapat di bangun
secara tidak langsung. Di sekitar pabrik atau pertambangan wanita-wanita
indonesia dapat menjalankan bisnis kecil-kecilan seperti membuka warung kopi
atau kost-kost-an untuk menginap. Karena para karyawan yang berperan di
kantor nya pada lokasi pertambangan seringnya adalah orang-orang dari luar
kota. Untuk jalur akses yang lebih cepat, infrastruktur antara pertambangan dan
pabrik pengolahannya pasti terus akan di perbaiki. Hal tersebut akan berdampak
positif bagi warga desa daerah pertambangan, terutama para wanitanya. Karena
pendirian industri tersebut akan membuat mereka tidak perlu memilih antara
keluarga atau pekerjaan. Karena hal tersebut bisa di jalani secara bersamaan.
Wanita Indonesia. Dari rahimnya, akan terlahir para petinggi-petinggi pembela
negeri ini. Biarkan mereka berkembang dengan baik di Negaranya, berikan
mereka rasa aman seperti yang mereka butuhkan. Lindungi mereka, wujudkan
Indonesia sebagai Negara maju dengan mengedepankan kaum wanitanya yang
akan melahirkan generasi muda penerus bangsa. Israel mengedepankan wanita
yang sedang hamil agar mereka cuti bekerja selama kehamilannya. Selama itu
juga wanita hamil tersebut di ajarkan berbagai keahlian, bahasa, dan ilmu
pengetahuan agar anak yang dilahirkannya cerdas. Terbukti sudah. Sejauh ini apa
yang Indonesia berikan untuk wanita Indonesia?
Apabila dijalani dengan sungguh-sungguh, Indonesia tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk membentuk negara Indonesia sebagai penghasil bahan tambang
mineral yang besar, dengan sumbangan devisa yang besar. Secara perlahan,
Indonesia dapat mengurangi jumlah pengiriman TKW dari Indonesia sebagai
pembuktian bahwa Indonesia memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap
kelangsungan hidup dan keamanan wanita Indonesia.







DAFTAR PUSTAKA

Annisa Fatin, Najla (2012), Malangnya Nasibmu, Wahai Pahlawan
Devisa, 02 Desember. From :
http://politik.kompasiana.com/2012/12/02/malangnya-nasibmu-wahai-
pahlawan-devisa-512917.html
Badan Pusat Statistik Pemerintah Kota Pontianak.
Hidayatulloh, Poempida(2012), TKI Bukan Pahlawan Devisa (Harian
Tribun), 22 November.
Sasmoko, Titus (2012), TKW: tentang sebuah percakapan dipagi hari.
From: http://heydiaspora.com/tentang-tkw-sebuah-percakapan-di-pagi-hari/
Syamsudin, Aziz (2011), TKI dan HAM. 30 Juni. From :
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=281812
Wijaya, Dede(2011), Dilema TKI, HAM, Moratorium dan Devisa. 9 Juli.
From : http://dedewijaya.wordpress.com/2011/07/09/dilema-tki-ham-
moratorium-dan-devisa/
Wirastaria (2012), Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Naik 0,85%.from :
http://inilah .com/, 5 November.

You might also like