Immuno-afinitas Pemurnian Sel Serangga yang diambil dari Glycoprotein Virus Rabies
menggunakan konformasi spesifik antibodi monoklonal
Abstrak Rabies adalah penyakit sistem saraf yang dapat menyebabkan ensefalitis dengan hasil fatal. Epitop bertanggung jawab pada glikoprotein (G) virus rabies (RV) untuk menginduksi antibody virus yang pada akhirnya diperlukan untuk mendapatkan perlindungan yang lengkap dari tantangan virus. Oleh karena itu, kemampuan teknik kromatografi diperlukan untuk memurnikan rekombinan glikoprotein virus rabies (rRVG) tanpa mengubah imunogenik epitopnya. Penelitian ini menekan pada kemurnian dari rRVG yang menggunakan konformasi RVG yang spesifik, seperti mAb, M5B4, dimana ikatannya dari ikatan G asli yang terlipat. mAb menunjukkan interaksi kinetik yang signifikan dengan RVG. Immobilis mAb bergerak ke NHS untuk mengaktifkan Sepharosa 4 aliran cepat yang digunakan untuk pemurnian rRVG oleh immuno-afinitas kromatografi (IAC). Ikatan rRVG dielusi didalam IAC menggunakan 0,1 M glisin dengan pH 2,5 dan identitas dimurnikan protein dikonfirmasi oleh MALDI-TOF. Kemurnian rRVG oleh IAC diinduksi oleh respon antibodi dan 83% tikus yang diimunisasikan diproteksi melawan virus rabies intra-serebral. Hasil menunjukkan bahwa mAb adalah metode berbasis IAC yang dapat menjadi teknik pemurnian yang efektif untuk merancang rRVG dengan tingkat kemurnian yang signifikan.
PENDAHULUAN
Rabies adalah salah satu penyakit zoonosis utama dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terpenting pada Negara berkembang. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies (RV) dan ditandai dengan progresif akut ensefalitis. Envelop glikoprotein (G) dari RV, adalah antigen utama yang bertanggung jawab untuk patogenesitas virus dan merupakan satu- satunya target untuk menetralisir antibody. (Dietzchold et al, 1978;. Badrane dan Tordo 2001). Kemajuan dalam teknologi rekombinan telah menimbulkan perkembangan subunit dan Vaksin DNA berdasarkan glikoprotein virus rabies (RVG) (Yelverton et al, 1983;. Fu et al, 1993.; Xiang et al, 1994;. Sakamoto et al, 1999;. Biswas et al, 2001;, Ramya et al,. Gupta et al, 2005.. 2011). Dengan demikian, pemurnian RVG tanpa konformasi epitop sangat diperlukan untuk mendapatkan perlindungan terhadap tantangan virus. Padahal, ada banyak metodologi kromatografi untuk pemurnian RVG yang tersedia. Kromatografi afinitas immuno-(IAC) melibatkan pergerakan biologis atau sintetis ligan ke resin inert dan menghasilkan biospecific adsorben yang akan memiliki afinitas tinggi untuk senyawa tunggal. Teknik IAC menggunakan antibodi monoclonal (mAbs) yang cocok untuk pemurnian protein dari berbagai zat biologis (Santucci et al., 1990). Protein rekombinan dimaksudkan untuk tujuan vaksinasi dan tidak boleh mengandung setiap tag afinitas dan dengan demikian, metode IAC dapat menjadi alternatif yang cocok untuk pemurnian tagfree RVG rekombinan (rRVG) untuk digunakan sebagai calon vaksin. Santucci et al. (1990) telah melaporkan bahwa IAC menggunakan antibodi antipeptide sebagai metode spesifik dan sensitif yang tinggi untuk pemurnian. Dalam penelitian ini, pemurnian sel serangga dinyatakan dan dievaluasi dengan menggunakan sebuah RVG situs III yang spesifik. Imunogenisitas dan efektivitas terhadap perlindungan dari IAC dimurnikan rRVG dievaluasi pada tikus. Material dan Metode Sel, Virus, Antibodi, dan Binatang Derivat sel vero, beta propiolakton (BPL) merupakan antigen virus (PV strain) tidak aktif yang diperoleh dari Human Biologicals Institute. Udhagamandalam, India menggunakan untuk mengisolasi RVG asli. Challenge virus standard (CVS) yang diperoleh dari Federal Vaccine Institute telah diujikan pada tikus. Strain RV CVS 11 yang diperoleh dari Agence Francaise De Securite Sanitaire Des Aliments, Francis dan Sel Neuro-2a diperoleh dari ATCC, USA telah digunakan dalam Rapid fluorescent focus inhibition Test (RFFIT) untuk menentukan respon antibodi. Sebuah sel Spodoptera frugiperida (Sf9) diperoleh dari Ingenasa, Spanyol yang telah digunakan untuk memproduksi rRVG. Sisi RVG III spesifik untuk mAb, M5B4 (Nagarajan et al.,2006) yang digunakan dalam IAC dan ELISA. Tikus albino swiss (berat 12-15 g) dengan dua jenis kelamin, diperoleh dari National Institute of Nutrition (NIN), Hyderabad, India digunakan untuk menilai imunogenisitas dan kemampuan protektifnya. Tantangan percobaan yang dilakukan di Biosafety tingkat II pada fasilitas percobaan untuk bintang kecil, Indian Immunologicals Limited (IIL), Hyderabad, India mengikuti pedoman Komite Etik Institute Hewan.
Pengukuran Afinitas Konstan mAb-M5B4 dengan BIAcore Afinitas konstan mAb (M5B4) dengan RVG asli telah diukur pada suhu ruang (23-25 o C) menggunakan BIAcore 3000 SPR biosensor (GE, Swedia) seperti yang dijelaskan sebelumnya (Kim et al., 2003;2006). Singkatnya, carboxymethylated dextran matrix (CM-5 chip) diaktifkan dengan mencampur 1-etil-3-(3-dimetillaminopropil) carbodilamid (EDC;0,05 M) dan N-hidroksisukinimid (0,2 M). RVG di imobilisasi ke permukaan aktif dektran menggunakan 10 mM sodium asetat pada pH 4-5,5 dengan kecepatan alir 10 l/min. mAb (M5B4) terdilusi (diencerkan) dalam PBS sampai konsentrasi 2 nM, 4 nM, 6 nM, 8 nM dan 1 M dan dinjeksikan satu persatu dengan kecepatan alir 30 l/menit (Gil et al., 2002). Antigen terkait (yeast (ragi) diekspresikan sebgai HBsAg) dimobilisasikan ke dalam kontrol saluran bawah pada kondisi yang sama untuk menormalkan instrument dan penyangga artefak (artifacts buffer). Disosiasi dan konstanta laju asosiasi diperoleh dari analisis statistik data menggunakan Evaluasi Sofware BIAcore (BIAevaluation versi 4.1) yang disediakan oleh pabrik/produser.
Penyiapan Resin Afinitas-Imunitas Pengkoplingan mAb dengan resin mAb (M5B4) diimobilisasikan ke dalam NHS- aktif Sepharose 4 fas flow TM (GE Healthcare, Sweden) mengikuti prosedur yang direkomendasikan oleh pabrik/produsen dengan sedikit modifikasi (Gallant etal., 2008). Singkatnya, mAb didialisis terhadap kopling penyangga (0,2 M sodium bikarbonat, 0,5 M NaCl, pH 8.3). Kovalennya digabungkan dengan resin satu per satu secara hati-hati, pencampuran pada suhu 25 o C selama 4 jam dan pasangan matrik dikemas dalam sebuah kolom kosong. Efisiensi pengkoplingan (), ditentukan dengan metode tidak langsung seperti yang dijelaskan oleh Hernandez et al. (2001) dengan rumus; % = / x 100, dimana adalah jumlah pasangan protein yang ditentukan sebagai perbedaan antara jumlah ligan sesungguhnya atau mAb dan adalah jumlah yang terdeteksi dalam fraksi pembilasan setelah pengkoplingan. Kolom disimpan pada suhu 2-8 0 C dalam 20 % etanol sampai digunakan lebih lanjut.
Evaluasi Kebocoran Ligan Jumlah kebocoran ligan atau kepadatan kopling diukur oleh dimediasi antibodi pada ELISA (Subramanian et al., 1994). Plat polistirena dilapisi dengan antigen murni dari PV strain RV (500 ng / well) pada suhui 2-8 o C. Plat dicuci dan disumbat dengan 1 % bovine gelatin dalam PBST dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 1 jam. Plat dicuci lagi dan fraksi dibersihkan dari pasangan matrik (yang mungkin mengandung mAb tidak berpasangan). Plat diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37 0 C. Selanjutnya dicuci lagi dan ditambahkan goat anti-mouse IgG-HRPO. Reaksi ini dikembangkan menggunakan substrat kromogen aktif (TMB) dan peningkatan warna diukur dengan detector ELISA pada panjang gelombang 450 nm.
rRVG untuk Pemurnian Imuno-Afinitas rRVG ini dinyatakan dalam sel Sf9 dan kuantitas dari rRVG yang terdapat dalam fraksi larut diukur dengan menggunakan immunocapture (IC)-ELISA sebagaimana dijelaskan sebelumnya (Ramya et al., 2011). Secara singkat, sel-sel Sf9 yang terinfeksi dengan baculovirus rekombinan memiliki kaset ekspresi RVG pada MOI dari 4. Sel-sel yang dipanen 72 jam pasca infeksi dan dicuci tiga kali dengan PBS. Sel pellet itu lisis menggunakan buffer lisis diformulasikan dengan 50mM Tris-HCl, 150mm NaCl, 4mm EDTA (pH 7,4), 10% DMSO dan 0,6% CHAPS deterjen. Campuran itu kemudian diinkubasi selama 30 menit pada tahap akhir pada suhu 23-25 o C. Akhirnya, lisat tersebut dijernihkan, disaring dan didialisis dengan PBS (pH 7,2).
Optimasi kondisi penyangga elusi untuk IAC dengan ELISA Elusi penyangga untuk pemulihan optimal rRVG terikat ditentukan dengan menggunakan metode ELISA. Pelat microtitre dilapisi dengan konsentrasi yang diketahui berlabel mAb-M5B4 dan diinkubasi selama di 2-8 0 C. Sumur dicuci tiga kali dengan PBST dan diblokir selama 1 jam pada suhu 37 0 C dengan menggunakan 1% gelatin sapi di PBST. Dilarutkan rRVG ke dalam sumur dan membuat dua seri pengenceran. Acuan baku di rumah (IRS) dengan konten G dikenal juga termasuk dalam ELISA. Plate diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 0 C. Sumur dicuci tiga kali dengan PBST dan diinkubasi dengan berbagai reagen elusi: a. 0,1 M glisin-HCl, pH 2,5 b. 0,2 M glisin HCl, pH 3,5 c. 0,1 M natrium bikarbonat, pH 8.0 d. 8 M urea, pH 7,0 e. PBS, pH 7,0 (kontrol negatif) selama 15 menit pada suhu 37 0 C. Sumur dicuci tiga kali dengan PBST dan diinkubasi dengan terbiotinilasi mAb-M5B4 selama 1 jam pada suhu 37 0 C. Hal ini diikuti dengan penambahan streptavidin-peroksidase konjugasi dan mengeram selama 1 jam pada 37 0 C. Reaksi warna enzimatik dikembangkan menggunakan larutan kromogen dan absorbansi dibaca pada ELISA dengan panjang gelombang 450 nm. RVG yang terikat dielusi dari berbagai kelompok perlakuan dan dihitung menggunakan kurva standar yang diperoleh untuk IRS. Jumlah RVG recorvered setelah perawatan penyangga diperkirakan dengan membandingkan jumlah RVG terikat pada kontrol negatif (PBS). Elusi penyangga IAC dipilih dari buffer yang menunjukkan persentase yang lebih tinggi dari recovery protein yang terikat.
Optimalisasi Kromatografi Immunoaffinity Lisat sel akan melewati matriks immunoadsorbent dengan laju alir 1 ml/menit yang diikuti dengan waktu tinggal 30-60 menit. Sampel diaplikasikan dua kali dan protein yang terikat dikumpulkan melalui aliran. Kolom dicuci dengan volume kolom 5- 10 dari PBS pada tingkat aliran 2ml/menit. Ikatan rRVG dielusi dengan 0,1 M glisin, pH 2,5 dengan laju alir 1 ml / menit dan elusi dinetralkan dengan 1/10 th volume 1 M Tris- HCl, pH 8.6. Kolom kemudian dicuci dengan 10 volume kolom PBS dan disimpan dalam etanol 20% pada 2-8 0 C sampai digunakan lebih lanjut. Analisis pemurnian immuno afinitas rRVG Elusi fraksi dari IAC diuji untuk rRVG kuantitas dengan IC-ELISA. The rRVG di elutes dikumpulkan dihitung menggunakan IC-ELISA. Kemurnian protein dianalisis dengan SDS-PAGE. Ligan yang kebocoran selama elusi juga dianalisis oleh antibodi dimediasi ELISA seperti yang dijelaskan sebelumnya. Imunogenisitas dan efektivitas pelindung dari IAC dimurnikan rRVG Imunogenik milik IAC dimurnikan oleh rRVG dan dianalisis pada tikus albino Swiss (12 sampai 15 g berat badan). Tikus diimunisasi dengan 0,4 mikrogram dari algel adjuvanted IAC dimurnikan rRVG oleh intraperitoneal rute dua kali pada hari ke-0 dan hari ke-14. Tikus pada kelompok kontrol diinokulasi dengan formulasi plasebo. Tujuh hari pasca imunisasi booster, serum dikumpulkan dan RV dan menetralisir antibodi (RVNA) titer ditentukan oleh RFFIT. Secara singkat, berbagai pengenceran uji dan referensi sera (Standar rabies immunoglobulin, SRIG, NIBSC, UK) dicampur dengan 50 FFD50 dari CVS-11 strain RV dan diinkubasi pada 37 0 C dengan adanya 5% CO 2 selama 90 menit. Setelah dalam masa inkubasi, sel Neuro-2a ditambahkan ke campuran dan diinkubasi lagi selama 20 jam pada 37 0 C dengan 5% CO 2 . Lembar sel kemudian difiksasi dengan aseton dan menggunakan anti-RV nukleokapsid mAb terkonjugasi dengan FITC (Chemicon, USA). Berdasarkan keberadaan virus unneutralized di berbagai pengenceran, titer dinyatakan sebagai kebalikan dari pengenceran yang menetralkan 50% dari virus ditambahkan. Titer antibodi dari sampel serum dinyatakan sebagai IU / ml dibandingkan dengan titer titik akhir 50% diperoleh untuk NIBSC standars serum.
Efektivitas perlindungan dari rRVG dimurnikan dianalisis dengan menantang tikus percobaan intracerebrally (i / c) pada hari ke-28 pasca imunisasi dengan 30 LD 50 dosis CVS strain RV. tikus diamati untuk perkembangan gejala khas rabies setiap hari selama 14 hari pasca tantangan. Kematian tikus dalam 48 jam pertama setelah inokulasi dianggap non-spesifik dan mereka tikus dihilangkan dari penelitian. Akhirnya, perlindungan persentase dihitung untuk semua kelompok eksperimental
HASIL
analisis BIAcore
mAb yang mengikat RVG native yang terlipat di site antigenik III (M5B4) akan digunakan dalam penyiapan adsorben immuno untuk memurnikan rRVG. afinitas konstan mAb dievaluasi menggunakan BIAcore immunoassay dan mAb memiliki nilai KD 2,06 x 10-7 M, ini menunjukkan interaksi signifikan antara kinetic dengan antigen pada konsentrasi nanomolar (Gambar 1).
Immuno-afinitas pemurnian rRVG
mAb digerakkan pada konsentrasi protein 10 mg / ml pada NHS yang diaktifkan oleh Sepharosa 4 Aliran cepat dan pada pH 8.3. Jumlah antibodi yang tidak berpasangan(pasca-coupling dan memblokir) dan peluluhan dari gabungan mAb selama proses pemurnian diukur menggunakan antibodi yang diperantarai oleh ELISA. Sekitar 93-95% dari antibodi adalah gabungan dari matriks yang diaktifkan dan dari peluluhan mAb dalam kolom whases dan elusi yang diukur dengan ELISA minimal. Komposisi buffer elusi dipilih dari berbagai buffer dan efisiensi yang dianalisis dengan cara mengukur unrecovered terikat rRVG menggunakan IC-ELISA. Hasilnya telah menunjukkan bahwa 0,1 M glisin (pH 2,5) dan 0,2 M glisin (pH 3,5) telah dielusi sekitar 80% dan 40% dari masing-masing rRVG terikat. Sedangkan 0,1 M natrium bikarbonat (pH 8,0) dapat mengelusi hanya 10% dari rRVG terikat. Lubang sumuran ditambah urea 8M menunjukkan OD ELISA yang sangat rendah sebagai urea, ini mungkin karena denaturasi dari rRVG terikat (Gambar 2). Sepuluh pemurnian yang berbeda berjalan dengan berbagai konsentrasi rRVG konten yang dilakukan dalam tiga volume tempat yang berbeda dari pasangan gel untuk mengevaluasi konsistensi dalam kinerja. Pada rata-rata, tingkat pemulihan > 90% diperoleh dengan dinamis mengikat kapasitas resin menjadi 40g dari rRVG per ml
Gambar. 1. Sensorgram assay BIAcore menunjukkan kinetik mengikat kurva RVG dengan konsentrasi yang berbeda dari mAb-M5B4 (2 nM, 4 nM, 6nm, 8 nM dan 1M) ditunjukkan oleh warna yang berbeda. The mAb telah menunjukkan afinitas konstan 2.06 x 10-7 M pada kesetimbangan.
Gambar. 2. pemulihan rRVG dengan buffer elusi yang berbeda ditunjukkan oleh IC-ELISA. rRVG itu diambil pada Plat ELISA menggunakan mAb, M5B4 dan berbagai buffer elusi yang diuji untuk kemampuan mereka masing masing untuk mengelusi antigen terikat. Persentase pemulihan rRVG terikat dihitung berdasarkan pengurangan dalam jumlah rRVG dibandingkan dengan kontrol PBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% dari rRVG terikat dielusi dengan 0,1 M glisin (pH 2,5). The 8M urea (pH 7,0) telah benar-benar merubah aktivitas ELISA karena denaturasi
Analisis immunoaffinity pemurnian rRVG
elusi protein dinetralkan oleh penyangga yang cocok pada pH basa untuk menghindari denaturasi protein yang diinduksi oleh asam dan reaktivitas spesifik dinetralisir oleh rRVG yang telah diverifikasi menggunakan IC-ELISA. Hasil IC-ELISA menunjukkan bahwa Strategi pemurnian tidak mengubah konformasi rRVG. Ketika pemurnian IAC, rRVG dianalisis menggunakan SDS- PAGE, sekelompok protein ~ 55 kDa, yaitu sesuai dengan ukuran RVG yang diamati (Gambar 3). band protein yang menjadi sasaran MALDI-TOF dan identitas protein telah dikukuhkan sebagai protein G PV strain RV . Dengan demikian, RVG yang terikat pada kolom terletak pada pH netral dan eluted pada pH 2.5. Ini hasil yang sesuai dengan laporan sebelumnya (Lai, 1981;. Santucci et al, 1990).
Imunogenisitas dan efektivitas pelindung dari IAC pemurnian rRVG
Imunogenisitas IAC pemurnian rRVG dinilai dengan cara inokulasi tikus secara intraperitoneal pada hari 0 dan 14 dengan immuno-afinitas pemurnian rRVG. titers RVNA diukur dari serum yang dikumpulkan pada hari ke-21 pasca imunisasi dan persentase tikus menunjukkan lebih dari 0,5 IU / ml (minimum RFFIT titer protektif seperti yang direkomendasikan oleh WHO) telah dihitung. Sekitar 67% dari tikus diinokulasi dengan IAC pemurnian rRVG menunjukkan titer protektif pada hari ke 21 pasca vaksinasi dengan Rata-rata titer 1,46 1,4 (mean SD) dan 83% dari tikus yang diimunisasi dilindungi terhadap ancaman intraserebral yang dilakukan pada hari ke-28 pasca imunisasi. Semua tikus yang belum diimunisasi mengembangkan gejala spesifik rabies dan meninggal.
DISKUSI vaksin rabbies berisi virus rabies yang dilemahkan dan vaksin ini diproduksi dengan menumbuhkan virus dalam skala besar secara kontinu dengan menggunakan garis sel primer. Oleh karena itu, langkah-langkah bio-keamanan yang sangat ketat diterapkan dalam fasilitas manufaktur vaksin. menciptakan dan memelihara prosedur biosekuriti membutuhkan pengeluaran besar. karyawan yang bekerja di fasilitas manufaktur vaksin rabies yang berbasis sel juga berisiko untuk terkena infeksi. sub-unit vaksin rekombinan bisa menjadi alternatif dalam penanganan virus rabies yang ada di fasilitas manufaktur vaksin. RVG sendiri dapat menginduksi respon antibodi terhadap virus rabies dan sub-unit vaksin yang dikembangkan menggunakan RVG, telah dibuktikan kesuksesannya dalam mendorong respon antibodi dan mencegah tikus melawan intra-serebral tikus sendiri. RVG hadir dalam bentuk trimerik dan RVG diekspresikan dengan transmembran domain (TMD) karena penting untuk mempertahankan struktur Trimetric nya. Karena banyak epitop yang ternetralisasi konformasi RV, ekstraksi membran harus dilakukan dengan hati-hati untuk melindungi properti imunogenik dari glikoprotein. protein rekombinan yang ditujukan untuk hewan atau untuk vaksinasi manusia harus memenuhi persyaratan peraturan. karenanya, metode yang cocok sangat diperlukan untuk pemurnian membran yang terikat dan afinitas RVG tanpa mengubah konformasi imunogeniknya. sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan metode kromatografi immuno-afinitas untuk pemurnian rRVG yaitu dengan menggunakan mAb, M5B4, yang mengikat ke situs antigenik III RVG. Afinitas dari mAb yang merupakan factor antigen terpenting yang digunakan untuk IAC. Kelemahan afinitas mAbs yaitu menurunkan kapasitas ikatan target antigen padahal dalam menaikan afinitas mAbs diperlukan kondisi elusi yang sangat keras. Jadi, mAbs dengan medium afinitas yang tinggi dianggap pilihan yang terbaik untuk pemurnian imuno-afinitas. Untuk IAC dibutuhkan Afinitas yang konstan, 2.06 x 10 -7 M agar mAbnya seimbang. sebuah elusi penyangga yang ideal untuk IAC harus efektif melepaskan protein tanpa mengurangi fungsi protein. antara buffer elusi diuji, 0,1 M glisin dengan pH 2,5 bisa mengelusi 80% protein yang terikat. penggunaan pH rendah pada buffer elusi tidak mempengaruhi aktivitas pengikatan mAb, M5B4, ketika elusi diverifikasi di IC-ELISA, hasil ini sesuai dengan laporan sebelumnya. pemurnian berbasis IAC dari RVG menggunakan mAb diajukan terhadap tetrapeptide sintetis glikoprotein. Strategi pemurnian ini menjadi metode yang sangat spesifik dan sangat sensitif dalam pemurnian RVG tanpa denaturasi protein. dalam penelitian ini juga, tingkat kemurnian rRVG yang diperoleh, ditunjukkan pada SDS-PAGE (gambar 3) dan konformasi pemurniannya juga tidak berubah ketika diperiksa di mAb (M5B4) dengan menggunakan IC- ELISA. di samping itu, hasil dari percobaan in-vivo tikus, juga menegaskan bahwa imunogenisitas rRVG itu tidak berubah setelah pemurnian dan 83% dari tikus yang diimunisasi bebas dari intra-celebral. rRVG dengan kemurnian yang cukup dianggap menguntungkan karena prosedurnya menghindari penanganan sampel secara berlebihan. Penggunaan mAb yang mengikat bentuk trimerik dari protein, tidak hanya membantu untuk mencapai pemurnian tetapi juga untuk selektif dalam memperkaya molekul imunogenik dari berbagai campuran bentuk rRVG. Hasil ini menunjukkan bahwa mAb berbasis IAC bisa menjadi teknik yang diandalkan untuk pemurnian dari RVG tanpa mengubah konformasi asli dan properti imunogenik.
UCAPAN TERIMA KASIH penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Abhinay, Srikanth, Sivakumar, Balaobulapathy, Katyayani, Chandrasekar reddy dan Shailender sahu untuk bantuan teknis mereka. kami berterima kasih kepada Madhurarekha dan monica kannan untuk Analisis Biacore dan MALDI- TOF.