You are on page 1of 69

ASURANSI (KESEHATAN)

SYARIAH
BLOK
KEDOKTERAN KELUARGA
DES 2012



Pengertian Asuransi
berasal dari kata assurantie dalam bahasa
Belanda, atau assurance dalam bahasa
perancis, atau assurance/insurance dalam
bahasa Inggris.
Assurance berarti menanggung sesuatu yang
pasti terjadi, sedang Insurance berarti
menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak
mungkin terjadi.
berasal dari bahasa Yunani, yaitu assecurare
yang berarti menyakinkan orang
Pengertian Asuransi
Di dalam bahasa Arab asuransi dikenal dengan istilah :
at Takaful,atau at Tadhamun yang berarti : saling
menanggung. Asuransi ini disebut juga dengan istilah at-
Tamin, berasal dari kata amina, yang berarti aman,
tentram, dan tenang. Lawannya adalah al-khouf, yang
berarti takut dan khawatir. ( al Fayumi, al Misbah al
Munir, hlm : 21 )
Dinamakan at Tamin, karena orang yang melakukan
transaksi ini ( khususnya para peserta ) telah merasa
aman dan tidak terlalu takut terhadap bahaya yang akan
menimpanya dengan adanya transaksi ini.

Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun
1992, :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara
dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi untuk memberikan penggantian pada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa
yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan

Macam-macam Asuransi
dari aspek peserta,
Dari aspek pertanggungan,
dari aspek sistem yang digunakan
Asuransi ditinjau dari aspek
peserta
1/Asuransi Pribadi ( Tamin Fardi )
2/ Asuransi Sosial ( Tamin IjtimaI )
1/Asuransi Pribadi ( Tamin
Fardi )
1/Asuransi Pribadi ( Tamin Fardi ) : yaitu
asuransi yang dilakukan oleh seseorang
untuk menjamin dari bahaya tertentu.
Asuransi ini mencakup hampir seluruh
bentuk asuransi, selain asuransi sosial

2/ Asuransi Sosial ( Tamin IjtimaI )
2/ Asuransi Sosial ( Tamin IjtimaI ) , yaitu asuransi (
jaminan ) yang diberikan kepada komunitas tertentu,
seperti pegawai negri sipil ( PNS ), anggota ABRI,
orang-orang yang sudah pensiun, orang-orang yang
tidak mampu dan lain-lainnya.
Asuransi ini biasanya diselenggarakan oleh pemerintah
dan bersifat mengikat, seperti Asuransi Kesehatan (
Askes ), Asuransi Pensiunan dan Hari Tua ( PT Taspen
), Astek ( Asuransi Sosial Tenaga Kerja ) yang kemudian
berubah menjadi Jamsostek ( Jaminan Sosial Tenaga
Kerja), Asabri ( Asuransi Sosial khusus ABRI ), asuransi
kendaraan, asuransi pendidikan dan lain-lain.
Asuransi ditinjau dari bentuknya dibagi
menjadi dua :

1/ Asuransi Takaful atau Taawun. ( at
Tamin at Taawuni )
2/ Asuransi Niaga ( at Tamin at Tijari ) ini
mencakup : asuransi kerugian dan
asuransi jiwa.

asuransi ditinjau dari aspek
pertanggungan
Pertama : Asuransi Umum atau Asuransi
Kerugian ( Tamin al Adhrar )
Kedua : Asuransi Jiwa. ( Tamin al Askhas
)

Asuransi Umum atau Asuransi
Kerugian ( Tamin al Adhrar )
Asuransi Kerugian adalah asuransi yang memberikan
ganti rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian
barang atau benda miliknya, kerugian mana terjadi
karena bencana atau bahaya terhadap mana
pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu
berupa:Kehilangan nilai pakai atau kekurangan nilainya
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh
tertanggung.
Penanggung tidak harus membayar ganti rugi kepada
tertanggung kalau selama jangka waktu perjanjian obyek
pertanggungan tidak mengalami bencana atau bahaya
yang dipertanggungkan.


Kedua : Asuransi Jiwa. ( Tamin al
Askhas )

Asuransi jiwa adalah sebuah janji dari perusahaan
asuransi kepada nasabahnya bahwa apabila si nasabah
mengalami risiko kematian dalam hidupnya, maka
perusahaan asuransi akan memberikan santunan
dengan jumlah tertentu kepada ahli waris dari nasabah
tersebut.
Asuransi jiwa biasanya mempunyai tiga bentuk [3] :
1/ Term assurance (Asuransi Berjangka)
2/ Whole Life Assurance (Asuransi Jiwa Seumur Hidup)
3/ Endowment Assurance (Asuransi Dwiguna)

1/ Term assurance (Asuransi Berjangka)
Term assurance adalah bentuk dasar dari asuransi jiwa, yaitu polis
yang menyediakan jaminan terhadap risiko meninggal dunia dalam
periode waktu tertentu.
Contoh Asuransi Berjangka (Term Insurance) :
Usia Tertanggung 30 tahun, Masa Kontrak 1 tahun, Rate Premi
(misal) : 5 permill/tahun dari Uang Pertanggungan
Uang Pertanggungan : Rp. 100 Juta
Pemi Tahunan yang harus dibayar : 5/1000 x 100.000.000 = Rp.
500.000
Yang ditunjuk sebagai penerima UP : Istri (50%) dan anak pertama
(50%)
Bila tertanggung meninggal dunia dalam masa kontrak, maka
perusahaan Asuransi sebagai penanggung akan membayar uang
Pertanggungan sebesar 100 juta kepada yang ditunjuk.

2/ Whole Life Assurance (Asuransi
Jiwa Seumur Hidup)
Merupakan tipe lain dari asuransi jiwa yang akan
membayar sejumlah uang pertanggungan ketika
tertanggung meninggal dunia kapan pun. Merupakan
polis permanen yang tidak dibatasi tanggal berakhirnya
polis seperti pada term assurance. Karena klaim pasti
akan terjadi maka premium akan lebih mahal dibanding
premi term assurance dimana klaim hanya mungkin
terjadi. Polis whole life merupakan polis substantif dan
sering digunakan sebagai proteksi dalam pinjaman.

3/ Endowment Assurance (Asuransi
Dwiguna)

Pada tipe ini, jumlah uang pertanggungan akan dibayarkan pada tanggal
akhir kontrak yang telah ditetapkan.
Contoh Asuransi Dwiguna Berjangka (Kombinasi Term & Endowment)
Usia Tertanggung 30 tahun, Masa Kontrak 10 tahun,Rate Premi (misal) : 85
permill/tahun dari Uang Pertanggungan
Uang Pertanggungan : Rp. 100 Juta
Premi yang harus dibayar : 85/1000 x 100.000.000 = Rp. 8.500.000,-
Yang ditunjuk sebagai penerima UP : Istri (50%) dan anak pertama (50%)
1/ Bila tertanggung meninggal dunia dalam masa kontrak, maka
perusahaan Asuransi sebagai penanggung akan membayar uang
Pertanggungan sebesar 100 juta kepada yang ditunjuk.
2/Bila tertanggung hidup sampai akhir kontrak, maka tertanggung akan
menerima uang pertanggungan sebesar 100 juta

Asuransi ditinjau dari sistem yang digunakan

1. Asuransi Konvensional
2. Asuransi Syariah adalah suatu
pengaturan pengelolaan risiko yang
memenuhi ketentuan Syariah, tolong
menolongsecara mutual yang melibatkan
peserta dan operator.
Hukum Asuransi
Hukum Asuransi dalam Islam berbeda
antara satu jenis dengan lainnya, adapun
rinciannya sebagai berikut :

Hukum Ansuransi Taawun:
boleh, karena
Asuransi Taawun termasuk akad tabarru ( sumbangan suka rela )
yang bertujuan untuk saling bekersama di dalam mengadapi
marabahaya, dan ikut andil di dalam memikul tanggung jawab ketika
terjadi bencana. Caranya adalah bahwa beberapa
orang menyumbang sejumlah uang yang dialokasikan untuk
kompensasi untuk orang yang terkena kerugian. Kelompok asuransi
taawun ini tidak bertujuan komersil maupun mencari keuntungan
dari harta orang lain, tetapi hanya bertujuan untuk
meringankan ancaman bahaya yang akan menimpa mereka, dan
berkersama di dalam menghadapinya.
2/ Asuransi Taawun ini bebas dari riba, baik riba fadhal, maupun
riba nasiah, karena memang akadnya tidak ada unsure riba dan
premi yang dikumpulkan anggota tidak diinvestasikan pada lembaga
yang berbau riba.

Hukum Ansuransi Taawun:
boleh, karena
3/Ketidaktahuaan para peserta asuransi mengenai
kepastian jumlah santunan yang akan diterima bukanlah
sesuatu yang berpengaruh, karena pada hakekatnya
mereka adalah para donatur, sehingga di sini tidak
mengandung unsur spekulasi, ketidakjelasan dan
perjudian.
4/ Adanya beberapa peserta asuransi atau
perwakilannya yang menginvestasikan dana yang
dikumpulkan para peserta untuk mewujudkan tujuan dari
dibentuknya asuransi ini, baik secara sukarela, maupun
dengan gaji tertentu.

Hukum Asuransi Sosial; boleh,
karena
1. Asuransi sosial ini tidak termasuk akad muawadlah (
jual beli ), tetapi merupakan kerjasama untuk saling
membantu.
2. Asuransi sosial ini biasanya diselenggarakan oleh
Pemerintah. Adapun uang yang dibayarkan anggota
dianggap sebagai pajak atau iuran, yang kemudian akan
diinvestasikan Pemerintah untuk menanggulangi
bencana, musibah, ketika menderita sakit ataupun
bantuan di masa pensiun dan hari tua dan sejenisnya,
yang sebenarnya itu adalah tugas dan kewajiban
Pemerintah. Maka dalam akad seperti ini tidak ada unsur
riba dan perjudian.

Asuransi Niaga :haram. karena),
Pertama: Perjanjian Asuransi Bisnis ini termasuk dalam
akad perjanjian kompensasi keuangan yang bersifat
spekulatif, dan karenanya mengandung unsur gharar
Kedua: Perjanjian Asuransi Bisnis ini termasuk bentuk
perjudian ( gambling ), karena mengandung unsur
mukhatarah ( spekulasi pengambilan resiko ) dalam
kompensasi uang, juga mengandung ( al ghurm )
merugikan satu pihak tanpa ada kesalahan dan tanpa
sebab, dan mengandung unsur pengambilan
keuntungan tanpa imbalan atau dengan imbalan yang
tidak seimbang.
Asuransi Niaga :haram.
karena),
Ketiga: Perjanjian Asuransi Bisnis itu mengandung unsur riba fadhal
dan riba nasiah sekaligus. Karena kalau perusahaan asuransi
membayar konpensasi kepada pihak peserta (penerima jasa
asuransi) , atau kepada ahli warisnya melebihi dari jumlah uang
yang telah mereka setorkan, berarti itu riba fadhal. Jika pihak
perusahaan membayarkan uang asuransi itu setelah beberapa
waktu, maka hal itu termasuk riba nasiah. Jika pihak perusahaan
asuransi hanya membayarkan kepada pihak nasabah sebesar yang
dia setorkan saja, berarti itu hanya riba nasiah. Dan kedua jenis
riba tersebut telah diharamkan berdasarkan nash dan ijma para
ulama.
Asuransi Niaga :haram.
karena),
Keempat: Akad Asuransi Bisnis juga
mengandung unsur rihan ( taruhan
) yang diharamkan. Karena mengandung
unsur ketidakpastian, penipuan,
serta perjudian. Syariat tidak
membolehkan taruhan kecuali apabila
menguntungkan Islam, dan mengangkat
syiarnya dengan hujjah dan senjata.

Asuransi Niaga :haram. karena),
Kelima: Perjanjian Asuransi Bisnis ini termasuk
mengambil harta orang tanpa imbalan. Mengambil harta
tanpa imbalan dalam semua bentuk perniagaan itu
diharamkan, karena termasuk yang dilarang dalam
firman Allah:


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. (Qs.An-Nisa: 29).

Asuransi Niaga :haram.
karena),
Keenam: Perjanjian Asuransi Bisnis itu mengandung
unsur mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh
syara. Karena pihak perusahaan asuransi tidak pernah
menciptakan bahaya dan tidak pernah menjadi
penyebab terjadinya bahaya. Yang ada hanya sekedar
bentuk perjanjian kepada pihak peserta penerima
asuransi, bahwa perusahaan akan bertanggungjawab
terhadap bahaya yang kemungkinan akan terjadi,
sebagai imbalan dari sejumlah uang yang dibayarkan
oleh pihak peserta penerima jasa asuransi. Padahal di
sini pihak perusahaan asuransi tidak melakukan satu
pekerjaan apapun untuk pihak penerima jasa, maka
perbuatan itu jelas haram.

Perbedaan Asuransi Syariah
dan Konvensional
1. Dari Sisi Prinsip Dasar
2. Dari Sisi Akad
3. Dari Sisi Kepimilikan Dana
4. Dari sisi obyek
5. Dari Sisi Investasi Dana.
6. Dari Sisi Pembayaran Klaim.
7. Dari Sisi Pengawasan.
8. Dari sisi dana zakat, infaq dan
sadaqah
Perbedaan 1. Dari Sisi Prinsip Dasar

Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah kedua-
duanya bertugas untuk mengelola dan menanggulangi
risiko, hanya saja di dalam Asuransi Syariah konsep
pengelolaannya dilakukan dengan menggunakan pola
saling menanggung risiko antara pengelola dan peserta(
risk sharing ) atau disebut dengan at takaful dan at
tadhamun.
Sedang dalam Asuransi Konvensional pola kerjanya
adalah memindahkan risiko dari nasabah ( peserta )
kepada perusahaan ( pengelola ), yang disebut dengan
risk transfer. Sehingga resiko yang mengenai peserta
akan ditanggung secara penuh oleh pengelola.
Perbedaan Dari Sisi Akad
Pada bagian tertentu ausransi syariah
akadnya adalah tabarru ( sumbangan
kemanusiaan ) dan taawun ( tolong
menolong ), serta akad wakalah dan
mudharabah ( bagi hasil ). Sedangkan
pada asuransi konvensional, akadnya
adalah jual beli yang bersifat al gharar (
spekulatif ).
3. Dari Sisi Kepemilikan Dana
Di pada hal-hal yang haram atau syubhat,
seperti gedung-gedung yang digunakan
untuk maksiat, atau pabrik-pabrik
minuman keras dan rokok, bahkan juga
hotel-hotel yang tidak syariah. Adapun
Asuransi Konvensional tidak membedakan
obyek yang haram atau halal, yang
penting mendatangkan keuntungan.

Perbedaan dari segi pengelolaan
4.Asuransi Syariah hanya membatasi pengelolaannya
pada obyek-obyek asuransi yang halal dan tidak
mengandung syubhat. Oleh karenanya tidak boleh
menjadikan obyeknya pada hal-hal yang haram atau
syubhat, seperti gedung-gedung yang digunakan untuk
maksiat, atau pabrik-pabrik minuman keras dan rokok,
bahkan juga hotel-hotel yang tidak syariah. Adapun
Asuransi Konvensional tidak membedakan obyek yang
haram atau halal, yang penting mendatangkan
keuntungan.

5.Perbedaan dari Dari Sisi Investasi
Dana.
Dana dari kumpulan premi dari peserta
selama belum dipakai, oleh perusahaan
asuransi syariah diinvestasikan pada
lembaga keuangaaan yang berbasis
syariah atau pada proyek-proyek yang
halal yang didasarkan pada sistem upah
atau bagi hasil. Adapun asuransi
konvensional pengelolaan investasinya
pada sistem bunga yang banyak
mengandung riba dan spekulatif ( gharar ).

Dari Sisi Pembayaran Klaim.
Pada asuransi syariah pembayaran klaim diambilkan
dari rekening tabarru ( dana sosial ) dari seluruh
peserta, yang sejak awal diniatkan untuk diinfakkan
untuk kepentingan saling tolong menolong bila terjadi
musibah pada sebagian atau seluruh peserta.
Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran
klaim diambil dari dana perusahaan karena sejak awal
perjanjian bahwa seluruh premi menjadi milik
perusahaan dan jika terjadi klaim, maka secara otomatis
menjadi pengeluaraan perusahaan.
7. Dari Sisi Pengawasan dan
ZIS
Dalam asuransi syariah terdapat Dewan
Pengawas Syariah ( DPS ), sesuatu yang tidak
di dapatkan pada asuransi konvensional.
Dari sisi dana zakat, infaq dan sadaqah ,
asuransi syariah ada kewajiban untuk
mengeluarkan zakat sebagaimana ketentuan
syariat Islam. Adapun dalam asuransi
konvensional tidak dikenal istilah zakat.

Prinsip-prinsip asuransi syariah
saling bertanggung jawab
saling bekerjasama atau saling membantu
saling melindungi penderitaan satu sama
lain.
menghindari unsure gharar dan riba.
Prinsip saling bertanggung jawab :
hadis: Kedudukan hubungan persaudaraan dan
perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain
seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari anggotanya
tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh
tubuh (HR. Bukhari dan Muslim)
hadis: Seorang mukmin dengan mukmin yang lain
(dalam suatu masyarakat) seperti sebuah bangunan di
mana tiap-tiap bagian dalam bangunan itu mengukuhkan
bagian-bagian yang lain (HR. Bukhari dan Muslim)
hadis : Setiap kamu adalah pemikul tanggung jawab
dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap orang-
orang yang di bawah tanggung jawabmu (HR. Bukhari
dan Muslim)
hadis: Seseorang tidak dianggap beriman sehingga ia
mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi
dirinya sendiri (HR. Bukhari)
Prinsip saling bekerjasama atau saling membantu
QS. Al-Maidah 2 :bekerjasamalah kamu pada
perkara-perkara kebaikan dan takwa, dan
jangan bekerja sama dalam perkara-perkara
dosa dan permusuhan.
Hadis: Siapa yang memenuhi hajat
saudaranya, Allah akan memenuhi
hajatnya(HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Hadis: Allah senatiasa menolong hamba selagi
hamba itu menolong saudaranya(HR. Ahmad
dan Abu Dawud)
Prinsip saling melindungi penderitaan satu
sama lain
QS. Al-Quraisy : 4
QS. Al-Baqarah; 126
Hadis : Sesungguhnya seorang yang beriman ialah
siapa yang boleh memberi keselamatan dan
perlindungan terhadapharta dan jiwa raga manusia (HR.
Ibnu Majah)
Hadis: Demi diriku dalam kekuasaan Allah, bahwa
siapapun tidak masuk surga kalau tidak memberi
perlindungan tetangganya yang terhimpi(HR. Ahmad)
Hadis: Tidak sah iman seseorang itu kalau ia tidur
nyenyak dengan perut kenyang, sedangkan tetangganya
kelaparan(HR. al-Bazzar)

Konsep-konsep asuransi:
TAMIN
TAKAFUL
ASURANSI SYARIAH
Konsep-konsep asuransi:
TAKAFUL
takaful :kafala, yakfulu; takafala,
yatakafulu, takaful : pertanggungan atau
saling menanggung
Yakfulu Maryama (QS. Thaha 20:40);
menanggung Maryam

Konsep-konsep :
TAMIN
disebut At-tamin ( ) yang berasal dari kata
( ) yang memiliki arti memberi perlindungan,
ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa
takut,
At-tamin, yaitu : Mentaminkan sesuatu, artinya
seseorang membayar/ menyerahkan uang
cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan
sejumlah uang sebagaimana yang telah
disepakati, atau untuk mendapatkan ganti
terhadap hartanya yang hilang.
Konsep-konsep :
ASURANSI SYARIAH
Asuransi Syariah (Tamin, Takaful atau
Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong di antara sejumlah orang/
pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/
atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang
tidak mengandung gharar (penipuan), maysir
(perjudian), riba, zulm (penganiayaan), risywah
(suap), barang haram dan maksiat.
Asal Mula Asuransi Syariah: Al-Aqila
Al-Aqilah yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk
keluarganya. Jika salah seorang dari anggota suatu suku terbunuh
oleh anggota satu suku yang lain, maka pewaris korban akan
dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi oleh
saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh
disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang
diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan
tidak disengaja.
Ibnu Hajar Al-Asqolani : sistem Aqilah ini diterima dan menjadi
bagian dari hukum Islam. Hal ini terlihat dari hadits yang
menceritakan pertengkaran antara dua wanita dari suku Huzail,
dimana salah seorang dari mereka memukul yang lainnya dengan
batu hingga mengakibatkan kematian wanita tersebut dan juga bayi
yang sedang dikandungnya. Pewaris korban membawa
permasalahan tersebut ke Pengadilan. Rasulullah memberikan
keputusan bahwa konpensasi bagi pembunuh anak bayi adalah
membebaskan budak, baik laki-laki maupun wanita. Sedangkan
konpensasi atas membunuh wanita adalah uang darah (diyat) yang
harus dibayar oleh Aqilah (saudara pihak ayah) dari yang tertuduh.
Asal Mula Asuransi Syariah perjanjian jaminan
perjanjian jaminan, dimana seorang penjamin menjamin seseorang
yang tidak memiliki waris dan tidak dikeketahui ahli warisnya.
Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang
dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin
meninggal, maka penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang
tidak ada ahli warisnya.(Az Zarqa dalam Aqdud Tamin).
Sistem ini melibatkan usaha pengumpulan dana dalam sebuah
tabungan atau pengumpulan uang iuran dari peserta atau majlis.
Manfaatnya akan dibayarkan kepada ahli waris yang dibunuh jika
kasus pembunuhan itu tidak diketahui siapa pembunuhnya atau
tidak ada keterangan saksi yang layak untuk benar-benar secara
pasti mengetahui siapa pembunuhnya.


Asal Mula Asuransi Syariah:at-Tanahud
Tanahud merupakan ibarat dari makanan yang dikumpulkan dari para
peserta safar yang dicampur menjadi satu. Kemudian makanan
tersebut dibagikan pada saatnya kepada mereka, kendati
Mereka mendapatkan porsi yang berbeda-beda.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, "Marga Asyari (Asyariyin) ketika
keluarganya mengalami kekurangan makanan, maka mereka
mengumpulkan apa yang mereka miliki dalam satu kumpulan.
Kemudian dibagi diantara mereka secara merata. Mereka adalah
bagian dari kami dan kami adalah bagian dari mereka." (HR. Bukhari)

Dalam kasus ini, makanan yang diserahkan bisa jadi sama kadarnya
atau berbeda-beda. Begitu halnya dengan makanan yang diterima,
bisa jadi sama porsinya atau berbeda-beda.
Asal Mula Asuransi Syariah:Aqd Al-hirasah
Yaitu kontrak pengawal keselamatan.
misalnya ada individu yang ingin selamat
lalu ia membuat kontrak dengan
seseorang untuk menjaga
keselamatannya, dimana ia membayar
sejumlah uang kepada pengawal, dengan
konpensasi keamanannya akan dijaga
oleh pengawal tsb
Asal Mula Asuransi Syariah: dhiman khatr
thariq
Kontrak ini merupakan jaminan
keselamatan lalu lintas. Para pedagang
muslim pada masa lampau ingin
mendapatkan perlindungan keselamatan,
lalu ia membuat kontrak dengan orang-
orang yang kuat dan berani di daerah
rawan. Mereka membayar sejumlah uang,
dan pihak lain menjaga keselamatan
perjalanannya
Hukum dan landasan asuransi
Hukum asuransi :
asuransi konvensional haram (unsure gharar, maisir, dan riba)
boleh (kemaslahatan)
Landasan hukum asuransi syariah
hukum muamalah bersifat terbuka/ibahah
al-Quran dan sunnah tidak menyebutkan secara nyata/eksplisit
maupun implicit
hanya prinsip-prinsip umum saja
dasar hukum asuransi :
QS. Al-Maidah 2
UU no.2 Tahun 1992
Fatwa DSN-MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum
asuransi syariah.
Kendala-perkembangan asuransi
syariah :
Menurut jafril Khalil:
umat Islam sendiri, apakah berani melakasanakan
asuransi walaupun dengan belum ada regulasi tersendiri
dari pemerintah
belum adanya peraturan pemerintah secara
komprehensif tentang asuransi syariah
kesiapan umat Islam untuk mendukung bisnis asuransi
syariah
menurut Syakir sula :
kurang sosialisasi
tenaga ahli asuransi syariah
dukungan umat
dukungan pemerintah
Prinsip-prinsip asuransi syariah
saling bertanggung jawab
saling bekerjasama atau saling membantu
saling melindungi penderitaan satu sama
lain.
menghindari unsure gharar dan riba.
Prinsip saling bertanggung jawab :
hadis: Kedudukan hubungan persaudaraan dan
perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain
seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari anggotanya
tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh
tubuh (HR. Bukhari dan Muslim)
hadis: Seorang mukmin dengan mukmin yang lain
(dalam suatu masyarakat) seperti sebuah bangunan di
mana tiap-tiap bagian dalam bangunan itu mengukuhkan
bagian-bagian yang lain (HR. Bukhari dan Muslim)
hadis : Setiap kamu adalah pemikul tanggung jawab
dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap orang-
orang yang di bawah tanggung jawabmu (HR. Bukhari
dan Muslim)
hadis: Seseorang tidak dianggap beriman sehingga ia
mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi
dirinya sendiri (HR. Bukhari)
Prinsip saling bekerjasama atau saling membantu
QS. Al-Maidah 2 :bekerjasamalah kamu pada
perkara-perkara kebaikan dan takwa, dan
jangan bekerja sama dalam perkara-perkara
dosa dan permusuhan.
Hadis: Siapa yang memenuhi hajat
saudaranya, Allah akan memenuhi
hajatnya(HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Hadis: Allah senatiasa menolong hamba selagi
hamba itu menolong saudaranya(HR. Ahmad
dan Abu Dawud)
Prinsip saling melindungi penderitaan satu
sama lain
QS. Al-Quraisy : 4
QS. Al-Baqarah; 126
Hadis : Sesungguhnya seorang yang beriman ialah
siapa yang boleh memberi keselamatan dan
perlindungan terhadapharta dan jiwa raga manusia (HR.
Ibnu Majah)
Hadis: Demi diriku dalam kekuasaan Allah, bahwa
siapapun tidak masuk surga kalau tidak memberi
perlindungan tetangganya yang terhimpi(HR. Ahmad)
Hadis: Tidak sah iman seseorang itu kalau ia tidur
nyenyak dengan perut kenyang, sedangkan tetangganya
kelaparan(HR. al-Bazzar)

) )

"Dari Nu'man bin Basyir ra, Rasulullah SAW bersabda,
Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam
cinta dan kasih sayang diantara mereka adalah
seumpama satu tubuh. Bilamana salah satu bagian
tubuh merasakan sakit, maka akan dirasakan oleh
bagian tubuh yang lainnya, seperti ketika tidak bisa tidur
atau ketika demam." (HR. Muslim)


wassalam


Bentuk-bentuk muamalah di atas (Al-Aqilah, Al-Muwalah, At-Tanahud, dsb)
karena memiliki kemiripan dengan prinsip-prinsip asuransi Islam, oleh
sebagian ulama dianggap sebagai embrio dan acuan operasional asuransi
Islam yang dikelola secara profesional. Bedanya, sistem muamalah
tersebut didasari atas amal tathawwu dan tabarru yang tidak berorientasi
pada profit.


Lalu pada Aqilah, yang justru 'pembayar premi' tidak mendapatkan
'manfaat' dari preminya tersebut, karena diperuntukkan bagi orang lain. Hal
ini menunjukkan terdapat perbedaan syakliyah antara asuransi dengan
Aqilah. Hal serupa juga terjadi pada akad Dhaman Khatr Tariq, dimana
penjamin memberikan jaminannya secara sukarela, dan tidak berdasarkan
'premi' yang dibayar oleh terjamin.
Fatwa MUI : ketentuan umum asuransi
Asuransi Syariah (Tamin, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah
yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba,
zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan
komersial.
Akad tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan
kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan sejumlah
dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam
akad.
Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

Kedua: Akad dalam Asuransi
Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan
terdiri atas akad tijarah dan / atau akad tabarru'.
Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah
mudharabah. Sedangkan akad tabarru adalah hibah.
Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :

hak & kewajiban peserta dan perusahaan;

cara dan waktu pembayaran premi;

jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru serta syarat-syarat
yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.

Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah &
Tabarru

Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan
bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan
peserta bertindak sebagai shahibul mal
(pemegang polis);
Dalam akad tabarru (hibah), peserta
memberikan hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah.
Sedangkan perusahaan bertindak sebagai
pengelola dana hibah.


Keempat : Ketentuan dalam Akad Tijarah
& Tabarru
Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi
jenis akad tabarru' bila pihak yang
tertahan haknya, dengan rela melepaskan
haknya sehingga menggugurkan
kewajiban pihak yang belum menunaikan
kewajibannya.
Jenis akad tabarru' tidak dapat diubah
menjadi jenis akad tijarah.


Jenis Asuransi dan Akadnya
Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas
asuransi kerugian dan asuransi jiwa.

Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi
tersebut adalah mudharabah dan hibah.



.

Keenam : Premi

Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad
tabarru'.

Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah
dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk
asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan
syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.

Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat
diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada
peserta.

Premi yang berasal dari jenis akad tabarru' dapat diinvestasikan
Klaim
Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal
perjanjian.

Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang
dibayarkan.

Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan
merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.

Klaim atas akad tabarru', merupakan hak peserta dan merupakan
kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.



Kedelapan : Investasi
Perusahaan selaku pemegang amanah
wajib melakukan investasi dari dana yang
terkumpul.

Investasi wajib dilakukan sesuai dengan
syariah.


Reasuransi
Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan
reasuransi yang berlandaskan prinsip syari'ah.


Kesepuluh : Pengelolaan

Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga
yang berfungsi sebagai pemegang amanah.

Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan
dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah).

Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan
dana akad tabarru (hibah).



Kesebelas : Ketentuan Tambahan
Implementasi dari fatwa ini harus selalu dikonsultasikan
dan diawasi oleh DPS.

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya
atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.

You might also like