You are on page 1of 7

Taati Suamimu, Surga Bagimu

6 May 2012, 1:00 pm

kewajiban istri, taat suami, wanita karir


Dalam bingkai rumah tangga, pasangan suami dan istri masingmasing memiliki hak dan kewajiban. Suami sebagai pemimpin,
berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya baik dalam urusan
agama atau dunianya, menafkahi mereka dengan memenuhi
kebutuhan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalnya.
Tanggungjawab suami yang tidak ringan diatas diimbangi dengan
ketaatan seorang istri pada suaminya. Kewajiban seorang istri
dalam urusan suaminya setahap setelah kewajiban dalam urusan
agamanya. Hak suami diatas hak siapapun setelah hak Allah dan Rasul-Nya, termasuk hak kedua orang
tua. Mentaatinya dalam perkara yang baik menjadi tanggungjawab terpenting seorang istri.
Surga atau Neraka Seorang Istri
Ketaatan istri pada suami adalah jaminan surganya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya,
melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan
masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki. (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Suami adalah surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhoan suami menjadi keridhoan Allah. Istri yang
tidak diridhoi suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur nikmat.
Suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah
penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian? Rasulullah
pun menjawab bahwa diantarantanya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya. (HR
Bukhari Muslim)
Kedudukan Hak Suami
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kalau aku boleh
memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri
untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas
mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, hadis hasan shahih. Dinyatakan shahih oleh
Syaikh Albani)
Hak suami berada diatas hak siapapun manusia termasuk hak kedua orang tua. Hak suami bahkan harus
didahulukan oleh seorang istri daripada ibadah-ibadah yang bersifat sunnah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak boleh bagi seorang perempuan berpuasa
sementara suaminya ada di rumah kecuali dengan izinnya. Dan tidak boleh baginya meminta izin di
rumahnya kecuali dengan izinnya. (HR Bukhari Muslim)
Dalam hak berhubungan suami-istri, jika suami mengajaknya untuk berhubungan, maka istri tidak boleh
menolaknya.

Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya, dan
suami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi. (HR Bukhari
Muslim)
Berbakti Kepada Suami
Diantara kewajiban seorang istri atas suaminya juga adalah, hendaknya seoran
g istri benar-benar menjaga amanah suami di rumahnya, baik harta suami dan rahasia-rahasianya, begitu
juga bersungguhnya-sungguh mengurus urusan-urusan rumah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dan wanita adalahpenanggungjawab di rumah
suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban. (HR Bukhari Muslim)
Syaikhul Islam berkata, Firman Allah, Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (QS. An
Nisa [4]: 34)
Ayat ini menunjukkan wajibnya seorang istri taat pada suami dalam hal berbakti kepadanya, ketika
bepergian bersamanya dan lain-lain. Sebagaimana juga hal ini diterangkan dalam sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. (Lihat Majmu Al Fatawa 32/260-261 via Tanbihat, hal. 94, DR Shaleh Al
Fauzan)
Berkhidmat kepada suami dengan melayaninya dalam segala kebutuhan-kebutuhannya adalah diantara
tugas seorang istri. Bukan sebaliknya, istri yang malah dilayani oleh suami. Hal ini didukung oleh firman
Allah, Dan laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita. (QS. An Nisa [4]: 34)
Ibnul Qayyim berdalil dengan ayat diatas, jika suami menjadi pelayan bagi istrinya, dalam memasak,
mencuci, mengurus rumah dan lain-lain, maka itu termasuk perbuatan munkar. Karena berarti dengan
demikian sang suami tidak lagi menjadi pemimpin. Justru karena tugas-tugas istri dalam melayani suami
lah, Allah pun mewajibkan para suami untuk menafkahi istri dengan memberinya makan, pakaian dan
tempat tinggal. (Lihat Zaad Al-Maaad 5/188-199 via Tanbihat, hal. 95, DR Shaleh Al Fauzan)
Bukan juga sebaliknya, istri yang malah menafkahi suami dengan bekerja di luar rumah untuk kebutuhan
rumah tangga.
Tidak Keluar Rumah Kecuali Dengan Izin Suami
Seorang istri juga tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin suami. Karena tempat asal wanita itu di
rumah. Sebagaimana firman Allah, Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian. (QS. Al
Ahzab [33]: 33)
Ibnu Katsir berkata, Ayat ini menunjukkan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali ada
kebutuhan. (Tafsir Al Quran Al Adzim 6/408). Dengan demikian, wanita tidak boleh keluar rumah
melainkan untuk urusan yang penting atau termasuk kebutuhan seperti memasak dan lain-lain. Jika
bukan urusan tersebut, maka seorang istri tidak boleh keluar rumah melainkan dengan izin suaminya.
Syaikhul Islam berkata, Tidak halal bagi seorang wanita keluar rumah tanpa izin suaminya, jika ia keluar
rumah tanpa izin suaminya, berarti ia telah berbuat nusyuz (durhaka), bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya, serta layak mendapat hukuman.
Penutup

Semua ketentuan yang telah Allah tetapkan di atas sama sekali bukan bertujuan membatasi ruang gerak
para wanita, merendahkan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang didengungkan oleh orang-orang
kafir tentang ajaran Islam. Semua itu adalah syariat Allah yang sarat dengan hikmah. Dan hikmah dari
melaksanakan dengan tulus semua ketetapan Allah di atas adalah berlangsungnya bahtera rumah
tangga yang harmonis dan penuh dengan kenyamanan. Ketaatan pada suami pun dibatasi dalam
perkara yang baik saja dan sesuai dengan kemampuan. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada
kita semua keluarga yang barakah.***Wallahu alam.

Penulis: Ustadz Gunarsa, Abu Khalid Resa. 2012 http://muslim.or.id/muslimah/taati-suamimu-surga-

bagimu.html
Artikel Muslim.Or.Id
Alumni Pondok Pesantren Darussalam Subang, S1 Universitas Al Azhar Mesir, da'i di Maktab Dakwah
Jaliyat Bathah Riyadh KSA

http://muslim.or.id/muslimah/taati-suamimu-surga-bagimu.html

Wahai Istri, Taat Suami Salah Satu Kunci


Surga!

istri-patuhJIKA seorang istri melakukan shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan,
memelihara kemaluannya dan menaati suaminya, niscaya dia akan memasuki surga Tuhannya,
demikian hadits Shalallaahu Alaihi Wasallam ( ) yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad.
Bahkan dalam hadits lain disebutkan, Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada
orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya. (HR. Ahmad,
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Tidak ada ketaatan kepada
makhluk dalam hal bermaksiat kepada Khalik (Sang Pencipta). (HR. Ahmad).

Syariat Islam telah mengatur hak suami terhadap istri dengan cara menaatinya (selama ia tidak
keluar dari Syariat dan hukum Allah). Istri harus menaati suami dalam segala hal yang tidak
berbau maksiat, berusaha memenuhi segala kebutuhannya sehingga membuat suami ridha
kepadanya.
Bagai aktivis perempuan di mana ia telah terpenjara oleh kampanye Barat tentang kesetaraan,
hadits ini pasti merisaukan. Sebab, baginya, ketaatan pada suami hanya akan membuatnya
menjadi sub-ordinasi kaum pria.
Hanya orang-orang yang rela dan ridho melaksakan perintah Allah Subhanahu Wataala, yang di
dadanya dipenuhi nikmat Iman dan Islam saja yang mampu mentaati perintah suaminya.
Ia rela menjauhi sesuatu, jika suami melarangnya. Ia berlapang dada jika suami menasihatinya.
Bahkan ia rela tidak menerima tamu pria baik kerabat jauh sekalipun ketika suami bepergian
atau berada di luar rumah.
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wasallam ( ) bersabda, Ketahuilah bahwa
kalian mempunyai hak atas istri kalian dan istri kalian juga mempunyai hak atas kalian. Adapun
hak kalian atas istri kalian adalah tidak mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki
rumah kalian. (HR. At-Tirmidzi)
Istri Yang Taat
Istri yang taat adalah istri yang mengetahui kewajibannya dalam agama untuk mematuhi
suaminya dan menyadari sepenuh hati betapa pentingnya mematuhi suami. Istri harus selalu
menaati suaminya pada hal-hal yang berguna dan bermanfaat, hingga menciptakan rasa aman
dan kasih sayang dalam keluarga agar perahu kehidupan mereka berlayar dengan baik dan jauh
dari ombak yang membuatnya bergocang begitu hebat.
Sebaliknya, Islam telah memberikan hak seorang wanita secara penuh atas suaminya, di mana
Islam memerintahkannya untuk menghormati istrinya, memenuhi hak-haknya dan menciptakan
kehidupan yang layak baginya sehingga istrinya patuh dan cinta kepadanya.
Kewajiban menataati suami yang telah ditetapkan agama Islam kepada istri tidak lain karena
tanggung jawab suami yang begitu besar, sebab suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya
dan dia bertanggungjawab atas apa yang menjadi tanggungannya. Di samping itu, karena suami
sangat ditekankan untuk mempunyai pandangan yang jauh ke depan dan berwawasan luas,
sehingga suami dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui istri berdasarkan pengalaman dan
keahliannya di bidang tertentu.
Istri yang bijaksana adalah istri yang mematuhi suaminya, melaksanakan perintahnya, serta
mendengar dan menghormati pendapat dan nasihatnya dengan penuh perhatian. Jika dia melihat
bahwa di dalam pendapat suaminya terdapat kesalahan maka dia berusaha untuk membuka
dialog dengan suaminya, lalu menyebutkan kesalahannya dengan lembut dan rendah hati. Sikap
tenang dan lembut bak sihir yang dapat melunakkan hati seseorang.

Ketaatan kepada suami mungkin memberatkan seorang istri. Seberapa banyak istri
mempersiapkan dirinya untuk mematuhi suaminya dan bersikap ikhlas dalam menjalankannya
maka sebanyak itulah pahala yang akan didapatkannya, karena seperti yang dikatakan oleh para
ulama salaf, Balasan itu berbanding lurus dengan amal yang dilakukan seseorang. Tidak
diragukan bahwa istri bisa memetik banyak pahala selain taat kepada suami seperti shalat, puasa,
zakat, haji dan lainnya, namun pahala yang didapatkannya tidak sempurna jika tidak
mendapatkan pahala dalam menaati suaminya, menyenangkan hatinya dan tidak melakukan
sesuatu yang tidak disukainya.
Kita atau Anda mungkin menemukan benih-benih kesombongan mulai merasuki istri Anda,
maka ketika itu hendaklah Anda berlapang dada kemudian menasihatinya dengan sepenuh hati.
Layaknya sebuah perusahaan, pernikahan juga akan mengalami ancaman serius berupa
perselisihan dan sengketa antara individu yang ada di dalamnya.
Suami adalah pelindung keluarga berdasarkan perintah Allah kepadanya, maka dialah yang
bertanggungjawab dalam hal ini. Sebab, keluarga adalah pemerintahan terkecil, dan suamilah
rajanya, sehingga dia wajib dipatuhi.
Allah Taala telah berfirman;

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian
mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah
memberikan nafkah dari hartanya. (QS. An-Nisaa` [4] : 34)
Batas-batas ketaatan
Kewajiban istri untuk menaati suaminya bukan bukan ketaatan tanpa batasan, melainkan
ketaatan seorang istri yang shalih untuk suami yang baik dan shalih, suami yang dipercayai
kepribadiannya dan keikhlasannya serta diyakini kebaikan dalam tindakannya.
Dalam sebuah hadits disebutkan, Tidak ada ketaatan dalam hal berbuat
maksiat akan tetapi ketaatan adalah pada hal-hal yang baik. (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu
Daud).
Ketaatan istri ini harus dibarengi oleh sikap suami yang suka berkonsultasi dan meminta
masukan dari istrinya sehingga memperkuat ikatan batin dalam keluarga.
Konsultasi antara suami dan istri pada semua hal yang berhubungan dengan urusan keluarga
merupakan sebuah keharusan, bahkan hal-hal yang harus dilakukan suami untuk banyak orang.
Tidak ada penasehat yang handal melebihi istri yang tulus dan mempunyai banyak ide cemerlang

untuk suaminya. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam suka berkonsultasi dengan istri-istrinya dan mengambil pendapat mereka dalam beberapa
hal penting.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berskonsultasi kepada istrinya, Ummu Salamah
pada kondisi yang sangat penting di kala para shahabat enggan menyembelih unta dan mencukur
rambutnya. Ketika itu Ummu Salamah meminta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk
melakukannya terlebih dahulu dan tidak berbicara kepada siapapun. Demi melihat hal itu, para
shahabat pun melakukannya. Sungguh pendapat Ummu Salamah sangat brilliant!
Akhirnya, marilah kita berislam secara benar. Benar dalam pengertian sesuai yang diajarkan oleh
Allah dan Rasulnya. Jika tidak, kita akan terus menyesuaikan agama ini dengan ajaran-ajaran
yang tidak dibenarkan.
Saat ini banyak orang sedang gandrung dengan slogan kesetaraan gender dan feminism. Ismeisme atau paham seperti ini hanyalah solusi masyarakat Barat untuk keluar dari sebuah krisis
ketidakadilan yang sedang menimpa mereka, bukan untuk wanita-wanita Muslim. Sudah banyak
terbukti, paham-paham seperti ini, telah menjauhkan wanita Muslim pada tauhid.
Islam dan Allah Subhanahu Wa taala telah mengatur sedemikian rupa tentang hak-hak suamiistri, sesuai porsinya. Sekiranya masih ada yang curiga seolah-olah semua ketetapan Allah
Subhanahu Wa taala itu masih kurang proposional, sama halnya kita menganggap otak kita-lah
yang lebih cerdas dari ketetapan Allah Subhanahu Wa taala. Walhasil, marilah mengikuti alQur`an dan hadits saja dalam menjalankan bahtera pernikahan ini, agar kita bisa benar-benar
merasakan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Aamiin.//Islamedia
Posted 1st September 2013 by Andi Muhammad Ali
Labels: artikel Islami Artikel Muslimah
http://andimuhammadaliblogs.blogspot.com/2013/09/wahai-istri-taat-suami-salah-satu-kunci.html
...TAAT DAN HORMAT PADA SUAMI...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...Taat kepada suami adalah salah satu ciri dari wanita sholehah dan ciri
wanita penghuni surga. Menjadi wanita yang taat kepada suami merupakan jalan cepat menuju surga.
Hal ini sesuai dengan sabda Rosululloh SAW "Jika seorang istri mengerjakan sholat 5 waktu, berpuasa di
bulan Romadhon, menjaga kemaluannya, menaati suaminya niscaya akan dikatakan kepadanya,
"masuklah ke surga" (HR. Imam Ahmad)
Ketaatan kepada suami dan bersikap hormat kepadanya dapat meninggikan derajat pahala seorang istri
sampai derajat pahala orang-orang yang berjihad di jalan Alloh SWT. Sungguh menakjubkan..... Hal
tersebut sebagaimana hadits dari Abdullah ibnu 'Abbas bahwa seorang wanita berkata, "Wahai
Rosululloh, aku adalah utusan kaum wanita kepadamu", lalu ia menyebutkan keuntungan yang
diperoleh kaum laki-laki dari berjihad dan lainnya berupa pahala dan harta rampasan perang, lalu ia
berkata "Lalu apa yang kami peroleh dari semua itu ?" kemudian beliu menjawab "Sampaikanlah kepada
setiap wanita yng kamu jumpai bahwa ketaatan kepada suami dan mengakui haknya mengimbangi
pahala semua itu, tetapi sedikit sekali diantara kalian yang mampu melakukannya". (HR. Al-Bazzaar dan
At-Tabhrani).

Ketaatan istri kepada suaminya adalah merupakan salah satu ciri wanita sholehah. Dalam hal ini Alloh
SWT telah menegaskannya dalam tema ayat kepemimpinan suami, setelah penetepan prinsip
kepemimpinan suami dan bentuk-bentuknya, kemudian Alloh SWT mensifati wanita sholehah melalui
firman-Nya, "........Maka perempuan-perempuan yang sholeh adalah mereka yang taat (kepada Alloh)
dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Alloh telah menjaga (mereka)......." (QS. An-Nisa :
34)
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa ciri wanita sholehah adalah "qanitat" dan "hafizhatul lil ghoibi".
Kata "qanitat" diambil dari kata "qunut" yang berarti taat dan kata "qanit" yang berarti orang yang taat.
Jadi kata "qanitat" mempunyai arti wanita yang taat kepada Alloh SWT dan suami dengan menunaikan
hak-hak Alloh SWT dan suami. Inilah yang diuraikan oleh para ahli hadits.
Imam Ar-Razi menjelaskan makna "qanitat" dalam tafsirnya "ketahuilah bahwa seorang wanita tidak
dikatakan sholehah kecuali jika taat kepada suaminya karena Alloh SWT seperti dalam firman-Nya
"Maka wanita yang sholehah adalah yang taat kepada Alloh".
Sedangkan Al-Wahidi ra berkata "qanitat" berarti ketaatan yang bersifat umum yaitu ketaatan kepada
Alloh SWT dan kepada suami". Makna ini dapat merujuk kepada wanita yang sudah menikah atau
belum. Jika belum menikh ia akan senantiasa taat dan istiqomah kepada Alloh SWT. Adapun jika ia
sudah menikah ketaatannya ditambah dengan ketaatan kepada suami. Jadi taat kepada Alloh SWT dan
juga taat kepada suami.
Adapun kata "hafizhat" mencakup segala bentuk amanah yang wajib dijaga dijaga oleh seorang istri
ketika suaminya tidak dirumah, baik bersifat material maupun non material seperti menjaga jiwa,
kewanitaan, kehormatan, rahasia suami, keluarga, anak-anak dan harta. Sedangkan kata "al-ghoib"
mencakup segala sesuatu yang tidak diketahui yang harus dirahasiakan ketika suami berada dirumah
atau tidak. Oleh karena itu, istri yang menjaga segala bentuk amanah ketika suami tidak berada
dirumah, ia berhak menyandang gelar istri sholehah dan taat.
Jika kita melihat makna "qanitat" dan "hafizhat" diatas tampak sedemikian dalam maknanya, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ketaaatan kepada suami tidak dibatasi oleh tempat dan waktu karena
ketaatan ini bersifat mutlak..
( Semoga Bermanfaat & Silahkan Di Share )
Diposkan oleh Rahmatullah MA di Sabtu, Desember 22, 2012

You might also like