You are on page 1of 5

Miokard infark (Myocardial Infarction)

Miokard infark (Myocardial Infarction), biasa dikenal dengan istilah serangan jantung,
menyebabkan kematian otot jantung. Dampaknya menyebabkan kerusakan yang
permanen pada otot jantung (miokardium). MI terjadi akibat sumbatan parsial atau
total pada pembuluh arteri koroner, yang menyebabkan penurunan suplai darah ke
sel. Luas kerusakan pada otot jantung berbeda-beda tergantung pada lokasi dan
jumlah sumbatan pada pembuluh arteri. Kemampuan jantung untuk berkontraksi,
berelaksasi, dan mendorong darah keseluruh tubuh membutuhkan otot jantung yang
sehat. Ketika pasien mengalami MI, bagian pada otot jantung tidak berfungsi seperti
seharusnya. Konduksi jantung, aliran darah, dan fungsinya dapat mengalami
perubahan yang dramatis akibat MI.
kejadian MI Biasa terjadi pada pria usia 40 tahun dengan atherosklerosis. Meskipun
MI dapat terjadi pada usia berapa pun pada pria atau wanita. Wanita yang merokok
dan menggunakan kontrasepsi oral lebih bersiko mengalami MI.

A. Patofisiologi
Miokard infark tidak terjadi secara singkat. Injuri iskemik berkembang beberapa jam
sebelum menjadi nekrosis atau infark yang sempurna. Peroses iskemik
mempengaruhi lapisan subendocardial, yang paling sensitif terhadap hipoksia.
Mekanisme ini mengakibatkan penekanan pada kontraktilitas otot jantung
(miokardium). Tubuh mencoba untuk mengkompensasi penurunan fungsi jantung
dengan merangsang sistem saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan heart
rate. Perubahan pada heart rate menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen ,
yang selanjutnya menekan miokardium.
Iskemia yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kerusakan seluler dan nekrosis
pada otot jantung. Setiap kali nekrosis terbentuk pada bagian area jantung, fungsi
kontraktilitas bagian sel jantung tersebut menghilang secara permanen. Jantung
memiliki zona iskemik dan area injuri disekitar area nekrotik. Zona injuri selanjutnya
berpotensi menjadi zona nekrotik dan rentan mengalami nekrosis. Jika treatmen
dimulai dalam satu jam pertama terjadinya gejala MI, kerusakan pada area jantung
dapat diminimalisir. Disekitar area injuri adalah area iskemik dan jaringan yang
dapat hidup. Jika jantung berespon terhadap treatmen, arae ini dapat dibangun

ulang dan memelihara sirkulasi kolateral. Jika iskemia berkepanjangan mengambil


alih, ukuran infark menjadi amat luas. Ukuran infak bergantung pada seberapa cepat
suplai darah yang berasal dari arteri yang tersumbat dapat dipulihkan.
Area yang dipengaruhi oleh MI bergantung pada pembuluh arteri koroner yang
terpengaruh dan besarnya sumbatan koroner. Dengan memahami anatomi jantung
dan area MI dapat menolong perawat mengantisipasi disritmia, gangguan konduksi,
dan gagal jantung yang merupakan komplikasi utama dari MI.
Cabang anterior intraventricular dari arteri koroner kiri merupakan area yang
memberi makan bagian otot jantung anterior, yang mempengaruhi sebgian besar
ventrikel kiri. Sebuah sumbatan pada area ini menyebabkan jantung anterior
mengalami MI. Ketika bagian ventrikel kiri terpengaruhi dapat menyebabkan
kehilangan fungsi yang parah pada bagian ventrikel kiri jantung, menyebabkan
perubahan status hemodinamik yang parah bagi pasien.
Bagian arteri koroner kanan (Right coronary Artery) memberi makan jantung
bagian inferior dan bagian nodus atrioventrikular dan nodus sinoatrial. Sebuah
sumbatan pada RCA dapat menyebabkan Inferior MI dan pembentukan implus dan
konduksi yang abnormal. Disritmia yang serius dapat terjadi pada awal inferior
MI yang dapat mengancam jiwa.
Arteri koroner sirkumflek memberi makan bagian jantung lateral dan bagian
jantung posterior. Lesi pada bagian sirkumflek menyebabkan infark pada
bagianlateral jantung pada bagian ventrikel sebelah kiri.
B.Tanda dan Gejala
Nyeri dada merupakan gejala klasik pada MI. Nyeri dimulai tiba-tiba dan berlanjut
tanpa berkurang dengan beristirahat atau menggunakan NTG. Nyeri berpusat di
bagian dada tengah dan biasa digambarkan sebagai nyeri tertimpa benda berat,
terhimpit, atau seperti gajah berdiri di dada, dan nyeri menyebar ke punggung, salah
satu atau kedua tangan, pundak, leher, dan rahang. Nyeri dapat meniru sakit maag
atau serangan batu empedu dengan nyeri perut dan muntah. Gejala klasik MI
meliputi nafas pendek, pusing, mual, dan berkeringat. Ketika mendengarkan suara
paru, krakel dan wheezing mungkin terdengar. Pulse nadi cepat atau ireguler, dan
mungkin terdapat suara tambahan (S3 atau S4). Adanya suara tambahan
mengindikasikan adanya kegagalan ventrikel.
Seseorang sering menolak atau gagal mengenal bahwa mereka mengalami MI
karena mereka mengalami gejala MI yang tidak biasa (atypical) atau gejalanya mirip
dengan gejala ringan seperti sakit maag. Pasien melaporkan bahwa gejala MI yang
mereka alami tidak seperti apa yang mereka bayangkan atau mereka tonton
ditelevisi (karena pada kenyataannya sering tidak sama dengan yang terjadi di
kehidupan nyata) sehingga cenderung menunda treatmen. Sesorang sering
menunda 2 hingga 24 jam sebelum mencari pertolongan tenaga medis. Namun satu
jam pertama setelah gejala serangan sangat penting untuk mencari terapi reperfusi
yang mengembalikan aliran darah, meminimalisisr kerusakan jaringan, dan
menyelamatkan hidup.
C. Wanita dan Kesehatan Jantung

Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian di Amerika Serikat. Wanita


Amerika Serikat enam kali lebih banyak meninggal akibat penyakit jantung dari pada
kangker payu dara. Penyakit jantung membunuh lebih banyak wanita daripada
kombinasi kangker pada kelompok usia 65 tahun. Etnik atau keturunan menjadi
faktor penyebab pada wanita. Wanita afrika-amerika beresiko lebih sering
mengalami serangan jantung daripada wanita lain. Dibandingkan, pada laki-laki
Wanita cenderung mengalami MI pada usia lanjut. Wanita juga lebih beresiko tinggi
mengalami kematian dan komplikasi seperti ventrikular fibrilasi dan gagal jantung
daripada pria.
Wanita lebih sering mengalami nyeri dada tetapi juga lebih sering mengamai
gejala atypical daripada pria. Penelitian memfokuskan mengenai pemahaman
terhadap wanita dan penyakit jantung. Gejala atypical yang dilaporkan pada wanita
meliputi kelelahan hebat, nyeri epigastrik, nyeri rahang, nyeri lambung, mual, dan
muntah, sesak, nafas pendek, dan kram di bagian dada. Persentasi tertingi pada
wanita (lebih dari 50 %) mengalami gejala prodmoral (awitan/ awal) satu bulan
sebelum mengalami akut MI. Gejala ini meliputi fatigue, gangguan tidur, nafas
pendek. Kurang dari 30 % mengeluhkan ketidaknyaman pada dada. Kegagalan
dalam menacri bantuan kesehatan karena perempuan mengangap ini sebagai
penyakit wanita sehingga meningkatkan angka kematian (mortalitas) pada wanita.
D. Pertimbangan Gerontologi
Bersama pertambahan usia jantung mengalami penurunan ke-elastisan dan
penurunan kemampuan untuk merespon perubahan tekanan. Ini menyebabkan
peningkatan hambatan dalam kerja memompa darah dan menyebabkan beban kerja
miokardium meningkat untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pasien usia lanjut
harus diberitahu jangan menyepelekan gejala seperti nafas pendek, kelamasan,
atau kecepatan jantung yang lemah, atau ketidaknyamanan pada dada. Beberapa
MI terjadi tanpa adanya nyeri. Ini yang disebut sebagai sillent MIyang sering terjadi
pada usia dewasa lanjut. Juga terjadi pada pasien diabetes. Ketika nyeri tidak
muncul, hanya serangan gejala yang tiba-tiba seperti nafas pendek, pingsan,
gelisah, atau jatuh. Persentasi gejala atypical terjadi pada usia lebih dari 85 tahun.
Karena pada usia lanjut memiliki lebih banyak waktu untuk membentuk sirkulasi
kolateral dari pada pada orang yang lebih muda, sehingga tidak banyak memiliki
komplikasi dengan MI.
Pada
usia
lanjut,
terapi
revaskularisasi
seperti angioplasti dan
pembedahan bypaslebih baik untuk memperbaiki kualitas hidup tanpa meningkatkan
resiko kematian. Terapi statin juga memperlihatkan pengurangan mortalitas pada
usia lebih dari 80 tahun.
E. Tes diagnostik
Pasien yang mengalami sakit dada dan memilki riwayat keluarga dengan MI harus
mempertimbangkan resiko MI dan menjalani serangkaian pemeriksaan hingga hasil
pemeriksaan menyingkirkan kemungkinan diagnosa tersebut. Indikator yang paling
berguna adalah riwayat pasien sebelumnya jika pernah mengalami MI, EKG, serum
jantung troponin I atau T, mioglobon, dan kadar CK-MB. Kadar magnesium juga
harus dicek, khususnya yang menggunakan terapi diuretik. Sebelum terapi
trombolitik atau heparin, PT (Prothrombine Time ) dan PTT (Partial Trombopastin
Time) ditentukan. EKG dapat menunjukan area yang mengalami infark, yang berarti

juga merupakan area yang mengalami iskemik. Kerusakan miokardium terlihat


dengan adanya elevasi ST segment. Adanya gelombang Q patologis, atau
keabnormalitasan gelombang T. Pemeriksaan Serial EKG di laksanakan untuk
memonitor perubahan yang mengindikasikan kerusakan atau iskemia jantung.
F. Intervensi Terapeutik
Treatmen harus dicari dalam 5 menit untuk nyeri dada apa pun yang menetap
dan tidak hilang. AHA (American Heart Association) merekomendasikan
mengunyah satu obat aspirin pada saat serangan nyeri dada. Kegagalan dalam
mencari pelayananan kesehatan dapat membatasi pilihan treatmen dan
menyebabkan kerusakan jantung yang lebih parah. Pasien butuh diajarkan bahwa
waktu adalah jantung, karena semakin lama dengan MI semakin banyak otot jantung
yang mati.
Adanya nyeri dada mengindikasikan kurangnya suplai oksigen ke miokardium.
Treatmen yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan suplai oksigen ke otot
jantung.
Oksigen. Oksigen di berikan segera, biasanya 2 L permenit dengan nasal canul.
Terapi oksigen dibatasi 6 jam pertama bagi pasien yang stabil. Banyak oksigen
menyebabkan vasokontriksi sistemik, yang meningkatkan beban kerja
miokardium. Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk melihat kadar kebutuhan
oksigen pasien. Saturasi oksigen harus dimonitor dan dijaga diatas 94%. Oksigen
dapat diberikan melalui masker jika kosentrasi oksigen yang lebih tinggi dibutuhkan.
Obat-obatan. Obat-obat seperti antiplatelet, statin, ACEI (Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitors), dan beta blocker harus dipertimbangkan dalam penggunaannya.
Dan sudah dijelaskan dalam pembahasan angina.
Analgesik. Diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Morphine sulfate merupakan
natkotika yang paling umum digunakan untuk beberapa alasan. Biasanya diberikan
berangsur-angsur dengan dosis 2-8 mg melalui intravena per 5 - 15 menit hingga
nyeri hilang. Lalu dilakukan pemantauan untuk gejala hipotensi, penekanana nafas,
sedasi berlebihan, dan sensitivitas terhadap morphine. Selain untuk mengurangi
rasa nyeri morphine berfungsi mengurangi kecemasan, membuka bornkus
(bronkodilator), dan mengurangi preload dan afterload yang dapat membantu
meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium.
Vasodilator. NTG (Nitrotrigliserin) sublingual, topikal, atau drip intravena dapat
diberikan untuk vasodilatasi agar mensuplai lebih banyak darah ke miokardium
untuk mengurangi nyeri dan beban kerja jantung. Pada fase akut, rute IV biasa
digunakan. Nitrat seharusnya tidak diberikan jika tekanan sistolik pasien kurang dari
90 mmHg atau 30 mmHg lebih dibawah tekanan normal. Baradikardi yang parah
dengan denyut nadi kurang dari 50 x/menit. Atau jika pasien telah
mendapat phosphodiesterase inhibitor untuk disfungsi ereksi. Menyebabkan
munculnya catastrophic hipotensi.
Trombolitik. Digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat pada
arteri koroner. Penelitian memperlihatkan penurunan insiden mortalitas dan
morbiditas (angka kesakitan ) dan pengurangan kerusakan jaringan yang luas ketika
penggunaan treatmen trombolitik. Terapi trombolitik harus dimulai dalam waktu yang

sepesifik pada saat gejala serangan dimulai, biasanya dalam 1- 6 jam , sebelum
nekrosis terjadi.
Glikoprotein 11a /111 a inhibitor (abciximab, triofiban) digunakan sebagai trombolisis
atau PTCA pada pasien dengan miokard infark akut. Obat ini mencegah agregasi
(kumpulan/penggumpalan) platelet (trombosit).
Aktivitas. Pada awal pasien dipertahankan pada posisi tirah baring dengan kamar
kecil (toilet) di tempat tidur untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung.
Selanjutnya aktivitas dilatih secara bertahap hingga dapat ditoleransi.
Kontrol gula darah. Penelitian terbaru menunjukan bahwa memelihara tingkat gula
darah dalam batas 70 100 mg/dl mengurangi angka kematian secara
signifikan bagi pasien kritis. Infus insulin dapat diberikan hingga kadar gula darah
pasien dalam rentang target.
Diet dan pengurangan berat badan. Selama fase akut MI, makanan kecil dan
mudah dicerna dihidangkan. Kafein dibatasi karena meningkatkan denyut jantung
dan vasokontriksi pembuluh darah. Cairan dibatasi jika pasien mengalami gagal
jantung. Diawali dengan diet rendah sodium dan cairan bening. Selanjutnya diet
rendah lemak, kolestrol, dan garam. Jumlah garam di resepkan oleh dokter. Jika
pasien obesitas, pengurangan berat badan dilaksanakan untuk mengurangi beban
kerja jantung.
Merokok. Harus dihindari, dan pasien di beritahu bahaya melanjutkan rokok.
Program berhenti merokok dapat dibuat. Perawat butuh bekerjasama dengan pasien
untuk menolong pasien memahami dan menerima perubahan gaya hidup.
Perbaikan aneurisma ventrikular. Ventricular aneurysms mungkin terjadi setelah
MI. indikasi untuk Ventricular aneurysms menjalani pembedahan adalah angina
yang menetap, adanya gejala gagal jantung, anaeurisma besar yang perkirakan
akan menggangu fungsi jantung, kegagalan ventrikel kiri, dan takidisritmia.

You might also like