You are on page 1of 25

HAMA PENTING TANAMAN HORTIKULTURA

A. Hama Penting Tanaman Kacang Panjang


1. Lalat bibit (Ophiomyia phaseoli)
Klasifikasi
Filum : arthropoda
Class : insecta
Ordo : Diptera
Family : Agromyzidae
Genus : Ophiomyia
Spesies: Ophiomyia phaseoli
Bioekologi
Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli) merupakan salah satu jenis hama yang pertama
sekali menyerang tanaman kedelai. Gejala kerusakan tanaman mulai terlihat pacta
14 hari setelah tanam dan berakhir pada 30 hari setelah tanam. Kerugian hasil yang
disebabkan oleh serangan lalat kacang adalah setara dengan presentase kematian
tanaman pada suatu areal pertanaman.
Lalat kacang dewasa berukuran 1,9-2,2 mm berwarna hitam, lalat dewasa meletakan
telur sejak tanaman kedelai muncul diatas tanah sampai sekitar 2 minggu setelah
tanam. Telur diletakan secara terpisah dalam lubang di dikoteledon atau pangkal
helai daun pertama atau kedua.
Seekor induk betina lalat mampu meletakan telur 94-183 butir menetas 48 jam
setelah diletakan. Larva berbentuk ramping panjang maksimal 3,75 mm dan lebar
0,15 mm memakan keping biji atau daun selama 2 hari, larva menggerek daun
menuju ke batang hingga pangkal batang atau pangkal akar. Melalui kulit batang.
Stadia larva berkisar antara 7 -11 hari.
Pupa terbentuk di bawah epidermis kulit padakal batang atau pangkal akar. Siklus
hidup lalat kacang berkisar 17-26 hari.
Gejala
Gejala serangan lalat kacang mula-mula terlihat berupa bintik-bintik putih pada
kotiledon kemudian berupa berupa alur - alur korokan yang melengkung berwama
coklat pada daun pertama dan kotiledon. Gerekan larva menyebabkan tanaman
menjadi layu mati dan kering karena akar tidak dapt berfungsi normal untuk
mengisap air dan unsur hara.
Pengendalian
" Pergiliran tanaman dengan bukan kacang-kacangan
" Tanam serempak dengan selisih waktu tanam kurang dari 10 hari
" Menutup lubang tugal dengan mulsa (jerami, rumput daun kering)
" Pencabutan dan pemusnahan tanaman terserang
" Perawatan benih (untuk benih yang akan ditanam di daerah kronis/endemis)
" Penyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan serangan kurang dari 2% pada
umur kurang 10 hari setelah tanam.
2. Ulat Penggerek Polong (Etiella zinckenella T)

Klasifikasi
Filum : arthropoda
Class : insecta
Ordo : lepidoptera
Family : pyralidae
Genus : Etiella
Spesies: Etiella zinckella
Bioekologi
Morfologi dari ulat polong yaitu mempunyai panjang ngengat kurang lebih 12 mm.
sayap mukanya pada bagian tepi berwarna putih seperti perak, atau kuning pucat.
Kepala ulat berwarna hitam. Warna ulat mula-mula hijau pucat, kemudian berubah
menjadi merah muda. Bentuk ulat silindris dengan panjang kuang lebih 15 mm.
Telur diletakkan pada polong atau daun. Jmlahnya 7-15 butir. Setelah menetas ulat
segera membuat lubang pada polong. Ulat kemudian memakan biji dan
mengeluarkan kotorannya. Ulat yang telah dewasa berwarna merah. Setelah dewasa
ulat meninggalkan polong an berkepompong di tanah.
Gejala serangan
Gejala serangan dapat dilihat dengan terdapatnya bercak hitam pada kuit polong,
dan didalamnya terdapat ulat. Warna buah yang terserang berubah dari hijau
menjadi gelap berkilau, sedangkan bijinya keropos.
Pengendalian
Tindakan yang perlu dilakukan dalam mengendalikan hama ulat polong ini yaitu :
" Tindakan pencegahan dilakukan penanaman serentak dan dalam aktu yang relative
singkat selesai.
" Penggunaan insektisida pada saat setelah buah mulai terbentuk. dengan interval
penyemprotan trgantung denga intensitas serangan.
3. Ulat Polong (Helicoverpa armigera)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies: Helicoverpa armigera
Bioekologi
Ngengat betina muncul sehari lebih dahulu dari pada ngengat jantan. Ngengat jantan
mudah dibedakan dari ngengat betina karena ngengat betina mempunyai pola
bercak-bercak berwarna pirang tua, sedang ngengat jantan tidak mempunyai pola
seperti itu. Nisbah kelamin jantan dan betina 1 : 1. Daur hidup H. armigera dari telur
hingga ngengat mati berkisar antara 52 - 58 hari.
Ngengat betina meletakkan telur satu persatu pada pucuk daun, sekitar bunga dan
cabang. Telur berbentuk bulat dan berwarna putih agak kekuning-kuningan,
kemudian berubah menjadi kuning tua dan ketika akan menetas terlihat adanya
bintik hitam. Stadium telur berkisar antara 10 - 18 hari dan persentase penetasan
telur berkisar 63 - 82 persen.

Stadium larva berkisar antara 12 - 23 hari. Ketika baru keluar dari telur, larva
berwarna kuning muda dan tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian
berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola antar sesama larva. Larva H.
armigera terdiri dari lima instar, instar pertama, kedua, ketiga, keempat dan
kelima, masing-masing berumur 2 - 3 hari, 2 - 4 hari 2 - 5 hari, 2 - 6 hari dan 4 - 7
hari.
Pupa dibentuk di dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning,
kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama
stadium pupa 15 - 21 hari. Hama ulat buah tersebut menyebar di daerah sentra
produksi tomat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Gejala
Larva H. armigera melubangi buah tomat baik buah muda maupun yang sudah tua.
Buah tomat yang terserang akan busuk dan jatuh ke tanah. Kadang-kadang larva
juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang tomat.
Tanaman inang lain
Tanaman inang utama ulat buah adalah tomat, tembakau, jagung, dan kapas.
Tanaman inang lainnya misalnya kentang, kubis, kacang-kacangan.
Pengendalian
a) Kultur teknis . Pengaturan waktu tanam. Tomat yang ditanam pada bulan
September terserang ringan oleh larva H. armigera.
b) Penanaman varietas toleran, seperti LV 2100 dan LV 2099. Penanaman tanaman
perangkap tagetes (Tagetes erecta) di sekeliling tanaman tomat. Sistem tumpangsari
tomat dengan jagung dapat mengurangi serangan H. armigera.
c) Pengendalian fisik/mekanis. Mengumpulkan dan memusnahkan buah tomat yang
terserang H. armigera. Pemasangan perangkap feromonoid seks untuk ngengat H.
armigera sebanyak 40 buah / ha.
d) Pengendalian hayati. Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid telur H.
armigera yaitu Trichogramma sp., parasitoid larva yaitu Eriborus argenteopilosus,
dan virus HaNPV sebagai patogen penyakit larva H. armigera.
e) Pengendalian kimiawi. Bila ditemukan ulat buah ? 1 larva / 10 tanaman contoh,
dapat diaplikasikan insektisida yang efektif dan diizinkan, antara lain piretroid
sintetik (sipermetrin, deltametrin), IGR (klorfuazuron), insektisida mikroba
(spinosad), dan patogen penyakit serangga H. armigera HaNPV 25 LE.
4. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Plusia
Spesies: Plusia chalcites
Ulat jengkal memiliki beberapa nama daerah seperti ulat lompat, ulat kilan, ulat
jengkal semu dan ulat keket. Spesies ulat jengkal yg menyerang kacang panjang
adalah Plusia chalcites esper atau Chrydeixis chalcites esper. Ciri-ciri tubuhnya
berwarna hijau dan terdapat garis berwarna lebih muda pada sisi sampingnya.
Panjang tubuhnya sekitar 2 cm. Ciri khasnya adalah berjalan dengan melompat atau
melengkungkan tubuhnya. Lama masa ulat 2 minggu sebelum menjadi kepompong.
Imagonya berupa ngengat yang mampu bertelur sampai 1000 butir. Telurnya
berbentuk bulat putih. Telur-telur terdapat di permukaan bawah daun yang akan

menetas setelah 3 hari.


Ulat jengkal menyerang daun muda maupun tua. Ulat ini juga menyerang pucuk
tanaman dan polong muda. Daun pada mulanya tampak berlubang-lubang tidak
beraturan. Pada tahap selanjutnya, tinggal tersisa tulang-tulang daun saja. Pada
tingkat berat, daun akan habis sehingga menimbulkan kerugian cukup besar.
5. Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis craccivora
Bioekologi
1) Sifatnya partenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi nimfa tanpa terjadi
pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya.
2) Lama hidupnya antara 13 - 18 hari dengan 4 - 8 kali instar.
3) Nimfa yang baru terbentuk langsung mengisap cairan tanaman secara
bergerombol. Nimfa dewasa berwarna hitam dan berkilau. Antenenya lebih pendek
dari pada abdomen.
4) Betina menjadi dewasa setelah berumur 4 - 20 hari. Panjang tubuh yang bersayap
rata-rata 1,4 mm dan yang tidak bersayap rata-rata 1,5 mm. Mulai menghasilkan
keturunan pada umur 5 - 6 hari dan berakhir sepanjang hidupnya.
Gejala Serangan
Stadia yang merusak adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap pada bagian
daun permukaan bawah, kuncup, batang muda. Tanaman yang terserang akan
terhambat pertumbuhannya menjadi lemah dan kehilangan warna daun, mengkerut
dan akhirnya menyebabkan penurunan hasil produksi. Serangan berat pada fase
pembungaan atau pembentukan polong dapat menurunkan hasil panen. Selain itu,
kutu daun kacang juga merupakan vektor penyakit virus (CAMV).
Tanaman Inang
Kacang panjang dan jenis tanaman kacang-kacangan lainnya (Leguminoseae),
kapas-kapasan (Malvaelae), waluh-waluhan (Cucurcitaceae), dll.
Pengendalian
" Penanaman tanaman yang resisten.
" Penggunaan musuh alami seperti Coleoptera, Harmonia arcuata, dan dari ordo
Diptera.
6. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Noctuidae
family : Lepidoptera

Genus : Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura
Bioekologi
Serangga ini berkembang secara metamorfosis sempurna. Perkembangan S. litura
terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Hama ini bersifat
polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas. Pada umur 2 minggu,
panjang ulat sekitar 5cm. Ulat berkepompong di dalam tanah, membentuk pupa
tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60
cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari). Stadium
larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20-46 hari. Lama stadium pupa
8-11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur. Ulat grayak
tersebar luas di Asia, Pasifik, dan Australia. Di Indonesia, hama ini terutama
menyebar di Aceh, Jambi, Sumatera Selatan.
Gejala
Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis
bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun
dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah
daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat
menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat.
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan
defoliasi daun yang sangat berat. serangan ulat yang masih kecil mengakibatkan
bagian daun yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja. Ulat
yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman
menjadi gundul.
7. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
family : Brunchidae
Genus : Callosobruchus
Spesies: Callosobruchus maculates
Bioekologi
Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam gudang.
Tarsi tampaknya 4-4-4, tapi sesungguhnya 5-5-5. Tubuh oval, bagian belakang lebar,
warna hitam atau coklat dengan bintik-bintik. Dari atas kepala tersembunyi elytra
pendek tidak sampai ujung abdomen. Serangga ini merupakan family dengan jumlah
yang relatif sedikit. sepanjang hidupnya larva berada dalam biji-bijian, dewasa
sebagian ditemukan dibunga-bunga.
Gejala
Biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan
membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama.
Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
Pengendalian
Dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat

persembunyian hama dan benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10
cc/kg biji.
8. Ulat bunga (Maruca testulalis)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
family : pyralididae
Genus : Maruca
Spesies: Maruca testulalis
Bioekologi
Hama ini tersebar di daerah tropis, ia menkhususkan diri menyerang tanaman
family Leguminosae. Termasuk dalam daftarnya buncis, kacang panjang, tanaman
penutup tanah Crotalaria, dan kedelai. Larva menyerang ovarium bunga yang baru
mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda, dan tunas. Ukuran larva berwarna
hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm. Selanjutnya ia akan membentuk
pupa di dalam tanah.
Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas atau mengeluarkan polong. Siklus
hidup Ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 3-5 hari
telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong.
Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini
merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini. Setelah umur 6-8
hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk
menjadi serangga dewasa.
Gejala
Bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak
dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba,
kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.
Pengendalian
Dengan cara mekanis dapat langsung di ambil dan di musnahkan yang terlihat pada
tanaman yang terserang. Secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida kontak
berbahan dasar Protiofos, seperti Tokuthion 500 EC, Prevathon 50 SC berbahan
aktif Klorantraniliprol dan Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil pada onsentrasi
sesuai label. Dengan cara budidaya, membersihkan serasah dan gulma di sekitar
tanaman utama.
B. Hama Penting Tanaman Kubis
1. Ulat kubis (Plutella xylostella L.)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
family : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies: Plutella xylostella

Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan ulat daun kubis atau diamond back moth,
termasuk ordo Lepidoptera, family Plutellidae dan mernpunyai daerah penyebaran
di Indonesia. Ngengat P. xylostella kecil berwarna coklat kelabu, pada sayap depan
terdapat tanda "tiga berlian". Ngengat aktif pada senja dan malam hari dengan
meletakkan telur tersebar pada daun. Stadium telur 3-5 hari. Larva instar pertama
berukuran 1,2 mm berwarna hijau cerah dengan kepala tampak hitam. Stadium larva
7-11 hari. Pupanya tertutup oleh kokon, berwarna kuning pucat. Daur hidupnya
berkisar 21 hari.
Gejala
Daun yang terserang P. xylostella berlubang-lubang kecil dan bila serangan berat,
tinggal tulang daun. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, saat tanaman
berumur 5-8 minggu. Tanaman inang P. xylostella adalah petsai, brokoli, dan kubiskubisan lainnya.
Pengendalian
Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat dilakukan dengan cara
mekanis dan kimia. Cara mekanis yaitu dengan memusnahkan dan mengumpulkan
semua larva imago yang ditemukan, sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan
penggunaan pestisida selektif bila ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari
jumlah tanaman telah terserang hama tersebut. Dengan melakukan pengamatan,
maka akan menghemat penggunaan pestisida 7 - 11 kali penyemprotan dengan dosis
0,5 - 1cc/liter tiap penyemprotan. Hama ulat kubis ( Plutella maculipennis),
dikendalikan dengan Diazinon atau Bayrusil 1 -2 cc/1 air dengan frekwensi
penyemprotan 1 minggu. Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan
dengan Bayrusil 13 cc/1 air.
2. Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Lepidoptera
family : pyralidae
Genus : Crocidolomia
Spesies: Crocidolomia pavonana
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop kubis atau large cabbage heart
caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, farnili Pyralidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia. Ngengat C. binotalis berwarna kelabu kecoklatan dengan
rentangan sayap 20 mm dan panjang 13 mm. Telur diletakkan secara berkelompok
pada daun dengan stadium 4 hari. Larvanya berwarna coklat sampai hijau tua.
Stadium larva 14 hari. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidup 24-32 hari. Larva C.
binotalis merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga daun kubis
berlubang-lubang.
Gejala
Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis sedang kerusakan berat
menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen. Tanaman inang C. binotalis

adalah petsai dan kubis-kubisan.


Pengendalian
Pengendalian C. binotalis dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
(memusnahkan) telur, larva atau imago yang ditemukan. Pengendalian secara
kimiawi dapat dilakukan bila ditemukan 3 paket telur pada 10 tanaman dan 5 %
tanaman terserang hama tersebut. Pengendalian kimia cara tersebut dapat
menghemat/menekan penggunaan pestisida 7 - 11 kali penyemprotan. Pemilihan
bahan aktif insektisida dilakukan dengan selektif dan yang efektif diantaranya
Bacillus thuringiensis (Turex, Thuricide), sipermetrin (Cymbush), Klorfluazuron
(Atabron), lufenuron (Match), Lamda sihalotrin (Matador), Protiofos (Tokuthion)
dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan pestisida nabati atau biologi dengan
dosis anjuran adalah : Bacillus thurigiensis, biji sirsak atau dengan menggunakan biji
nimba 30 gr/liter.
3. Ulat kubis (Hellula undalis)
Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop bergaris atau striped cabbage heart
caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia. Ngengat H undalis berwarna kelabu dan pada sayap depan
terdapat garis-garis pucat serta titik-titik. Larvanya berwarna kuning kecoklatan
dengan kepala hitam dan pada badannya terdapat enam garis yang memanjang
berwarna coklat. Pupanya di tanah terbungkus kokon, tertutup oleh partikel tanah.
Daur hidupnya 23-25 hari.
Serangan larva muda seperti serangan yang disebabkan oleh Plutela sp. dan gejala
serangan larva tua seperti gejala serangan Crocidolomia sp. Tanaman inang
H.undalis adalah Petsai, sawi, lobak, dan, kubis tunas.
Pengendalian H. undalis dapat diakukan dengan:
" Pemusnahan tanaman yang terserang
" Penyemprotan insektisida sistemik pada saat tanaman muda dan ditemukan gejala
serangan.
4. Kumbang daun (Phyllotreta vittata)
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun atau leaf beetle, termasuk ordo
Coleoptera, family Chrysomelidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Kumbang ini berwarna coklat kehitaman dengan sayap bergaris kuning. Panjang
kumbang 2 mm. Telur diletakkan berkelompok pada kedalaman l-3 cm di tanah.
Panjang larva 3-4 mm. Pupanya berada pada kedalaman tanah 5 cm. Daur hidupnya
3-4 minggu.
Daun kubis yang terserang P. vittata berlubang-lubang kecil. Larvanya seringkali
merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan. Tanaman inang P. vittata
adalah petsai, lobak, dan sawi. Pengendalian P. vittata dapat dilakukan dengan
" Pemusnahan tanarnan yang terserang
" Penggunaan insektisida bila ditemukan gejala serangan dan saat tanaman masih
muda.
5. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Serangga hama ini dikenal dengan ulat grayak atau army worm, termasuk ordo
Lepidoptera, family Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur S litura diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah daun. Stadium
telur 2-8 hari. Larva berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar akhir
50mm. Pupa berwarna coklat berada dalam tanah. Stadium pupa 9-10 hari. Ngengat
berwarna agak keabu-abuan. Larva S. litura memakan daun dan pucuk tanaman
kubis, sehingga daun transparan.
Pada serangan berat tinggal tulang daun. Tanaman inang S. litura adalah kacang
tanah, tembakau, bawang merah, dan ketela rambat. Pengendalian S. litura dapat
dilakukan dengan:
" Pergiliran tanaman dengan tanaman buhan inang.
" Penanaman serempak
" Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva/pupa dalam tanah.
" Pemusnahan kelompok telur dan larva
" Konservasi musuh alami seperti penggunaan parasitoid telur Telenomus
spodopterae Dodd
" Penggunaan insektisida bila telah ditemukan gejala serangan.
6. Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites)
Serangga hama ini dikenal dengan ulat jengkal atau green semilooper, termasuk
ordo Lepidoptera, family Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di
Indonesia. Telur C. chalcites diletakkan pada daun, berwarna keputihan. Stadium
telur 3-4 hari. Larvanya berwarna hijau dengan stadium larva 14-19 hari. Pupanya di
daun dengan stadium 6-11 hari. Ngengat berwarna coklat tua.
Daun kubis yang terserang C. chalcites akan tampak tinggal epidermis dan tulang
daunnya. Tanaman inang C. chalcites adalah kentang, jagung, tembakau, apel,
kacang tanah, rami, dan kacang hijau. Pengendalian C. chalcites dapat dilakukan
dengan:
" Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
" Penanaman serempak
" Pemusnahan larva yang ditemukan
" Penyemprotan insektisida bila ditemukan gejala serangan.
7. Penggerek buah dan tunas (Helicoverpa armigera Hubn)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies: Helicoverpa armigera
Bioekologi
Helicoverpa armigera merupakan family Noctuide. Telur berwarna putih kemudian
berubah menjadi coklat (Gambar 1). Larva (Gambar 2) terdari dari enam instar.
Instar pertama berukuran 1-3 mm dengan warna kepala coklat kehitaman atau
kuning keputihan. Tubuh berwana gelap. Instar kedua memilki panjang 4-7 mm,
instar tiga 8-13 mm, instar empat 14-23 mm, instar lima 24-28 mm, dan instar enam

29-30+ mm. Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval . Imago memilki rentang
sayap 30-45 mm,sayap depan berwarna coklat atau coklat kemerahan. Sayap
belakang berwarna pucat dengan margin terluar gelap.
Suhu optimum H.armigera adalaah 25 C. H.armigera meletakan telur pada daun
dan bunga secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Setelah 4-6 hari telur menetas.
Larva memakan daun, dan buah. Stadia larva berlangsung selama 14 hari yang
terdiri dari enam larva. Larva yang menyerang buah cabai menggorok ke dalam
buah. Setelah itu larva menuju tanah den masuk ke dalam tanah sedalam 10 cm.
Stadia pupa berlangsung selama 10-12 hari. Imago mampu hidup selama 10 hari.
H.armigera dapat meletakan 1000 telur selama hidupnya. Imago mengkonsumsi
nektar untuk kebutuhan pakannya.
Gejala
Daun kubis yang terserang larva H. armigera berlubang-lubang. Bila serangan cukup
tinggi, banyak daun kubis yang berlubang sehingga menurunkan kualitas kubis.
Tanaman inang H. armigera adalah sorghum, kentang, tomat, jagung, tembakau,
kapas, dan kacangkacangan.
Pengendalian
a) Pengendalian Secara Mekanis. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan
sanitasi buah cabai dan bagian tanaman yang terinvestasi H.armigera (telur dan
larva). Bagian tanaman yang di ambil di bakar.
b) Pengendalian Secara Biologi. Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan parasitoid dan entomopathogen. Parasitoid yang dapat dimanfaatkan
diantara lain adalah Microplitis, Trichogramma dan Telenomus, Netelia,
Heteropelma dan Ichneumon. Parasitoid tersebut memparisiti larva dan pupa
H.armigera. Entomopathogen yang dapat dimanfaatkan adalah
nucleopolyhedrovirus (NPV). NPV diaplikasikan dengan disemprotkan ke tanaman
dengan dosis 250-500ml (1ml/litre)/hektar 2-3 kali dengan interval 10 hari.
Penyemprotan dilakukan pada malam hari. Selain itu dapat memanfaatkan Bakteri
berspora Bacilus thuringensis dan jamur metarizium.
c) Pengendalian Kimiawi. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan feromon sex sintetik. H.armigera yang tertarik adalah Imago jantan.
Feromon sex berbentuk seperti karet. Feromon tersebut dimasukan kedalam suatu
tempat Yang di bagian dasarnya terdapat air atau insektisida. Pengendalian dengan
menggunakan insektisida nabati dapat digunakan Neem oil, karena neem oil bersifat
sistemik terhadap tanaman. Neem oil bekerja dengan menghambat hormon ecdyson
yang berperan dalam penggatian kulit serangga. Bila serangan sudah sangat berat
dapat digunakan insektisida sintetik sistemik seperti karbofuran.
8. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Genus : Myzus
Spesies: Myzus persicae
Bioekologi
Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 - 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk

seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu
generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar
25oC, dan 21 hari pada 15oC.
Di antara semua kutu daun yang menyerang jeruk, kutu daun coklat merupakan
yang terpenting. Karena kutu tersebut merupakan penular virus penyebab penyakit
Tristeza yang paling efisien. Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu
daun ini serupa. Kutu daun tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada
tanaman, tetapi perannya sebagai vektor virus Tristeza jauh lebih berbahaya karena
virus ini menyebabkan kerugian ekonomis yang tinggi. Pada saat tanaman sedang
bertunas, perkembangbiakan kutu mencapai optimum.
Gejala
Kerusakan karena hama ini tampak pada bagian-bagian tanaman yang masih muda,
misalnya tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda. Hal ini
terjadi karena serangga menusukkan stiletnya, kemudian mengisap cairan sel
tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling disukainya.
Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat. Pada bagian tanaman
di sekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitam, yaitu
Capnodium sp. yang tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun berupa embun
madu. Kadang-kadang di sekitar koloni tersebut terdapat semut yang juga menyukai
sekresi yang dihasilkan serangga ini.
Pengendalian
Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh
(suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam,
pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga
dewasa yang ada setiap 2 minggu.
Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi
terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan
jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan.
Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili
Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan
parasitoid Aphytis sp.
Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai
rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada tunas bila tunas terserang 25 %.
C. Hama Penting Tanaman Kentang
1. Penggorok Daun (Liriomyza huidobrensis spp)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Trypetidae
Genus : Liriomyza
Spesies: Liriomyza huidobrensis
Bioekologi
Telur berwarna putih bening, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm, dan lama stadium

telur berlangsung antara 2 - 4 hari. Jumlah telur yang diletakkan serangga betina
selama hidupnya berkisar 50 - 300 butir, dengan rata-rata 160 butir. Telur
diletakkan dalam jaringan daun melalui ovipositor.
Larva yang baru keluar, berwarna putih susu atau putih kekuningan, segera
mengorok jaringan mesofil daun dan tinggal dalam liang korokan selama hidupnya.
Stadium larva antara 6 -12 hari, dan larva yang sudah berusia lanjut (instar 3)
berukuran 3,5 mm. Larva instar 3 dapat mengorok jaringan 600 x lipat dari larva
insatar 1, dan larva ini kemudian keluar dari liang korokan untuk berkepompong.
Pupa lalat pengorok daun ini umumnya ditemukan di tanah, tetapi pada tanaman
bawang merah sering ditemukan menempel pada permukaan bagian dalam dari
rongga daun bawang. Stadium pupa antara 9 - 12 hari, lalau keluar menjadi
serangga dewasa/imago.
Imago betina mampu hidup selama 6 - 14 hari dan imago jantan antara 3 - 9 hari.
Lalat L. Chinensis pada bagian punggungnya berwarna hitam, sedangkan pada lalat
L. Huidobrensis dan L. Sativa di bagian ujung punggungnya terdapat warna kuning.
Gejala
Daun bawang yang terserang lalat pengorok memperliharkan gejala bintik-bintik
putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok.
Serangan berat dapat mengakibatkan hampir seluruh helaian daun penuh dengan
kotoran, sehingga daun menjadi kering dan berwarna cokelat seperti terbakar.
Tanaman inang lain
Lalat L. Chinensis merupakan OPT baru, sehingga sampai saat ini belum banyak
dapat diperoleh informasinya tentang tanaman inang lainnya, mungkin dapat
menyerang tanaman inang Liriomyza lainnya (L. Huidobrensis, L. Sativa).
Pengendalian
" Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran
tanaman, budidaya tanaman sehat, penanaman tanaman perangkap (tanaman
kacang merah ditanam + 2 minggu sebelum tanaman bawang merah), penanaman
varietas toleran (varietas Filipina).
" Pengendalian fisik/mekanik, dengan cara penggunaan mulsa plastik; pemotongan
daun yang menunjukkan gejala, dikumpulkan kemudian dimusnahkan;
pemerangkapan lalat secara masal dengan pemasangan kartu perangkap, kain
perangkap dan penyapuan dengan kain berperekat; pemasangan kain kelambu.
" Pemanfaatan musuh alami, dari beberapa jenis tabuhan Ascecodes sp.
Hemiptarsenus varicornis, Gronotoma sp., dan Opius sp., merupakan parasit yang
menyerang larva lalat pengorok daun.
" Pengendalian dengan peraturan, melarang masuknya benih atau bagian tanaman
lain terutama dari daerah serangan yang dikhawatirkan membawa telur atau larva
pengorok daun ke daerah yang masih bebas dari serangan pengorok daun.
" Pengendalian kimia, dengan menggunakan pestisida yang diizinkan oleh Menteri
Pertanian.
2. Kumbang Kubah (Epilachna sparsa)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Coccilinedae
Genus : Epilachna

Spesies: Epilachna sparsa


Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf beetle,
termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah penyebaran di
Indonesia. Telur E. sparsa diletakkan pada daun yang masih much. Larva berukuran
panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal terdapat driri-duri
lunak. Larva ini memakan daun kentang. Kumbangnnya berukuran panjang 10 mm,
berwarna merah dengan spot hitam. Banyaknya spot hiram ini membedakan species
yang satu dengan yang lainnya. Daur hidup kumbang 7-10 rninggu.
Gejala
Larva dan kumbang E. Sparsa memakan permukaan alas dan bawah daun kentang
sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang). Tanaman inang E.
sparse adalah terung, tomat, jagung, padi, dan kacang tanah.
Pengendalian
Pengendalian E. Sparse dapat dilakukan dengan
" Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan
" Penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala serangan.
3. Penggerek Umbi (Phthorimaea operculella)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Gelechiidae
Genus : Phthorimaea
Spesies: Phthorimaea operculella
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan penggerek umbi kentang atau potato tuber borer,
termasuk ordo Lepidoptera, famili Gelechiidae dan mempunyai daerah penyebaran
di Indonesia.
Telur P. operculella kecil berwarna kekuningan, diletakkan pada daun. Stadium
telur 3-15 hari. Larvanya berwarna putih kelabu dan menggorok daun, cabang, atau
melipat daun.
Aktivitas larva dilanjutkan ke umbi kentang di lapangan ataupun umbi kentang yang
ada di gudang. Stadium larva 9-33 hari. Pupanya berada di dalam lekukan umbi
kentang dengan stadium pupa berkisar 6-26 hari (bergantung kepada temperatur).
Ngengatnya berwarna coklat kelabu berukuran 10-15 mm, daur hidupnya 5-6
minggu. Tanaman inang P. operculella adalah terung, tembakau, jenis Solanaceae
lainnya.
Gejala
Daun yang terserang P. operculella menggulung dan berwarna kemerahan. Gejala
pada umbi kentang tampak adanya kotoran di sekitar mata tunas. Bila umbi itu
dibelah akan terlihat lorong-lorong gerekan.
Pengendalian
" Monitoring hama pada pertanaman.
" Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
" Pembumbunan umbi yang terlihat darl permukaan.

" Eradikasi sisa-sisa tanaman dan umbi kentang yang terserang.


" Penggunaan insektisida apabila telah ditemukan lebih 2 ekor larva setiap tanaman.
4. Orong-orong (Gryllotalpa Africana)
Klasifiakasi
Filum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Orthoptera
Family : Gryllidae
Genus : Gryllotalpa
Spesies: Gryllotalpa Africana
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan anjing tanah/orong-orong/gaang atau small mole
cricket, termasuk ordo Orthoptera, famili Gryllotalpidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia. Telur G. africana diletakkan di bawah permukaan tanah
dalam lubang sekitar 10-15 cm. Produksi telur serangga betina sekitar 100 butir.
Stadium telur 2-3 minggu. Nimfanya aktif pada malam hari untuk mencari makanan.
Serangga dewasa benwarna kecoklatan, panjang 2,5 cm. Kaki depannya cukup kuat
sebagai kaki penggali tanah.
Gejala
Umbi kentang yang terserang G. africana berlubang-lubang cukup besar. Bila
serangan tinggi, banyak umbi kentang yang berlubang dengan bentuk lubang
beraturan. Tanaman inang G. africana adalah berbagai tanaman muda.
Pengendalian
" Pengolahan tanah yang baik
" Pemasangan umpan beracun dengan insektisida triklorfon (Dipterex 25 SL) dengan
dosis 2-4 kg bahan aktif setiap hektar dicampur dengan 20 kg dedak, 1-2 kg gula
merah, 20 L air yang disebarkan pada sore hari di sekitar tanaman.
" Penggunaan insektisida sistemik yang ditaburkan di sekitar tanaman.
" Konservasi musuh alami seperti parasitaid Campsomeris leefmansi Betr.
5. Holotrichia javana Brsk.
Serangga hama ini dikenal dengan uret/lundi atau grub, termasuk Coleoptera, famili
Scarabaeidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jativa. Larva H. javana berada
dalam tanah memakan bagian tanaman yang ada dalal tanah senerti akar dan umbi
kentang. Larvanya lebih menyukai umbi kentang. Kumbang ini berukuran panjang
2,0-2,5 cm dan berwarna coklat tua. Daur hidupnya berkisar 10 bulan. Kumbang
betina meletakkan telurnya
dalam tanah pada kedalaman 10-20 cm.
Umbi kentang yang terserang H. javana berlubang-lubang dengan bentuk lubang
tidak beraturan. Pada populasi tinggi, kehadiran lundi ini dapat mengurangi hasil
umbi kentang. Tanaman iuang H. javana adalah pada, jagung. karek, kina, bayam,
kacang - kacangan, dan Centrosema sp.
Pengendalian H. javana dapat dilakukan dengan
" Pengolahan tanah yang baik.
" Konservasi musuh alami seperti parasitaid Campsomeris leefmansi Betr. serta
penggunaan insektisida granular yang ditaburkan di sekitar tanaman.

6. Agrotis ipsilon (Hufn)


Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan ulat tanah atau back cutworm, termasuk ordo
Lepidoptera, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Serangga betina A. ipsilon meletakkan telur pada tanah dekat dengan tanaman.
Produkasi telurnya berkisar 1.800 butir. Telurnya berwarna keputihan dan
berbentuk bulat. Daur hidupnya 4-6 minggu.
Larva bersembunyi di dalam tanah pada waktu siang hari dan keluar waktu malam
hari untuk menyerang tanaman dengan memotong batang tanaman dekat
permukaan tanah. Tanaman inang A. ipsilon adalah tomat, cabe, kubis, terung,
jagung, dan kacang-kacangan.
Gejala Serangan
Pangkal batang tanaman kentang yang terserang A. ipsilon terpotong dan bagian
yang terpotong ini terkulai layu dekat dengan tanaman yang dipotong. Biasanya
dengan sedikit membongkar tanah di sekitar tanaman yang terpotong itu ditemukan
larva Agrotis. Serangga ini banyak menimbukan kerugian atau kerusakan.
Pengendalian
" Pengolahan tanah dan bila memungkinkar, pemberian air/penggenangan sebelum
lahan ditanami.
" Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, pengumpulan larva di sekitar
tanaman yang diserang dan memusnahkannya.
" Penanaman serempak.
" Penggunaan parasitoid larva Apanteles ruficrus Hal., Tritaxys braueri (DeMey) dan
Cuphocera varia (F.).
" Pemasangan umpan beracun di tempat-tempat yang menjadi sarang larva.
" Penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC apabila ditemukan serangan berat.
7. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Serangga hama ini dikenal dengan kutu daun persik atau tobacco aphid, termasuk
ordo Nomoptera, family Aphididae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
M. persicae menyerang pertanaman kentang pada saat cuaca kering. Kelembapan
udara yang tinggi akan menghambat perkembangannya. Nimfa dan serangga dewasa
yang tidak bersayap sulit dibedakan. Daur hidupnya 7-10 hari. M persicae
merupakan vektor virus penggulung
daun kentang, yaitu Potato Leaf Roll Virus (PLRV) dan Potato Virus Y (PVY), serta
Potato Virus X (PVX).
Tanaman yang terserang M. persicae daunnya terpuntir, 1ayu, serta pertumbuhan
tanaman kerdil dan berwarna kekuningan. Tanaman inang M persicae adalah
tembakau, cabe, tomat, kentang, dan petsai.
Pengendalian M. persicae dapat dilakukan dengan
" Konservasi rnusuh alarm predator Menochilus sp. dan kumbang Coccinellidae
" Penyemprotan insektisida sistemik setelah ditemukan 10 ekor nimfa setiap 35 daun
dalam satu tanaman.
8. Thrips palmy (Karny)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda

Class : Insecta
Ordo : Thysanoptera
Family : Thripidae
Genus : Thrips
Spesies: Thrips palmy
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan Thrips kentang atau potato thrips, termasuk ordo
Thysanoptera, famili Thripidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa dan
Sumatera. Telur T. palmy diletakkan pada jaringan epidermis daun dengan stadium
4-10 hari. Nimfa berwarna kuning sampai coklat. Serangga dewasa bersayap seperti
rumbai. Daur hidup 11-17 hari. Hidupnya pada daun dengan mengisap cairan. Thrips
ini merupakan vektor Potato Spotted Wilt Virus (PSWV).
Tanaman yang terserang T. palmy daunnya berwarna kuning keperak-perakan atau
kekuningan seperti perunggu. Selanjutnya, daun berkerut karena cairan sel daunnya
dihisap.
Pengendalian T. Palmy dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida sistemik
setelah ditemukan 5 ekor nimfa setiap pucuk.
9. Empoasca flavescens
Serangga hama ini dikenal dengan wereng hijau kentang atau green leaf hopper,
termasuk ordo Homoptera, famili Cicadellidae dan mempunyai daerah penyebaran
di Indonesia. E. flavescens berwarna hijau kekuningan dengan spot coklat tua pada
sayap depannya. Tanaman inang E. flavescens adalah kapas, terung, lombok, kacang
tanah, dan Hibiscus.
Serangga ini mengisap cairan daun sambil mengeluarkan racun yang dapat
menambah kerusakan daun. Daun kentang yang teserang E. Flavesccens menjadi
kemerahan dan keriput sehingga mengganggu proses fotosintesis. Pada serangan
berat akin mengurangi hasil panen.
Pengendalian E. flavescens dapat dilakukan dengan Penyemprotan insektisida
sistemik setclah ditemukan adanya wereng hijau kentang.
10. Planacoccus cirri (Risso)
Serangga hama ini dikenal dengan kutu daun atau citrus mealybug, termasuk ordo
Homoptera, famili Pseudococcidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur P. citri berwarna kuning muda dengan panjang 0,3-0,4 mm. Telur tersebut
diletakkan di sisi badan sebelah belakang. Stadium telur 3-9 hari. Nimfa akan
meninggalkan induknya untuk mencari tempat tingggalnya. Karena jumlahnya
sangat banyak, kutu ini akan saling bertumpuk sehingga disebut sebagai kutu
dompolan. Tempat gang disukainya adalah tempat
teduh dan lembap.
Daun yang teserang P. citri berwarna kuning pucat, lama kelamaan daun itu
mengering. Pada populasi tinggi, kehadiran kutu ini menghambat pertumbuhan
tanaman. Tanaman inang P. citri adalah jeruk, kopi, teh, kina, jati, kakao, dadap,
tembakau, nenas, dan kapas.
Pengendalian P. cirri dapat dilakukan dengan konservasi musuh alami predator

Scynmus sp., Brumus suturallis F. dan parasitoid Empusa fresenii, dan


penyemprotan insektisida pada bagian tanaman yang terdapat kutu itu.
11. Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus laotus)
Hama ini dikenal dengan tungau kuning teh atau yellow tea mite, termasuk ordo
Acarina, family Tarsonemitidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur P. latus berukuran pan,jang 0,7 mm dengan stadium telur 2-3 hari. Tungau
muda berada di bagian bawah daun kentang. Tungau dewasa berukuran 0,25 mm.
Tubuh berwarna hijau kekuningan, tungkainya pipih dan bergerak dengan cepat.
Daur hidup berkisar 7 hari.
Daun kentang yang teserang P. latus agak tebal dan terpuntir, berwarna kuning
kecoklatan. Pucuk tanaman mengering dan akhirnya mati. Tanaman inang P. latus
adalah tomat, cabe, karet, krna, tembakau, teh, dan kacang panjang.
Pengendalian E.flavescens dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
sistemik setelah ditemukan adanya wereng hijau kentang.
D. Hama Penting Tanaman Tomat
1. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Agrotis
Spesies: Agrotis ipsilon
Bioekologi
Umumnya ngengat Famili Noctuidae menghindari cahaya matahari dan
bersembunyi pada permukaan bawah daun. Sayap depan berwarna dasar coklat
keabu-abuan dengan bercak-bercak hitam. Pinggiran sayap depan berwarna putih.
Warna dasar sayap belakang putih keemasan dengan pinggiran berenda putih.
Panjang sayap depan berkisar 16 -19 mm dan lebar 6-8 mm. Ngengat dapat hidup
paling lama 20 hari. Apabila diganggu atau disentuh, ngengat menjatuhkan diri
pura-pura mati. Perkembangan dari telur hingga serangga dewasa rata-rata
berlangsung 51 hari.
Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok. Bentuk telur seperti kerucut
terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm. Seekor betina dapat
meletakkan 1.430 - 2.775 butir telur. Warna telur mula-mula putih lalu berubah
menjadi kuning, kemudian merah disertai titik coklat kehitam-hitaman pada
puncaknya. Titik hitam tersebut adalah kepala larva yang sedang berkembang di
dalam telur. Menjelang menetas, warna telur berubah menjadi gelap agak kebirubiruan. Stadium telur berlangsung 4 hari.
Larva menghindari cahaya matahari dan bersembunyi di permukaan tanah kira-kira
sedalam 5-10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva aktif pada malam hari untuk

menggigit pangkal batang. Larva yang baru keluar dari telur berwarna kuning
kecoklat-coklatan dengan ukuran panjang berkisar antara 1-2 mm. Sehari kemudian
larva mulai makan dengan menggigit permukaan daun. Larva mengalami 5 kali
ganti kulit. Larva instar terakhir berwarna coklat kehitam-hitaman. Panjang larva
instar terakhir berkisar antara 25-50 mm. Bila larva diganggu akan melingkarkan
tubuhnya dan tidak bergerak seolah-olah mati. Stadium larva berlangsung sekitar 36
hari. Pembentukan pupa terjadi di permukaan tanah.
Gejala
Larva aktif pada malam hari untuk mencari makan dengan menggigit pangkal
batang. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Di samping
menggigit pangkal batang, larva yang baru menetas, sehari kemudian juga menggigit
permukaan daun. Ulat tanah sangat cepat pergerakannya dan dapat menempuh
jarak puluhan meter. Seekor larva dapat merusak ratusan tanaman muda.
Tanaman inang lain
Selain menyerang tanaman tomat, ulat tanah juga menyerang tanaman jagung, padi,
tembakau, tebu, bawang, kubis, kentang dan sebagainya.
Pengendalian
a) Kultur teknis. Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di
dalam tanah. Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan
tempat ngengat A. ipsilon meletakkan telurnya.
b) Pengendalian fisik / mekanis. Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan
larva dan selanjutnya dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan pada senja - malam hari,
dan larva biasanya dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.
c) Pengendalian hayati. Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu
Goniophana heterocera, Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys
braueri. Predator penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering
menyerang A. ipsilon adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp. serta
nematoda Steinernema sp.
d) Pengendalian kimiawi. Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan
penyemprotan dengan insektisida yang efektif, antara lain aplikasikan Sipermetrin
pada tanah di sekeliling tanaman tomat.
2. Bemisia tabaci Genn.
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Homoptera
Family : Aleyrodidae
Genus : Bemisia
Spesies: Bemisia tabaci
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang,
berukuran panjang antara 0,2-0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di permukaan
bawah daun, pada daun teratas (pucuk). Serangga betina lebih menyukai daun yang
telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya
daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang
terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Lama
stadium telur rata-rata 5,8 hari.
Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke-1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna

kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke2 dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat
pada daun. Stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.
Imago atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1-1,5 mm), berwarna
putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa
biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila tanaman
tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. Lama siklus
hidup (telur - nimfa - imago) pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan
pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.
Gejala Serangan
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang mengisap
cairan daun, berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan
jaringan daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang
baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini
menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.
Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat
berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan
kehilangan hasil sekitar 20-100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang
ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus,
Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus.
Tanaman Inang
Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis
tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar
atau gulma. Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul
antara lain tomat, cabai, kentang, mentimun, terung, kubis, buncis, selada, bunga
potong Gerbera, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada dan tanaman liar yang
paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).
Pengendalian
a) Kultur teknis
" Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai
barier dan memperbanyak populasi agens hayati.
" Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang (terutama bukan famili
Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun).
Pergiliran tanaman harus satu hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas
mungkin.
" Sanitasi lingkungan, terutama untuk mengendalikan gulma daun lebar babadotan
dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus.
" Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk
mengurangi risiko serangan.
b) Pengendalian fisik / mekanis
" Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha);
" Pemasangan kelambu di pembibitan sampai di pertanaman, terutama saat populasi
tinggi/musim kemarau dan di daerah serangan virus;
" Sisa tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.
c) Pengendalian hayati
" Pemanfaatan musuh alami.
" Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae), mampu memangsa
200 - 400 ekor nimfa kutu kebul. Siklus hidup predator 18 - 24 hari, dan satu ekor
betina mampu menghasilkan telur 3000 butir;
" Tabuhan parasitoid nimfa Encarcia formosa serangga betinanya mampu
menghasilkan telur sebanyak 100 - 200 butir;

" Cara pelepasan E. formosa untuk tanaman tomat : 1 ekor E. formosa setiap 4
tanaman/minggu, dilakukan selama 8 - 10 minggu;
" Untuk meningkatkan musuh alami di lapangan diperlukan pelepasan parasitoid
dan predator secara berkala;
d) Pengendalian kimiawi
" Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan
insektisida yang efektif, antara lain Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5 WP
(imidakloprid 5%), Mitac 200 EC (amitraz 200 g/l), dan Orthene 75 SP (asefat 75%);
" Penyemprotan diusahakan mengenai daun bagian bawah. Perlu dihindari
penggunaan pestisida secara berlebihan, karena dapat mendorong meningkatnya
populasi kutu kebul;
" Penggunaan pestisida nabati seperti : nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput
laut untuk mengendalikan kutu kebul
3. Thrips tabaci Lind.
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
class : Insecta
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae
Genus : Thrips
Spesies: Thrips tabaci
Bioekologi
Trips dewasa berukuran 1 mm, berwarna kuning pucat, coklat atau hitam. Semakin
rendah suhu suatu lingkungan warna trips biasanya lebih gelap. Trips jantan tidak
bersayap, sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan
berumbai. Hama ini berkembang biak secara partenogenesis atau dapat
menghasilkan telur tanpa melalui kawin terlebih dahulu. Telur yang dihasilkan
dapat mencapai 80-120 butir. Imago dapat hidup sampai 20 hari.
Siklus hidup hama trips sekitar 3 minggu. Di daerah tropis siklus hidup tersebut
bisa lebih pendek (7-12 hari), sehingga dalam satu tahun dapat mencapai 5-10
generasi. Trips dewasa dapat hidup sampai 20 hari. Telur trips berbentuk oval. Telur
diletakkan secara terpisah-pisah di permukaan bagian tanaman atau ditusukkan ke
dalam jaringan tanaman oleh alat peletak telur.
Nimfa berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tidak bisa terbang tetapi
hanya meloncat-loncat saja. Penyebaran dari satu tanaman ke tanaman lain
berlangsung sangat cepat dengan bantuan angin.
Pupa terbentuk setelah melewati beberapa instar nimfa. Pupa banyak dijumpai di
bagian daun atau di dalam tanah di sekitar tanaman. Hama trips tersebut menyebar
di daerah sentra produksi bawang merah di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Gejala serangan
Nimfa atau trips dewasa menyerang tanaman bawang dengan menggaruk jaringan
daun dan mengisap cairan selnya, terutama daun yang masih muda. Nimfa paling
suka dengan daun yang masih muda atau kuncup daun. Karena itu, hama ini banyak
ditemui di kuncup-kuncup daun. Gejala yang ditimbulkan adalah daun mula-mula
bernoda putih mengkilat seperti perak, kemudian menjadi kecoklat-coklatan dengan
bintik hitam. Biasanya serangan akan hebat apabila hujan rintik-rintik dan suhu di
atas normal dengan kelembaban di atas 70 persen. Pada musim hujan lebat atau

suhu yang dingin sekali, hama ini akan musnah dengan sendirinya. Tanaman
bawang yang terserang berat, seluruh daun memperlihatkan warna putih, sehingga
hama ini sering disebut hama putih. Tanaman bawang yang terserang akan
menyebabkan umbi yang kecil dengan kualitas rendah.
Sering dijumpai hama trips bersembunyi di bagian umbinya. Apabila keadaan
tersebut terjadi di saat menjelang panen, maka hama ini dapat terbawa umbi ke
tempat penyimpanan dan dapat merusak bagian lembaga umbi bawang merah.
Tanaman inang lain
Tanaman bawang merah dan jenis tanaman bawang yang lain merupakan tanaman
inang utama bagi trips spesies ini. Tanaman inang yang lain adalah kentang, cabe,
tomat, waluh dan bayam.
Pengendalian
Pengendalian secara bercocok tanam, penyiraman tanaman bawang terserang, pada
siang hari untuk menurunkan suhu di sekitar pertanaman dan menghilangkan nimfa
trips yang menempel pada daun. Pengendalian fisik, dengan cara pemasangan
perangkap berwarna kuning berperekat sebanyak 80 - 100 per hektar. Pengendalian
biologi, memanfaatkan musuh alami trips yaitu predator kumbang macan
Coccinellidae. Pengendalian kimia, dengan menggunakan insektisida yang diizinkan
oleh Menteri Pertanian.
4. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama ini dikenal dengan nama kutu daun persik atau Tobacco aphid, termasuk ordo
Homoptera, family Aphididae dan memiliki daerah penyebaran di Indonesia. Nimfa
dan serangga dewasa menyerang pertanaman tomat dengan cara menghisap cairan
tomat. Lamanya daur hidup berkisar 7-10 hari. Gejala serangannya, daun tomat
memperlihatkan bercak coklat disekitar tusukan stilet kutu ini. Bila serangan tinggi
akan menurunkan kualitas tomat.
Tanaman inangnya, tembakau, cabe, tomat, kentang dan petsai. Pengendalian
serangga hama ini dilakukan dengan konservasi musuh alaminya yaitu predator
Menochilus sp. Dan kumbang Coccinellidae, penyemprotan insektisida sistemik bila
ditemukan gejala serangan.
5. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Noctuidae
family : Lepidoptera
Genus : Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura
Serangga hama ini dikenal dengan nama ulat grayak atau Army worm, termasuk
ordo Lepidoptera, family Noctuidae , dan memiliki daerah penyebaran di Indonesia.
Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawang daun. Stadium telur
2-S hari. Larva
berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar terakhir 50 mm. Ngengat
berwarna agak keabu-abuan.

Gejala serangannya, larva memakan daun tomat sehingga daun transparan/robek.


Serangan berat, menimbulkan kerugian yang tinggi. Tanaman inangnya kacang
tanah, temhakau, bawang merah dan ketela rambat.
Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan pergiliran tanaman dengan
tanaman bukan inang, tanam serempak, pengolahan tanah yang baik untuk
mematikan larva/pupa dalam tanah, pemusnahan kelocnpok telur dan larva,
konservasi musuh alaminya parasitoid telir Telcnomus spodopterae Dodd,
penyemprotan insektisida bila ditemukan gejala serangan.
6. Nezara viridula L.
Serangga hama ini dikenal dengan nama kepik hijau (Green stink bug), termasuk
ordo Homoptera, famili Pentatomidae, dan mempunyai daerah penyebaran di
Indonesia. Kepik ini berwarna hijau dan bersifat polyphag. Daun tomat yang disukai
adalah daun pucuk. Telurnya diletakkan secara berkelompok. Stadium telur 5-7 hari
dan daur hidupnya 60-70 hari. Gejala serangannya, adanya bercak setempat pada
daun yang dihisap. Bercak tersebut kemudian mengering.
Tanaman inangnya tembakau, kapas, padi, kentang, kedelai, jeruk, dan ubi jalar.
Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan menangkap kepik hijau
dan memusnahkannya. konservasi musuh alaminya yaitu parasitoid telur
Ooencyrtus malayensis Ferr, Telenomus sp, penyemprotan insektisida sistemik saat
tanaman masih muda.
7. Kutu Daun (Aphis cracivora Koch)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies: Aphis cracivora
Serangga hama ini dikenal dengan nama kutu daun atau Cotton aphid, termasuk
ordo Nomoptera, family Aphididae, dan mempunyai daerah penyebaran di
lndonesia. Kutu daun dewasa berukuran 1-2 mm. Nimfa dan kutu daun dewasa
menghisap cairan daun. Selain
itu kutu daun ini mcrupakan vektor penyakit yang penting. Gejala serangannya pada
daun tomat tampak bercak pucat, akhirnya berkeriput. Serangan tinggi akail
mengakibatkan produksi tomat menurun.
Tanaman inangnya, kapas, wijen, kapuk. Foseila, tembakau, dan tanaman
Cucurditaceae. Pengenldalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida sistemik bila ditemukan kutil daun ini.
8. Phthorimaea operculella (Zell)
Serangga hama ini dikenal dengan hama penggerek umbi kentang atau Potato tuber

borer, termasuk ordo Lepidoptera, famili Gelechiidae, dan mempunyai daerah


penyebaran di lndonesia. Telurnya kecil diletakkan di permukaan bawah daun.
Larvanya berwarna putih kelabu dan menggerek daun, cabang, bahkan sekali-kali
mellggerek buah tomat. Ngengatnya berwarna coklat kelabu berukuran 10-15 mm,
daur hidupnya 5-6 minggu.
Gejala serangannya, daun ataupun cabang digerek larva ini, bahkan buah tomat
sekalipun. Lubang gerekan pada cabang atau buah tidak tampak spesifik karena
beberapa serangga hama lainnya memperlihatkan gejala yang sama. Tanaman
inangnya, terung, tembakau, jenis solanaceae lainnya, dan Bete vulgaris.
Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan pergiliran tanaman dengan
tanaman bukan inang, eradikasi sisa-sisa tanaman sebelumnya, penyemprotan
insektisida bila ditemukan serangga hama ini.
9. Helicoverpa armigera Hbn
Serangga hama ini dikenal dengan hama ulat buah tomat atau Cotton bollworm,
termasuk ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. Dan mempunyai daerah penyebaran
di Indonesia Serangga hama ini polyphag dengan meletakkan telur pada bagian atas
tomat. Larvanya menggerek buah tomat, stadium larva 14-24 hari. Ngengatnya dapat
hidup 1-2 minggu, berwarna sawo kekuning-kuningan dengan bintik-bintik dan garis
yang berwarna hitam. Daur hidupnya 52-58 hari.
Gejala serangannya, buah tomat berlubang/busuk dan airnya jatuh. Buah yang
disukai adalah buah tomat hijau. Sesekali larva menyerang pucuk tanaman dan
melubangi cabang-cabang tanaman tomat. Tanaman inangnya kapas, tembakau,
jagung, sorghum, dan kacang-kacangan.
Pengendalian serangga hama in dapat dilakukan dengan pengambilan larva dibuah
tomat dan mematikannya, konservasi musuh alaminya berupa parasitoid telur
Trichogramma nana Zehntn.
10. Penggerek buah (Leucinodes orboinalis Gn)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Crambidae
Genus : Leucinodes
Spesies: Leucinodes orboinalis
Serangga hama ini dikenal dengan nama penggerek buah terung atau Eggplant Fruit
Borer. Termasuk kedalam ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia. Larva serangga hama ini berwarna merah jambu atau
merah dan menggerek buah tomat. Kehidupan serangga ini belum banyak diketahui.
Gejala serangannya lubang pada buah tomat biasanya berukuran lebih kecil dari
lubang pengerek Helicoverpa Armigera. Tanaman inangnya terung, kentang dan
tomat.
Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan, pengambilan buah tomat
yang terserang dan dimusnahkan sehingga Larvanya mati, penyemprotan insektisida
saat tanaman mulai berbuah.

E. HAMA UTAMA TANAMAN CABAI


1. Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabai. Hama thrips
tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan bukan hanya pada
tanaman cabai saja. Panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat
kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang
bagian daun muda dan bunga . Gejala serangan hama ini adalah adanya strip-strip
pada daun dan berwarna keperakan. Noda keperakan itu tidak lain akibat adanya
luka dari cara makan hama thrips. Kemudian noda tersebut akan berubah warna
menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain sebagai
hama perusak juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) pada
tanaman cabai. Untuk itu, bila mengendalikan hama thrips, tidak hanya
memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit
akibat virus yang dibawanya.
Pengendalian secara kultur teknis maupun kimiawi. Kultur teknis dengan pergiliran
tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap sepanjang musim. Selain itu
dapat menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem. Pengendalian kimia bisa
dilakukan dengan penyemprotan insektisida Winder 25 WP konsentrasi 0,25 - 0,5 gr
/liter atau insektisida cair Winder 100EC konsenstrasi 0.5-1 cc/L.
2. Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk dan apel juga menyerang tanaman cabai. Tungau
bersifat parasit yang merusak daun, batang maupun buah sehingga dapat
mengakibatkan perubahan warna dan bentuk. Pada tanaman cabai. Tungau
menghisap cairan daun sehingga warna daun terutama pada bagian bawah menjadi
berwarna kuning kemerahan, daun akan menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk
mengering yang akhirnya menyebabkan daun rontok. Tungau berukuran sangat kecil
dengan panjang badan sekitar 0,5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin.
Seperti halnya thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus.
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan Penyemprotan menggunakan
Akarisida Samite 135 EC. Konsentrasi yang dianjurkan 0,25 -0,5 ml/L.
3. Kutu (Myzus persicae)
Aphids merupakan hama yang dapat merusak tanaman cabai. Serangannya hampir
sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan
daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat
menyebabkan kerontokan. Tidak sepeti mite, kutu ini memiliki kemampuan
berkembang biak dengan cepat karena selain dapat memperbanyak dengan
perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan.
Pengendalian hama aphids secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprot
insektisida Winder 100EC konsentrasi 0,5 - 1,00 cc/L.

4. Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)


Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah cabai
yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara
menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva
yang kemudian merusak buah cabai dari dalam.
Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol
bekas air mineral yang di dalamnya diberi umpan berupa Atraktan Lalat Buah
(ATLABU) keluaran Balai Penelitian Obat dan Aromatik. Selain itu dapat juga
digunakan perangkap kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena
umumnya serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.
5. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat ini saat memasuki stadia larva, termasuk hewan yang sangat rakus. Hanya
dalam waktu yang tidak lama, daun-daun cabai bisa rusak. Ulat setelah dewasa
berubah menjadi sejenis ngengat akan memakan daun-daunan pada masa larva
untuk menunjang perkembangan metamorfosisnya.
Pengendalian dapat dilakukan terhadap ngengat dewasa yang hendak meletakkan
telurnya pada tanaman inang dengan menyemprotkan insektisida, atau dengan
insektisida biologis Turex WP konsentrasi 1 - 2 gr/Lt.

You might also like