Professional Documents
Culture Documents
Klasifikasi
Filum : arthropoda
Class : insecta
Ordo : lepidoptera
Family : pyralidae
Genus : Etiella
Spesies: Etiella zinckella
Bioekologi
Morfologi dari ulat polong yaitu mempunyai panjang ngengat kurang lebih 12 mm.
sayap mukanya pada bagian tepi berwarna putih seperti perak, atau kuning pucat.
Kepala ulat berwarna hitam. Warna ulat mula-mula hijau pucat, kemudian berubah
menjadi merah muda. Bentuk ulat silindris dengan panjang kuang lebih 15 mm.
Telur diletakkan pada polong atau daun. Jmlahnya 7-15 butir. Setelah menetas ulat
segera membuat lubang pada polong. Ulat kemudian memakan biji dan
mengeluarkan kotorannya. Ulat yang telah dewasa berwarna merah. Setelah dewasa
ulat meninggalkan polong an berkepompong di tanah.
Gejala serangan
Gejala serangan dapat dilihat dengan terdapatnya bercak hitam pada kuit polong,
dan didalamnya terdapat ulat. Warna buah yang terserang berubah dari hijau
menjadi gelap berkilau, sedangkan bijinya keropos.
Pengendalian
Tindakan yang perlu dilakukan dalam mengendalikan hama ulat polong ini yaitu :
" Tindakan pencegahan dilakukan penanaman serentak dan dalam aktu yang relative
singkat selesai.
" Penggunaan insektisida pada saat setelah buah mulai terbentuk. dengan interval
penyemprotan trgantung denga intensitas serangan.
3. Ulat Polong (Helicoverpa armigera)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies: Helicoverpa armigera
Bioekologi
Ngengat betina muncul sehari lebih dahulu dari pada ngengat jantan. Ngengat jantan
mudah dibedakan dari ngengat betina karena ngengat betina mempunyai pola
bercak-bercak berwarna pirang tua, sedang ngengat jantan tidak mempunyai pola
seperti itu. Nisbah kelamin jantan dan betina 1 : 1. Daur hidup H. armigera dari telur
hingga ngengat mati berkisar antara 52 - 58 hari.
Ngengat betina meletakkan telur satu persatu pada pucuk daun, sekitar bunga dan
cabang. Telur berbentuk bulat dan berwarna putih agak kekuning-kuningan,
kemudian berubah menjadi kuning tua dan ketika akan menetas terlihat adanya
bintik hitam. Stadium telur berkisar antara 10 - 18 hari dan persentase penetasan
telur berkisar 63 - 82 persen.
Stadium larva berkisar antara 12 - 23 hari. Ketika baru keluar dari telur, larva
berwarna kuning muda dan tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian
berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola antar sesama larva. Larva H.
armigera terdiri dari lima instar, instar pertama, kedua, ketiga, keempat dan
kelima, masing-masing berumur 2 - 3 hari, 2 - 4 hari 2 - 5 hari, 2 - 6 hari dan 4 - 7
hari.
Pupa dibentuk di dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning,
kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama
stadium pupa 15 - 21 hari. Hama ulat buah tersebut menyebar di daerah sentra
produksi tomat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Gejala
Larva H. armigera melubangi buah tomat baik buah muda maupun yang sudah tua.
Buah tomat yang terserang akan busuk dan jatuh ke tanah. Kadang-kadang larva
juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang tomat.
Tanaman inang lain
Tanaman inang utama ulat buah adalah tomat, tembakau, jagung, dan kapas.
Tanaman inang lainnya misalnya kentang, kubis, kacang-kacangan.
Pengendalian
a) Kultur teknis . Pengaturan waktu tanam. Tomat yang ditanam pada bulan
September terserang ringan oleh larva H. armigera.
b) Penanaman varietas toleran, seperti LV 2100 dan LV 2099. Penanaman tanaman
perangkap tagetes (Tagetes erecta) di sekeliling tanaman tomat. Sistem tumpangsari
tomat dengan jagung dapat mengurangi serangan H. armigera.
c) Pengendalian fisik/mekanis. Mengumpulkan dan memusnahkan buah tomat yang
terserang H. armigera. Pemasangan perangkap feromonoid seks untuk ngengat H.
armigera sebanyak 40 buah / ha.
d) Pengendalian hayati. Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid telur H.
armigera yaitu Trichogramma sp., parasitoid larva yaitu Eriborus argenteopilosus,
dan virus HaNPV sebagai patogen penyakit larva H. armigera.
e) Pengendalian kimiawi. Bila ditemukan ulat buah ? 1 larva / 10 tanaman contoh,
dapat diaplikasikan insektisida yang efektif dan diizinkan, antara lain piretroid
sintetik (sipermetrin, deltametrin), IGR (klorfuazuron), insektisida mikroba
(spinosad), dan patogen penyakit serangga H. armigera HaNPV 25 LE.
4. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Plusia
Spesies: Plusia chalcites
Ulat jengkal memiliki beberapa nama daerah seperti ulat lompat, ulat kilan, ulat
jengkal semu dan ulat keket. Spesies ulat jengkal yg menyerang kacang panjang
adalah Plusia chalcites esper atau Chrydeixis chalcites esper. Ciri-ciri tubuhnya
berwarna hijau dan terdapat garis berwarna lebih muda pada sisi sampingnya.
Panjang tubuhnya sekitar 2 cm. Ciri khasnya adalah berjalan dengan melompat atau
melengkungkan tubuhnya. Lama masa ulat 2 minggu sebelum menjadi kepompong.
Imagonya berupa ngengat yang mampu bertelur sampai 1000 butir. Telurnya
berbentuk bulat putih. Telur-telur terdapat di permukaan bawah daun yang akan
Genus : Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura
Bioekologi
Serangga ini berkembang secara metamorfosis sempurna. Perkembangan S. litura
terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Hama ini bersifat
polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas. Pada umur 2 minggu,
panjang ulat sekitar 5cm. Ulat berkepompong di dalam tanah, membentuk pupa
tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60
cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari). Stadium
larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20-46 hari. Lama stadium pupa
8-11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur. Ulat grayak
tersebar luas di Asia, Pasifik, dan Australia. Di Indonesia, hama ini terutama
menyebar di Aceh, Jambi, Sumatera Selatan.
Gejala
Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis
bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun
dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah
daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat
menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat.
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan
defoliasi daun yang sangat berat. serangan ulat yang masih kecil mengakibatkan
bagian daun yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja. Ulat
yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman
menjadi gundul.
7. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
family : Brunchidae
Genus : Callosobruchus
Spesies: Callosobruchus maculates
Bioekologi
Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam gudang.
Tarsi tampaknya 4-4-4, tapi sesungguhnya 5-5-5. Tubuh oval, bagian belakang lebar,
warna hitam atau coklat dengan bintik-bintik. Dari atas kepala tersembunyi elytra
pendek tidak sampai ujung abdomen. Serangga ini merupakan family dengan jumlah
yang relatif sedikit. sepanjang hidupnya larva berada dalam biji-bijian, dewasa
sebagian ditemukan dibunga-bunga.
Gejala
Biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan
membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama.
Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
Pengendalian
Dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat
persembunyian hama dan benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10
cc/kg biji.
8. Ulat bunga (Maruca testulalis)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
family : pyralididae
Genus : Maruca
Spesies: Maruca testulalis
Bioekologi
Hama ini tersebar di daerah tropis, ia menkhususkan diri menyerang tanaman
family Leguminosae. Termasuk dalam daftarnya buncis, kacang panjang, tanaman
penutup tanah Crotalaria, dan kedelai. Larva menyerang ovarium bunga yang baru
mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda, dan tunas. Ukuran larva berwarna
hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm. Selanjutnya ia akan membentuk
pupa di dalam tanah.
Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas atau mengeluarkan polong. Siklus
hidup Ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 3-5 hari
telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong.
Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini
merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini. Setelah umur 6-8
hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk
menjadi serangga dewasa.
Gejala
Bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak
dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba,
kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.
Pengendalian
Dengan cara mekanis dapat langsung di ambil dan di musnahkan yang terlihat pada
tanaman yang terserang. Secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida kontak
berbahan dasar Protiofos, seperti Tokuthion 500 EC, Prevathon 50 SC berbahan
aktif Klorantraniliprol dan Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil pada onsentrasi
sesuai label. Dengan cara budidaya, membersihkan serasah dan gulma di sekitar
tanaman utama.
B. Hama Penting Tanaman Kubis
1. Ulat kubis (Plutella xylostella L.)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
family : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies: Plutella xylostella
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan ulat daun kubis atau diamond back moth,
termasuk ordo Lepidoptera, family Plutellidae dan mernpunyai daerah penyebaran
di Indonesia. Ngengat P. xylostella kecil berwarna coklat kelabu, pada sayap depan
terdapat tanda "tiga berlian". Ngengat aktif pada senja dan malam hari dengan
meletakkan telur tersebar pada daun. Stadium telur 3-5 hari. Larva instar pertama
berukuran 1,2 mm berwarna hijau cerah dengan kepala tampak hitam. Stadium larva
7-11 hari. Pupanya tertutup oleh kokon, berwarna kuning pucat. Daur hidupnya
berkisar 21 hari.
Gejala
Daun yang terserang P. xylostella berlubang-lubang kecil dan bila serangan berat,
tinggal tulang daun. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, saat tanaman
berumur 5-8 minggu. Tanaman inang P. xylostella adalah petsai, brokoli, dan kubiskubisan lainnya.
Pengendalian
Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat dilakukan dengan cara
mekanis dan kimia. Cara mekanis yaitu dengan memusnahkan dan mengumpulkan
semua larva imago yang ditemukan, sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan
penggunaan pestisida selektif bila ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari
jumlah tanaman telah terserang hama tersebut. Dengan melakukan pengamatan,
maka akan menghemat penggunaan pestisida 7 - 11 kali penyemprotan dengan dosis
0,5 - 1cc/liter tiap penyemprotan. Hama ulat kubis ( Plutella maculipennis),
dikendalikan dengan Diazinon atau Bayrusil 1 -2 cc/1 air dengan frekwensi
penyemprotan 1 minggu. Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan
dengan Bayrusil 13 cc/1 air.
2. Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Lepidoptera
family : pyralidae
Genus : Crocidolomia
Spesies: Crocidolomia pavonana
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop kubis atau large cabbage heart
caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, farnili Pyralidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia. Ngengat C. binotalis berwarna kelabu kecoklatan dengan
rentangan sayap 20 mm dan panjang 13 mm. Telur diletakkan secara berkelompok
pada daun dengan stadium 4 hari. Larvanya berwarna coklat sampai hijau tua.
Stadium larva 14 hari. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidup 24-32 hari. Larva C.
binotalis merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga daun kubis
berlubang-lubang.
Gejala
Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis sedang kerusakan berat
menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen. Tanaman inang C. binotalis
Serangga hama ini dikenal dengan ulat grayak atau army worm, termasuk ordo
Lepidoptera, family Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur S litura diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah daun. Stadium
telur 2-8 hari. Larva berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar akhir
50mm. Pupa berwarna coklat berada dalam tanah. Stadium pupa 9-10 hari. Ngengat
berwarna agak keabu-abuan. Larva S. litura memakan daun dan pucuk tanaman
kubis, sehingga daun transparan.
Pada serangan berat tinggal tulang daun. Tanaman inang S. litura adalah kacang
tanah, tembakau, bawang merah, dan ketela rambat. Pengendalian S. litura dapat
dilakukan dengan:
" Pergiliran tanaman dengan tanaman buhan inang.
" Penanaman serempak
" Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva/pupa dalam tanah.
" Pemusnahan kelompok telur dan larva
" Konservasi musuh alami seperti penggunaan parasitoid telur Telenomus
spodopterae Dodd
" Penggunaan insektisida bila telah ditemukan gejala serangan.
6. Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites)
Serangga hama ini dikenal dengan ulat jengkal atau green semilooper, termasuk
ordo Lepidoptera, family Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di
Indonesia. Telur C. chalcites diletakkan pada daun, berwarna keputihan. Stadium
telur 3-4 hari. Larvanya berwarna hijau dengan stadium larva 14-19 hari. Pupanya di
daun dengan stadium 6-11 hari. Ngengat berwarna coklat tua.
Daun kubis yang terserang C. chalcites akan tampak tinggal epidermis dan tulang
daunnya. Tanaman inang C. chalcites adalah kentang, jagung, tembakau, apel,
kacang tanah, rami, dan kacang hijau. Pengendalian C. chalcites dapat dilakukan
dengan:
" Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
" Penanaman serempak
" Pemusnahan larva yang ditemukan
" Penyemprotan insektisida bila ditemukan gejala serangan.
7. Penggerek buah dan tunas (Helicoverpa armigera Hubn)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies: Helicoverpa armigera
Bioekologi
Helicoverpa armigera merupakan family Noctuide. Telur berwarna putih kemudian
berubah menjadi coklat (Gambar 1). Larva (Gambar 2) terdari dari enam instar.
Instar pertama berukuran 1-3 mm dengan warna kepala coklat kehitaman atau
kuning keputihan. Tubuh berwana gelap. Instar kedua memilki panjang 4-7 mm,
instar tiga 8-13 mm, instar empat 14-23 mm, instar lima 24-28 mm, dan instar enam
29-30+ mm. Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval . Imago memilki rentang
sayap 30-45 mm,sayap depan berwarna coklat atau coklat kemerahan. Sayap
belakang berwarna pucat dengan margin terluar gelap.
Suhu optimum H.armigera adalaah 25 C. H.armigera meletakan telur pada daun
dan bunga secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Setelah 4-6 hari telur menetas.
Larva memakan daun, dan buah. Stadia larva berlangsung selama 14 hari yang
terdiri dari enam larva. Larva yang menyerang buah cabai menggorok ke dalam
buah. Setelah itu larva menuju tanah den masuk ke dalam tanah sedalam 10 cm.
Stadia pupa berlangsung selama 10-12 hari. Imago mampu hidup selama 10 hari.
H.armigera dapat meletakan 1000 telur selama hidupnya. Imago mengkonsumsi
nektar untuk kebutuhan pakannya.
Gejala
Daun kubis yang terserang larva H. armigera berlubang-lubang. Bila serangan cukup
tinggi, banyak daun kubis yang berlubang sehingga menurunkan kualitas kubis.
Tanaman inang H. armigera adalah sorghum, kentang, tomat, jagung, tembakau,
kapas, dan kacangkacangan.
Pengendalian
a) Pengendalian Secara Mekanis. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan
sanitasi buah cabai dan bagian tanaman yang terinvestasi H.armigera (telur dan
larva). Bagian tanaman yang di ambil di bakar.
b) Pengendalian Secara Biologi. Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan parasitoid dan entomopathogen. Parasitoid yang dapat dimanfaatkan
diantara lain adalah Microplitis, Trichogramma dan Telenomus, Netelia,
Heteropelma dan Ichneumon. Parasitoid tersebut memparisiti larva dan pupa
H.armigera. Entomopathogen yang dapat dimanfaatkan adalah
nucleopolyhedrovirus (NPV). NPV diaplikasikan dengan disemprotkan ke tanaman
dengan dosis 250-500ml (1ml/litre)/hektar 2-3 kali dengan interval 10 hari.
Penyemprotan dilakukan pada malam hari. Selain itu dapat memanfaatkan Bakteri
berspora Bacilus thuringensis dan jamur metarizium.
c) Pengendalian Kimiawi. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan feromon sex sintetik. H.armigera yang tertarik adalah Imago jantan.
Feromon sex berbentuk seperti karet. Feromon tersebut dimasukan kedalam suatu
tempat Yang di bagian dasarnya terdapat air atau insektisida. Pengendalian dengan
menggunakan insektisida nabati dapat digunakan Neem oil, karena neem oil bersifat
sistemik terhadap tanaman. Neem oil bekerja dengan menghambat hormon ecdyson
yang berperan dalam penggatian kulit serangga. Bila serangan sudah sangat berat
dapat digunakan insektisida sintetik sistemik seperti karbofuran.
8. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Genus : Myzus
Spesies: Myzus persicae
Bioekologi
Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 - 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk
seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Satu
generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8 hari pada kondisi lingkungan sekitar
25oC, dan 21 hari pada 15oC.
Di antara semua kutu daun yang menyerang jeruk, kutu daun coklat merupakan
yang terpenting. Karena kutu tersebut merupakan penular virus penyebab penyakit
Tristeza yang paling efisien. Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu
daun ini serupa. Kutu daun tidak menyebabkan kerusakan yang berarti pada
tanaman, tetapi perannya sebagai vektor virus Tristeza jauh lebih berbahaya karena
virus ini menyebabkan kerugian ekonomis yang tinggi. Pada saat tanaman sedang
bertunas, perkembangbiakan kutu mencapai optimum.
Gejala
Kerusakan karena hama ini tampak pada bagian-bagian tanaman yang masih muda,
misalnya tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda. Hal ini
terjadi karena serangga menusukkan stiletnya, kemudian mengisap cairan sel
tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling disukainya.
Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat. Pada bagian tanaman
di sekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitam, yaitu
Capnodium sp. yang tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun berupa embun
madu. Kadang-kadang di sekitar koloni tersebut terdapat semut yang juga menyukai
sekresi yang dihasilkan serangga ini.
Pengendalian
Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh
(suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam,
pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga
dewasa yang ada setiap 2 minggu.
Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi
terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan
jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan.
Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili
Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan
parasitoid Aphytis sp.
Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai
rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada tunas bila tunas terserang 25 %.
C. Hama Penting Tanaman Kentang
1. Penggorok Daun (Liriomyza huidobrensis spp)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Trypetidae
Genus : Liriomyza
Spesies: Liriomyza huidobrensis
Bioekologi
Telur berwarna putih bening, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm, dan lama stadium
telur berlangsung antara 2 - 4 hari. Jumlah telur yang diletakkan serangga betina
selama hidupnya berkisar 50 - 300 butir, dengan rata-rata 160 butir. Telur
diletakkan dalam jaringan daun melalui ovipositor.
Larva yang baru keluar, berwarna putih susu atau putih kekuningan, segera
mengorok jaringan mesofil daun dan tinggal dalam liang korokan selama hidupnya.
Stadium larva antara 6 -12 hari, dan larva yang sudah berusia lanjut (instar 3)
berukuran 3,5 mm. Larva instar 3 dapat mengorok jaringan 600 x lipat dari larva
insatar 1, dan larva ini kemudian keluar dari liang korokan untuk berkepompong.
Pupa lalat pengorok daun ini umumnya ditemukan di tanah, tetapi pada tanaman
bawang merah sering ditemukan menempel pada permukaan bagian dalam dari
rongga daun bawang. Stadium pupa antara 9 - 12 hari, lalau keluar menjadi
serangga dewasa/imago.
Imago betina mampu hidup selama 6 - 14 hari dan imago jantan antara 3 - 9 hari.
Lalat L. Chinensis pada bagian punggungnya berwarna hitam, sedangkan pada lalat
L. Huidobrensis dan L. Sativa di bagian ujung punggungnya terdapat warna kuning.
Gejala
Daun bawang yang terserang lalat pengorok memperliharkan gejala bintik-bintik
putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok.
Serangan berat dapat mengakibatkan hampir seluruh helaian daun penuh dengan
kotoran, sehingga daun menjadi kering dan berwarna cokelat seperti terbakar.
Tanaman inang lain
Lalat L. Chinensis merupakan OPT baru, sehingga sampai saat ini belum banyak
dapat diperoleh informasinya tentang tanaman inang lainnya, mungkin dapat
menyerang tanaman inang Liriomyza lainnya (L. Huidobrensis, L. Sativa).
Pengendalian
" Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran
tanaman, budidaya tanaman sehat, penanaman tanaman perangkap (tanaman
kacang merah ditanam + 2 minggu sebelum tanaman bawang merah), penanaman
varietas toleran (varietas Filipina).
" Pengendalian fisik/mekanik, dengan cara penggunaan mulsa plastik; pemotongan
daun yang menunjukkan gejala, dikumpulkan kemudian dimusnahkan;
pemerangkapan lalat secara masal dengan pemasangan kartu perangkap, kain
perangkap dan penyapuan dengan kain berperekat; pemasangan kain kelambu.
" Pemanfaatan musuh alami, dari beberapa jenis tabuhan Ascecodes sp.
Hemiptarsenus varicornis, Gronotoma sp., dan Opius sp., merupakan parasit yang
menyerang larva lalat pengorok daun.
" Pengendalian dengan peraturan, melarang masuknya benih atau bagian tanaman
lain terutama dari daerah serangan yang dikhawatirkan membawa telur atau larva
pengorok daun ke daerah yang masih bebas dari serangan pengorok daun.
" Pengendalian kimia, dengan menggunakan pestisida yang diizinkan oleh Menteri
Pertanian.
2. Kumbang Kubah (Epilachna sparsa)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Coccilinedae
Genus : Epilachna
Class : Insecta
Ordo : Thysanoptera
Family : Thripidae
Genus : Thrips
Spesies: Thrips palmy
Bioekologi
Serangga hama ini dikenal dengan Thrips kentang atau potato thrips, termasuk ordo
Thysanoptera, famili Thripidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa dan
Sumatera. Telur T. palmy diletakkan pada jaringan epidermis daun dengan stadium
4-10 hari. Nimfa berwarna kuning sampai coklat. Serangga dewasa bersayap seperti
rumbai. Daur hidup 11-17 hari. Hidupnya pada daun dengan mengisap cairan. Thrips
ini merupakan vektor Potato Spotted Wilt Virus (PSWV).
Tanaman yang terserang T. palmy daunnya berwarna kuning keperak-perakan atau
kekuningan seperti perunggu. Selanjutnya, daun berkerut karena cairan sel daunnya
dihisap.
Pengendalian T. Palmy dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida sistemik
setelah ditemukan 5 ekor nimfa setiap pucuk.
9. Empoasca flavescens
Serangga hama ini dikenal dengan wereng hijau kentang atau green leaf hopper,
termasuk ordo Homoptera, famili Cicadellidae dan mempunyai daerah penyebaran
di Indonesia. E. flavescens berwarna hijau kekuningan dengan spot coklat tua pada
sayap depannya. Tanaman inang E. flavescens adalah kapas, terung, lombok, kacang
tanah, dan Hibiscus.
Serangga ini mengisap cairan daun sambil mengeluarkan racun yang dapat
menambah kerusakan daun. Daun kentang yang teserang E. Flavesccens menjadi
kemerahan dan keriput sehingga mengganggu proses fotosintesis. Pada serangan
berat akin mengurangi hasil panen.
Pengendalian E. flavescens dapat dilakukan dengan Penyemprotan insektisida
sistemik setclah ditemukan adanya wereng hijau kentang.
10. Planacoccus cirri (Risso)
Serangga hama ini dikenal dengan kutu daun atau citrus mealybug, termasuk ordo
Homoptera, famili Pseudococcidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur P. citri berwarna kuning muda dengan panjang 0,3-0,4 mm. Telur tersebut
diletakkan di sisi badan sebelah belakang. Stadium telur 3-9 hari. Nimfa akan
meninggalkan induknya untuk mencari tempat tingggalnya. Karena jumlahnya
sangat banyak, kutu ini akan saling bertumpuk sehingga disebut sebagai kutu
dompolan. Tempat gang disukainya adalah tempat
teduh dan lembap.
Daun yang teserang P. citri berwarna kuning pucat, lama kelamaan daun itu
mengering. Pada populasi tinggi, kehadiran kutu ini menghambat pertumbuhan
tanaman. Tanaman inang P. citri adalah jeruk, kopi, teh, kina, jati, kakao, dadap,
tembakau, nenas, dan kapas.
Pengendalian P. cirri dapat dilakukan dengan konservasi musuh alami predator
menggigit pangkal batang. Larva yang baru keluar dari telur berwarna kuning
kecoklat-coklatan dengan ukuran panjang berkisar antara 1-2 mm. Sehari kemudian
larva mulai makan dengan menggigit permukaan daun. Larva mengalami 5 kali
ganti kulit. Larva instar terakhir berwarna coklat kehitam-hitaman. Panjang larva
instar terakhir berkisar antara 25-50 mm. Bila larva diganggu akan melingkarkan
tubuhnya dan tidak bergerak seolah-olah mati. Stadium larva berlangsung sekitar 36
hari. Pembentukan pupa terjadi di permukaan tanah.
Gejala
Larva aktif pada malam hari untuk mencari makan dengan menggigit pangkal
batang. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Di samping
menggigit pangkal batang, larva yang baru menetas, sehari kemudian juga menggigit
permukaan daun. Ulat tanah sangat cepat pergerakannya dan dapat menempuh
jarak puluhan meter. Seekor larva dapat merusak ratusan tanaman muda.
Tanaman inang lain
Selain menyerang tanaman tomat, ulat tanah juga menyerang tanaman jagung, padi,
tembakau, tebu, bawang, kubis, kentang dan sebagainya.
Pengendalian
a) Kultur teknis. Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di
dalam tanah. Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan
tempat ngengat A. ipsilon meletakkan telurnya.
b) Pengendalian fisik / mekanis. Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan
larva dan selanjutnya dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan pada senja - malam hari,
dan larva biasanya dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.
c) Pengendalian hayati. Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu
Goniophana heterocera, Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys
braueri. Predator penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering
menyerang A. ipsilon adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp. serta
nematoda Steinernema sp.
d) Pengendalian kimiawi. Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan
penyemprotan dengan insektisida yang efektif, antara lain aplikasikan Sipermetrin
pada tanah di sekeliling tanaman tomat.
2. Bemisia tabaci Genn.
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Homoptera
Family : Aleyrodidae
Genus : Bemisia
Spesies: Bemisia tabaci
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang,
berukuran panjang antara 0,2-0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di permukaan
bawah daun, pada daun teratas (pucuk). Serangga betina lebih menyukai daun yang
telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya
daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang
terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Lama
stadium telur rata-rata 5,8 hari.
Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke-1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna
kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke2 dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat
pada daun. Stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.
Imago atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1-1,5 mm), berwarna
putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa
biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila tanaman
tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. Lama siklus
hidup (telur - nimfa - imago) pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan
pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.
Gejala Serangan
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang mengisap
cairan daun, berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan
jaringan daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang
baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini
menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.
Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat
berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan
kehilangan hasil sekitar 20-100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang
ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus,
Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus.
Tanaman Inang
Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis
tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar
atau gulma. Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul
antara lain tomat, cabai, kentang, mentimun, terung, kubis, buncis, selada, bunga
potong Gerbera, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada dan tanaman liar yang
paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).
Pengendalian
a) Kultur teknis
" Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai
barier dan memperbanyak populasi agens hayati.
" Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang (terutama bukan famili
Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun).
Pergiliran tanaman harus satu hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas
mungkin.
" Sanitasi lingkungan, terutama untuk mengendalikan gulma daun lebar babadotan
dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus.
" Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk
mengurangi risiko serangan.
b) Pengendalian fisik / mekanis
" Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha);
" Pemasangan kelambu di pembibitan sampai di pertanaman, terutama saat populasi
tinggi/musim kemarau dan di daerah serangan virus;
" Sisa tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.
c) Pengendalian hayati
" Pemanfaatan musuh alami.
" Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae), mampu memangsa
200 - 400 ekor nimfa kutu kebul. Siklus hidup predator 18 - 24 hari, dan satu ekor
betina mampu menghasilkan telur 3000 butir;
" Tabuhan parasitoid nimfa Encarcia formosa serangga betinanya mampu
menghasilkan telur sebanyak 100 - 200 butir;
" Cara pelepasan E. formosa untuk tanaman tomat : 1 ekor E. formosa setiap 4
tanaman/minggu, dilakukan selama 8 - 10 minggu;
" Untuk meningkatkan musuh alami di lapangan diperlukan pelepasan parasitoid
dan predator secara berkala;
d) Pengendalian kimiawi
" Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan
insektisida yang efektif, antara lain Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5 WP
(imidakloprid 5%), Mitac 200 EC (amitraz 200 g/l), dan Orthene 75 SP (asefat 75%);
" Penyemprotan diusahakan mengenai daun bagian bawah. Perlu dihindari
penggunaan pestisida secara berlebihan, karena dapat mendorong meningkatnya
populasi kutu kebul;
" Penggunaan pestisida nabati seperti : nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput
laut untuk mengendalikan kutu kebul
3. Thrips tabaci Lind.
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
class : Insecta
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae
Genus : Thrips
Spesies: Thrips tabaci
Bioekologi
Trips dewasa berukuran 1 mm, berwarna kuning pucat, coklat atau hitam. Semakin
rendah suhu suatu lingkungan warna trips biasanya lebih gelap. Trips jantan tidak
bersayap, sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan
berumbai. Hama ini berkembang biak secara partenogenesis atau dapat
menghasilkan telur tanpa melalui kawin terlebih dahulu. Telur yang dihasilkan
dapat mencapai 80-120 butir. Imago dapat hidup sampai 20 hari.
Siklus hidup hama trips sekitar 3 minggu. Di daerah tropis siklus hidup tersebut
bisa lebih pendek (7-12 hari), sehingga dalam satu tahun dapat mencapai 5-10
generasi. Trips dewasa dapat hidup sampai 20 hari. Telur trips berbentuk oval. Telur
diletakkan secara terpisah-pisah di permukaan bagian tanaman atau ditusukkan ke
dalam jaringan tanaman oleh alat peletak telur.
Nimfa berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tidak bisa terbang tetapi
hanya meloncat-loncat saja. Penyebaran dari satu tanaman ke tanaman lain
berlangsung sangat cepat dengan bantuan angin.
Pupa terbentuk setelah melewati beberapa instar nimfa. Pupa banyak dijumpai di
bagian daun atau di dalam tanah di sekitar tanaman. Hama trips tersebut menyebar
di daerah sentra produksi bawang merah di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Gejala serangan
Nimfa atau trips dewasa menyerang tanaman bawang dengan menggaruk jaringan
daun dan mengisap cairan selnya, terutama daun yang masih muda. Nimfa paling
suka dengan daun yang masih muda atau kuncup daun. Karena itu, hama ini banyak
ditemui di kuncup-kuncup daun. Gejala yang ditimbulkan adalah daun mula-mula
bernoda putih mengkilat seperti perak, kemudian menjadi kecoklat-coklatan dengan
bintik hitam. Biasanya serangan akan hebat apabila hujan rintik-rintik dan suhu di
atas normal dengan kelembaban di atas 70 persen. Pada musim hujan lebat atau
suhu yang dingin sekali, hama ini akan musnah dengan sendirinya. Tanaman
bawang yang terserang berat, seluruh daun memperlihatkan warna putih, sehingga
hama ini sering disebut hama putih. Tanaman bawang yang terserang akan
menyebabkan umbi yang kecil dengan kualitas rendah.
Sering dijumpai hama trips bersembunyi di bagian umbinya. Apabila keadaan
tersebut terjadi di saat menjelang panen, maka hama ini dapat terbawa umbi ke
tempat penyimpanan dan dapat merusak bagian lembaga umbi bawang merah.
Tanaman inang lain
Tanaman bawang merah dan jenis tanaman bawang yang lain merupakan tanaman
inang utama bagi trips spesies ini. Tanaman inang yang lain adalah kentang, cabe,
tomat, waluh dan bayam.
Pengendalian
Pengendalian secara bercocok tanam, penyiraman tanaman bawang terserang, pada
siang hari untuk menurunkan suhu di sekitar pertanaman dan menghilangkan nimfa
trips yang menempel pada daun. Pengendalian fisik, dengan cara pemasangan
perangkap berwarna kuning berperekat sebanyak 80 - 100 per hektar. Pengendalian
biologi, memanfaatkan musuh alami trips yaitu predator kumbang macan
Coccinellidae. Pengendalian kimia, dengan menggunakan insektisida yang diizinkan
oleh Menteri Pertanian.
4. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama ini dikenal dengan nama kutu daun persik atau Tobacco aphid, termasuk ordo
Homoptera, family Aphididae dan memiliki daerah penyebaran di Indonesia. Nimfa
dan serangga dewasa menyerang pertanaman tomat dengan cara menghisap cairan
tomat. Lamanya daur hidup berkisar 7-10 hari. Gejala serangannya, daun tomat
memperlihatkan bercak coklat disekitar tusukan stilet kutu ini. Bila serangan tinggi
akan menurunkan kualitas tomat.
Tanaman inangnya, tembakau, cabe, tomat, kentang dan petsai. Pengendalian
serangga hama ini dilakukan dengan konservasi musuh alaminya yaitu predator
Menochilus sp. Dan kumbang Coccinellidae, penyemprotan insektisida sistemik bila
ditemukan gejala serangan.
5. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Noctuidae
family : Lepidoptera
Genus : Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura
Serangga hama ini dikenal dengan nama ulat grayak atau Army worm, termasuk
ordo Lepidoptera, family Noctuidae , dan memiliki daerah penyebaran di Indonesia.
Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawang daun. Stadium telur
2-S hari. Larva
berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar terakhir 50 mm. Ngengat
berwarna agak keabu-abuan.