You are on page 1of 4

Hal 158

son 16 - 24 mg/hari yang di berikan pada dosis terbagi empat sampai enam praopratif dan beberapa
hari paska oprasi. Jika pasien stabil, deksametason dapat di turunkan secara bertahap selama 1 2
minggu. Tidak ada bukti bahwa steroid memacu penyebaran infeksi lokal pada otak.
Epiema Subdural:
pemberian antibiotik dengan satu kali dosis praopratif. Obat yang tergantung situasi klinis
klien dan mengikuti prinsip prinsip terapi seperti pada terapi abses serebri. Kenaikan tekanan
intrakranial seperti pada abses otak dapat di tterapi dengan manitol dan jika lebih dari beberapa jam
perlu penggunaan steroid.
Abses Spinal Epidural:
antibiotik dosis tunggal dapat di berikan preopratif. Antibiotik pasca oprasi ditentukan
berdasarkan hasil pengecatan dan kultur saat pembedahan. Oxacilin 2 gram secara intravena (40 mg
/ kg berat badan pada pasien anak anak) atau dapat di berikan vancomycin ( pada pasien yang alergi
penicilin ) 1 gram secara intravena (20 g/kg berat badan pada anak anak). Jika infeksi bakteri gram
negatif, diberikan gentamicin 1 mg/ kg secara intraven (atau intramuskuler) atau ceftriaxone 2
secara intravena. Antibiotik dapat di lanjutkan selama 3-4 minggu.
Meskipun tidak ada data yang mendukung pemakaian steroid pada abses epidural spinal,
steroid dosis tinggi dapat digunakan meminimalkan udem medula spinalis. Deksametason 10 mg
secara intravena dapat di berikan praopratif diikuti dengan 4-6 mg intravena, intramuskuler, atau per
oral empat kali pemberian tiap 6 jam paska operasi. Dosis ini dapat di lanjutkan selama 7-10 hari
diikuti dengan penurunan bertahap dalam 10-14 hari.
Neurosifilis:
pengobatannya dengan menggunakan penicilin G yang di berikan secara intravena dengan
dosis 18-24 unit/hari (3-4 juta unit tiap 6 jam) selama 14 hari. Erytromycin dan tetrasiklin dalam
dosis 0,5 gram tiap 6 jam selama 20-30 hari diberikan pada pasien yang alergi terhadap penicilin
(Victor & Ropper, 2001)
infeksi spiroket lainnya:
1. lyme disease
penyakit ini disebabkan oleh B. Burkdorferi terapinya meliputi dua kelompok, yakni:
a. awal peyakit dan pada pasien dengan kelemahan tunggal Nervus VII dancairan
serebrospinal yang normal.
b. pasien dengan LSS abnormal, poliradikulopati atau parenchymal CNS disease diobaati
dengan penicilin dosis tinggi per injeksi.
1. penicilin G: 20-24 juta unit/hari secara intravena dalam dosis terbagi enam
selama 2-3 hari merupakan terapi standar
2. ceftriaxone 2 gram secara intravena/ hari (75-100 mg/kg berat badan/ hari
untuk anak anak) selama 14 hari atau cefotaxime 2 gram secara intravena tiap
8 jam selama 14 hari.
3. Kloramfeniko 250 mg secara intravena tiap 6 jam selama 14 hari telah
berhasil digunakan pada pasien yang alergi terhadap penicilin.
2. Brucellosis
penyakit ini disebabkan oleh spesies brucella yng merupakan coccobacilli gram negatif, terapinya
dengan:
a. Rifampici yang dikombinasi dengan generasi ke tiga sefalosporin, trimethoprimsulfamothoxazole atau doxycyclien. Diperlukan terapi jangka panjang selama 6 minggu sampai 1

tahun.
b. untuk pasien yang menderita penyakit yang akut, diperlka terapi perinjeksi yang dosis yang
digunakan pada meningitis akut.
c. yang paling banyak digunakan untuk terapi kronis ialah rifampicin 600 mg per oral/ hari dan
trimethropim-sulfamothoxazole 160 mg per oral 4 kali sehari.
3. leptospirosis
terapi antibiotik diberikan jika diagnosis ditegakkan dalam 5 hari pertama
penyakitnya. Antibiotik tidak menguntungkan pada pasien dengan fase imun yang
sudah melibatkan sistem saraf. Penicilin G 1 juta unit secara intravena setiap 6 jam
selama 7-10 hari, uum digunakan.
infeksi virus:
dibicarakan pada Bab antivirus
Toksoplasmosis:
kombinasi sulfanamid-trimetoprim (kontrimoksasol, kombinasi sulfametoksasol
dengan trimetoprim) dapat dipakai untuk preverensi dan terapi toksoplasmosis. Efek
sinergistik optimum tercapai pada rasio 5:1 antara sulfametoksasol dan trimetrovin.
Masing masing obat diabsorbsi dengan baik oleh usus saluran cerna, waktu paro 10
jam, 80 persen di ekskresi di ginjal: akibatnyta dosis korttimoksasol harus dikurangi
apabila ada gangguan fungsi ginjal. Spiramisin dapat digunakan untuk
toksoplasmosis primer pada wanita hamil (laurence et al, 1997).
pasien pasien dengan AIDS sering juga menderita komplikasi toksoplasmosis.
Pengobattan untuk toksoplasmosis disebut dengan sulfadiazin oral (disis awal 4 gram kemudian 2-6
gram/hari) dan pirimetamin dosis awal 100-200 mg, kemudian 25 mg/hari. Leukoforin 2-10 mg/hari
ditambahkan unttuk mengantisipasi aksi folat dari pirimetamin. Pengobatan harus dilanjutkan
hingga sekurang-kurangnya 4 minggu. Pada pasien dengan AIDS pengobatan harus jangka panjang
untuk mencegah kekambuhan (Victor & Ropper, 2001)
Herpes zoster
Pemakaian steroid dihindari pada fase akut. Tetapi nyeri (post-herpetic neuralgia) adalah sukar
pada keadaan akut maupun kronis. Karbamazepin, imipramin, cpsaicin topikal (cream, krim) dapat
mengurangi nyeri. Olesan dengan krim anastesi lokal juga dapat deiberikan. Asiklovir (asyclovir) 5
mg/kg berat badan secara intravena diberikan selama 7 hari, daat mempercepat penyembuhan lesi
kulit.
AIDS
Tujuan terapi infeksi HIV adalah :
1. Menekan dengan maksimal dan cukup waktu terhadap virusnya
2. Memulihkan dan / atau menjaga fungsi imunologik
3. Meningkatkan kualitas hidup
4. Menurunkan morbiditas dan mortalitas terkait HIV
Sejumlah obat telah direkomendasikan oleh the Panel on Clinical Practices for Treatment of HIV
Infection yang diselenggarakan oleh Department of Health and Human Services (DHHS) dan

Henry J. Kaiser family Foundation Amerika Serikat (Anonymous, 2001). Obat obat yang sangat
diremokendasikan (tabel) ialah :

Sangat Direkomendasikan

Kolom A

Kolom B

Efavirens

Stavudin + Didanosine

Indinavir

Stavudin + Lamivudin

Nefinavir

Zidovudin + Lamivudine

Rifonafir + Indinavir,
Ritonafir + Lopinavir,
Ritonavir + Saquinavir
Direkomendasikan sebagai alternatif

Kolom A

Kolom B

Abacavir

Didanosidine + Lamivudine

Aprenavir

Zidovudine + Zalcibatine

Delavirdine
Nefinavir + Saquinavir-SGC
Nevirapine
Ritonavir
Saquinavir-SGC
Tidak direkomnedasikan :

Hydroxyurea dengan kombinasi


Dengan obat-obat anti retrovinus

Tidak ada data


Ritonavir + Amprenavir
Ritonavir + Nelfinafir
Tidak direkomendasikan :

Semua monoterapi, baik dari kolom A


atau kolom B

Tidak boleh diberikan

Kolom B
Stavudine + Zidovudine

Saquinavir-HGC
Zalcibatine + Didanosine
Zalcibatine + Lamivudine
Zalbitadine + Stavudine

Keterangan : Obat obat anti retrovinus terdiri dari satu pilihan masing masing dari kolom A
dan kolom B
Sistiserkosis (Cysticercosis)
Dosis praziquatel 50 mg/kg berat badan/hari yang diberikan per oral selama 15 30 hari, tergatung
dan aktvitas lesi (Victor & Ropper, 2001). Praziquantel dapat menyebabkan nyeri kepala, dizzines,
dan gangguan gastrointestinal. Reaksi hipersensitivitas jarang terjadi (Sagar & McGuire, 1995).

Albendazol 5 mg/kg berat badan dalam dosis 3 kali pemberian selama 15 30 hari merupakan
alternatif terpai yang dipercaya efektif (Victor & Ropper, 2001).

You might also like