Professional Documents
Culture Documents
A. Tinjauan Teorotis
1. Konsep Dasar Halusinasi
a. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). (Direja, 2010, Hal. 109)
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang,
dimana tidak terdapat stimulus. (Yosep, 2010, hal. 217).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecap, perabaan, ataupun
pengiduaan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Selain itu perubahan persepsi sensori : halusinasi bias juga diartikan
sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua
sitem penginderaan (pendengeran, penglhatan, penciuman, perabaan,
dan pengecapan ). (Fitria, 2009, hal. 51)
rasa
takut
akibat
gambaran-gambaran
yang
mengerikan.
3) Halusinasi Penciuman (olfaktory-smelling odors)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita.
10
c. Psikopatologi
1) Halusinasi merupakan salah satu respon persepsi paling maladaptif
individu dalam rentang respon neurobiologi (Direja, 2010,
hal.110). rentang respon tersebut dapat digambarkan :
Respon Adaptif
Pikiran logis
Respon Maladaptif
Kadang-kadang
Waham
Persepsi akurat
proses pikir
Halusinasi
Emosi konsisten
terganggu
Kerusakan proses
dengan pengalaman
Ilusi
Perilaku cocok
Emosi berlebihan
Hubungan sosial
harmonis
emosi
atau kurang
Perilaku tidak
terorganisasi
Isolasi sosial
biasa
Menari diri
11
Karakterisrik
2
Klien mengalami
perasaan mendalam
seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah takut dan
mencoba untuk berfokus
pada pikiran
menyenangkan untuk
meredakan ansietas.
Individu mengenali
bahwa pikiran pikiran
dan pengalaman sensori
jika ansietas dapat
ditangani.
Nonpsikotik
3
Tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, respon
verbal yang lambat jika
sedang asyik, diam dan
asyik sendiri.
Pengalaman sensori
menjijikkan dan
menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk
mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang
dipersepsikan. Klien
mungkin mengalami
dipermalukan oleh
pengalaman sensori dan
menarik diri dari orang
lain.
Psikotik ringan
Meningkatnya tanda
tanda sistem syaraf
otonom akibat ansietas
seperti peningkatan
denyut jantung,
pernafasan dan tekanan
darah.
Rentang perhatian
menyempit. Asyik
dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realita.
Fase 1 :
Comforting
Ansietas sedang,
Halusinasi
menyenangkan
Fase 2 :
Condeming
Ansietas berat,
Halusinasi menjadi
menjijikkan
Perilaku Klien
12
1
Fase 3 :
Controlling
Ansietas berat,
pengalaman sensori
menjadi berkuasa
2
Klien berhenti
menghentikan
perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersebut.
Isi halusinasi menjadi
menarik. Klien mungkin
mengalami pengalaman
kesepian jika sensori
halusinasi berhenti.
Psikotik
3
Kemauan yang
dikendalikan halusinasi
akan lebih diikuti.
Kesukaran berhubungan
dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya
beberapa detik atau
menit.
Adanya tanda tanda
fisik ansietas berat :
berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi
perintah.
Fase 4 :
Conquering
Panik
Umumnya menjadi
melebur dalam
halusinasinya
Pengalaman sensori
menjadi mengancam jika
klien mengikuti perintah
halusinasi. Halusinasi
berakhir dari beberapa
jam atau hari jika tidak
ada intervensi terapeutik.
13
14
pada
penyalahgunaan
zat
adiktif.
Hal
ini
15
16
di dunia nyata.isi
interpersonal
yang
memuaskan
serta
17
18
1) Terapi Somatik
Pengobatan penderita skizofrenia ditujukan pada gejala-gejala yang
menonjol. Apabila gejala yang menonjol berupa gaduh, gelisah,
agresif, delusi, (waham), halusinasi, sulit tidur dapat diberikan obat
antipsikosis dosis efektif besar seperti chlorpromazine (CPZ) 100
mg dalam bentuk injeksi atau oral sesuai dengan keadaan klien.
Dosis ini diberikan 100-500 mg/hari dan dapat dinaikan sesuai
kebutuhan penderita skizofrenia dengan delusi menonjol, tidak ada
atau kurang gangguan tidur, tidak begitu gaduh dapat diberi
Trifluferasine (TFP) 5 mg (1-2 kali sehari) atau Halloperidol 2 mg
(2 kali sehari). Penderita harga diri rendah dapat diberikan
Stelazine 5 mg (1-3 kali sehari) yang merupakan obat penenang
dengan daya kerja anti psikotik.
2) Terapi Kejang Listrik
Terapi
elektrokonvulsif
(elektroconvulsive
therapy,
ECT)
19
lagi.
dalam
20
4) Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila tidak menarik diri dia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
penderita untuk mengadakan permainan atau pelatihan bersama
(Maramis, 2005, Hal. 232). Di dalam rehabilitas terdapat terapi
aktivitas kelompok yang dibagi menjadi empat yaitu : terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi (klien dilatih
untuk mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami), terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori(aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien),
terapi aktivitas kelompok orientasi realitas(klien diorientasikan
pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang
lain dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien), terapi aktivitas kelompok sosislisasi(klien dibantu untuk
melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien).
(Keliat, 2009).
21
Keperawatan
bertujuan
untuk
memberikan
asuhan
22
23
serangkain
pola
tingkah
laku
yang
24
25
gangguan
dalam
arus
pikiran atau
tergantung
pada
jenis
halusinasinya,
apakah
26
halusinasi,
maka
pengkajian
selanjutnya
harus
halusinasi
muncul,
berapa
kali
sehari,
27
juga dapat
menentukan
sejauh
mana
halusinasi
telah
data
terkumpul,
maka
tahap
selanjutnya
adalah
28
masalah
adalah
kerangka
berpikir
logis
yang
Akibat
Masalah Utama
Penyebab
29
b. Diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan langkah keempat
dari pengkajian setelah pohon masalah. Diagnosa keperawatan adalah
penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial individu, keluarga
atau masayarakat terhadap masalah kesehatan klien/proses kehidupan
(Keliat, 2009)
Rumusan diagnosa dapat PE yaitu permasalahan (P) yang
berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab
akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan PE hanya ditambah
simptom (S) atau gejala sebagai data penunjang.
Dalam keperawatan jiwa ditemukan diagnosa anak beranak,
dimana jika etiologi sudah diberikan tindakan dan permasalahan belum
selesai maka P dijadikan etiologi pada diagnosa yang baru, demikian
seterusnya. Hal ini dapat dilakukan karena permasalahan tidak selalu
disebabkan oleh satu etiologi yang sama sehingga walaupun etiologi
sudah diberi tindakan maka permasalahan belum selesai (Keliat, 2005
hal. 6). Dari data yang muncul diatas kemudian dapat dirumuskan
masalah sehingga ditemukan diagnosa keperawatan, yaitu :
1) Risiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan
halusinasi dengar dan lihat.
2) Perubahan sensori : halusinasi dengar dan lihat yang berhubungan
dengan menarik diri.
30
31
bersama
klien
tindakan
yang
biasa
32
(e) Dorong
klien
untuk
memilih
cara
yang
akan
mendapat
dukungan
untuk
mengendalikan
halusinasinya.
Tindakan keperawatan :
(a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
(b) Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan
tindakan yang dilakukan dalam merawat klien.
(c) Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang
positif
(d) Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda
dan cara merawat klien di rumah.
(e) Anjurkan keluarga mendemonstrasikan cara merawat
klien di rumah
33
34
(3)
35
(c) Beri
pujian
terhadap
kemampuan
klien
dalam
(5)
36
37
pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan perasaannya.
d). Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain secara bertahap.
e). Beri pujian atas keikutsertaan klien dalam kegiatan di
ruangan.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan dikerjakan oleh tim keperawatan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah dibuat bersama klien, antara lain :
membina
hubungan
saling
percaya,
mendorong
klien
untuk
dengan
klien
dan
keluarga
tentang
manfaat
38
e. Evaluasi
Evaluasi yang ingin dicapai diantaranya yaitu : klien tidak
melakukan tindakan yang dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain,
klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya,
klien mampu menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan saat
halusinasi muncul, klien dapat mengenal dan mengendalikan
halusinasinya, klien mau mengungkapkan perasaannya dan klien dapat
menjaga kebersihan diri.
39
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Ana. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.