Professional Documents
Culture Documents
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Tujuan Percobaan
dan (3) Prinsip Percobaan dan (4) Aplikasi dalam Bidang Pangan
1.1. Latar Belakang
Menurut Institut of Food Technologi, 1974, Umur simpan produk pangan adalah
selang waktu antara saat produksi hingga saat konsemsi, sedang kondisi produk masih
memuaskan pada sifat-sifat : penampakan, rasa-aroma, tekstur, dan nilai gizi . Umur
simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan, dalam kondisi
penyimpanan, untuk sampai pada suatu level atau tingkatan degradasi mutu tertentu
(Floros, 1993).
Bab ini menguraikan mengenai: (1) Hasil Percobaan dan (2) Pembahasan.
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Umur Simpan Makanan Berdasarkan Pengujian
Organoleptik (Selada)
Atribut
Penilaian
Warna
Hari ke
0
Hijau
segar
Hijau kuning
bercak hitam
Hijau
sebagian
busuk
Hijau tua
Layu
Layu
Layu
8
-
Berserat
tegar
Khas
selada
Khas
selada
Khas
selada
Khas
selada
Kecerahan
Cerah
Kusam
Kusam
Kusam
Ukuran
Sedang
Menyusut
Menyusut
Menyusut
Tekstur
Aroma
Komentar :
Berdasarkan pengamatan pada hari kedua selada sudah mengalami
perubahan dan sudah tidak layak dikonsumsi.
(Sumber : Galuh Permata Sari, kelompok D, Meja 16, 2014).
Hari ke
Warna
Broken
White
Lunak
Broken
White
Lunak
Broken
White
Lunak
Tekstur
Broken
White
Lunak
Aroma
Khas roti
tawar
Khas roti
tawar
Khas roti
tawar
Khas roti
tawar
Kecerahan
Cerah
Cerah
Agak
pudar
Agak
pudar
Keremahan
Sedikit
remah
Sedikit
remah
Komentar :
Berdasarkan pengamatan pada hari keempat roti tawar sudah mengalami
perubahan dan sudah tidak layak dikonsumsi.
(Sumber : Galuh Permata Sari, kelompok D, Meja 16, 2014).
3.2. Pembahasan
Menurut Institut of Food Technologi, 1974, Umur simpan produk pangan adalah
selang waktu antara saat produksi hingga saat konsumsi, sedang kondisi produk masih
memuaskan pada sifat-sifat : penampakan, rasa-aroma, tekstur, dan nilai gizi . Umur
simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan, dalam kondisi
penyimpanan, untuk sampai pada suatu level atau tingkatan degradasi mutu tertentu
(Floros, 1993).
Informasi umur simpan produk sangat penting bagi banyak pihak, baik produsen,
konsumen, penjual, dan distributor. Konsumen tidak hanya dapat mengetahui tingkat
keamanan dan kelayakan produk untuk dikonsumsi, tetapi juga dapat memberikan
petunjuk terjadinya perubahan citarasa, penampakan dan kandungan gizi produk tersebut.
Penulisan Umur Simpan (masa kadaluwarsa) pangan diatur dalam PP No.69 tahun 1999
tentang Label dan Iklan Pangan.
Pasal 31 :
1) Tanggal, bulan, tahun kadaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas
2) Pencantuman dilakukan setelah tulisan Baik digunakan sebelum : .......
3) Untuk produk pangan yang kadaluwarsanya lebih dari 3 bulan,
diperbolehkan
penghambat pertumbuhan. Pada umumnya satu atau lebih faktor-faktor ini dapat
mengendalikan kebusukan yang disebabkan oleh mikroba. Penyimpanan makanan
olahan di daerah panas tanpa adanya oksigen juga akan menciptakan kondisi bagi
terjadinya pembusukan (Desrosier, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur simpan dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah sifat akhir dari produk
jadi, yang meliputi aktivitas air (water activity, aw), pH dan total asam, potensial redoks
(Eh), ketersediaan oksigen, nutrisi, mikroflora alami, komponen biokimia alami dalam
produk (enzim, pereaksi kimia), dan penggunaan pengawet. Faktor ekstrinsik adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi produk akhir ketika terjadi rantai makanan atau
distribusi makanan. Faktor-faktor ekstrinsik selama proses produksi, penyimpanan, dan
distribusi makanan terdiri dari pengendalian suhu, kelembaban relatif, paparan cahaya
(UV dan infra merah), mikroba di lingkungan, komposisi udara dalam kemasan,
perlakuan suhu (contohnya pemanasan kembali atau pemasakan), dan penanganan
konsumen (Anonim, 2014).
terbentuknya
vitamin,
dan
timbulnya
aroma
yang
khas
cara
4. Nilai Pustaka
biasanya digunakan untuk mengukur umur simpan produk pangan yang telah siap
edar atau produk yang masih dalam tahap penelitian (Anonim, 2014).
Selada memiliki nama latin lactuca sativa dan termasuk ke dalam
keluarga Asteraceae. Selada memiliki beberapa jenis varian, namun yang dikenal
secara luas hanya 5 jenis saja. Mereka adalah butterhead (Boston), selada cina,
crisphead (Iceberg), looseleaf, Romaine, dan Summer Crisp (Batavia)
(Anonim,2014).
Daun selada mengandung lutein, beta-karoten, vitamin C, vitamin K,
kalsium, serat, folat, zat besi, vitamin A dan B6, asam folat likopen, kalium, dan
zeaxanthin. Selada mengandung alkaloid yang memberikan efek terapeutik.
Mengkonsumsi selada mentah sangat baik bagi kesehatan. Hanya saja, daun yang
satu ini paling cepat rusak bila penyimpanannya tidak benar dan apabila terkena
air akan cepat membusuk.
Gambar 1. Selada
Roti merupakan salah satu bentuk makanan pokok yang cukup diminati
masyarakat Indonesia. Sebagai contoh roti tawar ataupun sejenis roti basah yang
seringdikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal diwilayah
perkotaan. Umumnya mereka memiliki roti karena roti dapat dijadikan makanan
alternatif pengganti nasi. Selain itu roti merupakan makanan instan yang siap saji
(Anonim, 2004).
Roti merupakan produk olahan terigu yang mempunyai umur simpan yang
relative singkat.. Roti pada umumnya hanya bertahan selama 1 hari pada keadaan
terbuka. Kemudian muncul ide untuk dikemas. Dan hasilnya daya simpan roti
bisa bertahan lebih lama. Seiring dengan kemajuan tekhnologi pangan muncul
adanya bahan pengawet untuk roti. Dengan adanya pengawet tidak serta merta
akan membuat roti bisa bertahan selama 4-5 hari. Hal ini juga dipengaruhi oleh
kondisi penyimpanan dan tentu juga kemasan. Masalah yang sering timbul adalah
roti sudah rusak sebelum waktunya.
Roti yang dikemas pada suhu yang ralatif tinggi akan mengurangi umur
simpan, karena bahan yang masih panas akan mengeluarkan uap panas. Uap
panas tersebut akan terperangkap dalam bahan pengemas, sehingga kondisi dari
udara dalam kemasan juga lembab bahkan mungkin basah. Dengan kondisi
demikian tentu akan memudahkan mikroba untuk merusak roti. Selain suhu
mungkin juga waktu. Waktu yang terlalu lama akan menyebabkan Roti
merupakan produk pangan yang mudah rusak. Terutama karena adanya kapang
yang mampu tumbuh pada keadaan aw rendah. Untuk itu dibuat bagaimana agar
umur simpan dari roti dapat bertahan lebih lama. Umur simpan roti rata-rata
adalah berkisar antara 2-3 hari (tanpa pengawet dan kondisi penyimpanan benar).
Pada pengamatan roti tawar mulai mengalami perubahan pada hari keempat,
dimana kecerahan roti yang sudah agak pudar dan keremahan yang sudah terlihat.
Menurut pengamatan handfeel roti masih dalam keadaan layak untuk dikonsumsi.
Roti mengalami perubahan akibat sifat genetis dari bahan pembuatannya, dimana
roti terdiri dai tepung terigu serta air yang dapat dengan mudah dirusak oleh
mikroba, sehingga umur simpan roti tidak teralu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2014), Umur Simpan, http://id.wikipedia. Indonesia. org/wiki/umur
simpan.co.id, di akses 21 Maret 2014.
Anonim, (2014), Pendugaan Umur Simpan, http://pdf.kq5.org/PENENTUANUMUR-SIMPAN-PADA -PRODUK-PANGAN.html, di akses 21 Maret
2014.
Ayimada,2008, Pemasakan Buah, http://ayimada006084.files.wordpress.com/
2008/11/pemasakan-buah3.doc, di akses 21 Maret 2014.
Buckle, K.A. (1987). Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Floros,J.D. and Gnanasekharan, 1993. Shelf Life Prediction of Packaged Foods :
Chemical Biological, Physical, and Nutritional Aspects. G. Chlaralambous
(Ed.) Elvisier Publ., London.
Kartika, B., Pudji H., Wahyu S., (1988), Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Soekarno, S.T.,(1985), Penilaian Organoleptik, Bhratara, Jakarta.
Syarief, R.dan Halid H, 1993, Teknologi Penyimpanan Pangan, Penerbit Arcan,
Jakarta.
Tranggoro. 1990. Biokimia dan teknolohi Pasca panen. Yogyakarta : Gadjah
mada University Press.
Zulkarnaen. 2009. Dasar-dasar Holtikultura. Jakarta : Bumi Aksar.