You are on page 1of 2

Pengembang Budidaya Ikan Air Tawar di Lahan Air Payau

Indramayu
SEBAGAI pengelola dan sekaligus pemilik tiga radio swasta, H. Nono Sudarsono
(39) semestinya tidak perlu repot, ia bisa saja cukup duduk di ruang ber-AC dalam
menjalankan usahanya. Namun Nono bukan tipikal yang senang berleha-leha, jiwanya
meronta untuk selalu bisa berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Pada 2002, ketika
kehidupan petani tambak di pesisir pantai Kabupaten Indramayu terpuruk pasca booming
udang windu akibat pencemaran, kemasygulan menggelayuti batinnya. Apalagi sang istri,
Hj Cupinah, berasal dari kalangan keluarga petani tambak.
Melihat banyak petani tambak jatuh bangun karena merugi akibat berbagai jenis ikan
dan udang yang dibudidayakan mengalami kematian masal dan tak kunjung membesar
karena faktor lingkungan yang tercemar, Nono merasa terpanggil untuk membantu petani
tambak keluar dari kemelut itu. "Waktu itu ikan bandeng yang dibudidayakan petani tambak
pun tak mau membesar karena kondisi lingkungan yang tercemar," kata ayah tiga anak itu.
Suatu hari, saat ia melintas di. Desa Walantara, Kecamatan Sindang, ia melihat
hamparan luas lahan tak terurus. Lahan dalam bentuk rawa dan semak belukar itu dibiarkan
para pemiliknya karena dianggap tidak dapat dimanfaatkan untuk budidayaapapun. Sebab di
musim hujan tergenang bak danau, sementara di musim kering sulit mendapat pasokan air
karena tak tersentuh jaringan irigasi. Akhirnya melalui Kuwu (Kepala desa) Desa
Walantara, Nono berhasil mendapatkan hak sewa dari sekitar 22 orang pemilik lahan.
Dengan melibatkan puluhan pekerja dan backhoe yang disewanya Rp 300 ribu per
jam, disulapnya tanah rawa itu menjadi petak-petak lahan tambak. Tangul-tanggul
ditinggikan agar di musim hujan air sungai yang meluap tidak menggenangi lahan.
Sementara untuk mencukupi kebutuhan air di musim kemarau, dibuatnya saluran air dengan
lebar lebih dari 3 meter sepanjang hampir 2 kilometer. "Saya lupa menghitung berapa dana
untuk penyiapan lahan, tetapi cukup besar. Dan penerima manfaat dari adanya saluran air
yang saya bikin, bukan hanya lahan milik saya tetapi juga petani lain yang ada di ujung
barat," ujarnya.
Setelah lahan siap, ia mencoba menebar benih jenis ikan air tawar seperti gurame,
emas dan nila kendati lahan tambaknya merupakan jenis tambak air payau (campuran air
tawar dan air laut). Untuk mengurangi risiko kematian benih yang ditebar, masuknya air laut
ke dalam petak tambak dilakukan secara bertahap. Dan ternyata, beragam jenis ikan yang
dikenal sebagai "ikan gunung" itu tetap hidup kendati dibudidayakan di lingkungan pantai
yang airnya mengandung garam.
Bahkan yang lebih membanggakan, selain ikan-ikan cepat membesar, ikan mas, nila
dan gurame dari lahan tambak air payau memiliki berbagai keunggulan. "Ikan gunung yang
dibudidayakan di air payau memiliki kelebihan lebih sehat, tidak terkena virus KHV, rasa
lebih gurih, tidak bau lumpur, tekstur daging tidak lembek," kata pemilik radio MG FM dan
Kota Mangga FM.
Keunggulan itu, menurut Nono yang juga menjadi ketua Paguyuban Petani dan
Pengusaha Tambak Indramayu (PPTI), banyak diakui para pedagang ikan dan pengusaha
rumah makan yang pernah mengambil ikan hasil produksi tambak yang dikelolanya. Pasar
berbagai jenis ikan tersebut cukup luas, berdasarkan informasi untuk kebutuhan Jakarta saja
bisa mencapai 100 ribu ton per bulan. "Hanya untuk ikan mas, bila produksi di Waduk Cirata
dan Jatiluhur tengah panen, produk ikan mas kita memang kalah saing dalam harga," ujar

mantan Ketua Ikatan Mahasiswa Indramayu (Ika Dharma Ayu). Maka untuk jenis ikan mas,
Nono hanya membudidayakan pada waktu tertentu. Karena keberhasilannya itu, banyak
petani tambak yang mulai mengikuti jejaknya membudidayakan ikan air tawar di air payau.
Terobosan dan keberhasilan Nono telah memberi berkah pada masyarakat sekitar.
Sebab dari 30 hektar lahan tambak yang dikelolanya, ia melibatkan 25 pekerja tetap dengan
gaji Rp 900 ribu per bulan ditambah fasilitas makan dan kesehatan. Sementara sekitar 30
orang lainnya direkrut sebagai pekerja harian dengan upah Rp 40 ribu per hari. Di luar itu,
kegiatan panen ikan yang nyaris setiap hari dilakukan, juga memberi manfaat warga sekitar
karena bisa ikut "nggoler" (memunguti ikan yang tertinggal di lahan tambak) usai dipanen.
Namun yang masih menjadi kendala yakni jalan menuju ke lokasi tam bak yang tidak
memadai, saat musim hujan tak jarang mobil pengangkut terjebak lumpur. Saat ini di lokasi
lahan tambak yang dikelola Nono, juga dibangun sarana Agrowisata yang dilengkapi sarana
outbond, bernama "Kampung Nila Merah". Diharapkan akan lebih banyak tenaga kerja yang
terserap. "Obsesi saya yang lain,
ada fasilitas pondok pesantren khusus untuk anak yatim," katanya.
Nono memiliki kepedulian terhadap sesama yang tinggi. Upayanya menggali potensi
perikanan lokal dan pemberdayaan manusia di daerah menjadikannya pantas memenuhi
kriteria Lelaki Sejati Pengo-bar Inspirasi. Apa yang dilakukannya membawa dampak positif
dan ikut berkontribusi memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat kecil di daerah.
Nono cerminan lelaki sejati yang memiliki akal, berkarya besar, membawa perubahan, dan
peduli sesama.
http://bataviase.co.id/node/272443 (sumber)
Ikan air laut:
1. Ikan air laut asin memiliki konsentrasi garam yang lebih rendah dari lingkungan
sekitarnya. Ikan air asin mencegah kehilangan air dan penumpukan gram melalui mekanisme
hipo osmosis.
2. Ikan air asin meminum air laut sebanyak 0,5% dari berat tubuhnya per jam.
3. Terjadi tansfor aktif natrium dari lumen usus ke darah.
4. Pengeluaran ion klorida dan air tidak terjadi.
Ikan air tawar:
1. Ikan air tawar memiliki konsentrasi garam yang lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya.
Hal itu menyebabkan ikan harus mempertahankan konsentrasi garam dalam tubuhnya dengan
cara mengeluarkan air melalui mekanisme hiperomosis.
2. Ginjal mengeluarkan urine yang telah diencerkan sebanyak 20% dari berat tubuhnya per
hari.
3. Natrium di pompa melalui pembuluh ginjal melintasi membran sel gil.
4. Natrium dan kalium di pompa melintasi gil dan terjadi pertukaran dengan ammonia.

You might also like