You are on page 1of 14

BUDIDAYA IKAN PATIN

( Pangasius pangasius )

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal
sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal
inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para
pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap
pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan
patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak
membutuhkan perairan yang mengalir untuk membongsorkan tubuhnya. Pada
perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah
memenuhi syarat untuk membesarkan
ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih
seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut
terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan
catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi
sebagai peraba.

Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:


Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili : Pangasidae.
Genus : Pangasius.

Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.

Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:


a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
b) Pangasius macronema
c) Pangasius micronemus
d) Pangasius nasutus
e) Pangasius nieuwenhuisii

MANFAAT
1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2) Sebagai ikan hias.

PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak
bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai
maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air
harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan

larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05
cc/liter).
5) Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah
antara 2628 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relative rendah
diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
6) Keasaman air berkisar antara: 6,57.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi
menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini
umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih
mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain-lain)
untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin.
Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada
ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya
adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat diperoleh dari hasil
tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim kemarau pada pagi hari
dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring. Benih dapat juga dibeli dari Balai
Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dan
dirawat dengan hati-hati selama 2 minggu. Jika air dalam penampungan sudah
kotor, harus segera diganti dengan air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan
matahari. Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan,
selanjutnya dipindahkan ke dalam hampang yang sudah disiapkan.
Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:

a) Pemilihan calon induk siap pijah.


b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan mas.
c) Kawin suntik (induce breeding).
d) Pengurutan (striping).
e) Penetasan telur.
f) Perawatan larva.
g) Pendederan.
h) Pemanenan.
Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan
pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan benih
dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan penanganan khusus
agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya sangat erat
kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen
terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.

Penyiapan Sarana dan Peralatan


Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 25% sehingga memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.
1) Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh
untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka
untuk 100 kg induk memerlukan luas 150 200 meter persegi saja. Bentuk kolam
sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan

dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan
paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya
berbentuk monik.
2) Kolam pemijahan Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.
Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan
bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk
dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah
ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar
dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan
pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu
monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan
seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada
telurnya.
3) Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan
ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2
dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan
pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam
dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan.
Fungsi kemalir adalah tempat
berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan
benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang
mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan
bak penyaringan.

Pembibitan
1) Menyiapkan Bibit
Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam sejak
kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk yang ideal
adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam sehingga dapat
dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di
dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus
yang banyak mengandung protein. Upaya untuk memperoleh induk matang telur
yang pernah dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang
adalah dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahanbahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus
30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.
Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari dengan
pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan juga rucah dua
kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk
mempercepat kematangan gonad.
Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :
a. Induk betina
- Umur tiga tahun.
- Ukuran 1,52 kg.
- Perut membesar ke arah anus.
- Perut terasa empuk dan halus bila di raba.

- Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.


- Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
- kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya
bundar dan besarnya seragam.
b. Induk jantan
- Umur dua tahun.
- Ukuran 1,52 kg.
- Kulit perut lembek dan tipis.
- Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
- Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium
berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur bor yang
telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator
ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat
tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air digunakan heater
atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana. Benih umur sehari belum
perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan
makanan berupa yolk sac atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi
makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya
berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau
yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.
Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui
sistem pen dan dalam karamba.
a) Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui system monokultur
maupun polikultur.

b) Pad a pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung, bagaimana
kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses pembesarannya.
c) Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi,
kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan
pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
d) Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah: pemilihan
lokasi,

penebaran

benih,

pemberian

pakan

tambahan,

pengontrolan

dan

pemanenan. Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang
dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan. Lokasi
yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air 0,5-3 m dengan fluktuasi
kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras, tetapi cukup untuk
sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dan dasarnya sedikit
berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yang kencang serta terhindar dari
hama, penyakit dan predator (pemangsa). Pada perairan yang dasarnya berbatu,
harus digunakan pemberat untuk membantu mengencangkan jaring. Jarak antara
tiang bambu/kayu sekitar 0,5-1 m.

Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu
dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyakbanyaknya. Pupuk
yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50700
gram/m2
2) Pemberian Pakan

Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang
diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah
makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan
dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan
contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (smpel).
3) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet setiap
hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur
yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.

PANEN
Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan
ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir
kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan
patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan
karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat
dihindari.

Pembersihan
Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan.
Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal
dengan berat 8-12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor.
Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala sebanyak 2-3 buah

dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikan yang ditangkap
dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.

PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan
hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan
hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam
keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu
diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2
jam

perjalanan),

dapat

digunakan

keranjang

yang

dilapisi

dengan

daun

pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau
fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es
dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas

lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara
ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup
kotak.
3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak
cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem
tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan
penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur
yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi
yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5
m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas
sejumlah 50006000 ekor dengan
ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran
benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi
dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu
yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih
15 liter dan dapat untuk
mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari
4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air
bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara
pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air
bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan
menekan kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan
ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1); (4)
kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastic dimasukkan ke dalam dos dengan
posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m,
dan tinggi 0,50 m
dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah
sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10
liter air bersih).
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat
sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahanlahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan
diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25
ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain
seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.

- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya. Pengemasan


benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan patin yaitu:
- Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat rangkap untuk
menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk simpul sederhana. Masingmasing kantong diisi air sumur yang telah diaerasi selama 24 jam.
- Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan serokan halus
kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.
- Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan air:oksigen = 1:2).
Setelah itu segera diikat dengan karet gelang rangkap.
- Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.
- Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam dengan
tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang hendak ditempuh
memerlukan waktu yang lama maka satu- satunya cara untuk menjamin agar ikan
tersebut selamat adalah dengan
mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik. Berdasarkan
penelitian terbukti bahwa benih patin masih aman diangkut selama 14 jam dengan
kapadatan 300 ekor per liter.

TUGAS INDIVIDU
MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR

BUDIDAYA IKAN PATIN

OLEH :
NAMA
STAMBUK

: NURUL FADHILLAH AZIS


: L221 12 103

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

You might also like