Professional Documents
Culture Documents
HOME
ABOUT
STANDARD
POSTED BY
HARIANGGARAHAMDAN
POSTED ON
SEPTEMBER 22, 2013
POSTED UNDER
UNCATEGORIZED
COMMENTS
LEAVE A COMMENT
DISUSUN OLEH:
HARI ANGGARA
10410456
BAB I PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
Beberapa yang menjadi topik sentral permasalahan dalam makalah ini yang akan dibahas adalah:
1.2.1 Apakah islam itu?
1.2.2 Apakah ham itu?
1.2.3 Adakah ham dalam islam
1.2.4 Seperti apa bentuk ham dalam Islam?
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah
Setiap kegiatan yang dilakukan scara sistematis pasti mempunyai tujuan yang diharapkan, begitu pula
makalah ini. Tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui apakah Islam itu
1.3.2 Mengetahui apakah HAM itu
1.3.3 Mengetahui apakah ada HAM dalam Islam
1.3.4 Mengetahui bentuk HAM dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
seseorang untuk menyerah pasrah kepada aturan Allah (Sunnatullah) baik tertulis maupun tidak tertulis.
Dan orang yang menyerah pasrah kepada Tuhan dan hukum-Nya disebut seorang muslim.
Dalam Islam itu terdapat dua kelompok sumber ajaran Islam. Kelompok pertama disebut ajaran dasar
(qatI al-dalalah), yaitu Al-Quran dan Hadist sebagai dua pilar utama ajaran Islam. Al-Quran
mengandung 6236 ayat dan dari ayat-ayat itu, menurut para ulama hanya 500 ayat yang mengandung
ajaran mengenai dunia dan akhirat selebihnya merupakan bagian terbesar mengandung penjelasan tentang
para nabi, rasul, kitab dan ajaran moral maupun sejarah ummat terdahulu. Kelompok kedua disebut ajaran
bukan dasar (zhanni al-dalalah), yaitu ajaran yang merupakan produk ulama yang melakukan ijtihad dan
muatan ajarannya bersifat relative, nisbi, bisa berubah dan tidak harus dipandang suci, sakaral ataupun
mengikat (Junaidi Idrus, 2004;95-96).
2.2 Apakah Hak Asasi Manusia?
Tonggak berlakunya HAM internasional ialah pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
pada 10 Desember 1948 di Paris, Prancis. Disini tonggak deklarasi universal mengenai hak asasi manusia
yang mengakui hak setiap orang diseluruh dunia. Deklarasi ini ditanda tangani oleh 48 negara dari 58
negara anggota PBB dan disetujui oleh majelis umum PBB. Perumusan penghormatan dan pengakuan
norma-norma HAM yang bersifat universal, nondiskriminasi, dan imparsial telah berlangsung dalam
sebuah proses yang sangat panjang.
Sejarah awal hak asasi manusia di barat berkembang sejak tahun 1215 yaitu dalam Magna Charta yang
berisi aturan mengenai tindakan dan kebijakan negara supaya tidak berjalan sewenang-wenang. Isi dari
Magna Charta ialah bermaksud untuk mengurangi kekuasan penguasa. Usaha untuk diadakannya Magna
Charta ini dimulai dari perjuangan tuan tanah dan gereja untuk membatasi kekuasaan raja dan para anggota
keluarga. Pada periode awal ini hubungan antara isi dasar HAM adalah mengenai (hubungan) antara
anggota masyarakat yang berada dibawaha kekuasaan yang diatur kebendaanya.
Sekelompok tuan tanah dan ksatria menggalang kekuatan dan mereka berhasil mendesak raja untuk tidak
lagi memberlakukan tindakan penahan, penghukuman dan perampasan benda benda secara sewenagwenang. Raja Jhon terpaksa menyetujui tuntutan ini dengan memberikan cap pengesahan yang
berlangsung pada juni 1215 di Runnymede, sebuah padang rumput di pinggir sungai Thames. Isi dari
Magna Charta ini ada tiga. Pertama, raja dilarang menarik pajak sewenang wenang. Kedua, pejabat
pemerintah dilarang mengambil jagung dengan tanpa membayar. Dan yang ketiga, tidak seorang pun dapat
dipenjara tanpa saksi yang jelas. Pengesahan ini menjadi dokumen tertulis yang pertama tentang hak-hak
tuan tanah, gereja, ksatria dan orang merdeka atau orang sipil yang belum menikmati kebebasan.
Berlanjut setelah keberhasilan tuan tanah, bangsawan dan orang merdeka untuk memperjuangkan hak-hak
mereka di hadapan raja membangkitkan kesadaran diberbagai kalangan masyarakat terhadap pentingnya
hak-hak untuk dihormati dan dilindungi. Pada 1628, kaum bangsawan menuntut hak-hak mereka kepada
raja. Mereka mencetuskan Petition Of Right. Yang menuntut sebuah negara yang konstitusional, termasuk
didalamnya fungsi parlemen dan fungsi pengadilan. Jhon locke (1632-1704) bersama lord Ashley
merumuskan tuntutan bagi toleransi beragama. Selain itu, juga menyatakan bahwa semua orang diciptakan
sama dan memiliki hak-hak alamiah yang tidak data dicabut seperti hak untuk hidup, kemerdekaan hak
milik dan hak untuk meraih kebahagiaan.
Salah satu karya Locke yang terkenal ialah second treaties on civil government yang berisi mengenai
negara atau pemerintah harus berfungsi untuk melindungi hak milik pribadi. Pemerintah dibentuk guna
menjamin kehidupan, harta benda dan kesejahteraan rakyat. Gagasan locke ini sesuai dengan
perkembangan didalam masyarakat inggris yang mulai berubah dari nehgara kerajaan yang absolut menuju
kerajaan yang konstitusional.
Pada 1653 instrument of government berhasil didesakkan. Pembatasan kekuasaan raja semakin
dikukuhkan dengan lahirnya Habeas Corpus Act pada Mei 1679. Lonceng kebebasan terus berdentang dan
pada 16 desember 1689 Bill Of Rights lahir. Mereka tidak hanya berhasil membebaskan diri dari
kesewenangan raja. Dan mereka juga berhasil membentuk parlemen yang mempunyai kewenangan untuk
mengontrol kekuasaan raja. Itulah sekilas sejarah awal dari HAM yang berkembang di barat khususnya
yang berkembang diwilayah Inggris.
Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi manusia, yaitu berlaku secara universal,
bersifat non-diskriminasi dan imparsial. Prinsip keuniversalan ini dimaksudkan agar gagasan dan normanorma HAM telah diakui dan diharapkan dapat diberlakukan secara universal atau internasional. Prinsip
ini didasarkan atas keyakinan bahwa umat manusia berada dimana-mana,disetiap bagian dunia baik di
pusat-pusat kota maupun di pelosok pelosok bumi yang terpencil. Berdasar hal itu ham tidak bisa
didasarkan secara partikular yang hanya diakui kedaerahahan dan diakui secara local.
Prinsip kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non-diskriminasi. Prinsip ini bersumber dari
pandangan bahwa semua manusia setara (all human being are equal). Pandangan ini dipetik dari salah satu
semboyan Revolusi Prancis, yakni persamaan (egalite). Setiap orang harus diperlakukan setara. Seseorang
tidak boleh dibeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi latar belakang kebudayaan sosial
dan tradisi setiap manusia diwilayahnya berbeda-beda. Hal ini tidak bisa dipandang sebagai suatu hal yang
negatif, melainkan harus dipandang sebagai kekayaan umat manusia. Karena manusia berasal dari
keanekaragaman warna kulit seperti kulit putih,hitam, kuning dan lainnya. Keanekaragam kebangsaan dan
suku bangsa atau etnisitas. Kenekaragaman agama juga merupakan sesuatu hal yang mendapat tempat
dalam sifat non-diskriminasi ini. Pembatasan sesorang dalam beragama merupakan sebuah pelanggaran
HAM.
Prinsip ketiga ialah imparsialitas. Maksud dari prinsip ini penyelesaian sengketa tidak memihak pada suatu
pihak atau golongan tertentu dalam masyarakat. Umat manusia mempunyai beragam latar belakang sosial
aupun latar belakang kultur yang berbeda antara satu dengan yang lain hal ini meupakan sebuah
keniscayaan. Prinsip imparsial ini diimaksudkan agar hukum tidak memihak pada suatu golongan. Prinsip
ini juga dimaksudkan agar pengadilan sebuah kasus diselesaikan secara adil atau tidak meihak pada salah
satu pihak. Pemihakan hanyalah pada norma-norma ham itu sendiri.
Terdapat dua garis besar pembagian hak asasi manusia yaitu Hak Negatif dan Hak Positif. Pembagian hakhak ini berhubungan dengan dengan ukuran keterlibatan negara dalam pemenuhan hak asasi manusia.
Pembagian ini tidak berdasarkan baik atau buruk dalam hak yang terkandung di dalamnya.
Mengenai Hak Negatif adalah hak meminimalkan peran campur tangan negara, maka semakin terpenuhi
pula hak-hak sipil dan politik. Sebaliknya, bila negara terlalu banyak melakukan campur tangan, maka
semakin terhambat pula pelaksanaan hak-hak sipil politik warganya. Peminimalisiran peran negara dalam
pemenuhan hak-hak sipil dan politik karena hak-hak yang berkaitan dengan sipil dan politik adalah hak
yang berkaitan dengan kebebasan. Karena sebagian besar kandungan hak-hak sipil politik adalah hak-hak
atas kebebasan (rights to liberty).
Hak yang terkandung dalam hak sipil dan politik ada dua puluh dua hak. Pertama hak atas kehidupan,
karena hidup seseorang harus dilindungi. Kedua hak untuk tidak disiksa dan diperlakukan secara keji.
Karena setiap orang berhak untuk memperoleh perlakuan secara manusiawi dan tidak merendahkan
martabat. Ketiga, hak untuk tidak dperbudak dan dipekerjakan secara paksa. Keempat, hak atas kebebasan
dan keselamatan pribadi. Kelima, hak setiap orang yang ditahan untuk diperlakukan secara manusiawi.
Keenam, hak setiap orang untuk tidak dipenjara akibat tidak mampu memenuhi kewajiban kontrak.
Ketidakmampuan sesorang dalam memenuhi suatu perjanjian kontrak, tidak boleh dipenjara. Hanya boleh
melalui hukum perdata hanya melalui penyitaan. Ketujuh, hak atas kebebasan bergerak dan memilih
tempat tinggal. Kedelapan hak setiap warga asing. Kesembilan, hak atas pengadilan yang berwenang,
independen dan tidak memihak. Kesepuluh, hak atas perlindungan dari kesewenangan hukum pidana.
Kesebelas, hak atas perlakuan yang sama didepan hukum. Keduabelas, hak atas urusan pribadi.
Ketigabelas, hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama. Keempatbelas, hak berpendapat dan
berekspresi. Kelimabelas, hak atas kebeasan berkumpul. Keenambelas, hak atas kebebasan berserikat.
Ketujuh belas, hak untuk menikah dan membentuk keluarga. Kedelapanbelas, hak anak atas perlindungan
bagi perkembangannya. Kesembilanbelas, hak untuk berpartisipasi dalam politik. Keduapuluh, hak atas
kedudukan dan perlindungan yang sama didepan hukum. Keduapuluhsatu, hak bagi golongan minoritas.
Keduapuluhdua, larangan propaganda perang dan diskriminasi.
Selain hak hak sipil dan politik diatas hak asasi manusia juga mencakup hak dalam bidang ekonomi, sosial
dan budaya. Hak ini termasuk dalam pembagan hak positif yang mengusahakan peran negara secara
maksimal dalam pemenuhannya. Adanya hak ini dalam HAM universal adalah buah dari perdebatan blok
sosialis eropa timur dengan blok liberal. Karena blok sosialis lebih berpegangan pada ekonomi sebagai
dasar masyarakat. Kebijakan negara sosialis lebih menitikberatkan pada pemenuhan hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya seperti pendidikan gratis. Sedangkan masyarakat blok liberal lebih menekankan manusia
sebagai individu yang bebas. Namun, akhirnya usulan dari blok sosialis diterima. Sehingga HAM universal
menganjurkan melindungi dan memnuhi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya setiap warganya.
Pengakuan dan perlindungan universal atau jaminan normatif atas terpenuhinya hak-hak ekonomi, sosial
dan budaya tercantum dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (international
covenant on economic, social and culture rights). Ada sepuluh hak yang diakui dalam kovenan tersebut.
Hak-hak tersebut dapat diuraikan sebaagai berikut.
Pertama, hak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Kedua, hak atas pekerjaan. Ketiga,
hak atas upah yang layak, kondisi kerja yang aman dan sehat, peluang karir dan liburan. Keempat, hak
berserikat dan mogok kerja bagi buruh. Kelima, hak atas jaminan sosial. Keenam, hak atas perlindungan
keluarga termasuk ibu dan anak. Ketujuh, hak atas standar hidup yang layak, yakni sandang, pangan dan
perumahan. Kedelapan, hak atas kesehatandan lingkungan yang sehat. Kesembilan, hak atas pendidikan.
Kesepuluh, hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan.
Itulah sekilas gambaran singkat mengenai HAM internasional. Dari mulai sejarah awal Magna Charta
sampai ke isi dari HAM internasional yang dibagi atas dua pokok garis besar yaitu hak positif dan hak
negatif. Kedua hak itu didasarkan atas partisipasi negara dalam pemenuhannya.
2.3 Adakah HAM dalam Islam?
Pertanyaan adakah ham dalam Islam harus dirunut secara sejarah dialektika HAM dalam Islam. Menurut
Anas Urbaningrum hak asasi manusia atau lebih dikenal manusia modern sebagai HAM, telah lebih dahulu
diwacanakan oleh Islam sejak empat belas abad silam. Hal ini memberi kepastian bahwa pandangan Islam
yang khas tentang HAM sebenarnya telah hadir sebelum deklarasi universal HAM PBB pada 18 Shafar
1369 Hijriyah atau bertepatan dengan 10 Desember 1948 Masehi (Anas, 2004;91). Secara internasional
umat Islam yang terlembagakan dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990
mengeluarkan deklarasi tentang HAM dari perspektif Islam. Deklarasi yang juga dikenal sebagai
Deklarasi Kairo mengandung prinsip dan ketentuan tentang HAM berdasarkan syariah (Azra).
HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas Urbaningrum, 2004;91). Ini
dibuktikan oleh adanya Piagam Madinah (mitsaq Al-Madinah) yang terjadi pada saat Nabi Muhammad
berhijrah ke kota Madinah. Dalam Dokumen Madinah atau Piagam Madinah itu berisi antara lain
pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat yahudi, umat nasrani
maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan satu bangsa (Idris, 2004;102). Dari pengakuan terhadap
semua pihak untuk bekerja sama sebagai satu bangsa, didalam piagam itu terdapat pengakuan mengenai
HAM bagi masing-masing pihak yang bersepakat dalam piagam itu. Secara langsung dapat kita lihat
bahwa dalam piagam madinah itu HAM sudah mendapatkan pengkuan oleh Islam
Memang, terdapat prinsip-prinsip HAM yang universal; sama dengan adanya perspektif Islam universal
tentang HAM (huqul al-insan), yang dalam banyak hal kompatibel dengan Deklarasi Universal HAM
(DUHAM). Tetapi juga harus diakui, terdapat upaya-upaya di kalangan sarjana Muslim dan negara Islam
di Timur Tengah untuk lebih mengkontekstualisasikan DUHAM dengan interpretasi tertentu dalam Islam
dan bahkan dengan lingkungan sosial dan budaya masyarakat-masyarakat Muslim tertentu pula.
Islam sebagai agama universal membuka wacana signifikan bagi HAM. tema-tema HAM dalam Islam,
sesungguhnya merupakan tema yang senantiasa muncul, terutama jika dikaitkan dengan sejarah panjang
penegakan agama Islam. Menurut Syekh Syaukat Hussain yang diambil dari bukunya Anas Urbaningrum,
HAM dikategotrikan dalam dua klasifikasi. Pertama, HAM yang didasarkan oleh Islam bagi seseorang
sebagai manusia. Dan kedua, HAM yang diserahkan kepada seseorang atau kelompok tertentu yang
berbeda. Contohnya seperti hak-hak khusus bagi non-muslim, kaum wanita, buruh, anak-anak dan
sebagainya, merupakan kategori yang kedua ini (Anas, 2004;92).
Berdasarkan temuan diatas akan kita coba mencari kesamaan atau kompatibilitas antara HAM yang
terkandung dalam Islam. Akan kita coba membagi hak asasi manusia secara klasifikasi hak negatif dan hak
positif. Dalam hal ini hak negatif yang dimaksud adalah hak yang memberian kebebasan kepada setiap
individu dalam pemenuhannya.
Yang pertama adalah hak negatif yaitu memberikan kebebasan kepada menusia dalam pemenuhannya.
Bebrapa yang dapat kita ambil sebagai contoh yaitu:
Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. Islam menegaskan bahwa pembunuhan terhadap seorang
manusia ibarat membunuh seluruh umat manusia. Hak ini terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 63 yang
berbunyi :
Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barang siapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
memlihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keternagan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantar amereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS 5;63)
Hak untuk mendapat perlindungan dari hukuman yang sewenarg wenang. yaitu dalam surat Al Anam :
164 dan surat Fathir 18 yang masing masing berbunyi :
Katakanlah: Apakah aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah tuhan bagi segala sesuatu. Dan
tidaklah sesorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan
diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan. (QS 6;164)
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika sesorang yang berat dosanya
memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun
meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya
orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka
mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri
untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali(mu). (QS 35;18)
Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat 58 dan surat Al-Hujurat :
6 yang berbunyi seperti ini:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS 4;58)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS 49;6)
Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani. Yang bisa kita lihat secara tersirat
dalam surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat 46 yang berbunyi:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada yang thagut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 2;256)
Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan
orang-orang zhalim di antara mereka, dan katakanlah: kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami
hanya kepada-Nya berserah diri. (QS 29;46)
Hak atas persamaan hak didepan hukum secara tersirat terdapat dalam surat An-Nisa ayat 1 dan 135 dan Al
Hujurat ayat13:
Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciotakan dari diri yang satu, dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu. (QS 4;1)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tau kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS 4;135)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjdaikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS 49;13)
Dalam hal kebebasan berserikat Islam juga memberikan dalam surat Ali Imran ayat 104-105 yang
berbunyi:
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang maruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang yang beruntung. (QS 3;104)
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS
3;105)
Dalam memberikan suatu protes terhadap pemerintahan yang zhalim dan bersifat tiran. Islam memberikan
hak untuk memprotes pemerintahan yang zhalim, secara tersirat dapat diambil dari surat An-Nisa ayat 148,
surat Al Maidah 78-79, surat Al Araf ayat 165, Surat Ali Imran ayat 110 yang masing masing berbunyi:
Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 4;148)
Telah dilanati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa Putera Maryam. Yang
demikian itu. Disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS 5;78)
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan yang munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya
amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS 5;79)
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang
yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang
keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS 7;165)
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan
mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab Beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka; diantara mereka yang ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik. (QS 3;110)
Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak ekonomi sosial dan Islam pun
mengandung secara tersirat mengenai hak ini.
Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia secara tersirat terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 29,
surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumuah ayat 10, yang berbunyi:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dimuka bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 2;29)
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian. (QS 51;19)
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62;10)
Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara tersirat dalam surat Yunus
ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah ayat 11 dan surat Az-Zumar ayat 9 yang masingmasing berbunyi berbunyi:
Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan
Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS 10;101)
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam majlis, maka
lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:berdirilah kamu,
maka berdirilah kamu, niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS 58;11)
(apakah kamu hai orang yang musyrik) ataukah orang-orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan
sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhrat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?. Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik keimpulan berdasarkan beberapa analisis.
Dari analisis diatas antara HAM yang berkembang di dunia internasional tidak bertentangan antara satu
sama lain. Bahkan organisasi Islam internasional yang terlembagakan dalam Organisasi Konferensi Islam
(OKI) pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi HAM.
Kemudian Islam mematahkan bahwa dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu
(Anas Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep tentang
pengakuan HAM. Ini dibuktikan oleh adanya piagam madinah (mitsaq Al-Madinah) yang terjadi pada saat
Nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam dokumen madinah atau piagam madinah itu berisi
antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat yahudi, umat
nasrani maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan satu bangsa (Idris, 2004;102). Dalam dokumen itu
dapat disimpulkan bahwa HAM sudah pernah ditegakkan oleh Islam
Berdasar analisis diatas Islam mengandung pengaturan mengenai HAM secara tersirat. Dapat kita bagi
menjadi sembilan bagian hak asasi manusia dalam islam yang pengaturannya secara tersirat.
Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. surah Al-Maidah ayat 63. Hak untuk mendapat
pelindungan dari hukuman yang sewenag wenang yaitu dalam surat Al Anam : 164 dan surat Fathir 18.
Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat 58 dan surat Al-Hujurat
ayat 6. Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani secara tersirat dalam surat
Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat 46. Hak atas persamaan hak didepan hukum secara tersirat
terdapat dalam surat An-Nisa ayat 1 dan 135 dan Al Hujurat ayat13. Dalam hal kebebasan berserikat Islam
juga memberikan dalam surat Ali Imran ayat 104-105. Dalam memberikan suatu protes terhadap
pemerintahan yang zhalim dan bersifat tirani secara tersirat dapat dilihat pada surat an-nisa ayat 148, surat
al maidah 78-79, surat Al Araf ayat 165, surat Ali Imran ayat 110.
Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak ekonomi sosial dan budaya
Islam pun mengandung secara tersirat mengenai hak ini. Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia
secara tersirat terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 29, surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumuah ayat
10. Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara tersirat dalam surat Yunus
ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah ayat 11 dan surat Az-Zumar ayat 9.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Quran
2. Thaha, Idris, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurcholish Madjid dan M. Amien Rais, Jakarta:
Penerbit Teraju, 2004
3. Radjab, Suryadi, Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia, Jakarta: PBHI, 2002
4. Idrus, Junaidi, Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid Membangun Visi dan Misi Baru Islam
Indonesia, Jogjakarta: LOGUNG PUSTAKA, 2004
5. Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004
6. Nainggolan, Zainuddin S., Inilah Islam, Jakarta: DEA, 2000
7. Urbaningrum, Anas, Islamo-Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta: Penerbit Republika,
2004
Share this:
Twitter1
Facebook11
Related
MENANTI KEADILAN
PROPOSAL SKRIPSI
Proposal Skripsi
Post navigation
Al- Hadist tentang Pendosa
Makalah : PERKAWINAN POLIGAMI
Leave a Reply
Search
RECENT POSTS
Investasi Jabon
Proposal Skripsi
PROPOSAL SKRIPSI
MENANTI KEADILAN
META
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com
M
Jun
Nov
1
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
September 2013
TWITTER
Error: Twitter did not respond. Please wait a few minutes and refresh this page.
Follow KNOWLEDGE
HOME
ABOUT
INFO CPNS
MEDIA PEMBELAJAR AN
NEWS PENDIDIKAN
KABAR BAIK BUAT TENAGA HONORER KATEGORI II YANG BELUM LULUS CPNS
Kabar baik akan menghampiri CPNS K2 yang Belum lulus kemaren. Berdasarkan hasil Raker Pansus Guru DPD RI
dengan Menteri Pendayag...
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat
sains. Pada sa...
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan penelitian METODE INQUIRY DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA KONSEP PESAWAT SEDER...
BAB I PENDAHULAUAN 1.
BAB I PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Home Tugas Kampus MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah HAM menjadi salah satu pusat perhatian manusia sejagat, sejak pertengahan abad kedua puluh.
Hingga kini, ia tetap menjadi isu aktual dalam berbagai peristiwa sosial, politik dan ekonomi, di tingkat nasional
maupun internasional. Kaum muslim di seluruh dunia, sebagai bagian integral dari masyarakat internasional,
mempunyai perhatian sungguh-sungguh terhadap isu global ini. Sebagai kelompok masyarakat yang memiliki
warisan tradisi peradaban yang sangat kaya, kaum muslim tidak pernah diam memberikan respon terhadap
setiap isu penting yang berkembang dalam setiap zaman. Islam, seperti kita ketahui bersama, adalah ajaran
yang dinamis. Ia selalu mendorong umatnya menemukan hal-hal baru demi kemajuan umat manusia. Sepanjang
keberadaannya, Islam telah membangun peradaban besar yang sudah memberikan sumbangan yang sangat
mementukan dalam sejarah peradaban umat manusia hingga ke zaman kita sekarang ini. Demikian pula
sumbangannya dalam rangka mengakui dan menghormati harkat dan martabat manusia. Tidak berlebihan
kiranya, jika kita mengatakan Islam adalah agama kemanusiaan (religion of humanity).
Ketika kita melangkah untuk memahami Islam dalam perspektif HAM, kita selalu akan dihadapkan pada
pertanyaan akademis: apakah Islam memang memberikan pengajaran di bidang ini? Secara umum, kita tentu
dapat menjawab bahwa Islam adalah agama komprehensif, karena al-Qur'an yang merupakan himpunan wahyu
Ilahi yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw adalah kitab yang berfungsi "memberikan petujuk dan
penjelas atas petunjuk itu (al-bayan) serta pembeda" antara kebenaran dengan kesalahan (al-furqan).
Ajaran-ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW mencakup keseluruhan aspek kehidupan
manusiawi, walaupun untuk bidang-bidang tertentu ia hanya memberikan rumusan-rumusan umum yang
senantiasa dapat dipikirkan, direnungkan dan diformulasikan untuk menghadapi tantangan perubahan zaman.
Selain itu, corak rasionalitas ajaran Islam yang senantiasa mendorong umatnya untuk berpikir kreatif dengan
berlandaskan kepada sumber ajaran Islam, yakni al-Qur'an dan al-Hadits, akan senantiasa mendorong umatnya
menemukan gagasan-gagasan dan konsepsi baru untuk menjawab tantangan zaman. Al-Qur'an sendiri
mengatakan "siapa berusaha dengan sungguh-sungguh di jalan Kami, maka Kami akan menunjukinya jalanjalan Kami".
Persoalan HAM berkait erat dengan konsepsi filosofis dengan suatu aliran pemikiran tentang
manusia. Perbedaan pandangan metafisik terhadap manusia inilah yang melahirkan perbedaan konsepsi
manusia tentang kehidupan pribadi dan sosial manusia. Meskipun perbedaan metafisik ini telah dimulai sejak
ribuan tahun lalu, namun masalah itu belum sepenuhnya dapat terjawab dengan memuaskan. Manusia tetap
saja menjadi misteri besar dari semua eksistensi. Hingga sekarang ironisnya, manusia sebenarnya belum
mempunyai pemahaman utuh dan konfrehensif tentang dirinya. Ajaran-ajaran Islam juga memberikan dasardasar pemahaman tentang manusia dan hak-hak asasinya, yang sampai sekarang menjadi sumber yang tidak
pernah kering dalam membahas hak-hak manusia baik dari sudut pandang filsafat ataupun ilmu pengetahuan.
Sebagai sebuah kajian empirik untuk tujuan deskriptif atau evaluatif sekalipun, diskursus tentang Islam dan Hak
Asasi Manusia menemukan relevansinya. Walau demikian keterbatasan akses terhadap realitas empirik,
makalah ini membatasi diri pada diskursus Islam dan Hak Asasi Manusia di mana Islam dimaknai sebagai
ajaran. Dengan demikian, analisis dalam diskursus ini lebih bersifat filosofik, deduktif, dan komparatif.
BAB II
HAK ASASI MANUSIA
I.
Dari membandingkan beberapa definisi tentang hak, ia dapat dimaknai sesuatu nilai yang diinginkan seseorang
untuk melindungi dirinya, agar ia dapat memelihara dan meningkatkan kehidupannya dan mengembangkan
kepribadiannya. Hak itu mengimplisitkan kewajiban, karena pada umumnya seseorang berbicara tentang hak
manakala ia mempunyai tuntutan yang harus dipenuhi pihak lain. Dalam pergaulan masyarakat, adalah mustahil
membicarakan tanpa secara langsung mengaitkan hak itu dengan kewajiban orang atau pihak lain.
Dari sejumlah hak-hak manusia itu ada yang dinilai asasi. Dalam kata asasi terkandung makna bahwa subjek
yang memiliki hak semacam itu adalah manusia secara keseluruhan, tanpa membedakan status, suku, adat
istiadat, agama, ras, atau warna kulit, bahkan tanpa mengenal kenisbian relevansi menurut waktu dan tempat.
Dengan demikian, hak asasi manusia haruslah sedemikian penting, mendasar, diakui oleh semua peradaban,
dan mutlak pemenuhannya.
Kesadaran akan hak asasi dalam peradaban Barat timbul pada abad ke-17 dan ke 18 Masehi sebagai reaksi
terhadap keabsolutan raja-raja kaum feodal terhadap rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka
pekerjakan. Sebagaimana dapat diketahui dalam sejarah, masayarakat manusia pada zaman dahulu terdiri dari
dua lapisan besar : lapisan atas, minoritas, yang mempunyai hak-hak; dan lapisan bawah, yang
tidak mempunyai hak-hak tetapi hanya mempunyai kewajiban-kewajiban, sehingga mereka diperlakukan
sewenang-sewenang oleh lapisan atas. Kesadaran itu memicu upaya-upaya perumusan dan pendeklerasian
HAM, menurut catatan sejarah HAM berkembang melalalui beberapa tahap. Hal ini terutama dapat dilihat dalam
sejarah ketatanegaraan di Inggris dan Prancis. Yaitu ditandainya dengan keberhasilan rakyat Inggris
memperoleh hak tertentu dari raja dan pemerintahan Inggris yang dituangkan dalam berbagai piagam seperti:
Petition Of Rights tahun 1628, Habeas Corpus Act tahun 1679 dan Bill Of Rights tahun 1689 serta
dikeluarkannya Declaration des D du Citoyen tahun 1789 di Prancis. Selain dua negara di atas, Bill Of Rights
juga terjadi di negara bagian Virginia tahun 1776, deklarasi kemerdekaan 13 Negara Bagian Amerika Serikat
tahun 1789.
Setelah berakhirnya perang dunia I dan II dibentuk PBB dan dikeluarkan pernyataan HAM internasional :
Universal Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember 1948, dan disusul dengan Covenant on Civil
and Political Rights tahun 1966 dan Covenant on Economic, Social and Cultur Rights tahun 1966 dan Optional
Protocol to he Covenant on Civil and Political Rights tahun 1966. Kempat dokumen HAM internasional sering
disebut sebagai The International Bill Of Human Rights.
Dokumen-dokumen tersebut merupakan instrumen normatif HAM internasional yang harus dihormati dan
dipatuhi oleh setiap negara anggota PBB. Bahkan dalam Covenant on Civil and Political Rights dimuat beberapa
HAM yang penerapannya tidak dapat diperkecualikan meskipun dalam keadaan sabagai luar biasa. Apapun
kedaaannya hak-hak yang dianggap sebagai intisari dari HAM harus tetap dihormati.
Adanya pengakuan dan perlindungan kedudukan pribadi dalam instrumen HAM tersebut menunjukkan adanya
kemajuan dalam nilai dan norma yang mendasari hubungan antar negara. HAM yang dulu lebih merupakan
urusan dalam negri masing-masing negara telah bergeser menjadi nilai dan hubungan internasional, yaitu
dibuktikan dengan adanya persetujuan semua negara, setidak-tidaknya negara-negara anggota PBB terhadap
deklarasi, konvensi dan konvenan HAM internasional.
Deklarasi PBB tersebut dapat diklasifakasikan dalam tiga katagori:
1.
Hak sipil dan hak ploitik, hak persamaan /kemerdekaan sejak lahir (pasal 1), hak untuk hidup (pasal 3), hak
untuk memperoleh keadilan didepan hukum (pasal 6-8), hak untuk memperoleh perlakuan yang manusiawi (tidak
sewenang-wenang) dalam penyelesain tertib sosial (pasal 5, dan 9-11), hak untuk bebas bergerak, mencari
suaka ke negara lain, dan menetapkan suatu kewarganegaraan (pasal 13-15), hak untuk menikah dan
membangun keluarga (pasal 16), hak untuk bebas berpikir, berkesadaran dan beragama (pasal 18-19), dan hak
untuk berkumpul dan berserikat (pasal 20-21).
2.
Hak eknomi dan sosial (pasal 22- 28) antara lain; hak untuk bekerja dan memeperoleh upah yang layak, hak
untuk beristirahat dan berkreasi, hak untuk mendapat liburan periodik dengan (tetap) mendapat upah, hak untuk
menikmati standar hidup yang cukup, termasuk perumahan dan pelayanan medis, hak untuk memperoleh
jaminan sosial, hak untuk memperoleh pendidikan, dan hak untuk berperan serta dalam kegiatan kebudayaan.
3.
Dan hak kolektif mencakup hak semua bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri, hak semua ras dan suku
bangsa untuk bebas dari segala bentuk diskrimainasi, hak masyarakat untuk bebas dari neo-kolonialisme (pasal
28-30).
Hak-hak asasi manusia di atas, walaupun merupakan dekalarasi PBB dimana seluruh bangsa dari pelbagai
penjuru dunia terlibat, namun harus diakui berasal dari buah pemikiran dan anak peradaban barat.
Pengaturan HAM di Indonesia dapat dilihat dari berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya dalam
pembukaan dan batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 serta peraturan perundangan lain diluar UUD 1945,
misalnya HAM yang berhubungan dengan proses peradilan dalam UU No. 14 Tahun 1970 tentang ketentuanketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan sebagainya.
Sedangkan konsepsi HAM bangsa Indonesia dapat dilihat dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan tercantum dalam Bidang Pembangunan Hukum yang menyatakan
bahwa :"HAM sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa adalah hak-hak dasar yang secara kodrati melekat pada
diri manusia dan Meliputi : hak untuk hidup layak, hak memeluk agama dan beribadat menurut agama masingmasing, hak untuk berkeluarga dan memperoleh keturunan melalui perkawinan yang sah, hak untuk
mengembangkan diri termasuk memperoleh pendidikan, hak untuk berusaha, hak milik perseorangan, hak
memperoleh kepastian hukum dan persamaan kedudukan dalam hukum, keadilan dan rasa aman, hak
mengeluarkan pendapat, berserikat dan berkumpul.
Dari latar historis beberapa perumusan dan dekalarasi HAM (yaitu: perlindungan terhadap kebebasn individu di
depan kekuasan raja, kaum feodal atau negara yang domina atau tersentaralisasi), dan kesadaran
ontologis tentang struktur deklarasi PBB, serta kesadaran historis tentang peradaban yang melahirkannya,
dapatlah diidentifikasi karektaristik utama HAM. Perspektif Barat dalam melihat HAM dapat disebut bersifat
antrhoposentris, dengan pengertian bahwa manusia dipandang sebagai ukuran bagi segala sesuatu karena ia
adalah pusat atau ttitik tolak dari semua pemikiran dan perbuatan. Produk dari perspektif antrhoposentris ini tidak
lain adalah individu yang otonom.
II.
Cara pandang Islam terhadap HAM tidak terelepas dari cara pandangnya terhadap status dan fungsi manusia.
Manusia adalah makhluk Allah yang terhormat (Q.S. Al-Israa/17 :70), (Q.S. Al-Hijr/15 :28-29) dan fungsional
(Q.S. Al-Anaam/6 :165) serta (Q.S. Al-Ahzab/33 :72). Dari eksistensi ideal, manusia ditarik kepada kehidupan
yang ideal, manusia ditarik pada kehidupan yang riil (realitas empirik) agar ia dapat terpuji sebagai makhluk yang
fungsional. Dalam kaitan ini, ia disebut khalifah, dalam pengertian mandataris, yang diberi kuasa, dan bukan
sebagai penguasa. Dalam satus terhormat dan fungsi mandataris ini, manusia hanya mempunyai kewajiban
kepada Allah (karena itu, Allah semata yang mempunyai hak-hak) dengan cara mematuhi hukum-hukumnya.
Semua kewajiban itu merupakan amanah yang diemban (Q.S. Al-Ahzab/33 :72), sebagai realisasi perjanjiannya
dengan Allah pada awal mula penciptaannya (Q.S. At-Taubah/9 :111).
Walaupun manusia mempunyai kewajiban-kewajiban kepada penciptanya, namun kewajiban-kewajiban ini pada
gilirannya menimbulkan segala hak yang berkaitan dengan hubungan antar sesama manusia. Kewajiban
bertauhid (mengesakan Allah), misalnya, bila dilaksanakan dengan benar, akan menimbulkan kesadaran akan
hak-hak yang berkaitan dengan hubungan antar sesama manusia, seperti hak perasamaan, hak kebebasan dan
memperoleh keadilan. Seorang manusia mengakui hak-hak manusia lain karena hal itu merupakan kewajiban
yang dibebankan kepadanya dalam rangka mematuhi Allah. Karena itu, Islam memandang hak asasi manusia
dengan cara pandang yang berbeda dari Barat, tidak bersifat anthroposentris, tetapi bersifat theosentris (sadar
kepada Allah sebagai pusat kehidupan). Penghargaan kepada hak asasi manusi, dengan demikian, merupakan
bentuk kualitas kesadaran keagamaan yaitu kesadaran kepada Allah sebagai pusat kehidupan. Dibawah ini kami
mencoba memaparkan konsep dasar HAM dalam Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadis .
III.
Pandangan Al-Qur'an.
HAM yang dijamin oleh Islam seperti yang diatur dalam al-Qur'an sebagai sumber dan dasar ajaran Islam bagi
manusia. HAM dasar terdapat dalam al-Quran terdiri dari :
a)
Hak atas keselamatan jiwa. Dalam Islam jiwa seseorang sangat dihormati dan keberadaannya harus
dipelihara (hifd al-nafs), sebagaiman firman Allah dalam al-Qur'an Surat (Q.S Al-Isra'/15 :33) yaitu membunuh
orang hanya dibolehkan karena ada alasan yang benar, misalnya qishas bagi orang yang terbukti membunuh
orang lain dengan sengaja.
b)
c)
d)
e)
f)
Hak untuk melakukan al-amru bi al-ma'ruf wa al-nahyu 'an al-munkar, yang didalamnya juga mencakup hak-
hak kebebasan memberikan kritik (Q.S. Al-A'raf/7 :165 dan Q.S. Al-Baqarah/2 :110).
g)
Kebebasan berkumpul demi tujuan kebaikan dan kebenaran. Kebebasan berkumpul ini berkaitan dengan
hak asasi pada huruf (f), yakni tujuan untuk menegakkan yang ma'ruf dan mencegah yang munkar.
h)
Hak keamanan dari penindasan keagamaan. Banyak sekali ayat al-Qur'an yang melarang pemaksaan,
saling bertikai karena perbedaan agama, salah satunya adalah (Q.S. Ali Imran/3 :100 ).
i)
Hak untuk tidak menerima tindakan apapun tanpa ada kejahatan yang dilakukannya. Dengan kata lain
seorang harus dianggap tidak bersalah, jika ia belum terbukti melakukan kejahatan.
j)
Hak memperoleh perlakuan yang sama dari negara dan tidak melebihkan seseorang atas orang lain (Q.S. Al-
Qashash/28 :4).
IV.
Ajaran Islam tentang HAM di atas telah diaktualisasikan dalam kehidupan bermasayarakat pada zaman Nabi
Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin (empat khalifah pertama) seperti tersirat dalam beberapa Sunnah dan
tradisi sahabat berikut ini.
1.
Petuah Rasulullah SAW kepada seorang wanita yang datang berkonsultasi kepadanya atas anjuran Usamah
:
"Dari Urwah, dari 'Aisyah yang mengatakan bahwa Usamah suatu saat menganjurkan kepada seorang wanita
untuk datang kepada Nabi. Nabi berkata, 'berapa bangsa sebelummu telah dihancurkan, karena mereka
menjatuhkan hukuman kepada masyarakat kelas bawah, tetapi tidak menghukum anggota masyarakat kelas
atas (pada waktu mereka melakukan tindak kejahatan). Demi Tuhan yang ditangan-Nya terletak kehidupanku,
andaikata anak perempuanku Fatimah melakukannya, tentu saya potong tangannya'.
2.
"Dalam peristiwa perang badar, Nabi memilih suatu tempat khusus yang dianggap pantas untuk menyerang
musuh. Salah seorang sahabatnya, Hubab bin Mandhar, bertanya kepada Nabi, apakah yang menyebabkannya
memilih tempat khusus itu karena berasal dari wahyu Tuhan. Nabi menjawab tidak. Dengan ucapan itu Hubab
bin Mandhar lantas mengajukan suatu tempat alternatif untuk memberikan serangan terhadap musuh, karena
menurut anggapannya, tempat itu secara strategis lebih baik tempatnya. Nabi menyetujuinya".
3.
"Dari Muhammad Sang Nabi kepada Abu Harist, uskup Najran, pendeta-pendeta, rahib-rahib, orang-orang yang
hidup di gereja-gereja mereka dan budak-budak mereka; semunya akan berada dibawah lindungan Allah dan
nabinya; tidak ada uskup yang diberhentikan dari keuskupannya, tidak ada rahib yang yang akan diberhentikan
dari biaranya dan tidak ada pendeta yang akan diberhentikan dari posnya, dan tidak akan terjadi perubahan
dalam hak-hak yang mereka telah nikmati sejak lama.
4.
Pesan Khalifah Abu Bakar ketika mengirim ekspedisi pertama ke negri Syam:
"Hendaklah kamu bersikap adil. Jangan patahkan keyakinan yang telah kamu ikrarkan. Jangan memenggal
seseorangpun. Jangan bunuh anak-anak, laki-laki dan perempuan. atau membakar pohon-pohon kurma, dan
jangan tebang pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan. Jangan bunuh domba-domba, ternak-ternak atau
unta-unta, kecuali untuk sekedar dimakan. Mungkin sekali kamu akan bertemu dengan orang-orang yang telah
mengundurkan diri ke dalam biara-biara, maka biarkan mereka dan kegiatan mereka dalam keadaan yang
damai."
5.
Prinsip-prinsip hak asasi manusia yang termaktub di dalam Piagam Nabi (Kitab an-Nabi) yang oleh
beberapa ahli hukum tata Negara dianggap sebagai konstitusi tertulis pertama di dunia yakni dokumen historis
tentang aturan-aturan dasar penyelenggraan Madinah sebagai sebuah komunitas dibawah kepemimpinan Nabi
Muhammad saw. Ketika hijrah ke Yatsrib yang kemudian menjadi Madinah, penduduk kota itu tidaklah homogen.
Paling tidak terdapat kelompok kaum muslimin, yang terdiri dari dua bagian, yakni Muhajirin dan Anshar,
kelompok keagamaan Yahudi dan kelompok masyarakat Arab yang menganut Paganisme.
Setibanya di Yatsrib, Nabi segera mengadakan fakta kesepakatan bersama dengan kelompok-kelompok
masyarakat yang hetrogen itu untuk menyatukan mereka ke dalam komunitas baru, yang dinamakan dengan
Madinah. Sekarang setelah beberapa serjana melakukan studi yang mendalam terhadap teks ini, mereka
dengan mudah mensistematikan piagam ini menjadi 10 Bab dan 47 Pasal, yang di dalamnya memuat rumusanrumusan penting tentang hak asasi manusia.
Penegasan yang terpenting yang termaktub dalam Piagam Madinah yaitu pengakuan terhadap pluralitas
masyarakat, yang dalam hak-hak dan kewajiban adalah sama tanpa membedakan asal-usul agama. Tiap-tiap
kelompok masyarakat memiliki otonomi ke dalam, tetapi tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan
hubungan ke luar yang harus dilakukan atas nama Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah saw sebagai
kesatuan komunitas. Nabi Muhammad diangkat sebagai pemimpin komunitas ini, tetapi beliau tidaklah menjadi
seorang autokrat karena hukum Tuhan diatas segala-galanya dan setiap pengambilan keputusan dilakukan
dengan prinsip musyawarah. Karena masyarakatnya sangat majemuk, maka dalam komunitas Madinah
diberlakukan berbagai subsistem hukum. Dalam arti kaum muslimin tunduk kepada hukum Islam, sementara
kaum Yahudi tunduk kepada hukum Taurat dan penganut paganisme tunduk kepada hukum adat mereka.
Kebebasan menjalankan ibadah keagamaan dengan sendirinya dijamin dalam teks Piagam Madinah. Hal ini
disebabkan karena pada prinsipnya Islam menegaskan bahwa keyakinan keagamaan tidak dapat dipaksakan
terhadap seseorang, meskipun dakwah wajib dijalankan. Hak milik, hak kebebasan pribadi, hak untuk mendapat
jaminan keselamatan pribadi dan kelompok semuanya dijamin dalam piagam, demikian pula hak untuk ikut serta
dalam pembelaan komunitas, jika diserang oleh kelompok diluarnya. Dengan demikian, partisipasi dalam
penyelenggaraaan kehidupan ekonomi, sosial dan politik terbuka bagi semua orang.
Meskipun dokumen-dokumen yang diwariskan oleh Islam tetap ada dan tetap terpelihara oleh jutaan kaum di
seluruh dunia, namun masih saja terdapat anggapan bahwa hak asasi manusia, dianggap seolah-olah sesuatu
yang asing dari khazanah peradaban kaum Muslimin. Anggapan seperti itu patut kita sesali, mengingat rujukan
akademis dan intelektual di banyak masyarakat Timur hingga sekarang tetap mengacu ke dunia Barat. Sehingga
tidak mengherankan jika timbul kritik terhadap kaum intelektual di Asia dan Afrika, dimana mereka dituduh sebgai
"orang Barat di negeri Timur". Namun perkembangan yang terjadi dalam masyarkat Islam sekarang ini telah
memberikan harapan baru untuk mewarisi tradisi sejarah peradaban umat manusia secara jujur dan berimbang.
Penilain seperti itu tentu bukan dimaksud sekedar memenuhi dahaga intelektual kaum cendikiawan, karena
langkah selanjutnya adalah bagaimana menyerap dan mengimplementasikan nilai-nilai ajaran Islam itu kedalam
kehidupan umat manusia dalam mengadapi tantangan zaman.
Seiring berjalannya waktu berbagai dinamika dan dialektika mempengaruhi konsep asasi dari hak asasi manusia,
terutama dalam penilaian penerapan hak asasi manusia pada suatu bangsa. Penilaian terhadap pelaksanaan
hak asasi manusia di suatu negara, hendaklah dilakukan secara jujur dan proporsional serta dilandasi oleh
iktikad yang baik, dengan kesadaran bahwa masalah ini adalah perjuangan kemanusiaan yang sangat penting.
Tetapi, adalah tidak jujur dan tidak adil, jika menjadikan isu hak asasi manusia sebagai alat untuk melakukan
penekanaan politik terhadap negara-negara berkembang dan negara baru, khususnya di Asia dan Afrika, untuk
kepentingan diri sendiri, apalagi dilakukan dengan standar ganda. Lebih buruk lagi jika isu hak asasi manusia
dijadikan sebagai offensif propoganda untuk menyerang dan memojokkan satu bangsa sambil
menyembunyikan dan menutupi kesalahan yang mereka lakukan agar mereka tidak diserang lebih dahulu.
Kebanyakan kaum Muslimin merasakan akibat penerapan standar ganda dibidang hak asasi manusia, sejak
terjadinya peristiwa yang disebut sebagai serangan kaum teroris terhadap gedung World Trade Center di New
York pada tanggal 11 September 2001. Kita dapat memahami penegasan berbagai pihak bahwa perang
melawan teroris bukanlah ditujukan kepada kaum Muslimin, karena terorisme dapat dilakukan oleh pemeluk
agama apa saja di muka bumi ini. Namun akses negatif terhadap perang terhadap terorisme yang dirancang
Amerika Serikat itu kini lebih banyak dirasakan oleh kaum Muslimin dibandingkan dengan pemeluk agama lain.
Akibatnya, tidak jarang hak asasi manusia mereka abaikan, bahkan dilanggar secara sewenang-wenang.
Berbagai bentuk sikap prejudis, rasialis, xenophobia dan Islamophobia kini seakan-akan muncul lagi dalam
percaturan politik antar bangsa. Fenomena ini sangat ironis terjadi di tengah abad yang justru di awal
kelahirannya memberikan banyak harapan terhadap penghormatan dan penegakan hak asasi manusia.
Dominasi pemberitaan media massa sering pula dimanfaatkan untuk membangun persepsi buruk terhadap umat
Islam yang tidak berdaya melakukan bantahan dan klarisifikasi atas berita-berita seperti itu.
Bagi kita Muslimin Indonesia, adalah tugas dan kewajiban kita untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Islam
adalah cinta damai dan agama yang menghormati hak asasi manusia, betapapun kini kita menghadapi
kenyataan-kenyataan pahit yang menyesakkan dada. Kita berkewajiban merealisasikan apa yang ditegaskan
oleh al-Quran bahwa "kalian adalah sebaik-baik umat (khairah ummah) yang kami tonjolkan kepada semua
umat manusia karena kalian selalu mengajak manusia kerah kebaikan dan mencegah kemungkaran dan kalian
beriman kepada Allah (Q.S Ali Imran : 110). Perjuangan kerah itu memang tidak mudah, panjang dan berlikuliku. Namun kaum Muslimin tetap tidak boleh putus asa menghadapi segala kenyataan. Di awal tahun baru ini,
masih ada secerca harapan untuk membangun hari depan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Hak dapat dimaknai sebagai suatu nilai yang diinginkan seseorang untuk melindungi dirinya, agar ia dapat ia
memelihara dan meningkatkan kehidupannya dan mengembangkan kepribadiannya. Ketika diberi imbuhan
asasi, maka ia sedemikian penting, mendasar, diakui oleh semua peradaban, dan mutlak pemenuhannya.
Setelah melalui proses yang panjang, kesadaran akan hak asasi manusia mengglobal sejak 10 Desember 1948
dengan ditetapkannya oleh PBB Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia. Deklarasi PBB ini, juga deklarasideklarasi sebelumnya, dirancang untuk melindungi kebebasan individu di depan kekuasaan raja, kaum feodal,
atau negara yang cenderung dominan dan terdesentralisasi. Karena itu, deklarasi-deklarasi tersebut, yang nota
bene anak peradaban Barat, melihat hak-hak asasi manusia dalam perspektif anthroposentris. Hak-hak asasi
manusia memperoleh landasan dalam Islam melalui ajarannya yang paling utama, yaitu Tauhid (mengesakan
Tuhan). Karena itu, hak-hak asasi manusia dalam Islam lebih dipandang dalam perspektif theosentris. Walau
demikian, ajaran tauhid tersebut berimplikasi pada keharusan prinsip persamaan, persaudaraan dan keadilan
antar sesama manusia, dan prinsip kebebasan manusia. Prinsip tersebut telah menjadi landasan bagi
pembentukan peradaban masyarakat Muslim awal, sehingga menempatkan dunia Islam beberapa abad di depan
barat.
DAFTAR PUSTAKA
Thoyyar, Huzni. 1998. "Polemik hak Asasi manusi, Bagaimana Konsepsi Islam?", Suara Hidayatullah, X,
(Februari, 1998)
0
0 Google +0
Related Post
Tugas Kampus
Post a Comment
terimakasih
Newer PostOlder PostHome
ART4BENG
LABELS
BITCOIN Info CPNS Media Pembelajaran News Pendidikan serba serbi pendidikan TRIK GRATIS
PCTugas Kampus umum
GOOGLE+ FOLLOWERS
ENTRI POPULER
KABAR BAIK BUAT TENAGA HONORER KATEGORI II YANG BELUM LULUS CPNS
Kabar baik akan menghampiri CPNS K2 yang Belum lulus kemaren. Berdasarkan hasil Raker Pansus Guru DPD RI
dengan Menteri Pendayag...
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat
sains. Pada sa...
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan penelitian METODE INQUIRY DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA KONSEP PESAWAT SEDER...
BAB I PENDAHULAUAN 1.
BAB I PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Haryss__nasution_civic_1
0
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan keapda pe...
(tanpa judul)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan keapda penulis, sehingga penulisan makalah yang
berjudul HAK AZASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM ini terselesaikan tepat
pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tecurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
serta Keluarga beliau, Para sahabat dan Para pengikut beliau sampai akhir zaman,
amin ya Rabbal Alamin.
Penulis menyadari, bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,.
Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun dan untuk perbaikan makalah yang akan datang. Semoga
makalah ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya,
Amin.
Mataram,
Penulis
DAFTAR ISI
April 2012
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..
DAFATAR
ISI..
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............
3
3
6
7
BAB I
11
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Apa saja Contoh Kasus Pelanggaran HAM Dari Sudut Pandang Islam
A. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1) Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen kepada Mahasiswa semester IV; Prodi PKn FKIP
UNRAM pada Mata Kuliah Demokrasi Hukum dan HAM
2) Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam tentang HAM
B. Kegunaan
Kegunaan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1) Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa yang ingin megetahui bagaimana Islam memandang HAM
2) Bagi penulis, untuk menambah wawasan dalam menulis Karya Ilmiah
3) Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademik, yang diberikan oleh Dosen
BAB II
PEMBAHASAN
b. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United
Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia
c. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai hak yang kodrati.
d. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN
RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58
Negara yang terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8
negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati
sebagai hari Hak Asasi Manusia
kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia
lainya hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat
Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut :Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu
dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum adalah yang paling takwa.
Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang terangkum dalam aldloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia
dalam Islam). Konsep ini mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu,
yaitu hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdzu al-mal (penghormatan atas
harta benda),hifdzu al-nafs wa al-ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan
individu) hifdzu al-aql(penghormatan atas kebebasan berpikir) dan hifdzu al-nasl(keharusan untuk
menjaga keturunan). Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat Islam supaya
menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi, berdasarkan atas penghormatan individu
atas individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan
negara dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya.
4. Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak di antara manusia tanpa
memndang warna kulit, ras atau kebangsaan, melainkan menjadikannya realitas yang penting. Ini
berarti bahwa pembagian umat manusia ke dalam bangsa-bangsa, ras-ras, kelompok-kelompok dan
suku-suku adalah demi untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras atau suku dapat
bertemu dan berkenalan dengan rakyat yang berasal dari ras atau suku lain.
Al-Quran menjelaskan idealisasinya tentang persamaan manusia dalam Surat Al-Hujarat ayat
13, yang artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu laki-laki dan perempuan, dan
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling takwa.
5. Hak mendapatkan pendidikan
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan sesuai dengan kesanggupan alaminya. Dalam Islam, mendapatkan
pendidikan bukan hanya merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban bagi setiap manusia,
sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari :Menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap muslim.
Di samping itu, Allah juga memberikan penghargaan terhadap orang yang berilmu, di mana
dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 dinyatakan bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang berilmu.
6. Hak kebebasan berpendapat
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan menyatakan pendapatnya dalam batasbatas yang ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Artinya tidak seorangpun diperbolehkan
menyebarkan fitnah dan berita-berita yang mengganggu ketertiban umum dan mencemarkan nama
baik orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah mengemukakan ide atau gagasan yang
dapat menciptakan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kebebasan berpendapat dan
mengeluarkan pendapat juga dijamin dengan lembaga syura, lembaga musyawarah dengan rakyat,
yang dijelaskan Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 38, yang artinya : Dan urusan mereka diputuskan
dengan musyawarah di antara mereka.
7. Hak kepemilikan
Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apa pun untuk
mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah dalam Surat AlBaqarah ayat 188, yang artinya : Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar
kamu dapat memakan harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu
mengetahuinya.
8. Hak mendapatkan pekerjaan dan Memperoleh Imbalan
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak, tetapi juga sebagai kewajiban. Bekerja
merupakan kehormatan yang perlu dijamin, sebagaimana sabda Nabi saw : Tidak ada makanan
yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada makanan yang dihasilkan dari tangannya
sendiri. (HR. Bukhari)
Sehubungan dengan hak bekerja dan memperoleh upah dari suatu pekerjaan dijelaskan dalam
beberapa ayat dalam Al-Quran menyatakan sebagai berikut:
a. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan kami berikan kepada mereka ganjaran dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan(Q.s.An-Nahl/16:97) .
b. Dialah yang menajadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rizki Nya. Dan hanya kepada Nya lah kamu kembali (Q.S.Al-Mulk/67:15).
c. Katakanlah, tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan(keahlian) nya.(Q.S.Al-Israa/17:84).
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Islam memberikan kesempatan kepada manusia
untuk bekerja dan berusaha serta memperoleh imbalan berupa upah dari apa yang dikerjakannya
untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi dirinnya. Pekerjaan atau usaha yang dilakukan
oleh seseorang hendaklah yang sesuai dengan bidang keahliannya. Allah SWT juga mengakui adanya
jenis-jenis pekerjaan yang beraneka ragamnya, dan oleh karena itu, seseorang yang akan bekerja itu
harus ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya supaya ia bertanggung jawab dengan
pekerjaannya tersebut. Sebab, seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan yang bukan bidang
keahliannya bukan saja tidak bisa dipertanggungjawabkannya bahkan dapat mendatangkan bencana
bagi orang lain.
2.7. Contoh Kasus Pelanggaran HAM Dari Sudut Pandang Islam
Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM, antara lain:
1. PELANGGARAN HAM OLEH TNI
umumnya terjadi pada masa pemerintahan Presiden Suharto, dimana (dikemudian hari berubah
menjadi TNI dan Polri) menjadi alat untuk menopang kekuasaan. Pelanggaran HAM oleh TNI
mencapai puncaknya pada akhir masa pemerintahan Orde Baru, dimana perlawanan rakyat semakin
keras.
2. KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI MALUKU
Konflik dan kekerasan yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang telah berusia 2 tahun 5
bulan; untuk Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100% aman dan relatif stabil,
sementara di kawasan Maluku Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Seram dan Buru) sampai
saat ini masih belum aman dan khusus untuk Kota Ambon sangat sulit diprediksikan, beberapa
waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1 bulan yang lalu sampai sekarang telah terjadi aksi
kekerasan lagi dengan modus yang baru ala ninja/penyusup yang melakukan operasinya di daerah
daerah perbatasan kawasan Islam dan Kristen (ada indikasi tentara dan masyarakat biasa).
Akibat konflik/kekerasan ini tercatat 8000 orang tewas, sekitar 4000 orang luka luka, ribuan
rumah, perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah hancur serta terdapat 692.000 jiwa sebagai
korban konflik yang sekarang telah menjadi pengungsi di dalam/luar Maluku.
Komunikasi sosial masyarakat tidak jalan dengan baik, sehingga perasaan saling curiga antar
kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang menginginkan konmflik jalan
terus. Perkembangan situasi dan kondisis yang terakhir tidak ada pihak yang menjelaskan kepada
masyarakat tentang apa yang terjadi sehingga masyrakat mencari jawaban sendiri dan membuat
antisipasi sendiri.
Wilayah pemukiman di Kota Ambon sudah terbagi 2 (Islam dan Kristen), masyarakat dalam
melakukan aktifitasnya selalu dilakukan dilakukan dalam kawasannya hal ini terlihat pada aktifitas
ekonomi seperti pasar sekarang dikenal dengan sebutan pasar kaget yaitu pasar yang muncul
mendadak di suatu daerah yang dulunya bukan pasar hal ini sangat dipengaruhi oleh kebutuhan riil
masyarakat; transportasi menggunakan jalur laut tetapi sekarang sering terjadi penembakan yang
mengakibatkan korban luka dan tewas; serta jalur jalur distribusi barang ini biasa dilakukan
diperbatasan antara supir Islam dan Kristen tetapi sejak 1 bulan lalu sekarang tidak lagi juga
sekarang sudah ada penguasa penguasa ekonomi baru pasca konflik.
3. PELANGGARAN HAM ATAS NAMA AGAMA
Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia dengan atribut agama, berlindung dalam
lembaga agama, mereka justru melakukan kejahatan kemanusiaan (crimes against humanity) entah
itu Kristen, Islam atau agama apapun. Atas nama agama yang suci mereka melakukan pelecehan
yang tidak suci kepada sesamanya manusia. Akhir abad 20 atau awal abad 21, akhir-akhir ini kita
disuguhi sajian-sajian berita akan kebobrokan manusia yang beragama melanggar hak asasi manusia,
misalnya kelompok Al-Qaeda dan sejenisnya menteror dengan bom, dan olehnya mungkin sebagian
dari kita telah prejudice menempatkan orang-orang Muslim di sekitar kita sama jahatnya dengan
kelompok Al-Qaeda.
Di sisi lain Amerika Serikat (AS) sebagai polisi dunia sering memakai isu terorisme yang
dilakukan Al-Qaeda untuk melancarkan macam-macam agendanya. Invasi AS ke Iraq, penyerangan
ke Afganistan dan negara-negara lain yang disinyalir ada terorisnya. Namun kehadiran pasukan AS
dan sekutunya di Iraq tidak berdampak baik, mungkin pada awalnya terlihat AS dengan sejatanya
yang super-canggih menguasai Iraq dalam sekejap, namun pasukan mereka babak-belur dalam
perang-kota, ini mengingatkan kembali sejarah buruk, dimana mereka juga kalah dalam perang
gerilya di Vietnam. Kegagalan pasukan AS mendapat kecaman dari dalam negeri, bahkan sekutunya,
Inggris misalnya. Tekanan-tekanan ini membuat PM Inggris Tony Blair memilih mengakhiri karirnya
sebelum waktunya baru-baru ini. Karena ia berada dalam posisi yang sulit : menuruti tuntutan dalam
negeri ataukah menuruti tuan Bush.
4. PELANGGARAN HAM OLEH MANTAN GUBERNUR TIM-TIM
Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur Timtim, yang diadili oleh Pengadilan Hak Asasi
Manusia (HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan pelanggaran HAM berat di Timtim dan dijatuhi vonis
3 tahun penjara. Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja meragukan tetapi juga
menimbulkan tanda tanya besar apakah vonis hakim tersebut benar-benar berdasarkan rasa
keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk mengamankan suatu keputusan politik yang dibuat
Pemerintah Indonesia waktu itu dengan mencari kambing hitam atau tumbal politik. Beberapa hal
yang dapat disimak dari keputusan pengadilan tersebut adalah sebagai berikut ini.
Pertama, vonis hakim terhadap terdakwa Abilio sangat meragukan karena dalam UndangUndang (UU) No 26/2000 tentang Pengadilan HAM Pasal 37 (untuk dakwaan primer) disebutkan
bahwa pelaku pelanggaran berat HAM hukuman minimalnya adalah 10 tahun sedangkan menurut
pasal 40 (dakwaan subsider) hukuman minimalnya juga 10 tahun, sama dengan tuntutan jaksa.
Padahal Majelis Hakim yang diketuai Marni Emmy Mustafa menjatuhkan vonis 3 tahun penjara
dengan denda Rp 5.000 kepada terdakwa Abilio Soares.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai Hak Asasi Manusia di atas dapatlah kita tarik kesimpulan
bahwa Islam itu adalah agama yang asy-syumul (lengkap). Ajaran Islam meliputi seluruh aspek dan
sisi kehidupan manusia. Islam memberikan pengaturan dan tuntunan pada manusia, mulai dari
urusan yang paling kecil hingga urusan manusia yang berskala besar.Dan tentu saja telah tercakup di
dalamnya aturan dan penghargaan yang tinggi terhadap HAM. Memang tidak dalam suatu dokumen
yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat suci Al-Quran dan Sunnah Nabi saw.
Hak Asasi Manusia telah di atur dalam Al-Quran dan Hadist dan umat islam harus benarbenar mengetahui hak-hak yang diberikan kepadanya dan menggunakan haknya tersebut sebaikbaiknya selama tidak bertentangan dan melanggar hak orang lain.
3.2. SARAN
a. Setelah membaca dan membahas makalah ini, hendaklah kita sebagai mahasiswa menghormati hak
orang lain
b. Hendaklah kita terus mengkaji secara mendalam pengetahuan kita tentang HAM
c. Penulis mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan
makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
haris waktu
Rabu, November 19, 2014
Mengenai Saya
haris waktu
video youtube
powered by
Arsip Blog
2012 (2)
o Mei (1)
o April (1)
MAKALAH HAM DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
Template Picture Window. Gambar template oleh sndrk. Diberdayakan oleh Blogger.
UPLOAD
Browse
DOWNLOAD
STANDARD VIEW
FULL VIEW
1
1
OF 11
BAB
1PENDA
HULUAN
Latar Belakang
Hak asasi
manusia adalah
hak dasar yang
dimiliki manusia
sejak manusia
itudilahirkan.
Hak asasi dapat
dirumuskan
sebagai hak yang
melekat dengan
kodrat kita
sebagaimanusia
sangat penting
sebagaimakhluk c
iptaan tuhan
harus saling
menjaga
dan menghormati
hak asasi masingmasingindividu.
Namun,
tercermin pada
fakta, banyak
terjadi suatu
pelanggaran dan
penindasan
atashak asasitiap
orang. Hal ini
adalah sebagai
sebuah gambaran
atas
ditegakkannyake
merdekaan bagih
ak asasi manusia
bagi tiap
individu.Begitu
banyak
pelanggaran
terhadap hak
asasi manusia
yang terungkap.
Hak asasimanusia
wajib dijunjung
dan dihormati
serta dijunjung
tinggi oleh
negara,
hukum, pemerint
dunia yang
memperjuangkan
hak asasi manusia
adalah Inggris.
Tonggak pertama
bagi kemenangan
hak-hak asasi
terjadi
diInggris.Tetapi
berpedoman pada
AlQuran dan
Hadist.
Karena AlQuran dan
Hadist
merupakan
pedoman hidup
bagi seluruh
manusia yang ada
di bumi ini pada
umumnya dan
bagi umat
islam pada
khususnya.oleh k
arena itu
umat munusia pa
da umumnya dan
umat islam pada
khususnya apabil
a tidak ingin hakhaknnya dirampa
soleh orang lain,
maka hendaknya
ia harus
mengetahui hak-
haknya dan
selalumemperjua
ngkannya selama
tidak mengambil
atau melampui
batas dari hakhak orang lain.
2
BAB
IIPEMBA
HASAN
1.
Pengertian Hak
Asasi Manusia
Berikut ini
beberapa
pengertian tentang
hak asasi manusia,
antara
lain:a. Secara etimo
lgi hak merupakan
unsur normative ya
ng berfungsi sebag
ai pedoman prilaku
melindumgi
kebebasan,
kekebalan serta
menjamin adanya
peluang bagi
manusia dalam
menjadiharkat dan
martabatnya.
Sedangkan asasi
berarti yang
bersifat paling
mendasar yang
dimilikimanusia
sebagai fitrah,
sehingga tak
satupun makhluk m
engintervensinya
apalagi
mencabutnya.b. Me
nurut pendapat Jan
Materson (dari
komisi
HAM PBB), dalam
Teaching Human
Rights,
UnitedNations
sebagaimana
dikutip Baharuddin
Lopa menegaskan
bahwa HAM
adalah hak-hak
yangmelekat pada
setiap manusia,
yang tanpanya
manusia
mustahil dapat
hidup sebagai
manusiac. John
Locke menyatakan
bahwa
Undang Nomor 39
Tahu
n 1999 tentang
HAM disebutkan
bahwa Hak
Asasi Manusia
adalah seperangkat
hak yang melekat
pada hakekat dan
keberadaan
manusiasebagai
makhluk Tuhan
Yang Maha Esa
dan merupakan
anugerah-Nya yang
wajib
dihormati,dijunjung
tinggi, dan
dilindungi oleh
negara, hukum,
pemerintah dan
setiap orang,
demikehormatan
serta perlindungan
harkat dan martabat
manusia.
2.
Sejarah Hak
Asasi Manusia
Negara yang
sering disebut
sebagai negara
pertama di dunia
yang
memperjuangkan
hak asasi manusia
adalah Inggris.
Tonggak pertama
bagi kemenangan
hak-hak asasi
terjadi diInggris.
Perjuangan
tersebut tampak
dengan adanya
berbagai
dokumen
kenegaraan
mengakibatkan
rasa tidak puas
dari para
bangsawanyang
akhirnya berhasil
mengajak Raja
Inggris untuk
membuat suatu
perjanjian yang
disebutMagna
Charta atau
Piagam Agung.
Magna Charta
dicetuskan pada
15 Juni 1215
yang
prinsipdasarnya
memuat
pembatasan
kekuasaan raja
dan hak asasi
manusia lebih
penting
daripadakedaulat
an raja. Tak
seorang pun dari
warga negara
merdeka dapat
ditahan atau
dirampasharta
kekayaannya atau
diasingkan atau
dengan cara
apapun dirampas
hak-haknya,
kecuali berdasark
an
pertimbangan hu
kum. Piagam
Magna Charta itu
menandakan kem
enangan
telahdiraih sebab
hak-hak tertentu
yang prinsip telah
diakui dan
dijamin oleh
pemerintah.
Piagamtersebut
menjadi lambang
munculnya
perlindungan
terhadap hak-hak
asasi karena
iamengajarkan
bahwa hukum
dan undangundang
derajatnya lebih
tinggi daripada
kekuasaanraja.
Hal itu memicu
perjuangan-
perjuangan di
banyak negara
untuk Hak Asasi
Manusia.Setelah
perang dunia
kedua, mulai
tahun 1946,
disusunlah
rancangan
anggota. PBB
membentuk
komisi hak asasi
manusia
(commission
of human right).
Sidangnya
dimulai pada
bulan januari
1947 di bawah
pimpinan Ny.
Eleanor Rossevel
t. Baru 2 tahun
kemudian,
tanggal 10
Desember 1948
Sidang Umum
PBB
yangdiselenggara
kan di Istana
Chaillot, Paris
menerima baik
hasil kerja panitia
tersebut. Karya
itu
3
berupa UNIVER
SAL DECLARA
TION OF HUM
AN RIGHTS ata
u Pernyataan Sed
uniatentang Hak
Hak Asasi
Manusia, yang
terdiri dari 30
pasal. Dari 58
Negara yang
terwakildalam
sidang umum
tersebut, 48
negara
menyatakan
persetujuannya, 8
negara abstain,
dan 2negara
lainnya absen.
Oleh karena itu,
setiap tanggal 10
Desember
diperingati
sebagai hariHak
Asasi Manusia.
3.
Pandangan Hak
Asasi Manusia
Dalam Islam
AlQuran dan
Sunnah sebagai
sumber hukum
dalam Islam
memberikan
penghargaan
yang tinggi
terhadap hak
asasi manusia.
AlQuran sebagai
sumber hukum
pertama bagi
umat
Islam telah
meletakkan
dasar-dasar HAM
serta kebenaran
dan keadilan,
jauh sebelum
timbul pemikiran
Quran,
antara lain
: 1.) Dalam Al
Quran terdapat
sekitar
80 ayat tentang
hidup,
pemeliharaan
hidup dan
penyediaan
sarana kehidupan,
misalnya
dalamSurat AlMaidah ayat 32.
Di samping itu,
Al-
Quran juga
berbicara tentang
kehormatan
dalam 20 ayat. 2.)
AlQuran juga
menjelaskan
dalam sekitas 150
ayat tentang
ciptaan dan
makhlukmakhluk, serta
tentang
persamaan dalam
penciptaan,
misalnya dalam
Surat Al-Hujarat
ayat 13. 3.) AlQuran telah
mengetengahkan
sikap menentang
kezaliman dan
orang
-orang yang
berbuat zalim
memaksa untuk
menjaminkebebas
an berpikir,
berkeyakinan dan
mengutarakan
aspirasi.
Misalnya yang
dikemukakanoleh
Surat Al-Kahfi
ayat 29.
Syariat Islam
dibangun diatas
bangunan yang
kokoh dan
lengkap karena
berasal dariAllah
yang maha
perkasa lagi maha
terpuji. Tidak ada
satu
kemaslahatan
dunia dan
akheratkecuali
telah ditunjukkan
dan disampaikan
dalam syariat.
Oleh karena itu
syariat
sangatmemperhat
ikan 5 dharuraat :
Menjaga agama,
jiwa, akal,
nasab keturunan
dan harta.
Kelimadharurat
ini yang menjadi
tiang kehidupan
manusia. Tidak
akan hidup baik
kehidupanmanusi
a kecuali dengan
menjaga lima
perkara ini.
Bukan kelima hal
ini adalah HAM
yang
dijamin syariat
Islam. Oleh
karena itu
Rasulullah
shallallahu alaihi
wasallam pernah
bersabda:
Seorang Muslim
adalah saudara
muslim lainnya.
Jangan
menzhaliminya
dan jangan
menyerahkannya.
Siapa yang
membantu
kebutuhan
saudaranyamaka
Allah akan
membantu
kebutuhannya
menutupi aib
seorang muslim
maka
Allah akan tutupi
aibnya dihari
kiamat.
(HR alBukhori).Demiki
an j
menjawab: hari
suci. Beliau
bertanya lagi:
Dinegeri apakah
ini? Mereka
menjawab :
Negeri suci
(tanah suci). Beli
au tanya: Pada b
kalian ini
dinegeri kalian
ini dan dibulan
kalian
ini. Beliau ulang
beberapa kali.
(HR alBukhori).Perintah
Nabi yang
menyuruh untuk
memelihara hakhak manusia dan
hakhak kemuliaan,
walaupun
terhadap orang
yang berbeda
agama, melalui
sabda beliau :
Barang siapa
yang menzalimi
seseorang
muahid (seorang
yang telah
Activity (1)
FILTERS
MODUL-MYOB-13
DINAR RACHMAWAN PUTRA
Memandang Dunia
DINAR RACHMAWAN PUTRA
Peranan Virus
DINAR RACHMAWAN PUTRA
Makala h
DINAR RACHMAWAN PUTRA
Merry Riana
DINAR RACHMAWAN PUTRA
Telur Asin
DINAR RACHMAWAN PUTRA
Tafsiran Al Muddatsir
DINAR RACHMAWAN PUTRA
DOWNLOAD
Recommended
If I Had Glass Hands and Glass Feet
Connu
In the faraway land of Argentina, a pickpocket falls in love with his most lu...
Missing: A Memoir
Simon & Schuster
Previous|NextPage 1 of 8
ABOUT
Browse books
Browse documents
About Scribd
Team
Blog
Join our team!
Contact Us
SUBSCRIPTIONS
Subscribe today
Your subscription
Gifts
ADVERTISE WITH US
AdChoices
SUPPORT
Help
FAQ
Press
Purchase help
PARTNERS
Publishers
Developers / API
LEGAL
Terms
Privacy
Copyright
Cafe Makalah
Kumpulan Berbagai Makalah Islami
Friday, 28 September 2012
manusia ini untuk segala zaman ketika berkhutbah di depan kaum muslim pada
waktu haji wada` (perpisahan), yakni sebagaimana diriwayatkan dalam H.R. Muslim
("Kitab al-Hajj"), sebagai berikut :
"Jiwamu, harta bendamu, dan kehormatanmu adalah sesuci hari ini. Bertakwalah
kepada Alloh dalam hal istri-istrimu dan perlakuan yang baik kepada mereka, karena
mereka adalah pasangan-pasanganmu dan penolong-penolongmu yang setia. Tak
ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya kecuali berdasarkan atas ketakwaan
dan kesalehannya. Semua manusia adalah anak keturunan Adam, dan Adam itu
diciptakan dari tanah liat. Keunggulan itu tidak berarti orang Arab berada di atas
orang nonArab dan begitu juga bukan nonArab di atas orang Arab. Keunggulan juga
tidak dipunyai oleh orang kulit putih lebih dari orang kulit hitam dan begitu juga
bukan orang kulit hitam di atas orang kulit putih. Keunggulan ini berdasarkan atas
ketakwaannya"
Kedudukan penting HAM sesudah wafatnya Rosulullah S.A.W. dan diteruskan oleh
Khulafa ar-Rosyidin, serta sistem kekuasaan Islam berganti dengan monarki. Di sini
HAM dalam Islam tetap mendapatkan perhatian luar biasa masyarakat Islam. HAM
dalam Islam bukanlah sifat perlindungan individu terhadap kekuasaan negara yang
terbatas, namun merupakan tujuan dari negara itu sendiri untuk menjaga hak-hak
asasi manusia terutama bagi mereka yang terampas hak-haknya. Jadi, setiap prinsip
dasar pemerintahan Islam pada hakikatnya adalah berlakunya suatu praktik usaha
perlindungan dari terjadinya pelanggaran HAM. Kini Islam telah memberikan sinar
harapan bagi umat manusia yang menderita dengan cara memberikan,
melaksanakan, dan menjamin respek terhadap hak-hak asasi manusia itu.
Selanjutnya, untuk menandai permulaan abad ke-15 Era Islam, bulan September
1981, di Paris (Perancis), telah diproklamasikan Deklarasi HAM Islam Sedunia.
Deklarasi ini berdasarkan Kitab Suci Al-Qur`an dan As-Sunnah serta telah
dicanangkan oleh para sarjana muslim, ahli hukum, dan para perwakilan pergerakan
Islam di seluruh dunia.
Deklarasi HAM Islam Sedunia itu terdiri dari Pembukaan dan 22 macam hak-hak
asasi manusia yang harus ditegakkan, yakni mencakup :
1. Hak Hidup
2. Hak Kemerdekaan
3. Hak Persamaan dan Larangan terhadap Adanya Diskriminasi yang Tidak
Terizinkan
4. Hak Mendapat Keadilan
5. Hak Mendapatkan Proses Hukum yang Adil
6. Hak Mendapatkan Perlindungan dari Penyalahgunaan Kekuasaan
7. Hak Mendapatkan Perlindungan dari Penyiksaan
8. Hak Mendapatkan Perlindungan atau Kehormatan dan Nama Baik
9. Hak Memperoleh Suaka (Asylum)
10. Hak-hak Minoritas
11. Hak dan Kewajiban untuk Berpartisipasi dalam Pelaksanaan dan Manajemen
Urusan-urusan Publik
12. Hak Kebebasan Percaya, Berpikir, dan Berbicara
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. dan Saad, Hasballah M. (2002). Pelanggaran HAM Berat : Indikasi, Ciri-ciri dan Solusi
Penyelesaian Secara Konseptual. Bandung : PIPS-PPS UPI Bandung.
Djamil, Ismail Muhammad. (1950). Sedjarah Islam. Jakarta : Penerbit Kebangsaan Pustaka Rakjat.
Hussain, Syekh Syaukat. (1996). Human Rights in Islam. New Delhi : Nusrat Ali Nasri for Kitab
Bhavan 1784.
Maududi, A.A. (1978). Human Righst in Islam. New Delhi.
Reaksi:
Newer PostOlder PostHome
Popular Post
Pengertian Pendidikan
Kewarganegaraan
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan pada
awalnya diperkenalkan di Amerika Serikat
pada tahun ...
Pasar Oligopoli
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar
Belakang Pasar merupakan tulang
punggung perekonomian masyarakat, baik
masyarakat yang berada dikala...
Pasar Monopolistik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR
BELAKANG MASALAH Pasar
merupakan tulang punggung perekonomian
masyarakat, baik masyarakat yang berada...
Followers
Total Pageviews
108,457
Profil
Riezky Aulia
Mu'az
Blog Archive
2014 (1)
2013 (6)
2012 (33)
December (2)
o
o
o
o
o
November (5)
October (6)
September (9)
TEORY
PERMINTAAN DAN
PENAWARAN IBNU
KHALDUN
TERBENTUKNYA
ALAM SEMESTA
DAN
PENGHUNINYA
PERSPEK...
KONSEP
KONSUMSI DAN
PERILAKU
KONSUMEN
DALAM EKONOM...
Investasi
Pegadaian Syariah
Pasar Oligopoli
HAK ASASI
MANUSIA
MENURUT ISLAM
KEPEMILIKAN
DALAM ISLAM
MOTIF DAN
FUNGSI BISNIS
May (7)
March (4)
Beranda
Foto-Foto
Daftar Makalah dan Artikel
Renungan
Kisah-Kisah Inspiratif
Kumpulan Makalah Pendidikan
Diberdayakan oleh
Terjemahan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Latar belakang kami membuat makalah ini adalah agar kita semua dapat mengetahui dan
memahami cara pandang Islam terhadap HAM.
Karena kita sebagai manusiawi khususnya harus mengerti dan paham betul pembagianpembagian dalam pandangan Islam terhadap HAM, terutama pada zaman sekarang.
I.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang penulis ingin mengungkapkan rumusan masalah:
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Secara etimologi hak merupakan unsure normative yang berfungsi sebagai pedoman prilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan, serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjadi
harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar yang dimiliki
manusia sebagai fitrah, sehingga tak satu pun makhluk mengintervensinya apalagi mencabutnya.
Dalam pasal 1 UU. No. 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dimiliki oleh setiap umat
manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa kepada hamba-Nya, yaitu umat manusia
tanpa terkecuali.
II.2.
1. Hak asasi pribadi/personal right yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan
memeluk agama, dan kebebasan bergerak.
2. Hak hak asasi ekonomi/property right yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli, menjual, serta
memanfaatkannya.
3. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan atau yang
biasa disebut right of legal equality.
4. Hak-hak asasi politik/politicial right, yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih
(memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), dan mendirikan partai politik.
5. Hak-hak asasi sosial dan budaya/social and cultur right, misalnya hak untuk memilih pendidikan dan
mengembangkan kebudayaan.
6. Hak-hak asasi mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau procedural right,
missal pengaturan dalam hal penangkapan, penggeledahan dan peradilan.
II.3.
Sejak mula sebelum lahirnya berbagai gagasan tentang HAM, Islam telah meletakkan dasar
yang kuat. Islam memandang bahwa kedudukan manusia adalah sama dan hanya dibedakan dari
sudut ketqawaan, tidak ada paksaan dalam beragama dan tidak boleh suatu kaum menghina kaum
yang lain. Rasulullah SAW. sendiri bersabda, Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci
Landasan pijak keterkaitan dengan hak tersebut dalam Islam dikenal melalui dua tancap, yaitu
hak manusia dan hak Allah. Hak manusia itu bersifat relative sedangkan hak Allah adalah mutlak,
tetapi antara kedua hak tersebut saling melindungi satu sama lain.
II.4.
Hak asasi manusia dalam Islam sebagaimana tersentuh dalam Allah, menurut Musdar F
Masudi, memiliki lima prinsip, yaitu:
1. Hak perlindungan terhadap jiwa.
Kehidupan merupakan suatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh dilanggar oleh siapapun, Allah
berfirman dalam surat
Hak perlindungan terhadap hak milik telah dimaksudkan dalam hukum sebagaimana telah
diharamkannya pencurian.
5. Hak berkeluarga atau hak memperoleh keturunan dan mempertahankan nama baik.
II.5.
1. Terjadinya penganiayaan pada Praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya Clip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah kepada
mahasiswa merupakan pelanggaran ringan terhadap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap pejalan kaki yang
berjalan dipinggir jalan sehingga sangat rentan terhadap kecelakaan.
4. Para pedagang tradisional yang berdagang dipinggir jalan merupakan pelanggaran HAM ringan
terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang
tertib dan lancer.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu dalam
kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih
jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pandangan Islam terhadap HAM yaitu:
a. Pengertian Hak-Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar/hak-hak pokok yang dimiliki oleh setiap umat manusia sejak
lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa kepada hamba-Nya.
III.2. Saran
Semua kritik dan saran yang dapat membantu dan membangun sangat diperlukan dalam
perbaikan atau kelengkapan makalah kami ini selanjutnya.
Najis
Makalah Iman Kepada Hari Akhir
Muhasabah Diri - I
Makalah Kalimat Efektif
Reaksi:
537,880
Iklan Gambar
Kotak Iklan
Mungkin ini yang anda cari...?
Ads Powered
by:KumpulBlogger.com
Demo Targeted Ads
PopAds
Tidak ada Iklan PPA saat ini (Kumpulblogger.com)
QRCode
QRCode Ads Powered
by:KumpulBlogger.com
Arsip Blog
2014 (12)
2013 (75)
o Oktober (1)
o September (16)
o Agustus (19)
o Juli (19)
THAHARAH
Renungan Qalbu
Makalah Al-Muharramat
APAKAH TUHAN GALAK ?
Makalah Tujuan Pendidikan Islam
Dzikrullah
Makalah Pandangan Islam Terhadap HAM
Makalah Perilaku Akhlak Terpuji
Zona Iklan
Popular Posts
Latar
Assalamu'alaikum.....
Saudara-saudaraku....
Blog ini terbuka untuk siapa pun dengan penuh keikhlasan saya selaku pemilik
blog mengizinkan saudara-saudara baik untuk sekedar melihat, membaca maupun
untuk copy-paste tulisan-tulisan yang ada didalamnya. Semoga tulisan-tulisan yang
sederhana ini bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat mejadi catatan amal baik
di sisi Rabb kita Allah Azza Wa Jalla, baik bagi diri saya sendiri maupun bagi
pemilik buku/kitab/artikel yang telah menjadi referensi tulisan-tulisan ini. terima
kasih....
Mengenai Saya
Pengikut
Dhafi
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.