Professional Documents
Culture Documents
2014
Fagositosis
Proses koagulasi dan pelepasan Prophenoloksidase
Sintesis 2 macroglobulin, agglutinin dan antibacterial peptide
Haemogram, yang meliputi :
a. Total Haemocyte Count (THC)
b. Differential Haemocyte Count (DHC)
Hemosit udang yang berperan untuk sistim kekebalan tubuh, dibedakan menjadi tiga
yaitu, sel hyaline, semigranular dan granular, yang terdiri dari sistem pertahanan seluler serta
sistem pertahanan tubuh hormonal. Hemosit merupakan faktor pertahanan seluler dan
Tugas Immunobiology
2014
humoral yang penting sebagai pertahanan tubuh melawan serangan organisme patogen yang
dimiliki udang.
Biasanya sel hemosit memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan, dimana jika
udang hidup didaerah yang buruk maka aktivitas hemositnya akan meningkat dan sebaliknya,
jika udang hidup pada kondisi lingkungan yang normal maka aktivitas hemositnya akan
normal juga.
Respon seluler atau pertahanan seluler pada sel hemosit yakni pertama, hemosit
mengeluarkan partikel asing dalam hemocoel melalui fagositosis, enkapsulasi dan aggregasi
nodular. Kedua, hemosit berperan dalam penyembuhan luka melalui cellular clumping
serta membawa dan melepaskan prophenoloxidase system (proPO). Hemosit juga berperan
dalam sintesa dan pelepasan molekul penting hemolim seperti
2-macroglubulin (2M),
agglutinin, dan peptida antibakteri. Sel hyalin merupakan tipe sel yang paling kecil dengan
ratio
nukleus sitoplasma tinggi dan tanpa atau hanya sedikit granula sitoplasma; sel
granular merupakan tipe sel paling besar dengan nukleus yang lebih kecil dan terbungkus
dengan granula sel semi granular merupakan tipe sel diantara hyalin dan granular.
Masing-masing tipe sel aktif dalam reaksi kekebalan tubuh, sebagai contoh, sel hyalin
terlibat dalam fagositosis, sel semi granular aktif dalam enkapsulasi, sel granular aktif
dalam penyimpanan dan pelepasan proPO system dan sitotoksisiti.
Selain itu, respon seluler juga terjadi pada sistem pertahanan tubuh pada udang adalah
fagositosis. Proses fagositosis dimulai
(ingestion) partikel mikroba ke dalam sel fagosit. Sel fagosit kemudian membentuk vacuola
pencernaan (digestive vacuola) yang disebut fagosom. Lisosom (granula dalam sitoplasma
fagosit) kemudian menyatu dengan fagosom membentuk fagolisosom. Mikroorganisme
selanjutnya dihancurkan dan debris mikroba dikeluarkan dari dalam sel melalui proses
egestion (Gambar 1).
enzim ke dalam fagosom dan produksi ROI (reactive oxygen intermediate) yang kini disebut
respiratory burst.
Hemosit berfungsi dalam enkapsulasi. Hal ini, terjadi pada organisme yang memiliki
tubuh terlalu besar untuk fagositosis. Pada saat hemosit mengelilingi tubuh benda asing
yang besar, bagian sel terluar dari hemosit tetap berbentuk oval atau bulat sedangkan bagian
tengah sel menjadi datar dan pada fase berikutnya dilisis membentuk kapsul tebal berwarna
Tugas Immunobiology
2014
coklat dan keras. Kapsul tersebut tidak diserap kembali dan tetap sebagai tanda enkapsulasi
meskipun sudah tidak
dalam formasi melanin pada fase akhir penyembuhan atau perbaikan luka. Enzim yang
terlibat dalam formasi melanin adalah phenoloxidase (PO)
terdapat dalam hemolim dan kulit arthropoda
dan
telah
ditemukan
Selain peroses selular, pertahanan tubuh pada udang juga terjadi proses hormonal,
proses imun pertama pada udang adalah pengenalan mikroorganisme penyerang yang
dimediasi oleh hemosit dan plasma
Tugas Immunobiology
2014
phenoloxidase.
Enzim phenoloxidase (PO) terdapat dalam hemolim sebagai inactive pro-enzyme yang
disebut proPO.
sebagai proPO activating system (sistem aktivasi proPO). Sistem ini terutama diaktifkan
oleh beta glukan, dinding sel bakteri dan LPS. Sistem aktivasi proPO dipertimbangkan
sebagai bagian dari sistem imun
yang
mungkin
pengenalan benda asing dalam sistem pertahanan krustase dan insekta. Sistem proPO dapat
digunakan sebagai marker kesehatan
artropoda. Enzim ini mengkatalis hidroksilasi monophenol dan oksidasi phenol menjadi
quinones yang diperlukan untuk proses melanisasi sebagai respon terhadap penyerang asing
dan selama proses penyembuhan. Quinone selanjutnya diubah melalui suatu reaksi nonenzymatic menjadi melanin dan sering dideposit pada benda yang dienkapsulasi, dalam
nodul hemosit, dan pada daerah kulit
species seperti superoxide anion dan hydroxyl radical selama pembentukan quonoid juga
memainkan
pengenal (recognition molecules) untuk aktivitas pertahanan seperti agregasi dan opsonisasi.
Lektin merupakan suatu set protein
termasuk glikoprotein dan glikolipid. Hasil uji coba Namikoshi et al. (2004), menunjukkan
bahwa penggunaan formalin-inactivate WSSV vaksin dapat meningkatkan resistensi P.
japonicus
intramuskular. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wittevelt et al. (2003) juga
memperlihatkan bahwa penggunaan WSSV subunit vaksin dapat meningkatkan resistensi
udang windu terhadap WSSV meskipun udang tidak memiliki respon imun spesifik.
Tugas Immunobiology
2014
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Ir. Gunanti Mahasri, M.Si. 2010. Sistem Pertahanan Tubuh Udang. [Bahan Kuliah]
Bioteknologi Perikanan Dan Kelautan Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas
Airlangga
Mahasri G. 2008. Respon imun udang windu (Penaeus Monodon Fabricus) Yang diimunisasi
dengan protein membran imunogenik mp 38 Dari Zoothamnium penaei. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Riset Kelautan danPerikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang, 08 November 2008.
Program Studi Budidaya Perairan, FKH-Unair, Email : mahasri@unair.ac.id
Manoppo H, Magdalena E.F. Kolopita. 2014. Respon imun krustase. Review Artikel
Budidaya Perairan. Vol. 2 No. 2: 22 26
Putri Famelia Meta, Sarjito, Suminto. 2013. The Effect of Spirulina sp. Addition to Artificial
Diet on the Total Haemocyte Count and Phagocytosis Activity of White Shrimp
(Litopenaeus vannamei). Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 102-112 Online di : http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Ridlo A, Pramesti R. 2009. Aplikasi Ekstrak Rumput Laut Sebagai Agen Imunostimulan
Sistem Pertahanan Non Spesifik Pada Udang (Litopennaeus vannamei). Ilmu
Kelautan. September 2009. Vol. 14 (3): 133-137
Suprapto. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Kekebalan dan Aplikasi
Imunostimulan Pada Udang. Bidang Pengembangan Teknologi Budidaya