You are on page 1of 30

Skenario 1

Learning Objective
1. Epidemiologi
2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
3. Care Seeking Behaviour
4. Analisis Skenario

MIND MAP

BAB I
PENDAHULUAN
1. KELUARGA
Definisi Keluarga
Menurut Depkes RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Friedmen (1998),
keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk
saling

membagi

pengalaman

dan

melakukan

pendekatan

emosional,

serta

mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga menurut Sussman (1970) ada dua bentuk :
1. Keluarga tradisional
Keluarga tradisional adalah keluarga yang pembentukannya sesuai atau tidak
melanggar norma-norma kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati
bersama. Hal yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan antara suami dan
istri. Keluarga tradisional dibedakan atas 8 macam :

a. Keluarga inti (nuclear family)


Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anaknya
yang hidup bersama dalam satu rumah tangga.
b. Keluarga inti diad
Keluarga yang terdiri atas suami dan istri tanpa anak atau anak-anak mereka telah
tidak tinggal bersama
c. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga inti yang suami atau istri telah meninggal dunia
d. Keluarga orang dewasa bujangan (single adult living alone)
Keluarga yang terdiri hanya dari satu orang dewasa, laki-laki atau wanita yang
hidup sendiri secara membujang
3

e. Keluarga tiga generasi


Keluarga inti ditambah dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka
f. Keluarga pasangan umur pertengahan atau jompo
Keluarga inti diad yang suami dan istri telah memasuki usia pertengahan atau
lanjut
g. Keluarga jaringan-keluarga (kin network)
Keluarga inti ditambah dengan saudara-saudara menurut garis vertical ataupun
horizontal, baik dari pihak suami ataupun pihak istri
h. Keluarga karier kedua
Keluarga inti diad, yang karena anak-anak telah meninggalkan keluarga, suami
atau istri aktif lagi bekerja.

2. Keluarga non-tradisional
Keluarga non-tradisional adalah keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau
melanggar norma-norma kehidupan masyarakat secara tradisional dihormati bersama
yaitu keabsahan ikatan perkawinan antara suami dan istri. Keluarga non-tradisional
ada 5 macam :
a. Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama,
berbagi hak dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
b. Keluarga orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried parent and children
family)
Keluarga yang terdiri atas pria atau wanita yang tidak pernah menikah tetapi
tinggal bersama dengan anak yang dilahirkannya.
c. Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with children
family)
Keluarga inti yang hubungan suami istri tidak terikat dengan perkawinan yang sah
d. Keluarga pasangan tinggal bersama (cohabiting couple)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan
perkawinan yang sah.
4

e. Keluarga homoseksual (homosexual unions)


Keluarga yang terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup
bersama sebagai suami istri.

Fungsi Keluarga
Menurut WHO (1978) :
a. Fungsi Biologis

Untuk meneruskan keturunan

Memelihara dan membesarkan anak

Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga

Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologis

Memberikan kasih sayang dan rasa aman

Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

Membina sosialisasi pada anak

Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan


anak

Meneruskan nilai-nilai keluarga

d. Fungsi Ekonomi

Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan


keluarga

Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan datang.


Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5

e. Fungsi Pendidikan

Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan


membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Menurut Friedman (1998) :


a. Fungsi Affective

Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara mental saling


mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.

Mengenal identitas individu

Rasa aman

b. Fungsi Sosialisasi Peran

Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan interaksi sosial


dan belajar berperan.

c.

Fungsi dan peran di masyarakat.

Sasaran untuk kontak sosial didalam atau di luar rumah.

Fungsi Reproduksi

Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi Ekonomi

Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga

Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian dana

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Konsep sehat sakit keluarga

Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit tujuan kesehatan keluarga


keluarga mandiri

Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :
1) Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembagalembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada.

FUNGSI FISISOLOGIS DENGAN ALAT APGAR SCORE


Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor
yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota
keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score
meliputi:
1.

Adaptasi

: Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan

anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga
yang lain.
2.

Partnership

: Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi

antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3.

Growth

:Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang

dilakukan anggota keluarga tersebut.


4.

Affection

:Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar

anggota keluarga.
5. Resolve

Menggambarkan

kepuasan

anggota

keluarga

kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

tentang

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup

dan 8-10

adalah baik. Di mana score untuk masing-masing kategori adalah:


0

sering/selalu

kadang-kadang

jarang/tidak sama sekali

KLASIFIKASI KELUARGA SEJAHTERA


1. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan
pengajaran agama, pangan, sandang, papan & kesehatan, atau keluarga yang belum dapat
memenuhi salah satu / lebih indikator Keluarga Sejahtera Tahap I.
Simbol : MERAH
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB,
interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal & transportasi.
Indikator Keluarga Sejahtera TAHAP I
Melaksanakan ibadah menurut agama masing2 yg dianut
Makan 2 X sehari/lebih
Pakaian yg berbeda u/ berbagai keperluan
Lantai Rumah bukan dari tanah
Bila anggota keluarga sakit, berobat ke sarana atau petugas kesehatan
Simbol : KUNING
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah
memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dp memenuhi kebutuhan
pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung & memperoleh informasi.
Indikator Keluarga Sejahtera II
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing-masing
yang dianut
Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam semingggu
8

Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir


Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2/orang
Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, mampu menjalankan fungsi masing2
Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap
Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 60 tahun
Anak usia sekolah (6-12tahun) bersekolah
Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi
Simbol : COKLAT
4. Keluarga Sejahtera III (KS III)
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis & kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
(kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu)
dalam bentuk material & keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta
secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan / yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan & lain sebagainya
Indikator Keluarga Sejahtera III
Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama
Keluarga mempunyai tabungan
Makan bersama paling kurang sekali sehari
Ikut dalam kegiatan masyarakat dimana keluarga tinggal
Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang sekali dlm 6 bulan
Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi & majalah
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi daerah
setempat
Simbol : HIJAU
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yg bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yg nyata
& berkelanjutan bagi masyarakat
Indikator KS III Plus

Memberikan sumbangan secara teratur 7 sukarela dalam bentuk material kepada


masyarakat.
Aktif sebagai pengurus yayasan/panti
Simbol : BIRU

2. RUMAH SEHAT
Definisi
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar,
menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap
manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia Sedangkan pengertian Sehat
menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial
budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi
seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya
dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktorfaktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Rumah sehat dapat
diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat,
sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial
(Sanropie dkk., 1991). Sedangkan menurut Hermawan (2010) yang dikutip dari Azwar,
rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristrahat
sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik
Fungsi Rumah
Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007) yang dikutip
dari Azwar adalah :
a. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan
kewajiban sehari-hari.
10

b. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan
bagi segenap anggota keluarga yang ada.
c. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.
d. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini.
e. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang
dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.

Persyaratan Rumah Sehat


Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum
dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :
a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat
istrahat.
b. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan
kamar mandi.
c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
d.

Bebas dari bahan bangunan berbahaya.

e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari
gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
f.

Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat (Depkes
RI, 2007).
a. Memenuhi

kebutuhan

psikologis

antara lain

privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya
ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni.
b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya

makanan

dan minuman

pencahayaan dan penghawaan yang cukup.


11

dari

pencemaran,

disamping

c. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena


pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah.

Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham
Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi :
a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau
dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya temperatur udara dalam
ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4C dari temperatur udara luar
untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup segar.
b. Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya
matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya
(penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.
c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara
segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai
ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai.
d. Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras
dan tidak terlalu sedikit.
e. Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung
maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul
antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan
mental seperti mudah marah dan apatis.
f. Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk anakanak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak,
bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik,

12

juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain
yang membahayakan.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis, yang meliputi :
a. Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni. Adanya ruangan khusus
untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan
ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur
dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak
boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur
sendiri.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana
anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuannya.
c. Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki
tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang
lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan
kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan.
d. W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan
terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa
ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di
W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau
kebun.
e. Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga
yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga
menyenangkan bila dipandang.
3) Mencegah penularan penyakit, yang meliputi:
a. Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan
b. Bebas dari kehidupan serangga dan tikus
c. Pembuagan sampah
d. Pembuangan air limbah
e. Pembuangan Tinja
f. Bebas pencemaran makanan dan minuman.
4) Mencegah terjadinya kecelakaan
13

Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari
kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini
antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin,
terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan
keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain
sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1991).
Menurut Soedjajadi (2006), persyaratan rumah sehat harus dapat mencegah atau
mengurangi resiko kecelakaan seperti jatuh, keracunan dan kebakaran. Persyaratan tersebut
meliputi:
Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat.
Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api.
Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas.
Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan
mekanis dapat dihindari.
Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang

cukup, terhindar

dari

kebisingan yang mengganggu.

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan


Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 meliputi dua aspek yaitu :
1) Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebi singan dan getaran,
kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan prasarana lingkungan, binatang penular
penyakit dan penghijauan.
2) Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan pena taan ruang rumah,
pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, makanan, limbah,
dan kepadatan hunian ruang tidur.
Adapun persyaratan kesehatan lingkungan perumahan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 sebagai berikut :
a. Lokasi

14

Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran
lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau
bekas tambang;

Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur
pendaratan penerbangan.

b. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

c.

Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.

Kebisingan dan getaran

Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

d. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman

Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg

e. Prasarana dan sarana lingkungan

Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan;

Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;

Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak


mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan
penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan,
jalan tidak menyilaukan mata;

Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
15

Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi


persyaratan kesehatan;

Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;

Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,


tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;

Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi


makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

f. Vektor penyakit

Indeks lalat harus memenuhi syarat.

Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

g. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga
berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.


829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1) Bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 ,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300
mg/kg bahan;

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.

2) Komponen dan penataan ruangan

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan;

Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;


16

Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

3) Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
4) Kualitas udara

Suhu udara nyaman antara 18 30 o C;

Kelembaban udara 40 70 %;

Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;

Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;

Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3

5) Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6) Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam
rumah.
7) Penyediaan air

Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;

Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

8) Pembuangan Limbah

Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.

9) Sarana Penyimpanan Makanan


Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
10) Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari
2 orang tidur.
17

18

BAB II
LEARNING OBJECTIVE
1. EPIDEMIOLOGI
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk,
logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat.
Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi
penyebab atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan
penyakit, cidera, cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok
manusia. Epidemiologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat,
penyebab, pengendalian, dan factor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan ditribusi
penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Ilmu ini meliputi pemberian
cirri pada distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat
lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan,
perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.
Epidemiologi berfokus pada tipe dan keluasan cedera, kondisi, atau penyakit yang
menimpa suatu kelompok atau populasi, epidemiologi juga menangani factor risiko yang
dapat memberikan dampak, pengaruh, pemicu, dan efek pada distribusi penyakit,
cacat/defek, ketidakmampuan, dan kematian. Sebagai metode ilmiah epidemiologi juga
digunakan untuk mengkasi pola kejadian yang mempengaruhi factor-faktor diatas.
Subjek-subjek yang dibahas dalam epidemiologi adalah distibusi kondisi patologi dari
populasi manusia atau factor-faktor yang mempengaruhi distribusi tersebut.
Tujuan Epidemiologi
Menurut Lilienfeld dalam buku Timmereck (2004) menyatakan bahwa ada tiga
tujuan epidemiologi, yaitu :
1. Menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau
sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau
kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan

19

menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap


bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu social/perilaku.
2. Menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsintensi dengan
hipotesis yang diajukan dan dengan pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu
biomedis yang terbaru.
3. Memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkahpengendalian dan
prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko dan untuk
pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang
diperlukan; yang semuanya itu akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan
langkah-langkah, kegiatan, dan program intervensi.
Ruang Lingkup dan Penerapan Epidemiologi
Epidemiologi dan sejarahnya dikembangkan dengan menggunakan epidemic penyakit
menular sebagai suatu model studi dan landasannya masih seperti pada model penyakit,
metode, dan pendekatannya. Pada jaman dahulu, beberapa epidemic setelah ditelusuri
ternyata berasal dari penyebab-penyebab non infeksius. Pada tahun 1700, James Lind
menemukan bahwa penyakit skorbut disebabkan karena kekurangan vitamin C dalam
makanan. Penyakit defisiensi gizi lainnya dihubungkan dengan kekurangan vitamin A
dan vitamin D. beberapa studi juga telah berhasil menghubungkan keracunan timbale
dengan berbagai penyakit ringan, kolik, gout, keterbelakangan mental dan kerusakan
saraf pada anak, pelukis, dan pengrajin tembikar.
Dewasa ini, epidemiologi juga telah terbukti efektif dalam mengembangkan
hubungan sebab akibat pada kondisi-kondisi non infeksius seperti penyalahgunaan obat,
bunuh diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan zat kimia, kanker, dan penyakit jantung.
Saat ini area epidemiologi penyakit kronis dan penyakit perilaku merupakan cabang ilmu
epidemiologi yang paling cepat berkembang.
Epidemiologi dipakai untuk menentukan kebutuhan akan program-program
pengendalian penyakit, untuk mengembangkan program pencegahan dan kegiatan
perencanaan layanan kesehatan, serta untuk menentapkan pola penyakit endemic,
epidemic, dan pandemic.
20

Manfaat Epidemiologi
Ada tujuh manfaat epidemiologi dalam bidang kesehatan masyarakat, yaitu :
a. Mempelajari riwayat penyakit
Ilmu epidemiologi bermanfaat untuk

mempelajari tren penyakit untuk

memprediksi tren penyakit yang mungkin akan terjadi. Hasil penelitian


epidemiologi tersebut dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan
dan kesehatan masyarakat.
b. Diagnosis masyarakat
Epidemiologi memberikan gambran penyakit, kondisi, cedera, gangguan,
ketidakmampuan, defek/cacat apa saja yang menyebabkan kesakitan, masalah
kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah.
c. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
mempengaruhi kelompok maupun populasi.
Epidemiologi memberikan manfaat dengan memberikan gambaran factor risiko,
masalah, dan perilaku apa saja yang mempengaruhi suatu kelompok atau suatu
populasi. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap factor
risiko dan menggunakan teknik pemeriksaan kesehatan, misalnya : risiko
kesehatan, pemeriksaan, skrining kesehatan, tes kesehatan, pengajian penyakit,
dan sebagainya.
d. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian
Epidemiologi juga memberikan manfaat dalam menilai sebaik apa pelayanan
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok. Epidemiologi juga berguna untuk
mengkaji keefektifan; efisiensi; kualitas; kuantitas; akses; ketersediaan layanan
untuk

mengobati,

mengendalikan

atau

mencegah

penyakit;

cedera;

ketidakmampuan; atau kematian.


e. Melengkapi gambaran klinis
Ilmu epidemiologi berguna dalam proses identifikasi dan diagnosis untuk
menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang

21

menderita penyakit tertentu. Epidemiologi juga berguna untuk menentukan


hubungan sebab akibat.
f. Identifikasi sindrom
Dalam hal ini, ilmu epidemiologi membantu dalam menyusun dan menetapkan
criteria untuk mendefinisikan sindrom, misalnya sindrom down, fetal alcohol,
kematian mendadak pada bayi.
g. Menentukan penyebab dan sumber penyakit
Temuan epidemiologi memberikan manfaat untuk memungkinkan dilakukannya
pengendalian, pencegahan, dan pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cedera,
ketidakmampuan dan kematian.
Segitiga Epidemiologi
Epidemiologi memakai cara pandang ekologi untuk mengkaji interaksi berbagai
elemen dan faktor dalam lingkuangan dan implikasi yang berkaitan dengan suatu
penyakit. Ekologi merupakan hubungan organisme, antara satu dengan lainnya. Semua
penyakit atau kondisi tidak selalu dapat dikaitkan hanya pada satu faktor penyebab. Jika
diperlukan lebih dari satu penyebab untuk menimbulkan satu penyakit, hal ini disebut
sebagai penyebab ganda. Segitiga epidemiologi (triad epidemiology) yang biasa
digunakan dalam penyakit menular merupakan dasar dan landasan untuk semua bidang
epidemiologi. Namun saat ini penyakit infeksi tidak lagi menjadi penyebab utama
kematian di negara industry sehingga memerlukan model segitiga epidemiologi yang
lebih mutakhir. Model ini mencakup semua aspek dalam model penyakit menular, dan
agar dapat dipakai bersama penyebab penyakit, kondisi, gangguan, defek, dan kematian
saat ini, model ini harus dapat mencerminkan penyebab penyakit dan kondisi saat ini.
Lingkungan

Pejamu

Agent

Gambar 1. Segitiga epidemiologi

22

2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan
penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai "pengendalian".Secara hirarkis hal ini
telah di tatasesuai dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection
Prevention and Control IPC), yang meliputi: pengendalian bersifat administratif,
pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (APD).
1. Pengendalian administratif.
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi IPC, meliputi penyediaan kebijakan
infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama
perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif bila dilakukan mulai dari antisipasi alur pasien
sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan.
Pengendalian administrative dan kebijakan kebijakan yang diterapkan pada ISPA meliputi
pembentukan infrastruktur dan kegiatan IPC yang berkesinambungan, membangun
pengetahuan petugas kesehatan, mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu,
menyediakan ruang tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien rawat inap,
mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian perbekalan digunakan dengan benar;
prosedur prosedur dan kebijakan semua aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada
surveilans ISPA diantara petugas petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari
pelayanan medis, dan pemantauan tingkat kepatuhan disertai dengan mekanisme perbaikan
yang diperlukan.
Langkah-langkah penting dalam pengendalian administratif, meliputi identifikasi dini pasien
dengan ISPA / ILI (Influenza like Illness) baik ringan maupun berat yang diduga terinfeksi
MERS-CoV, diikuti dengan penerapan tindakan pencegahan yang cepat dan tepat, serta
pelaksanaan pengendalian sumber infeksi. Untuk identifikasi awal semua pasien ISPA
digunakan triase klinis. Pasien ISPA yang diidentifikasi harus ditempatkan di area terpisah
dari pasien lain, dan segera dilakukan kewaspadaan tambahan IPC seperti yang akan
dijelaskan dibagian lain dari pedoman ini. Aspek klinis dan epidemiologi kasus harus segera
dievaluasi dan penyelidikan harus dilengkapi dengan evaluasi laboratorium.

23

2. Pengendalian dan rekayasa lingkungan.


Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan dasar dan di
rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak membutuhkan perawatan
di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk memastikan bahwa ventilasi lingkungan
cukup memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumahtangga,
serta kebersihan lingkungan yang memadai. Harus dijaga pemisahan jarak minmal 1 m antara
setiap pasien ISPA dan pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak
menggunakan APD). Kedua kegiatan pengendalian ini dapat membantu mengurangi
penyebaran beberapa pathogen selama pemberian pelayanan kesehatan.
3. Alat Perlindungan Diri (APD).
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higienesanitasi tangan
yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Meskipun memakai
APD adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya pengendalian dan penularan infeksi,
namun upaya ini adalah yang terakhir dan paling lemah dalam hirarki kegiatan IPC. Oleh
karena itu jangan mengandalkannya sebagai strategi utama pencegahan. Bila tidak ada
langkah pengendalian administrative dan rekayasa teknis yang efektif, maka APD hanya
memiliki manfaat yang terbatas.

3. CARE SEEKING BEHAVIOUR


1. Pencarian Pelayanan Kesehatan
Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan bukanlah tingkah laku yang
acak, teteapi tingkah laku yang selektif, terencana dan berpola dalam suatu system
kesehatan yang merupakan bagian integral dari budaya yang bersangkutan.
Seluruh proses dalam mencari penentuan mencakup perangkap konsultan potensial mulai
dari batas-batas keluarga yang informal dan dekat melalui orang awam yang terseleksi,
lebih jauh dan mempunyai otoritas, sampai pada tingkat profesionalisme. Terdapat tiga
sector yang saling melengkapi perawatan kesehatan, yaitu :

24

a. Sector awam atau sector popular adalah domain masyarakat yang tidak
professional. Pada sector inilah pertama kali kesakitan dikenal dan ditentukan.
Hal ini melibatkan keluarga, teman dan tetangga.
b. Sector tradisional menempati posisi tengah antara sector awan dan sector
professional. Sector tradisional ini terdiri dari orang-ornag yang mempunyai
spesialisasi dibidang penyembuhan, baik suci atau sekuler maupun campuran
dari keduanya.
c. Sector para professional kesehatan, terdiri dari organisasi-organisasi profesi di bidang
penyembuhan yang resmi dan ada sangasinua seperti perawat, dokter, bidan dan
psikolog.
2. Tahapan Pemanfaatan Medis
Ada lima tahapan dalam menuju pemanfaatan medis :
a. Keputusan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
b. Keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan professional.
c. Keputusan untuk mencari perawatan medis professional.
d. Keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada tenaga kesehatan
professional dan menerima serta mengikuti apa yang dianjurkan.
e. Keputusan untuk mengakhiri peran pasien.
3. Tahapan Penyakit dan Perawatan medis
Terdapat enam tahap penyakit dan perawatan medis melalui siklus sakit.
a. Tahap pencegahan penyakit dan pengurangan resiko
Pada tahapan ini keluarga dapat memainkan peranan vital dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pengurangan resiko. Ada banyak bentuk peningkatan kesehatan,
pencegahan dan pengurangan resiko yang kesemuanya melibatkan keputusan dan
partisipasi dari keluarga. Agar strategi sehat dapat berhasil bisal dilakukan dengan
perbaikan pola hidup seluruh anggota keluarga, antara lain dengan mempelajari status
sehat dan sakit pada masing-masing anggota keluarga.
b. Tahap Gejala Penyakit yang Dialami
Tahap ini dimulai bila gejala-gejalaanya diketahui, diinterpretasikan sejauh mana
menyangkut keseriusannya atau kemungkinan penyebab dan pentingnya atau artinya
dan gejalanya ditemukan dengan berbagai masalah.
25

c. Tahap Mencari Perawatan


Tahap ini dimulai keluarga ketika menyatakan bahwa anggota keluarga yang sakit
benar-benar sakit dan membutuhkan pertolongan. Orang yang sakit dan keluarga
mulai mencari informasi, penyembuhan, nasehat dan validitas professional dari
keluarga luas, teman-teman, tetangga dan non professional, mencari siapa yang akan
menangani.
d. Kontak Keluarga dengan Sistem Kesehatan
Tahap ini dimulai ketika kontak mulai dilakukan dengan lembaga kesehatan atau
professional di bidang kesehatan atau dengan praktisi local (dukun).
e. Respon Akut Tahap Keluarga dan Pasien
Karena pasien menerima perawatan kesehatan dari para praktisi kesehatan, seudah
tentu ia menyerahkan beberapa hak prerogratifnya dan keputusannya serta
diharapakan dapat menerima peran pasien.
f. Tahap Adaptasi terhadap Penyakit dan Pemulihan
Adanya suatu penyakit serius dan kronis pada diri seseirang atau anggota keluarga
biasanya memiliki pengaruh yang mendlaam pada system keluarga. Sebaiknya, efek
menghancurkan secara negative bisa mempengaruhi hasil dari upaya pemulihan
(rehabilitasi).
4. Kecepatan dan Penundaan Bantuan
Kecepatan pencarian bantuan akan semakin cepat jika jarak waktu yang
diperlukan untuk memutuskan bahwa dirinya dalam kondisi tidak sehat itu cepat
maka proses pencarian bantuanpun semakin cepat dan segera. Hal ini ditunjang
juga oleh pengetahuan tentang konsep sakit yaitu pengetahuan tentang kapan
dikatakan sehat dan kapan dikatakan sakit.
Penundaan pengobatan adalah jarak waktu pada waktu orang mengetahui adanya
gejala sampai dia mencari bantuan. Terdapat tiga tahap atau waktu terjadinya
penundaan, yaitu :
a. Appraisal Delay : waktu yang dibutuhkan seseorang untuk memutuskan
bahwa gejala tersebut serius

26

b. Illness Delay : jarak waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui bahwa gejala
tersebut merupakan gejala penyakit dan keputusan untuk mencari pengobatan
atau perawatan.
c. Utilization delay : waktu antara keputusan untuk mencari pengobatan dan
pelaksanaannya.
Ada beberapa alas an untuk berbagai tahap penundaan pada umumnya tidak adanya rasa
sakit merupakan faktor utama dalam penundaan. Faktor lainnya adalah biaya pengobatan
mereka atau menganggap bahwa gejala tersebut tidak serius sebagai alas an mahalnya
biaya pengobatan.
5. Faktor faktor yang mempengaruhi pencarian bantuan kesehatan
a. Keparahan dari gejala
Gejala yang muncul dari tiap individu akan direspon berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan tubuhnya. Bila gejala yang muncul tidak terlalu dirasakan maka
pencarian pengobatan akan lebih lama bahkan sampai penyakitnya bertambah parah,
dan sebaliknya.
b. Status ekonomi
Status ekonomi di sini berkaitan dengan pendapatna keluarga, dengan pendapatan
yang cukup baik maka dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan kesehatan akan lebih
terjamin dan dana untuk biaya pengobatan telah disiapkan. Sedangkan masyarakat
yang mempunyai pendapatan rendah mereka akan sangat takut takut pada biaya
berobat karena alas an tidak mempunyai uang cukup dan mahalnya obat yang harus
dibeli.
c. Sikap, Kepercayaan dan Nilai
Sikap masyarakat terhadap respon sakit yang dirasakan ditanggapi atau dibiarkan
saja, akan mempengaruhi dalam pola pencarian bantuan kesehatan. Kepercayaan ini
adalah keyakinan tentnag kebenaran terhadap sesuatu yang didasarkan pada budaya
pada masyarakat tersebut, sehingga bila dalam masyarakat mempunyai kepercayaan
yang salah tentang penyakit maka dapat menghambat dalam proses pencarian bantuan
kesehatan atau membawa beobat kepada orang yang tidak professional. Sedangkan
nilai di masyarakat adah sebuah konsep yang diwujudkan dalam system moral atau
agama yang dianut dan di dasarkan juga pada budaya yang ada di masyrakat.
27

d. Kesadaran masyarakat
Masyarakat yang mempunyai kesdaran tinggi akan lebih mau menerima masukan dan
informasi tentang hal baru terutama dalam masalah kesehatan, sehingga mereka
mampu berperilaki baru atau cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, begitu
juga dalalm mencari bantuan ke sarana kesehatan meraka akan membawa berobat
diri/anggota keluarga yang sakit tanoa menunda-nunda.
e. Sikap petugas kesehatan
Sikap petugas kesehatan di sini adalah bagai mana para petugas medis berlaku tidak
ramah atau tidak simpatik kepada pasien, bahkan judes dan tidak responsive saat
menerima pasien serta dalam memberikan tindakan medis dan perawatan. Inilah yang
membuat masyarakat menjadi enggan untuk berobat ke sarana kesehatan karena
mereka tahu informasi tersebut dari anggota keluarga, teman ataupun tetangga.
f. Jarak ke sarana pelayanan kesehatan
Jauhnya jarak sarana kesehatan menjadi pengaruh masyarakat dalam mencari bantuan
kesehatan. Semakin jauh jarak pusat kesehatan dari rumah makan mereka tidak pergi
ke tempat pelayanan kesehatan tersebut, masyarakat lebih memilih mengobati dirinya
sendiri atau pergi ke orang yang tidak professional seperti dukun dan orang pintar
lainnya.

4. ANALISIS SKENARIO

Permasalahan pada skenario


Masalah terkait kondisi rumah
Masalah ekonomi
Masalah kesehatan

Faktor-faktor yang mepengaruhi care seeking behavior pada skenario :


Tingkat ekonomi
Kesadaran
28

Keparahan gejala penyakit


Hal yang dapat dilakukan sebagai dokter keluarga untuk kasus skenario :

Promotif
Promosi dan pemberian informasi mengenai ISPA
dan Skabies
Memberikan informasi mengenai rumah sehat sirkulasi udara dan pencahayaan

Preventif

Menghimbau keluarga untuk menerapkan PHBS

Edukasi mengenai penyakit menular

Preventif Hipertensi dengan mengubah pola gaya hidup

Pengobatan untuk keluarga yang sakit

Kuratif

29

DAFTAR PUSTAKA

Budiman Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC Budiman Chandra.2007.


Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC
Depkes RI Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Mahfoedz, Irham.2008, Menjaga Kesehatan Rumah Dari Berbagai Penyakit. Jogyakarta.
Munif

Arifin,

2009.

Rumah

Sehat

dan

Lingkunganya.

diakses

dari

environmentalsanitation.wordpress.com, November November 2011.


Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka
Cipta.
WHO. Infection prevention and control during health care for probable or confirmed cases of
novel

coronavirus

(nCoV)

infection

Interim

Guidance.

2013.

Available

online:http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/IPCnCoVguidance_06May
13.pdf.

30

You might also like