You are on page 1of 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segara untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. ( wim de jong et al. 2005 )
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi
(apendisitis) (Suzanne, 2001).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan (Mansjoer, 2000).
Apendisitis, penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari
rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-kira 7%
dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka ,
pria lebih sering dipengaruhi daripada wanita, dan remaja lebih sering pada orang dewasa.
Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapa pun, apendisitis paling sering antara usia 10 dan
30 tahun (Suzanne, 2002).

B. Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis ada 3 :
1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local
2. Apendisitis rekrens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Appendistis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari
dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik ( fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan

parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik ), dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi

C. Etiologi
Terjadinya apendistis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
apendiks menghasilkan lender 1 2 ml per hari yang normanya dicurahkan kedalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke kesekum. Hambatan aliran lender kemuara
apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis. Selain itu hiperplasi limfe, tumor
apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan penyumbatan.

D. Manifestasi Klinik
-

Nyeri kuadran bawah

Demam ringan

Mual muntah

Hilangnya nafsu makan

Nyeri tekan local pada titik Mc. Burney

Nyeri tekan lepas ( hasilnya atau intensitasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan )

Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpoasi kuadran bawah kiri yang
secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah

Distensi abdomen akibat ileus paralitik

Kondisi pasien memburuk

D. Patofisiologi
Pathway Apendisitis
Invasi dan multiplikasi
bakteri

APPENDICITIS

Hipertermi

Febris

Peradangan pada
jaringan

Kerusakan control suhu


terhadap inflamsi

Secresi mucus berlebih


pada lumen apendik

Operasi
Luka incisi

Ansietas
Apendic teregang

Kerusakan jaringan

Ujung saraf terputus

Pelepasan prostagladin

Stimulasi dihantaran

Spinal cord

Cortex cerebri

Pintu masuk kuman

Resiko infeksi

Kerusakan integritas
jaringan
Spasme dinding apendik

Nyeri

Tekanan intraluminal
lebih dari tekanan vena
Hypoxia jaringan
apendic

Nyeri di persepsikan
ulcerasia
Resiko ketidakefektifan
perfusi gastrointestinal

Ansietas

Perforasi

Reflek batuk
Akumulasi secret
peristaltic usus

Depresi system resperasi


Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

Distensi abdomen
Gangguan rasa nyaman

Anorexia

Risiko kekurangan
volume

Mual dan muntah

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Keterangan

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut


menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen
kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan
pembuluh darah.

E. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit apendisitis menurut smeltzer & Bare, 2001 adalah :
1. Perforasi apendiks, disebabkan ketelambatan penanganan terhadap pasien apendisits
akut.
2. Peritonitis local, disebabkan oleh mikroperforasi sementara peritonitis umum
dikarenakan telah terjadi perforasi yang nyata.
3. Abses apendiks, akibat perforasi yang bersifat local dapat terjadi saat infeksi
periapendikal diliputi oleh omentum dan viseral yang berdekatan

F. Penunjang diagnostik
1. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit meningkat lebih 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai 75%
sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang
menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih
tinggi lagi.
a. Hb (hemoglobin) nampak normal
b. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat
c. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b. Kadang ada fekolit (sumbatan)
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma
4. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya pergeseran material dari apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien apendisitisis ditulis oleh harnawatiaj, 2008 :
1.

Penatalaksanaan Keperawatan pre operasi


Penderita di observasi, istirahat dalam posisi semifowler, sebelum operasi

klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis.Disamping itu juga klien perlu
diberikan pengetahuan tentang pristiwa yang akan dialami setelah di operasi dan
diberikan latihan fisik ( pernapasan dalam, gerakan kaki dan duduk ) untuk digunakan
dalam periode post operatif.
2.

Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien dengan apendisitis adalah :

a.

Apendektomi ( pembedahan untuk mengangkat apendiks ) dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dilakukan


dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan
laparaskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
b.
c.

Antibiotik dan cairan IV dapat diberikan sampai pembedahan dilakukan


Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan dan setelah

operasi.
3.

Penatalaksanaan keperawataan pasca operasi


Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

perdarahan di dalam, syok, hipertermi, baringkan klien dalam posisi semifowler untuk
mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen, berikan minum secara bertahap
setelah klien di puasakan, pemberian antibiotik, pemberian analgetik, pemberian
cairan intravena dapat diberikan sesuai indikasi, berikan makanan yang lunak,
anjurkan klien untuk mobilisasi miring kiri dan kanan, lakukan perawatan luka setelah
3 hari.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN APENDISITIS

A. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien.
a. Identitas Pasien
Yaitu : mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.

b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri
dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah,
panas.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita atau mengalami gangguan pencernaan,
kebiasaan klien kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, sering mengalami
gangguan BAB seperti konstipasi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri perut dikuadran kanan bawah, mual, muantah,
anorexia dan demam. Pada klien post operasi ditemukan nyeri pada luka operasi, klien
merasa lemah, Pemulihan kesadaran.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Appendicitis bukan merupakan penyakit keturunan atau penyakit menular
seperi penyakit lainya.

e. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit

Warna Kulit

Tekstur Kulit

2. Kuku

Keadaan Kuku

Warna

3. Kepala

Bentuk kepala

Kelainan

Keadaan Rambut

Kulit Kepala

4. Mata

Sklera

Konjungtiva

Refleks cahaya

Pupil

Kelainan

5. Hidung

Fungsi penciuman

Bentuk

Serumen

Kelainan

6. Telinga

Fungsi pendengaran

Bentuk

Keadaan

7. Mulut

Fungsi pengecap

Kebersihan gigi

Kelainan bibir

8. Dada dan paru paru

Bentuk

Frekuensi Napas

9. Abdomen

Nyeri tekan

10. Genetalia

Keadaan rectum

11. Kekuataan otot

Reflek bisep

Reflek trisep

Reflek patella

B. Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama,
perforasi atau ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan abses.
b. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan
pasca operasi.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perjalanan penyakit.

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Intervensi
-

Awasi tanda vital, perhatikan

Rasional
-

demam, menggigil, berkeringat,

Dugaan adanya infeksi atau


terjadinya sepsis, abses, peritonitis

perubahan mental, meningkatkan nyeri


abdomen
-

Lakukan pencucian tangan yang

baik dan perawatan luka aseptik


-

Lihat insisi dan balutan

Menurunkan resiko penyebaran


penyakit atau bakteri

Memberikan deteksi dini terjadi


nya proses infeksi dan pengawasan
penyembuhan peritonitis yang telah
ada sebelumnya.

Diagnosa II

Intervensi
-

Awasi tekanan darah dan nadi

Rasional
-

Tanda yang membantu


mengidentifikasi fluktuasi volume
intra vaskuler

Lihat membran mukosa, kaji turgorkulit dan pengisian kapiler

Indikator keadekuatan sirkulasi


perifer dan hidrasi seluler

Awasi masukan dan haluaran; catat -

Penurunan haluaran urin pekat

warna urin atau konsentrasi, berat

dengan peningkatan berat jenis di

jenis

duga dehidrasi atau kebutuhan


peningkatan cairan.

Diagnosa III
Intervensi
-

Rasional

Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristikberatnya (skala 0-10)

Berguna dalam pengawasan


keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan

Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler

Gravitasi melokalisasi eksudat


inflamasi dalam abdomen bawah
atau pelvis, menghilang-kan
tegangan abdomen

Dorong ambulasi dini

Meningkatkan normalisasi fungsi


organ, contoh merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.

Diagnosa IV
Intervensi
-

Kaji ulang pembatasan aktivitas

Rasional
-

pasca operasi

Memberikan inflamasi pada


pasien untuk merencanakan
rutinitas biasa tanpa menimbulkan
masalah

Dorong aktivitas sesuai tolerasi

Mencegah kelemahan,

dengan periode istirahat periodik

meningkatkan penyembuhan dan


perasaan sehat

Anjurkan menggunakan laksatif


atau pelembek feses ringan bila perlu
dan hindari enema

Membantu kembali ke fungsi


usus semula

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An. M DENGAN DIAGNOSA


APENDISITIS

1.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Idantitas Pasien
Nama

: An. M

Umur

: 16 tahun

Jenis Kelamin

: laki - laki

Suku / Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Tgl MRS

: 21 Juli 2014

No RM

: 122108

Alamat

: Jl Gotong Royong Rt 29 Rw 08

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Tn. S

Umur

: 51 tahun

Jenis Kelamin

: Laki Laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pns

Hub dengan Pasien : Anak


Alamat

: Jl Gotong Royong Rt 29 Rw 08

2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan sejak 30 menit sebelum masuk
rumah sakit dan di sertai mual.

3. Riwayat Keshatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang dengan orang tuanya ke Rs. Bhayangkara Palembang melalui
IGD Pada tanggal 21 Juli 2014 17.00 dengan nyeri perut sebelah kanan sejak
30 menit sebelum masuk rumah sakit dan di sertai mual.

b. Riwayat Kesehatan Lalu


Klien pernah mengeluh seperti ini beberapa bulan yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
apendisitis. .

4. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran

: Compos Metis

b. Tanda Tanda Vital

Tekanan Darah

: 120 / 80 mmHg

Suhu

: 36 c

Nadi

: 90 x/ menit

Respirasi

: 24 x/ menit

c. Penampilan umum

: Pasien terlihat menahan sakit perut.

5. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit

Warna Kulit

: Sawo matang

Tekstur Kulit

: lembab

Keadaan Kuku

: Bersih

Warna

: Putih

Bentuk kepala

: Simetris

Kelainan

: Tidak ada kelainan

Keadaan Rambut

: Bersih

Kulit Kepala

: Bersih

Sklera

: Anikterik

Konjungtiva

: Ananemis

Refleks cahaya

: Normal, ditandai pada saat dilakukan

2. Kuku

3. Kepala

4. Mata

reflek cahaya mata pasien langsung berkedip.

Pupil

: Normal, ditandai ketika ada cahaya

pupil mengecil

Kelainan

: Tidak ada

Fungsi penciuman

: Normal

Bentuk

: Simetris

Serumen

: Sedikit

Kelainan

: Tidak ada

Fungsi pendengaran

: Normal, ditandai bisa mendengar

5. Hidung

6. Telinga

pertanyaan.

Bentuk

: Sismetris

Keadaan

: Bersih

Fungsi pengecap

: Normal

Kebersihan gigi

: Bersih

Kelainan bibir :

Tidak ada

7. Mulut

8. Dada dan paru paru

Bentuk

: Simetris

Frekuensi Napas

: 24 x/menit

9. Abdomen

Nyeri tekan

: Tidak ada

10. Genetalia

Keadaan rectum

: Bersih

11. Kekuataan otot

Reflek bisep

: Normal, ditandai pada saat diperiksa

dengan reflek hammer ada pergerakan.

Reflek trisep

: Normal, ditandai pada saat diperiksa

dengan reflek hammer terjadi pergerakan.

Reflek patella : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan


reflek hammer terjadi pergerakan.

12. Aktivitas Sehari hari

No. Jenis Aktuvitas


1.

Saat Sehat / Di Rumah Saat Sakit / Di RS

Nutrisi

Frekuensi

3 x 1 sehari

3 x 1 hari

Jenis makanan

nasi putih + Lauk pauk

Bubur

+ sayur

Porsi makanan

1 porsi

1/2 dari porsi


yang disediakan

2.

3.

4.

Kesulitan

Minum

Jenis air minum

Mineral / air putih

Air putih

Frekuensi

8 gelas

< 8 gelas

Kesulitan

Dengan Handuk

Personal hygiene

Frekuensi mandi

3 x 1 sehari

Sikat gigi

x 1 sehari

Frekuensi keramas

x 1 sehari

Eliminasi
A. Eliminasi fecal

Warna urine

Kuning

Kuning

Konsistensi urine

Lembek

Lembek

Kelainan

B. Euminasi urine

5.

Warna urine

Kuning

Kuning

Konsintensi urine

Jernih

Jernih

Kelainan

Istirahat / tidur

Mulai tidur

21.00

23.00

Lamanya tidur

8 jam

6 jam

Sering terjaga

Sering

dikarenan

nyeri di perut serta


mual dan muntah

13. Pemeriksaan Penunjang


1.

Laboratorium
No
1.

Tanggal
Kamis, 21 Juli

Jenis

Hasil

Pemeriksaan
HB

13,7

Nilai Normal
L = 14 -16 G/dl
P = 12 14 g/dl

2014
Leokosit

20.800

5.000-10.000/ul

Trombosit

311.000

150.000 400.00 /ul

Hematokrit

39 %

L = 40 48 %
P = 40 45 %

2.

Basofil

0 1%

Eosinofil

13%

Batang

26%

Segmen

83

50 70 %

Limfosit

14

20 40 %

Monosit

28%

Program terapi yang diberikan


Infus RL + 1 ampl ketrolac gtt 20 x/menit
Metronidazole fluid 2 x 1

Injeksi Intra vena


1. Ceftrixone 2 x 1 gr

6. Analisa Data
No.
1.

Data
DS:

Klien mengatakan mual

Etiologi

Problem

Menurun peristaltic

Risiko

usus

Kekurangan

Volume Cairan

dan muntah
DO: -

Klien tampak mual


dan muntah

Distensi abdomen

Klien tampak pucat

TTV

Gangguan rasa

T = 120 / 80 mmHg

nyaman

RR = 24 x/mnt
S

= 36 C

Mual dan muntah

N = 90 x/mnt

Risiko kekurangan
volume

7. Masalah Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan

8. Prioritas Masalah
1. Kekuranagn volume cairan

9. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi,
pembatasan pasca operasi.

2. Intervensi Keperawatan

No
1.

Diagnosa

Tujuan/Kriteria

Keperawatan

Hasil

Risiko Kekurangan Mempertahankan


volume
berhubungan

Intervensi
-

Mengkaji

cairan, keseimbangan cairan Tekanan darah


dibuktikan oleh .

dengan muntah pra kelembaban

Rasional
-

Tanda yang
membantu
mengidentifikasi
fluktuasi volume

operasi, pembatasan membrane mukosa,


pasca operasi.

intra vaskuler

tugor kulit baik,


tanda-tanda vital dan-

Lihat membran

Indikator

secara individual

mukosa, kaji

keadekuatan

haluaran.

turgor kulit dan

sirkulasi perifer

pengisian kapiler

dan hidrasi seluler

Awasi masukan

Penurunan haluaran

dan haluaran; catat urin pekat dengan


warna urin atau

peningkatan berat

konsentrasi, berat

jenis di duga

jenis

dehidrasi atau
kebutuhan
peningkatan cairan

Beri cairan sedikit Untuk


demi sedikt

meminimalkan
cairan yang hilang

1. Evaluasi dan Implemantasi Keperawatan


No

Tanggal

Dx

Implementasi

Evaluasi

Keperawatan
1

22
2014

Juli Risiko

- Mengakaji TTv

Kekurangan
volume

cairan,

mengeluh
- Memperhatikan

berhubungan

membran mukosa,

dengan

muntah

kaji turgor kulit.

pra

operasi,

pembatasan pasca
operasi.

S : Klien masih
mual

dan muntah

Klien

tampak pucat
- Mengajarkan
klien

utuk

terlihat

memberikan
cairan

masih

sedikit

demi sedikit

Klien masih

terbaring
-

Wajah klien

Paraf

tampak pucat

120/80

mmHg
N

= 90 x/mnt

= 24 x/mnt

= 36 C

: Masalah

belum teratasi

Intervensi

dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Price, SA. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta :
EGC
Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.
Jakarta. EGC
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC

You might also like