You are on page 1of 14

TANAMAN AREN

(Arenga Pinnata Merr)


MATA KULIAH AGROFUEL

Disusun Oleh :
ARSY YULIFA HAPSARI

(H0713032)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aren (Arenga pinnata MERR) termasuk salah satu jenis tanaman
palma, yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama di 14
provinsi, yaitu Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Aceh,
dengan total luas areal sekitar 70.000 Ha. Tentu masyarakat luas Indonesia
sudah banyak mengetahui tentang pohon aren. Karena hampir dari bagian
atau produk dari tanaman aren sudah banyak dimanfaatkan masyarakat
untuk nilai ekonomi. Tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian
penuh dari beberapa pihak untuk lebih dikembangkan.
Tanaman aren termasuk dalam golongan tanaman yang mudah
untuk dibudiayakan. Karena tanaman aren tidak membutuhkan kondisi
tanah yang spesifik, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, dan
berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah masam (pH tanah yang
rendah). Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan,
lembah-lembah, dekat aliran sungai, daerah bergelombang dan banyak
dijumpai di hutan. Pemanfaatan tanaman aren sangat banyak, misalnya
bagian akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan),
Ijuk (untuk keperluan bangunan), daun (khususnya daun muda untuk
pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah
dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, minuman dan akhirakhir ini lebih diprioritaskan untuk bahan baku etanol sebagai bahan baku
pembuatan bahan bakar nabati (BBN) pada penyadapan nira bunga jantan.
Sehubungan

dengan

bahan

bakar

nabati

(BBN)

untuk

perkembangan kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat dan


keterbatasan energi fosil menjadi perhatian saat ini. Dengan ini, maka
mencari sumber-sumber energi terbarukan seperti bioetanol yang berasal
dari bahan baku nabati termasuk dalam nira hasil penyadapan tanaman
aren. maka perlu pengembangan tanaman ini untuk mendukung kebutuhan

bioenergi yang harus segera ditindaklanjuti. Sedang tantangan yang perlu


ditanggulangi untuk mengembangkan tanaman ini meliputi : input
teknologi masih minim, perbaikan manajemen produksi, perbaikan
pengolahan, pemasaran masih tradisional, diseminasi masih terbatas pada
sebagian kecil petani, dan kesulitan bibit unggul. Maka dari itu, dalam
pembuatan makalah ini akan mempelajari tentang budidaya tanaman aren
yang baik serta membahas bagaimana nira aren dapat menjadi bioethanol
sebagai bahan baku BBN.
2. Tujuan
a. Mengenal dan mengetahui cara budidaya tanaman aren yang baik.
b. Mempelajari tentang penyadapan nira.
c. Mengetahui alasan pembuatan bioethanol dari nira aren.

ISI
1. Mengenal Morfologi Tanaman Aren (Arenga Pinnata Merr)
Aren mempunyai berbagai istilah tergantung daerahnya, misalnya Aceh:
Bak juk, Bak jok; Batak: Pola, Paula, Bagot, Agaton, Bargot; Minangkabau:
Anau, Biluluk; Sunda: Kawung, Taren; Jawa: Aren, Lirang, Nanggung; Bali:
Jaka, Hano;Flores: Moke, Huwat; Sawu: Akel, Akere, Koito, Akol, Ketan;
Bugis: Inru; Roti:Bole; Ternate: Seho. Tanaman aren menurut klasifikasi
tanaman dimasukkan dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Monocotyledonae, bangsa Spadicitlorae, suku Palmae, marga Arenga dan
jenis Arenga pinnata Merr. Tanaman ini tumbuh pada beberapa daerah dengan
nama yang berbeda. Di Aceh diberi nama Bakjuk, Batak Karo dinamai Paula,
Nias diberi nama Peto, Minangkabau nama Biluluk, Lampung nama Hanau,
Jawa Tengah diberi nama Aren, Madura nama Are dan di Bali nama Hano.
Untuk NusaTenggara diberi nama : Jenaka, Pola, Nao, Karodi, Moka, Make,
Bale dan Bone. Pemberian nama tanaman ini untuk Sulawesi: Apele, Naola,
Puarin, Onau, dan Inau. Sedang untuk kepulauan Maluku diberi nama: Seko,
Siho, Tuna, Nawa dan Roni (Rindengan dan Manaroinsong 2009).
Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat
mencapai > 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi
pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan
lebih dari 20 % (Sunanto 1993). Batang pohon aren padat, berambut, dan
berwarna hitam (Mc Currach 1970 dan Keng 1969). Batang aren terbalut ijuk
yang warnanya hitam dan sangat kuat. Perakaran pohon aren menyebar dan
cukup dalam, sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi
pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan
lebih dari 20%. Batang tanaman aren tidak mempunyai lapisan kambium,
sehingga tidak dapat tumbuh semakin besar lagi (Djajasupena 1994 dan
Sunanto 1993). Garis tengah batangnya mencapai 65 cm, sedang tingginya 15
m. Jika ditambah dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi
keseluruhannya bisa mencapai 20 m. Batang aren yang sudah tua dan turun

produksi niranya, biasanya ditebang untuk diremajakan dengan tanaman muda


yang lebih produktif.
Menurut Samingan (1974) bahwa bagian-bagian daun aren bergerigi
renggang, dan pada ujungnya bergerigi banyak dan letaknya berkelompok.
Sunanto (1993) mengemukakan bahwa daun tanaman aren pada tanaman bibit
(sampai umur 3 tahun), bentuk daunnya belum menyirip (berbentuk kipas).
Daun tanaman aren yang sudah dewasa dan tua bersirip ganjil seperti daun
tanaman kelapa, namun ukuran daun dan pelepah daunnya lebih besar dan
lebih kuat jika dibandingkan dengan daun tanaman kelapa. Warna daun
tanaman aren adalah hijau gelap. Tanaman aren memiliki tajuk (kumpulan
daun) yang rimbun, di mana daun-daun muda yang terikat erat pada
pelepahnya berposisi agak tegak.
Karangan bunga yang pertama dari ruas batang yang berada di pucuk
pohon akan keluar saat aren sudah berumur 8 tahun, kira-kira letaknya sedikit
di bawah tempat tumbuh daun muda (muncul dari daerah puncak saja), tetapi
makin tua pohon itu, keluarnya bunga juga bisa dari ketiak daun di daerah
bawah. Kira-kira 2 bulan kemudian, muncul tandan bunga jantan yang disebut
ubas, Selanjutnya disusul oleh bunga -bunga jantan lainnya, yang disebut adik
ubas, penyadapan nira sudah bisa dilakukan ketika itu. Bunga jantannya
muncul bergantian dengan bunga betina di ketiak daun daerah bawah
(Sastrapradja dkk 1980 dan Soeseno 2000). Menurut Sunanto (1993), bunga
jantan berbentuk bulat panjang 1.2 1.5 cm berwarna ungu. Bunga jantan
setelah dewasa kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari dan tepung
sari berwarna kuning.
Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan
perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4 5
cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti satu siung
bawang putih. Bagian-bagian dari buah aren terdiri dari: 1). Kulit luar, halus
berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning, setelah tua
(masak). 2) Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan. 3) Kulit biji,
berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam yang

keras setelah buah masak. 4). Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih
berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan
berwarna putih, padat atau keras pada waktu buah sudah masak
(Sunanto 1993).
Bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan bioethanol adalah
nira aren. Nira aren berasal dari cairan yang dikeluarkan dari bunga jantan
pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan dengan cara
penyadapan. Banyak manfaat nira aren selain digunakan dalam pembuatan
bioethanol, diantaranya pada tongkol bunga jantan yang disadap mengandung
gula, kemudian dibuat gula (gula jawa), bila dikhamirkan dapat menghasilkan
air sagu, arak atau cuka; bijinya dapat dibuat makanan berupa manisan
(kolang-kaling) dan Tuak/legen adalah hasil peragian air nira dari tongkol
bunga jantan dan akar.
Komponen utama dari nira berupa air, karbohidrat dalam bentuk sukrosa,
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kerusakan nira dapat disebabkan oleh
aktifitas bakteri (Acetobacter sp.) dan khamir (Saccharomyces sp.) yang dapat
menfermentasi sukrosa menjadi alkohol maupun asetat. Sadapan dari tandan
bunga aren jantan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 5-12 tahun. Setiap
pohon tanaman aren ini dapat disadap selama 3 tahun, dan setiap tahun dapat
dilakukan sadap 3-4 tangkai bunga, dan dalam seharinya aren dapat
menghasilkan 3-10 liter nira (Halim 2008).
2. Cara Budidaya Tanaman Aren (Arenga Pinnata Merr)
a. Persyaratan Tumbuh
Tanaman aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus,
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, dan berpasir, tetapi aren
tidak tahan pada tanah masam (pH tanah yang rendah). Aren dapat
tumbuh pada ketinggian 0 1.400 meter di atas permukaan laut, pada
berbagai agroekosistim dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi
terhadap

lingkungan

tumbuhnya.

Namun

yang

paling

baik

pertumbuhannya pada ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut


dengan curah hujan lebih dari 1200-3500 mm/tahun. Kelembaban tanah

dan curah hujan yang tinggi berpengaruh dalam pembentukan mahkota


daun tanaman aren. Untuk pertumbuhan dan pembuahan, tanaman aren
membutuhkan suhu 20-250C. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di
daerah pegunungan, lembah, dekat aliran sungai, daerah dan banyak
dijumpai di hutan (Permentan 2014).
b. Perkecambahan dan Pembibitan
Benih dikecambahkan pada wadah perkecambahan dengan media
tanah pasir dan pupuk kandang. Dari beberapa hasil penelitian,
perkecambahan benih aren telah berhasil dengan daya berkecambah di
atas 90 %. Suatu cara atau metode yang dapat dipakai untuk
menghasilkan daya kecambah benih aren yang tinggi adalah benih yang
telah dibersihkan dari daging buah langsung dibenamkan 1-2 cm. Benih
yang telah berkecambah (ditandai seperti jaringan spons wadah putih)
selanjutnya membentuk apokol sepanjang 12 cm ke dalam media dan
dari ujung apokol keluar akar dan tunas (Mailangkay et al, 2004). Hasil
penelitian Hadipoentyanti dan Luntungan (1988) menunjukkan daya
kecambah benih yang terbaik apabila benih dikikis dahulu pada bagian
titik tumbuh. Penelitian yang sama dihasilkan oleh Saefudin dan Manoi
(1994) dimana perlakuan pengikisan bagian titik tumbuh menghasilkan
daya tumbuh tertinggi setelah disemai 5 bulan (Soleh 2010).
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari
permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji. Pertama, pengadaan
bibit dari permudaan alam/anakan liar. Dengan pengadaan bibit ini
menggunakan proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang
yaitu musang. Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya
dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit
tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk
menanamnya dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara
putaran (bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau
melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan dke dalam

kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu. Kedua, pengadaan bibit


melalui persemaian yaitu untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang
besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit
dengan persemaian. Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama.
Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum
disemai yaitu :
-

Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam


waktu 15 25 menit.

Meredam biji dalam air panas bersuhu 50 selama 3 menit.

Mengikir biji pada bagian dekat embrio.

c. Penanaman dan Penyiangan


Setelah bibit berumur 1-2 tahun tanaman, dipindahkan ke lokasi
penanaman/kebun, polibeg dikeluarkan dengan cara menyayat bagian
samping dengan pisau dan selanjutnya polibeg ditarik keluar. Membuat
lubang tanam ukuran 50 x 50 x 50 cm atau 60 x 60 x 60 cm. Di dalam
penggalian lubang perlu dipisahkan antara lapisan tanah atas dan tanah
lapisan bagian bawah. Setelah lubang digali, biasanya dibiarkan selama
1-2 bulan. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan gas-gas yang
bersifat racun didalam tanah. Sebelum tanah dikembalikan ke dalam
lubang perlu dicampur dengan pupuk kandang. Pengajiran dan
pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan diawal musim hujan.
Penyiangan perlu dilakukan agar tidak terjadi persaingan di dalam
pertumbuhan

tanaman

aren

dengan

gulma.

Sambil

melakukan

penyiangan, lakukan juga penggemburan tanah di sekeliling batang aren


sekitar 1-1,5 m agar aerasi udara yang akan masuk dan keluar di dalam
tanah berlangsung dengan baik (Soleh 2010).
Penanaman aren dapat dilakukan secara monokultur dengan jarak
tanam 7 m x 7 m segi empat atau secara polikultur dengan menggunakan
jarak antar barisan lebih lebar dari dalam barisan yaitu 16 m x 7 m. Oleh
karena tanaman aren bersifat hapaxanthic (sekali berbunga mati), maka

sebaiknya benih aren ditanam dengan mengatur waktu tanam sehingga


produksi nira dapat berkesinambungan (Permentan 2014).
d. Pemupukan
Biasanya setelah melakukan penyiangan, dilanjutkan dengan
kegiatan pemupukan pada tanaman. Pemupukan sebaiknya dilakukan 2
kali dalam setahun. Menurut Maliangkay et.al., (2000) pemberian pupuk
organik berupa kotoran hewan pada bibit aren dapat memberikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan bibit aren yang diusahakan.
Biaya pemupukan akan semakin berkurang karena tidak hanya
bergantung pada pupuk buatan tetapi adanya kombinasi antara pupuk
buatan dan bahan organik yang memberikan hasil yang baik. Pemberian
pupuk kandang akan memperbaiki sifat fisik dan kimia dari lahan yang
digunakan serta dosis yang akan diberikan. Takaran pupuk untuk bibit
aren untuk bulan 1 diberikan urea 10 g dan pupuk kandang 250 g, untuk
bulan ke 2 sebanyak 10 g urea, dan selanjutnya bulan ke-3 S/P
dipindahkan kelapangan 20 g urea. Khusus untuk umur 1 tahun dan
seterusnya pemupukan mengikuti dosis pemberian NPK ( Soleh 2010).
e. Pengendalian Gulma
Gulma

atau

tumbuhan

pengganggu

sangat

mengganggu

pertumbuhan aren. Oleh karena itu, pengendalian gulma perlu dilakukan


terutama di daerah piringan dan yang melekat pada batang aren.
Pengendalian gulma di areal pertanaman aren adalah pembabatan gulma
di antara tanaman dan pembersihan gulma di daerah piringan.
Pengendalian gulma pada batang aren menggunakan parang dilakukan
secara hati-hati sehingga tidak merusak batang. Pengendalian gulma ini
dilakukan secara rutin, yaitu 4 kali dalam setahun (Permentan 2014).
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
1) Hama
Hama Oryctes rhinoceros menyerang pucuk aren dan
menggerek sampai menembus pangkal pelepah daun muda.
Jaringan daun muda yang digerek akan terlihat jelas setelah daun

terbuka. Gejala serangannya terlihat guntingan daun bentuk segi


tiga. Teknologi pengendalian hama O. rhinoceros dilakukan secara
terpadu melalui pemanfaatan musuh alami (Metarhizium dan
Baculovirus),

sanitasi,

penggunaan

serbuk

mimba

dan

penggunaaan feromon.
2) Penyakit
Dari segi penyakit kebanyakan tanaman aren disebabkan
oleh cendawan Helminthosporium. Akibat serangannya daun cepat
mengering sehingga mempengaruhi pertumbuhan bibit. Pada
permukaan daun yang masih muda bagian atas dan bawah daun
muncul bercak-bercak kecil berwarna hijau mengkilat yang
selanjutnya membesar dan berubah warna menjadi coklat dengan
bagian tepi terdapat lingkaran kuning. Penyakit lannya disebabkan
oleh Pestalotiopsis palvarium dan pada pembibitan, Ceratocyctis
paradoxa menyerang pada batang aren dan Fusarium oxysporum
menyerang daun muda yang belum membuka (Soleh 2010).
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk yang
mengandung Chlorine (KCl, NaCl = garam dapur). Dianjurkan
untuk tidak terlalu banyak menggunakan pupuk N, karena mudah
terserang penyakit bercak daun ini.
g. Panen
Kriteria mayang jantan siap disadap niranya apabila bunga pada
mayang jantan mulai mekar (terbuka), dengan teknik penyadapan
adalahsebagai berikut :
1) Sebelum penyadapan, tangkai mayang bunga jantan diketuk dan
digoyang sekitar 2 minggu, untuk memperlancar keluarnya nira.
2) Penyadapan dilakukan dua kali setiap hari yaitu jam 05.00 08.00
pagi dan jam 16.00 18.00 sore hari. Ketebalan mayang yang
disayat pada setiap kali penyadapan sekitar 1-2 mm.
3) Penyadapan dilakukan dengan cara yang baik agar mutu nira dapat
dipertahankan, dengan persyaratan sebagai berikut:

a) Wadah penampung nira biasanya digunakan bambu atau


jerigen yang dibersihkan terlebih dahulu dan dikeringkan.
Untuk wadah penampung yang akan dipakai kembali
sebaiknya dicuci dengan nira yang sudah dipanaskan untuk
mempertahankan mutu nira yang disadap selanjutnya.
b) Penyadapan nira menggunakan pisau khusus (tidak
digunakan untuk keperluan lain) dan tajam.
c) Sebelum penyadapan, ke dalam wadah penampung
dimasukkan bahan aditif, antara lain kulit batang manggis
atau serat sabut kelapa sebanyak 10 g per wadah
penampung untuk mempertahankan mutu nira (pH nira
tidak cepat turun),pH ideal adalah 5,7 6,8.
d) Untuk mencegah penurunan pH, maka nira yang disadap
sore hari dipanaskan terlebih dahulu kemudian disimpan
dalam wadah penampung. Nira ini akan dimasak bersama
dengan nira yang disadap besok paginya (Permentan 2014).
3. Alasan nira Aren Sebagai Bioethanol
Menipisnya cadangan energi fosil dan meningkatnya kebutuhan energi
dikarenakan krisis energi yang terjadi saat ini mengakibatkan meningkatnya
harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga memicu kenaikan biaya hidup dan
naiknya biaya produksi sampai melakukan import minyak. Sehingga perlunya
dicari sumber-sumber energi terbarukan. Aren (Arenga pinnata Merr)
merupakan salah satu jenis penghasil bioetanol yang memiliki keunggulan
dibanding dengan bahan baku penghasil bioetanol lain. Potensi aren untuk
dikembangkan sebagai sumber bioethanol sangat besar, namun perhatian
terhadap jenis ini masih belum banyak. Sampai saat ini, pohon aren yang
tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan pohon yang umumnya tumbuh
secara liar serta belum ada penelitian yang memadai tentang pohon aren
unggul. Penggunaan benih unggul aren akan menghasilkan produktivitas
tanaman yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan benih unggul dapat dilakukan
melalui program pemuliaan pohon. Keberhasilan program pemuliaan pohon

memerlukan keragaman genetik yang cukup tinggi dari populasi aren yang ada
sehingga seleksi yang dilakukan akan lebih optimal. Untuk keperluan ini maka
konservasi ex situ aren diperlukan sebagai populasi dasar bagi kegiatan
pemuliaan aren di masa mendatang.
Tanaman aren memiliki banyak keunggulan dibandingkan bahan baku
nabati lainnya seperti singkong dan jagung dalam pemanfaatan menjadi
bioethanol, diantaranya:

bioethanol menggunakan aren hanya memerlukan

satu kali fermentasi, sedangkan bioethanol yang berasal dari tumbuhan berpati
memerlukan hidrolisis ringan untuk mengubahnya menjadi gula sederhana dari
polimer pati. Aren juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan tebu, dimana
pohon aren lebih produktif menghasilkan nira dibandingkan dengan tebu
dimana produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu dan rendemen
gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7% .
Rata-rata produksi nira aren ialah sebesar 10 liter nira/hari/pohon bahkan
pada masa suburnya untuk beberapa jenis pohon Aren (Aren Genjah) satu
pohon perhari dapat menghasilkan nira aren sebesar 40 liter, dengan kalkulasi
sederhana jika dalam satu hektar dapat tumbuh 200 pohon Aren dan tiap
harinya disadap 100 pohon maka dalam satu hari dapat menghasilkan nira aren
sebesar 1000 liter/ha/hari dengan rule of thumb konversi glukosa menjadi
ethanol sebesar 0,51 g ethanol/g glukosa maka dalam satu hari bioethanol
perhektar yang dapat diperoleh ialah 500 liter/hari (Liliek 2010). Sehingga
dapat dibayangkan apabila kita mengembangkan pohon aren dengan cara
menanggulangi tantangan seperti input teknologi masih minim, perbaikan
manajemen produksi, perbaikan pengolahan, pemasaran masih tradisional,
diseminasi masih terbatas pada sebagian kecil petani, dan kesulitan bibit
unggul. Maka akan semakin banyak nira hasil penyadapan dan produksi
bioethanol semakin melimpah. Saat itulah energi alternatif dapat terwujud,
import minyak berkurang, dan devisa negara pun akan stabil bahkan
bertambah.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Terjadinga krisis energi di Indonesia saat ini akibat tipisnya persediaan
energi fosil sedangkan penggunakan energi yang semakin meningkat, maka
mewujudkan energi alternatif terbarukan adalah salah satu solusinya. Dengan
ini mencari sumber-sumber bahan baku nabati seperti tanaman aren ini.
Melakukan penyadapan pada bunga jantan tanaman aren yang akan
menghasilkan nira aren. Nira aren inilah yang nantinya akan dijadikan
bioethanol sebagai bahan baku Bahan Bakar Nabati (BBN).
Tanaman aren dijadikan bahan bioethanol tentu memiliki banyak
keunggulan diantaranya : bioethanol menggunakan aren hanya memerlukan
satu kali fermentasi, lebih produktif menghasilkan nira dibandingkan dengan
tebu dimana produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu dan rendemen
gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7% dan tanaman aren mudah
dibudidayakan serta mudah pula penanganannya.
2. Saran
Sebaiknya sebagai generasi muda saat ini dapat melakukan penelitian
lebih intensif tentang produksi nira aren sebagai bahan bioethanol dan
mengembangkannya sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN).

DAFTAR PUSTAKA
Djajasupena, R.W. 1994. Menyiasati Lahan dan Iklim dalam Pengusahaan
Petumbuhan Jenis-jenis Tanaman Terpilih. Yayasan PROSEA. Bogor.
83 hal.
Keng, H 1969. Orders and Families of Malayan Seed Plants. University of
Malaya Press. Kuala Lumpur. 429 p.
Liliek Haryjanto, S 2010. Konservasi ex-situ untuk mendukung program
pemuliaan aren (Arenga pinnata MERR) sebagai sumber energi
altematif.

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Kehutanan.

Yogyakarta.
Maliangkay, R, B 2007. Teknik budidaya dan rehabilitasi tanaman aren.
Buletin Palma No.33, 67-77.
Mc Currach, J.C 1970. Palms of The World.Horticultural Books, Inc.
Florida. 290p.
Permentan 2014. Pedoman Budidaya Aren (Arenga Pinnata Merr).
Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.17.
Rindengan, B dan E. Manaroinsong 2009. Aren. Tanaman Perkebunan
Penghasil Bahan Bakar Nabati. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Hlm. 1-22.
Samingan, T. 1974. Penuntun ke arah keluarga tumbuh-tumbuhan di
Indonesia. Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi.
IPB. Bogor. Hal 168.
Sastrapradja , S., J.P. Mogea., H.M. Sangat., J.J. Afriastini 1980. Palem
Indonesia. Balai Pustaka. Lembaga Biologi Nasional. LIPI. hal 120.
Sunanto, H 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Soeseno, S 2000. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta. hal 63.
Soleh,Dedi 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga Pinnata
Merr) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Jurnal
Prespektif Vol.9 No.1 Hal 36-46.

You might also like