Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
ARSY YULIFA HAPSARI
(H0713032)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aren (Arenga pinnata MERR) termasuk salah satu jenis tanaman
palma, yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama di 14
provinsi, yaitu Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Aceh,
dengan total luas areal sekitar 70.000 Ha. Tentu masyarakat luas Indonesia
sudah banyak mengetahui tentang pohon aren. Karena hampir dari bagian
atau produk dari tanaman aren sudah banyak dimanfaatkan masyarakat
untuk nilai ekonomi. Tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian
penuh dari beberapa pihak untuk lebih dikembangkan.
Tanaman aren termasuk dalam golongan tanaman yang mudah
untuk dibudiayakan. Karena tanaman aren tidak membutuhkan kondisi
tanah yang spesifik, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, dan
berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah masam (pH tanah yang
rendah). Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan,
lembah-lembah, dekat aliran sungai, daerah bergelombang dan banyak
dijumpai di hutan. Pemanfaatan tanaman aren sangat banyak, misalnya
bagian akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan),
Ijuk (untuk keperluan bangunan), daun (khususnya daun muda untuk
pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah
dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, minuman dan akhirakhir ini lebih diprioritaskan untuk bahan baku etanol sebagai bahan baku
pembuatan bahan bakar nabati (BBN) pada penyadapan nira bunga jantan.
Sehubungan
dengan
bahan
bakar
nabati
(BBN)
untuk
ISI
1. Mengenal Morfologi Tanaman Aren (Arenga Pinnata Merr)
Aren mempunyai berbagai istilah tergantung daerahnya, misalnya Aceh:
Bak juk, Bak jok; Batak: Pola, Paula, Bagot, Agaton, Bargot; Minangkabau:
Anau, Biluluk; Sunda: Kawung, Taren; Jawa: Aren, Lirang, Nanggung; Bali:
Jaka, Hano;Flores: Moke, Huwat; Sawu: Akel, Akere, Koito, Akol, Ketan;
Bugis: Inru; Roti:Bole; Ternate: Seho. Tanaman aren menurut klasifikasi
tanaman dimasukkan dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Monocotyledonae, bangsa Spadicitlorae, suku Palmae, marga Arenga dan
jenis Arenga pinnata Merr. Tanaman ini tumbuh pada beberapa daerah dengan
nama yang berbeda. Di Aceh diberi nama Bakjuk, Batak Karo dinamai Paula,
Nias diberi nama Peto, Minangkabau nama Biluluk, Lampung nama Hanau,
Jawa Tengah diberi nama Aren, Madura nama Are dan di Bali nama Hano.
Untuk NusaTenggara diberi nama : Jenaka, Pola, Nao, Karodi, Moka, Make,
Bale dan Bone. Pemberian nama tanaman ini untuk Sulawesi: Apele, Naola,
Puarin, Onau, dan Inau. Sedang untuk kepulauan Maluku diberi nama: Seko,
Siho, Tuna, Nawa dan Roni (Rindengan dan Manaroinsong 2009).
Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat
mencapai > 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi
pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan
lebih dari 20 % (Sunanto 1993). Batang pohon aren padat, berambut, dan
berwarna hitam (Mc Currach 1970 dan Keng 1969). Batang aren terbalut ijuk
yang warnanya hitam dan sangat kuat. Perakaran pohon aren menyebar dan
cukup dalam, sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi
pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan
lebih dari 20%. Batang tanaman aren tidak mempunyai lapisan kambium,
sehingga tidak dapat tumbuh semakin besar lagi (Djajasupena 1994 dan
Sunanto 1993). Garis tengah batangnya mencapai 65 cm, sedang tingginya 15
m. Jika ditambah dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi
keseluruhannya bisa mencapai 20 m. Batang aren yang sudah tua dan turun
keras setelah buah masak. 4). Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih
berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan
berwarna putih, padat atau keras pada waktu buah sudah masak
(Sunanto 1993).
Bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan bioethanol adalah
nira aren. Nira aren berasal dari cairan yang dikeluarkan dari bunga jantan
pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan dengan cara
penyadapan. Banyak manfaat nira aren selain digunakan dalam pembuatan
bioethanol, diantaranya pada tongkol bunga jantan yang disadap mengandung
gula, kemudian dibuat gula (gula jawa), bila dikhamirkan dapat menghasilkan
air sagu, arak atau cuka; bijinya dapat dibuat makanan berupa manisan
(kolang-kaling) dan Tuak/legen adalah hasil peragian air nira dari tongkol
bunga jantan dan akar.
Komponen utama dari nira berupa air, karbohidrat dalam bentuk sukrosa,
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kerusakan nira dapat disebabkan oleh
aktifitas bakteri (Acetobacter sp.) dan khamir (Saccharomyces sp.) yang dapat
menfermentasi sukrosa menjadi alkohol maupun asetat. Sadapan dari tandan
bunga aren jantan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 5-12 tahun. Setiap
pohon tanaman aren ini dapat disadap selama 3 tahun, dan setiap tahun dapat
dilakukan sadap 3-4 tangkai bunga, dan dalam seharinya aren dapat
menghasilkan 3-10 liter nira (Halim 2008).
2. Cara Budidaya Tanaman Aren (Arenga Pinnata Merr)
a. Persyaratan Tumbuh
Tanaman aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus,
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, dan berpasir, tetapi aren
tidak tahan pada tanah masam (pH tanah yang rendah). Aren dapat
tumbuh pada ketinggian 0 1.400 meter di atas permukaan laut, pada
berbagai agroekosistim dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi
terhadap
lingkungan
tumbuhnya.
Namun
yang
paling
baik
tanaman
aren
dengan
gulma.
Sambil
melakukan
atau
tumbuhan
pengganggu
sangat
mengganggu
sanitasi,
penggunaan
serbuk
mimba
dan
penggunaaan feromon.
2) Penyakit
Dari segi penyakit kebanyakan tanaman aren disebabkan
oleh cendawan Helminthosporium. Akibat serangannya daun cepat
mengering sehingga mempengaruhi pertumbuhan bibit. Pada
permukaan daun yang masih muda bagian atas dan bawah daun
muncul bercak-bercak kecil berwarna hijau mengkilat yang
selanjutnya membesar dan berubah warna menjadi coklat dengan
bagian tepi terdapat lingkaran kuning. Penyakit lannya disebabkan
oleh Pestalotiopsis palvarium dan pada pembibitan, Ceratocyctis
paradoxa menyerang pada batang aren dan Fusarium oxysporum
menyerang daun muda yang belum membuka (Soleh 2010).
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk yang
mengandung Chlorine (KCl, NaCl = garam dapur). Dianjurkan
untuk tidak terlalu banyak menggunakan pupuk N, karena mudah
terserang penyakit bercak daun ini.
g. Panen
Kriteria mayang jantan siap disadap niranya apabila bunga pada
mayang jantan mulai mekar (terbuka), dengan teknik penyadapan
adalahsebagai berikut :
1) Sebelum penyadapan, tangkai mayang bunga jantan diketuk dan
digoyang sekitar 2 minggu, untuk memperlancar keluarnya nira.
2) Penyadapan dilakukan dua kali setiap hari yaitu jam 05.00 08.00
pagi dan jam 16.00 18.00 sore hari. Ketebalan mayang yang
disayat pada setiap kali penyadapan sekitar 1-2 mm.
3) Penyadapan dilakukan dengan cara yang baik agar mutu nira dapat
dipertahankan, dengan persyaratan sebagai berikut:
memerlukan keragaman genetik yang cukup tinggi dari populasi aren yang ada
sehingga seleksi yang dilakukan akan lebih optimal. Untuk keperluan ini maka
konservasi ex situ aren diperlukan sebagai populasi dasar bagi kegiatan
pemuliaan aren di masa mendatang.
Tanaman aren memiliki banyak keunggulan dibandingkan bahan baku
nabati lainnya seperti singkong dan jagung dalam pemanfaatan menjadi
bioethanol, diantaranya:
satu kali fermentasi, sedangkan bioethanol yang berasal dari tumbuhan berpati
memerlukan hidrolisis ringan untuk mengubahnya menjadi gula sederhana dari
polimer pati. Aren juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan tebu, dimana
pohon aren lebih produktif menghasilkan nira dibandingkan dengan tebu
dimana produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu dan rendemen
gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7% .
Rata-rata produksi nira aren ialah sebesar 10 liter nira/hari/pohon bahkan
pada masa suburnya untuk beberapa jenis pohon Aren (Aren Genjah) satu
pohon perhari dapat menghasilkan nira aren sebesar 40 liter, dengan kalkulasi
sederhana jika dalam satu hektar dapat tumbuh 200 pohon Aren dan tiap
harinya disadap 100 pohon maka dalam satu hari dapat menghasilkan nira aren
sebesar 1000 liter/ha/hari dengan rule of thumb konversi glukosa menjadi
ethanol sebesar 0,51 g ethanol/g glukosa maka dalam satu hari bioethanol
perhektar yang dapat diperoleh ialah 500 liter/hari (Liliek 2010). Sehingga
dapat dibayangkan apabila kita mengembangkan pohon aren dengan cara
menanggulangi tantangan seperti input teknologi masih minim, perbaikan
manajemen produksi, perbaikan pengolahan, pemasaran masih tradisional,
diseminasi masih terbatas pada sebagian kecil petani, dan kesulitan bibit
unggul. Maka akan semakin banyak nira hasil penyadapan dan produksi
bioethanol semakin melimpah. Saat itulah energi alternatif dapat terwujud,
import minyak berkurang, dan devisa negara pun akan stabil bahkan
bertambah.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Terjadinga krisis energi di Indonesia saat ini akibat tipisnya persediaan
energi fosil sedangkan penggunakan energi yang semakin meningkat, maka
mewujudkan energi alternatif terbarukan adalah salah satu solusinya. Dengan
ini mencari sumber-sumber bahan baku nabati seperti tanaman aren ini.
Melakukan penyadapan pada bunga jantan tanaman aren yang akan
menghasilkan nira aren. Nira aren inilah yang nantinya akan dijadikan
bioethanol sebagai bahan baku Bahan Bakar Nabati (BBN).
Tanaman aren dijadikan bahan bioethanol tentu memiliki banyak
keunggulan diantaranya : bioethanol menggunakan aren hanya memerlukan
satu kali fermentasi, lebih produktif menghasilkan nira dibandingkan dengan
tebu dimana produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu dan rendemen
gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7% dan tanaman aren mudah
dibudidayakan serta mudah pula penanganannya.
2. Saran
Sebaiknya sebagai generasi muda saat ini dapat melakukan penelitian
lebih intensif tentang produksi nira aren sebagai bahan bioethanol dan
mengembangkannya sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN).
DAFTAR PUSTAKA
Djajasupena, R.W. 1994. Menyiasati Lahan dan Iklim dalam Pengusahaan
Petumbuhan Jenis-jenis Tanaman Terpilih. Yayasan PROSEA. Bogor.
83 hal.
Keng, H 1969. Orders and Families of Malayan Seed Plants. University of
Malaya Press. Kuala Lumpur. 429 p.
Liliek Haryjanto, S 2010. Konservasi ex-situ untuk mendukung program
pemuliaan aren (Arenga pinnata MERR) sebagai sumber energi
altematif.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kehutanan.
Yogyakarta.
Maliangkay, R, B 2007. Teknik budidaya dan rehabilitasi tanaman aren.
Buletin Palma No.33, 67-77.
Mc Currach, J.C 1970. Palms of The World.Horticultural Books, Inc.
Florida. 290p.
Permentan 2014. Pedoman Budidaya Aren (Arenga Pinnata Merr).
Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.17.
Rindengan, B dan E. Manaroinsong 2009. Aren. Tanaman Perkebunan
Penghasil Bahan Bakar Nabati. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Hlm. 1-22.
Samingan, T. 1974. Penuntun ke arah keluarga tumbuh-tumbuhan di
Indonesia. Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi.
IPB. Bogor. Hal 168.
Sastrapradja , S., J.P. Mogea., H.M. Sangat., J.J. Afriastini 1980. Palem
Indonesia. Balai Pustaka. Lembaga Biologi Nasional. LIPI. hal 120.
Sunanto, H 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Soeseno, S 2000. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta. hal 63.
Soleh,Dedi 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga Pinnata
Merr) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Jurnal
Prespektif Vol.9 No.1 Hal 36-46.