Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS UBI JALAR (Ipomoea batatas)
Disetujui oleh:
Asisten Kelas
Asisten Lapang
Dwi Arista.K
NIM.125040
NIM. 0510410043
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
Komoditas Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Disusun Oleh:
Nita Dia Permata Sari
135040200111037
Hammam Abdullah Rizki
135040201111072
Ani Nurin Nimah
135040201111187
Cahya Nur Aisyah
135040207111030
Kelas : O
Asisten Kelas : Dwi Arista. K
Asisten Lapang : Retno Tri Purnamasari
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui teknologi produksi komoditas ubi jalar
1.2.2 Untuk mengetahui teknik budidaya pada komoditas ubi jalar
1.2.3 Untuk mengetahui perbedaan hasil antara varietas ubi jalar orange madu
dengan varietas lain
1.3 Manfaat
1.3.1 Dapat menambah pemahaman mengenai teknologi produksi komoditas ubi
jalar
1.3.2 Dapat menambah pemahaman mengenai teknik budidaya pada tanaman
komoditas ubi jalar
1.3.3 Dapat menambah pemahaman mengenai syarat tumbuh dan factor yang
mununjang pertumbuhan ubi jalar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Produksi dan Teknologi Produksi Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea
batatas)
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas pertanian penghasil karbohidrat
yang sudah tidaklah asing lagi. Bahkan, ubi jalar mempunyai peran penting
sebagai cadangan pangan yang mana bila produksi padi dan jagung tidak cukup
lagi. Dibeberapa negara maju misalnya Jepang, Korea, China dan Amerika.
Penggunaan ubi jalar sebagai bahan pangan sudah dilakukan secara maksimal.
Ubi jalar diolah sebagai berbagai produk makanan, misalnya kue, roti, sirup, mie
instant, tepung granula, saos, kremes, kripik, makanan bayi, dan manisan yang
semuanya disajikan dalam bentuk kaleng atau bungkusan yang menarik. Selain
itu, ubi jalar juga dapat diolah menjadi gula fruktosa yang dapat digunakan
sebagai pemanis dalam industri minuman. Di Indonesia, makanan dari olahan ubi
jalar masih disajikan dalam bentuk yang sederhana, misalnya dalam bentuk ubi
rebus, kolak, ubi goreng. Padahal ubi jalar dapat diolah sebagai mana di negaranegara maju. Bahkan, ubi jalar juga dapat diolah menjadi bahan baku industri
makanan dan minuman, industri tekstil, industri kosmetik dan industri lem. Jika
dilihat dari banyak kegunaannya, ubi jalar memiliki peluang baik untuk
dikembangkan. Pengembangan produksi ubi jalar dapat dilakukan dengan adanya
upaya peningkatan produksi ubi jalar melalui intensifikasi dan perluasan area
tanam (diversifikasi) atau dengan cara pendayagunaan ubi jalar menjadi produk
olahan lain dengan pengembangan agroindustri. Namun, perkembangan produksi
ubi jalar di Indonesia menunjukan angka yang kurang bagus karena kurangnya
dukungan dari industri olahan ubi jalar. Berikut perkembangan produksi ubi jalar
menjadi produk dari tahun 1991-1995.
(Juanda, 2000)
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Convolvulales
Family
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomeae
Species
b. Batang tanaman
Batang ubi jalar adalah menjalar panjang dan bercabang-cabang mencapai
1 hingga 5 meter, dengan diameter bervariasi antara 3 sampai 10 mm.
Umumnya batang ubi jalar bila dilukai akan mengeluarkan getah berwarna
putih yang mana banyaknya getah ini bervariasi tergantung pada jenisnya.
Warna batang ubijalar juga beragam dengan warna kuning, hijau atau ungu.
Sifat-sifat lainnya morfologi batang ubi jalar ini juga bervariasi dalam hal sifat
terpilin, panjang ruas dan keadaan berbulu. Secara hirarki padatanaman ubijalar
memungkinkan memiliki percabangan primer, sekunder, tertier dan quarter.
(Logo, 2011)
Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan bagian
tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang ruas antara 1-3 cm.
Setiap ruas ditumbuhi daun, akar dan tunas atau cabang. Panjang batang utama
sangat beragam, tergantung pada varietasnya, yakni berkisar 2-3 m untuk
varietas ubi jalar merambat dn 1-2 m untuk varietas ubi jalar tidak merambat
(bertipe tegak). Diameter ubi jalar juga bervariasi, untuk varietas ubi jalar yang
merambat umumnya mempunyai diameter batang yang kecil, sedangkan untuk
ubi jalar bertipe tegak memiliki diameter batang yang berukuran sedang.
(Juanda, 2000)
c. Daun
Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong dan bulat runcing
tergantung varietasnya. Daun ubi jalar yang berbentuk bulat hati memupunyai
tepi daun rata, berlekuk dangkal atau menjari, daun ubi jalar yang berbentuk
oval memiliki tepi daun yang rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam.
Sedangkan daun ubi jalar yang berbentuk bulat runcing memiliki tepi daun rata,
berlekuk dangkal atau berlekuk dalam.
Daun ubi jalar memiliki tulang daun menyirip, kedudukan daun tegak agak
mendatar dan bertangkai tunggal yang melekat padda batang. Ukuran daun
bervariasi, tergantung varietasnya. Daun ubi jalar berwarna hijau tua dan hijau
kuning, sedangkan warna tangkai daun dan tulang daun bervariasi, yakni antara
hijau dan ungu sesuai dengan warna batangnya.
SUMBER
GAMBAR
d. Bunga
Ubi jalar berbentuk terompet pada ketiak daun, dengan panjang 3-5 cm
dan lebarnya 3-4 cm. Daun kelopak bunga lonjong, runcing kurang lebih 1 cm.
Didalam bunga terdapat satu tangkai putik dengan kepala putik pada bagian
ujung panjang 2-2.5 cm. Tangkai putik berbentuk tabung yang langsung
berhubungan dengan bakal buah yang terdapat pada pangkal mahkota bunga
(corolla). Kepala putik letaknya lebih tinggi dari kepala sari sehingga
penyerbukan akan terjadi oleh bantuan serangga atau angin. Buahnya adalah
buah kotak berbentuk seperti telur (Logo, 2011)
e. Umbi
Umbi pada ubijalar bermacam-macam bergantung pada jenis atau
varietasnya tetapi pada umumnya umbi ubijalar dibagi menjadi dua yaitu umbi
kecil dengan berat < 80 gram per umbi dan umbi besar dengan berat > 80 gram
per umbi. Umbi ubijalar selalu memiliki mata tunas sehingga memungkinkan
untuk mendapatkan bahan tanaman berupa stek dengan menginduksi tunas dari
umbinya yang terdapat pada umbi ubijalar memiliki variasi bentuk dan warna
yang beragam. Kulit umbi dapat berwarna putih sampai merah tua atau ungu,
kuning atau bercak berwarna yang tidak teratur dibagian tengah umbi.(Logo,
2011)
2.3 Syarat Tumbuh
a. Iklim
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah
yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27
derajat C.
Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang
tepat untuk budidaya tanaman ubi jalar. Pertumbuhan dan produksi yang
optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di
tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar
yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang
baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
(BPPIPT, 2014)
b. Media Tanam
Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar.
Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi
jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah
terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah
yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi,
dan bentuk ubi benjol.
b. Cara Penanaman
Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.
Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah
kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk
diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang
yang ada daunnya tersembul di atas bedengan. Pada tiap bedengan ditanam 2
deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit
stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya
dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret)
bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah
segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.
3. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus
diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit
yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit
yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga
bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak
terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau
ditanam ditempat yang teduh.
b. Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya
mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubi
jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar
matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatan
penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan,
kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.
c. Pembubunan
Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan
setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata cara
penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut.
Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati
agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar.
Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng
guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan
pengairan hingga tanah cukup basah.
d. Pemupukan
Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi,
yaitu terdiri dari 70 kg N (156 kg urea), 20 kg P2O5 (42 kg SP36), dan 110 kg
K2O ( 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan
bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah
kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Dosis pupuk yang
tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat.
Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg
urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha
(100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan
sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur)
kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm,
kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun
dengan tanah.
e. Pengairan dan Penyiraman
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal
pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai tanam,
tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit
hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan.
Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar
berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu
umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan. Waktu
pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerah yang
sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali. Hal
Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar
tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
(BPPIPT, 2014)
2.7 Perngaruh Kegiatan Pembalikan Sulur pada Produksi Tanaman Ubi Jalar
(Ipomoea batatas)
Pembalikan batang ubi jalar umumnya sering dilakukan petani. Pembalikan
batang ubijalar dilakukan pada umur 5 MST (Minggu Setelah Tanam), 8 MST,
dan 12 MST. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa pembalikan batang
tanaman justru dapat menurunkan hasil 9-21% (Tabel 7). Pembalikan batang
hanya dianjurkan untuk kondisi yang mendorong perakaran banyak saja.
(Zuraida, 2001)
(Zuraida, 2001)
BAB III
BAHAN DAN METODE
Tempat
Alat
Cangkul
Cangkil
Meteran
Timbangan
Pisau
Gunting stek
Gembor
Timba
3.2.2
Bahan
Pupuk Urea
Pupuk KCl
Pupuk SP-36
Pupuk Kandang
3.3.2
Persiapan Lahan
Siapkan alat dan bahan
Sanitasi
Pembajakan tanah
Penggaruan tanah
Pengukuran bedengan
Pemupukan dasar
Persiapan lahan secara garis besar dimulai dari sanitasi, pembajakan,
penggaruan,
pengukuran
bedengan
yang
disesuaikan
dengan
lahan,
3.3.3
Penanaman
dimulai
dengan
membuat
larikan
lubang
tanam
Perawatan Tanaman
3.3.3.1
Pemupukan
Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat
7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk
secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.
3.3.3.2
Penyiraman
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal
Pembumbunan
Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1
bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata
cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
-Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati
agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar. Gemburkan tanah disekitar
guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya
diturunkan ke dalam saluran antar guludan. Timbunkan kembali tanah ke
guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah.
3.3.3.4
Penyiangan Gulma
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar
karakteristik
Tanaman
ini
dilakukan
dengan
mengamati bentuk daun ubi jalar dan warna baik daun mauun sulur,
3.4.3
Aspek Tanah
Pada komoditas ubi jalar pengamatan menurut aspek tanah ini tidak
dilakukan setiap minggunya seperti halnya pada aspek Budidaya Pertanian
dan Hama Penyakit Tanaman, tetapi merupakan kegiatan awal dalam
kegiatan budidaya meliputi.
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan Lahan pada pertanaman komoditas ubi jalar ini dilakukan
melalui 2 tahapan yaitu pada pengolahan lahan pertama (Primary Tillage)
dengan penggunaan bajak singkal yang dibantu oleh pekerja pengelola
kebun percobaan, kemudian setelah pengolahan lahan pertama dilanjutkan
dengan pengolahan lahan kedua (Secondary Tillage) yaitu dengan
dilakukan penghalusan tanah dengan cangkul atau cangkil yang disediakan,
dimana dalam kegiatan ini kami melakukannya sendiri. Tujuan pada
pengolahan lahan yang kedua ini adalah untuk menciptakan tanah yang
lebih gembur dengan bertekstur yang lebih halus sehingga akar tanaman
ubi jalar mudah untu berpenetrasi menembus tanah.
b. Pemupukan
Kegiatan pemupukan sendiri dilakukan dengan melakukan
pengataman pada tanah yang telah diberi pupuk. Dimana tanah yang baik
ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang subur. Hal ini karena Unsur
hara dalam tanah tercukupi sehingga tanah dapat mendukung pertumbuhan
tanaman. Selain itu dicirikan dengan PH tanah yang normal bagi
pertumbuhan ubi jalar, PH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan ubi jalar
yaitu berkisar antara 5,5-6,5.
c. Irigasi
Pengairan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
produksi tanaman ubi jalar. Tujuan utama dari pengairan sendiri yaitu
membasahi tanah guna menciptakan keadaan lembab sekitar daerah
perakaran agar tanaman tumbuh dengan baikdengan tercukupi kebutuhan
airnya. Selain itu dengan terairinya lahan pertanian dengan baik akan di
peroleh manfaat dan kemudahan sebagai berikut :
o Pengolahan tanah bagi pertanaman akan mudah dan ringan dalam
pelaksanaannya,
o Tanaman pengganggu (gulma) akan mudah dalam pemberantasannya,
o Pengaturan temperatur tanah dapat berlangsung sesuai dengan yang
dikehendakitanaman,
o Berlangsungnya perbaikan dan peningkatan kesuburan tanah,
o Sangat berperan dalam memperlancar proses leaching (pencucian)
tanah
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase
awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.
Pengairan pada tanaman ubi jalar di Lahan ngijo ini dilakukan dengan
melakukan penyiraman dua kali sehari atau kadang kala mengaplikasikan
DAFTAR PUSTAKA
BPPIPT. 2014. Ubi Jalar (Ipomea batatas). hppt://ebudidaya.com (online). Diakses
29 November 2014
Juanda, Dede dan Bambang Cahyono. 2000. Ubi Jalar, Budidaya dan Analisa Usaha
Tani.Yogyakarta : Kanisius
Logo, Opalina. 2011. Deskripsi Morflogi Beberapa Jenis Ubi Jalar (Ipomoea batatas
(L.) Lam) Berdasarkan Pola Pemanfaatan Oleh Suku Dani di Distrik Kurulu
Kabupaten Jayawijaya. Manokwari: Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Dan Teknologi Pertanian Universitas Papua Manokwari
Suparno, A dan B. Santoso. 2003. Karakterisasi Komponen Morfologi Ubi Jalar
(Ipomoea Batatas (L.)) Asal Dataran Tinggi Di Lembah Baliem Wamena.
Manokwari : Fakultas Pertanian Dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri
Papua
Sarwono, B. 2005.Ubi Jalar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rukmana, Rahmat. (1997). Ubi Jalar: Budi Daya Dan Pascapanen. Yogyakarta:
Kanisius
Zuraida, Nani dan Yati Supriati. 2001. Usahatani Ubi Jalar Sebagai Bahan Pangan
Alternatif Dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Jurnal Buletin AgroBio : 4
(1) : 13-23 Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor