You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernapasan

yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang


reversibel dan gejala pernapasan. Asma merupakan suatu penyakit dengan
wheezing dan atau batuk dengan karakterisitik yaitu timbul secara episodik dan
atau kronik, cenderung pada malam hari, adanya faktor pencetus diantaranya
aktivitas fisik, bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan
dan adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien atau keluarganya yang
dikenal sebagai penyakit genetik yang belum mampu disembuhkan, tetapi dengan
manajemen penanganan yang baik, penyakit asma tersebut masih dapat
dikendalikan kejadiannya.1
Asma merupakan peyakit kronik yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat dunia dan termasuk 10 besar penyakit penyebab kesakitan dan
kematian di indonesia. Asma mempunyai distribusi bifasik yaitu prevalensi
tertinggi penyakit ini terjadi pada saat usia anak kemudian pada usia pertengahan
dan dewasa tua. sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga
kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.2 Prevalensi asma di seluruh dunia
adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun
terakhir ini meningkat sebesar 50%. Di Amerika kunjungan pasien asma pada
pasien berjenis kelamin perempuan di bagian gawat darurat dan akhirnya
memerlukan perawatan di rumah sakit dua kali lebih banyak daripada pasien pria.

Di Australia, Kanada dan Spanyol dilaporkan bahwa kunjungan pasien dengan


asma akut dibagian gawat darurat berkisar antara 1-12%.3
Hasil penelitian International study on asthma and alergies in childhood
pada tahun 2006, menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit
asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Di Indonesia belum ada data
epidemiologi yang pasti namun diperkirakan berkisar 3-8%. Penelitian yang
dilakukan oleh Anggia (2005) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan
kelompok umur terbanyak yang menderita asma adalah 25-34 tahun sebanyak 17
orang (24,29%) dari 70 orang, dan perempuan lebih banyak dari pada laki-laki
(52,86%).4
Dua pertiga penderita asma bronkial merupakan asma bronkial alergi (atopi)
dan 50% pasien asma bronkial berat merupakan asma bronkial atopi. Asma
bronkial atopi ditandai dengan timbulnya antibodi terhadap satu atau lebih alergen
seperti debu, tungau rumah, bulu binatang dan jamur. Atopi ditandai oleh
peningkatan produksi IgE sebagai respon terhadap alergen. Prevalensi asma
bronkial non atopi tidak melebihi angka 10%. Asma bronkial merupakan interaksi
yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Data pada penelitian
saudara kembar monozigot dan dizigot, didapatkan kemungkinan kejadian asma
bronkial diturunkan sebesar 60-70%.5

You might also like