Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Arsy Yulifa Hapsari
(H0713032)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nyamplung merupakan tanaman yang banyak tumbuh di sepanjang pantai
di seluruh Indonesia. Tanaman nyamplung atau nama latinnya Calophyllum
inophyllum L. merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Timur dan Pantai
India tetapi banyak tumbuh di daerah tropis khususnya di negara kepulauan
sekitar Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Tanaman nyamplung termasuk
ke dalam famili mangosteen seperti halnya tanaman manggis. Sebutan tanaman
ini berbeda-beda untuk setiap daerahnya misalnya untuk daerah jawa, tanaman
ini disebut nyamplung. Semarak manfaat buah nyamplung saat ini adalah
dimanfaatkan untuk penggunaan biofuel.
Pemaparan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi dalam diskusi di Pusat
Penelitian Ekonomi-LIPI pada tahun 2004, dinyatakan bahwa pada tahun 1970,
konsumsi energi primer hanya sebesar 50 juta SBM (Setara Barel Minyak).
Tiga puluh satu tahun kemudian, tepatnya tahun 2001 konsumsi energi primer
telah menjadi 715 juta SBM atau mengalami pertumbuhan yang luar biasa
yaitu sebesar 1330% atau pertumbuhan rata-rata periode 1970-2001 sebesar
42.9%/tahun. Pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa cadangan energi
yang semakin menipis terutama BBM. Persentase konsumsinya terhadap total
pemakaian energi final merupakan yang terbesar dan terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 1990 konsumsi BBM sebesar 169.168 ribu SBM,
angka ini adalah 40.2 % dari total konsumsi energi final. Sepuluh tahun
kemudian, pada tahun 2000, konsumsinya meningkat menjadi 304.142 ribu
SBM, dimana proporsi konsumsinya pun turut meningkat menjadi 47.4 %.
Semakin meningkatnya pemakaian BBM seperti pemaparan diatas,
sehingga persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin
menipis. Hal yang di khawatirkan terhadap kejadian ini adalah melakukan
impor BBM karena persediaan BBM dengan penggunaan masyarakat yang
tidak seimbang. Energi alternatif merupakan salah satu solusi yaitu penggunaan
Bahan Bakar Nabati (BBN) dari minyak nabati. Salah satunya adalah
pemanfaatan dari biji tanaman nyamplung ini. Maka dari itu, pengembangan
nyamplung perlu dilakukan dengan budidaya yang baik karena tujuannya
adalah peningkatan produksi buah. Saat ini, pengembangan nyamplung masih
kurang intensif sehingga masih perlu banyak informasi dan mengkaji tentang
tanaman nyamplung ini.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana budidaya tanaman nyamplung yang baik ?
b. Bagaimana pemanfaatan tanaman nyamplung sebagai biofuel ?
c. Apakah kelebihan dan kelemahan minyak nyamplung ?
d. Bagaiman cara membuat minyak dari biji nyamplung ?
3. Tujuan
a. Mengenal dan mengetahui budidaya tanaman nyamplung yang baik.
b. Mengetahui pemanfaatan tanaman nyamplung sebagai biofuel.
c. Mengetahui kelebihan dan kelemahan minyak nyamplung.
d. Mengetahui cara pembuatan minyak nyamplung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Budidaya Tanaman Nyamplung
1. Morfologi Nyamplung
Pohon nyamplung adalah tumbuhan berukuran medium dengan tinggi
pohon bisa mencapai 8-20 meter bahkan ada yang mencapai 30-35 meter.
Tinggi batang bebas cabang mencapai 21 meter dengan diameter mencapai
0.8 meter. Batang pohon berwarna abu-abu hingga putih dengan
percabangan
mendatar.
Akar
tunggang,
bulat
dan
coklat
(Martawijaya et al 2005).
Daun nyamplung merupakan daun tunggal, berbentuk oval dengan
ujung meruncing, tebal dan berwarna hijau tua mengkilap serta tidak
berbulu.
2-4 cm.
nyamplung.
Dalam
nyamplung
setiap
kg
terdapat
100-200
biji
dengan
Biji yang
yang landai adalah 50m dari bibir pantai. Pola tanam yang digunakan
adalah secara monokultur atau campuran dengan jenis tanaman lain.
Sistem tumpang sari menggunakan jenis tanaman semusim seperti:
jagung, semangka dan kacang-kacangan.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi: penyulaman (tanaman yang
cacat, tidak tumbuh normal dan mati), penyiangan (baik pada akhir
musim penghujan), pengendalian gulma (secara manual dan kimiawi),
pemupukan (jenis pupuk yang digunakan pupuk organik dan
anorganik). Pupuk organik meliputi pupuk kandang dan pupuk hijau.
Pupuk organik meliputi: urea, TSP, KCL atau NPK dengan komposisi
sesuai hara dan pengendalian hama dan penyakit.
e. Panen
Nyamplung dapat dipanen saat umur lima tahun. Buah nyamplung
yang siap panen mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Warna buah
kuning sampai merah, Buah berumur tiga bulan dari awal terbentuk
sampai tua, Buah akan jatuh bila buah sudah tua (buah yang jatuh
akan menghasilkan minyak yang baik). Cara memanen buah dapat
dilakukan dengan cara memanjat dengan menggunakan tangga atau
bisa juga dengan menggunakan alat atau wadah bambu yang dipasang
di ujungnya. Pohon nyamplung yang berumur 7 tahun, dapat
memproduksi buah sebanyak 5-20 kg. Setelah umur 10-15 tahun,
sebanyak 25-50 kg, dan pada umur 20 tahun menghasilkan buah 200
kg setiap tanaman. Dari satu kilogram buah nyamplung, setelah
diperas akan menghasilkan minyak sebanyak 0,06 kg. Pohon
nyamplung biasanya berproduksi sampai umur 50 tahun.
B. Pemanfaatan Nyamplung Sebagai Biofuel
Pemanfaatan nyamplung sebagai biofuel dapat menjadikan salah satu
solusi dari krisisnya energi di Indonesia saat ini. Menurut Peraturan Presiden
No. 5 Tahun 2006, energi baru adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh
teknologi yang berasal dari energi terbarukan maupun energi tak terbarukan,
yaitu energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak
akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain :
panas bumi, biofuel, aliran air sungai, panas surya, angin, biogas, ombak laut
dan suhu kedalaman laut.
Minyak nyamplung sebagai biofuel ini memanfaatkan bagian biji tanaman
nyamplung. Biofuel dari tanaman nyamplung dapat berupa biodiesel dan
minyak tanah. Biodiesel atau dapat disebut Bahan Bakar Diesel adalah metil
ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi
kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel
(Vicente dkk 2005). Biodiesel ini dihasilkan dari proses destilasi bertingkat
yang kemudian dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel. Minyak
nyamplung juga merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah.
Alternatif ini diharapkan masyarakat bahwa harga minyak tanah yang lebih
murah, mudah didapatkan dan dapat diusahakan sendiri serta ramah
lingkungan.
Bustoni et al (2008) melaporkan bahwa biji nyamplung dapat diolah
menjadi biodiesel dengan tingkat rendemen yang cukup tinggi (40-73%).
Pemanfaatan
tanaman
Nyamplung
sebagai
biodiesel
pertama
kali
nyamplung dapat mencapai 100 kg per pohon ( Dweek and Meadows 2002).
Proses pengepresan 100 kg biji dapat dihasilkan 17,5 kg minyak. Menurut
Sahirman (2009) juga melakukan perancangan proses produksi biodiesel dari
biji nyamplung dimana proses degumming sangat menentukan kualitas dari
minyak nyamplung. Hasil pengujian biodiesel nyamplung dilakukan oleh
Badan Litbang Kehutanan (2008) menghasilkan: 1). Seluruh parameter kualitas
telah sesuai dengan kualisifikasi biodiesel menurut SNI 04-7182-2006 dengan
rendemen konversi as. Lemak bebas (FFA) menjadi metal ester 97,8 %, 2) uji
kelayakan atas kinerja permesinan, biodiesel nyamplung dapat digunakan
untuk kendaraan bermotor sebesar 100 %, tanpa campuran solar, 3) dari segi
lingkungan, biodiesel nyamplung bebas dari polutan.
Pengembangan minyak nyamplung tidaklah membutuhkan investasi yang
mahal. Bahkan kajian analisis ekonomi pada pembangunan Hutan Tanaman
Rakyat (HTR) yang menyebutkan bahwa dalam 1 ha diperlukan 1 orang tenaga
kerja, pengusahaan tanaman nyamplung seluas 254 ribu hektar akan dapat
menyerap 254 ribu tenaga kerja. Hal ini budidaya tanaman nyamplung
mempunyai banyak manfaat yang meliputi potensi nyamplung sebagai tanaman
rehabilitasi hutan dan lahan, sebagai alternatif biofuel, serta meningkatkan
pemberdayaan masyarakat.
Kelebihan minyak nyamplung diantaranya: memiliki rendemen minyak
nyamplung yang tinggi (jarak pagar 40-60%, sawit 46-54% dan nyamplung 6065%), pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan kebutuhan
pangan, memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah,
mempunyai kompetitif dimasa depan antara lain biodiesel nyamplung dapat
digunakan sebagai pencampur solar dengan komposisi tertentu, bahkan dapat
digunakan 100% dengan pengolahan yang tepat, untuk mendapatkan 1 liter
miyak nyamplung hanya dibutuhkan 2,5 kg biji nyamplung dibandingkan
dengan jarak membutuhkan 4 kg untuk 1 liter minyak jarak, selain itu juga
menghasilkan gliserin sebagai hasil sampingan (10%) dan juga menghasilkan
stearin (coklat putih) sebesar 5%, mempunyai produktifitas lebih tinggi dari
pada jarak dan kelapa sawit. Tanaman nyamplung dapat menghasilkan biji
mol tertentu dan didalam metanol dilarutkan NaOH teknis Labu mulut
ganda dipasang pada kondensor untuk mengkondensasi uap metanol agar
masuk kembali ke dalam erlemeyer. Reaksi dilakukan pada suhu 60derajat
celsius selama 1 jam. Setelah proses transesterifikasi selesai, campuran
dimasukkan dalam corong pemisah, kemudian diendapkan semalam.
Setelah 7-12 jam gliserol akan mengendap pada bagian bawah corong
pemisah sehingga mudah untuk dipisahkan. Biodiesel yang terbentuk
selanjutnya dicuci dengan air panas sampai pH netral dan dikeringkan
dengan pemanasan pada suhu 80derajat celsius disertai vakum selama 20
menit dilanjutkan dengan pengeringan vakum pada suhu 90 derajat celcius
selama 10 menit (Sudradjat 2007).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Salah satu manfaat tanaman nyamplung khuusnya bagian bijinya yaitu
dapat digunakan untuk pembuatan biofuel berupa biodiesel sebagai
energi alternatif saat ini.
b. Nyamplung dapat berbuah apabila sudah umur 7 tahun dapat
memproduksi buah sebanyak 5-20 kg. Setelah umur 10-15 tahun,
sebanyak 25-50 kg, dan pada umur 20 tahun menghasilkan buah 200 kg
setiap tanaman.
c. Kelebihan minyak nyamplung diantaranya: mempunyai rendemen yang
tinggi, produktifitas yang tinggi dibandingkan minyak jarak dan kelapa
sawit, tidak berkompetisi dengan kebutuhan pangan, memiliki daya bakar
dua kali lebih lama dibanding minyak tanah, untuk mendapatkan 1 liter
minyak nyamplung cukup menggunakan 2,5 kg biji nyamplung dan
lainnya.
d. Kelemahan minyak nyamplung diantaranya: memiliki kapilaritasnya
rendah dan viskositas tinggi sehingga hasil minyak nyamplung tidak
sebagus minyak tanah.
e. Proses minyak biji nyamplung meliputi: pengupasan dan pengeringan,
pengepresan atau ektraksi, eksterifikasi dan transeksterifikasi.
2. Saran
Sebaiknya dilakukan pengembangan tanaman nyamplung ini dengan
budidaya yang baik sehingga meningkatkan produksi buah dan pemanfaatan
biofuel yang nantinya akan menjadi biodiesel.
DAFTAR PUSTAKA