Professional Documents
Culture Documents
RTRW JAKARTA
2010
TANG-
TANG- BEKASI
ERANG
TANG-
TANG- BEKASI
ERANG
TANG-
TANG- BEKASI
ERANG
DEPOK
DEPOK
RUTR
RENCANA INDUK 1985 - 2005
1965 - 1985
DEPOK
Kota Inti Outer & inner Ringroad
Sentra Batas wilayah DKI Jakarta
Mengapa Penataan Ruang di DKI
Jakarta Perlu Dievaluasi?
• Menjamin akuntabilitas kinerja penataan ruang ~
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang sejak
Perda 6 tahun 1999 (RTRW) diberlakukan
• Menjamin terselenggaranya “Good Governance”
(tata kelola yang baik) dalam penataan ruang di
Jakarta: khususnya keterlibatan semua
stakeholders/“pemangku kepentingan” secara
transparan, partisipatif, bertanggungjawab,
sekaligus efektif dan efisien.
Akuntabilitas dalam penataan
ruang
• Seluruh input, proses, output, dan outcome dari
penataan ruang yang telah dan sedang
dilakukan sejak 1999 hingga 2005 selayaknya
dapat dipertanggungjawabkan, dan mencapai
tingkat pemenuhan (compliance) yang baik
• Keseluruhan proses evaluasi penataan ruang itu
sendiri, yang dilakukan pada tahun 2005 hingga
awal 2006, semuanya dapat
dipertanggungjawabkan.
Terselenggaranya
Good Governance dalam
Penataan Ruang
• Seluruh pemangku kepentingan dalam
penataan ruang (pemerintah,
bisnis/swasta, dan kelompok masyarakat
madani) berperanserta secara
proporsional dalam:
– Perencanaan tata ruang
– Pelaksanaan pemanfaatan ruang
– Pengendalian pemanfaatan ruang (termasuk
dalam proses ‘evaluasi’)
TUJUAN EVALUASI RTRW
JAKARTA 2010
Menilai kinerja penataan ruang makro dari
implementasi RTRW DKI Jakarta 2010
selama 5 tahun terakhir, melalui suatu
proses partisipatif yang melibatkan para
pemangku kepentingan (stakeholders)
penataan ruang kota Jakarta.
Aspek-Aspek Evaluasi
Perkembangan 1999-2005
1. Aspek yang tidak diatur, tetapi seiring
perkembangan/dinamika “harus”
dipertimbangkan dan digunakan dalam
penataan ruang di DKI Jakarta – paradigma
pembangunan & beberapa pengaruh eksternal
(teknologi, lingkungan, globalisasi, dll) -
termasuk “basis perencanaan”
2. Aspek yang diatur dalam pasal-pasal Perda
6/1999 dan harus dinilai pencapaiannya:
a) Aspatial
b) Spatial:
a. Kualitatif
b. Kuantitatif
Aspek yang tidak diatur, tetapi
“harus” dipertimbangkan
• Paradigma penataan ruang yang hanya
berbasis wilayah administratif telah
mulai ditinggalkan karena tidak efektif,
untuk DKI Jakarta perlu diarahkan pada
wilayah fungsional (dan perilaku
pemanfaat ruang) yang bersifat lintas
batas.
batas
• Basis penataan ruang Jakarta harus
sekurang-kurangnya di tataran
metropolitan Jabodetabek-punjur.
Pengaruh eksternal yang“harus”
dipertimbangkan
1. Globalisasi menuntut Jakarta sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) melengkapi diri secara berkelanjutan
dengan fasilitas dan utilitas yang memadai serta
infrastruktur yang kompetitif
2. Komitmen global pada program perbaikan lingkungan
dan pembangunan berkelanjutan memaksa Jakarta
sangat hati-hati dalam pengembangan wilayahnya.
3. Kecepatan perkembangan teknologi di segala bidang,
terutama di bidang informasi, sangat tinggi. Oleh karena
itu perlu penyesuaian karakteristik penataan ruang yang
spesifik untuk memfasilitasi kemudahan era teknologi
informasi dan implikasinya ke kebutuhan ruang untuk
berbagai spesifikasi pemanfaatan.
Pengaruh eksternal yang“harus”
dipertimbangkan
4. Otonomi Daerah yang semakin luas memunculkan
kendala-kendala baru, khususnya dengan Daerah
sekitar DKI Jakarta, tertutama yang terkait dengan isu
kewenangan dan tanggung jawab.
5. Sistem pemerintahan DKI Jakarta sebagai Ibukota
Negara RI yang berimplikasi pada pola pengelolaan
tertentu dari tata ruang yang dapat mendukung
pembangunan kota, sekaligus dapat memicu konflik
kepentingan mendasar atas ruang kota.
6. Tekanan penduduk metropolitan dari
Bodetabekpunjur dan bahkan Karawang dalam bentuk
commuting permanen yang cenderung semakin besar,
memaksa DKI Jakarta mengkaji ulang standar-standar
penyediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana
dasar perkotaan yang harus disediakan
Teknik Evaluasi RTRW DKI Jakarta 2010
Output
11 Aspek Kotamadya
•Kawasan Hijau Lindung
•Kawasan Hijau Binaan
•Kawasan Permukiman
•Kawasan Permukiman KDB
Outcome
Pengumpulan data-data
Rendah
•Kawasan Bangunan Umum
Paradigma Baru •Kawasan Bangunan Umum
· Otonomi KDB Rendah
•Kawasan Campuran
Daerah •Kawasan Industri dan
· Peran Serta Pergudangan
Masyarakat •Sistem Pusat Kegiatan
•Sistem Prasarana Wilayah
· Stakeholders •Kawasan Prioritas
Approach
pengendalian
pemanfaatan
Paradigma ruang REKOMENDASI
baru dalam
Perencanaan
Tata Ruang
SK GUBERNUR
Aspek yang diatur dalam pasal-
pasal Perda 6/1999
• Evaluasi dilakukan secara formatif:
‘sebagaimana disebutkan di dokumen
RTRW’, dengan kriteria utama
‘keefektifan’ (pencapaian tujuan/target)
penataan ruang
• Kinerja aspek ini dikelompokkan
penilaiannya ke dalam “indikator”: Input,
Proses, Output, dan Outcome
Aspek yang diatur dalam pasal-
pasal Perda 6/1999
• Kelompok INPUT: mengukur sejauhmana ketersediaan dan
kejelasan ketentuan, kebijakan, target, sasaran, dan program
seperti tercantum dalam RTRW Jakarta 2010 itu sendiri, serta
prasyarat yang ditetapkan untuk pelaksanaannya
• Kelompok PROSES: mengukur sejauhmana proses
penyelenggaraan manajemen pelaksanaan dan pengendalian
pemanfaatan RTRW Jakarta 2010 tersebut di dalam praktek
pembangunan di Jakarta
• Kelompok OUTPUT: mengukur capaian eksisting dari aspek-
aspek utama RTRW Jakarta 2010 yang berupa potret atau
wajah tata ruang makro di tingkat Propinsi dan
Kotamadya/Kabupaten Administratif
• Kelompok OUTCOME: mengukur pencapaian dampak yang
langsung dirasakan masyarakat sesuai dengan statement-
statement tujuan yang tertulis di RTRW Jakarta 2010
• INDIKATOR penilaian merupakan KESEPAKATAN stakeholders
kunci (12 pihak yang mewakili seluruh stakeholders)
Kesepakatan Indikator Kunci Evaluasi
Kinerja RTRW/Penataan Ruang Jakarta:
A. Indikator INPUT
1. Ketersediaan dan kejelasan target capaian (dan
jangka waktunya) aspek-aspek rencana dalam
RTRW Jakarta 2010
2. Ketersediaan dan kejelasan kondisi titik awal
rencana pada tahun 1999
3. Ketersediaan dan kejelasan prasyarat yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan rencana yang
ditetapkan dalam RTRW Jakarta 2010 (peraturan-
peraturan pendukung, rencana lebih rinci yang
dibutuhkan, program-program penjabaran, dan
studi-studi khusus)
Kesepakatan Indikator Kunci Evaluasi
Kinerja RTRW/Penataan Ruang Jakarta:
B. Indikator PROSES
1. Kejelasan lembaga dan SDM-nya yang berkualitas yang
ditunjuk dan bertanggung jawab untuk pelaksanaan aspek
rencana yang ada
2. Disediakannya anggaran/dana memadai (dalam APBD, dan
APBN, atau sumber lain) untuk pelaksanaan aspek rencana di
RTRW Jakarta 2010
3. Terjadinya komunikasi antar peraturan-perundangan terkait
4. Kesesuaian dengan ketentuan peraturan yang lebih tinggi
(UU, PP, dan Keppres/Perpres)
5. Terselenggaranya proses komunikasi antar stakeholders
6. Terselenggaranya pelibatan masyarakat dalam proses
pelaksanaan dan pemanfaatan ruang
7. Ditindaklanjutinya dan ditaatinya ketentuan yang ada di RTRW
Jakarta 2010 oleh rencana-rencana yang lebih rinci (sehingga
tidak bertentangan)
Kesepakatan Indikator Kunci Evaluasi
Kinerja RTRW/Penataan Ruang Jakarta:
C. Indikator OUTPUT
1. Deviasi/simpangan spasial dari potret wajah
kota berdasarkan aspek rencana di tahun
2004/2005 dengan target rencana dalam
RTRW Jakarta 2010
2. Deviasi/simpangan aspasial dari RTRW
Jakarta 2010 pada tahun 2004/2005 diukur
dari proporsi tingkat pelaksanaan ketentuan
(pasal-pasal) yang ada di dalam RTRW
selama 5 tahun terakhir.
Kesepakatan Indikator Kunci Evaluasi
Kinerja RTRW/Penataan Ruang Jakarta:
D. Indikator OUTCOME
1. Tingkat manfaat yang dirasakan stakeholders
sesuai dengan tujuan penataan ruang yang ada
dalam RTRW Jakarta 2010:
• masyarakat yang sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan
• pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan
• keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan sebesar-
besarnya sumberdaya manusia
• pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang serasi
2. Tingkat masalah dan persoalan akibat penataan
ruang yang dirasakan stakeholders
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Input (1)
• Ketersediaan dan kejelasan target capaian (dan jangka waktunya)
aspek-aspek rencana dalam RTRW Jakarta 2010
• TOTAL Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki target
2005 : 3,19%
• TOTAL Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki target
2010 : 51,21%
• TOTAL Jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memiliki “target program” 2004 (tidak ada di RTRW) : 35,21%
• Ketersediaan dan kejelasan kondisi titik awal rencana pada tahun
1999
– Rencana kegiatan di dalam RTRW yang memilki kondisi eksisting
1999 : 1,22 %
Jadi RTRW Jakarta 2010 sebagai INPUT proses penataan ruang dinilai
tidak memadai,
memadai, mengingat hampir tidak ada kondisi titik awal
bagaimana usaha ke pencapaian rencana harus diprogramkan. Selain
itu hanya separuh dari rencana yang jelas targetnya di tahun akhir
rencana (2010), dan bahkan hanya 3,19% yang jelas targetnya di tahun
2004/2005. Hal ini sangat menyulitkan proses pemanfaatan ruang dan
proses EVALUASI yang harus dilakukan terhadap RTRW.
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Input (2)
• Ketersediaan dan kejelasan prasyarat yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan rencana yang ditetapkan dalam RTRW
Jakarta 2010
– Jumlah ketersediaan peraturan perundang-undangan dan
penjabarannya dalam program di RTRW: 101 peraturan
implementasi rencana
– Jumlah daftar penyusunan peraturan untuk implementasi
rencana yang terdapat dalam APBD : 7,92%
– Jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki
peraturan untuk implementasi rencana yang telah tersusun :
5,94%
– Jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki
peraturan untuk implementasi rencana yang telah disahkan :
3,96%
– Jumlah daftar program yang tersedia yang merupakan jabaran
dari peraturan : 3,96%
– Jumlah penanggung jawab program : 1,98%
– Jumlah pelaksana program : 1,98%
Dapat disimpulkan bahwa meskipun RTRW sebagai INPUT telah
mensyaratkan adanya berbagai aturan & program pelaksanaan,
tetapi tingkat pemenuhannya sangat rendah.
Hasil Perhitungan Terhadap Indikator
Proses (1)
• Disediakannya anggaran/dana memadai (dalam APBD, dan
APBN, atau sumber lain) untuk pelaksanaan aspek rencana
di RTRW Jakarta 2010
– TOTAL Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang memiliki
Anggaran (APBD, APBN, atau MASYARAKAT/SWASTA) : 71,71%
– Jumlah Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang berjalan dengan
sumber APBD : 64.31%
– Jumlah Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang berjalan dengan
sumber APBD disertai dengan APBN : 0,58%
– Jumlah Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang berjalan dengan
sumber APBD disertai dengan sumber anggaran dari Masyarakat/
Swasta/ Pihak Lain : 1,74%
– Jumlah Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang berjalan dengan
sumber anggaran dari Masyarakat/ Swasta/ Pihak Lain : 5,08%
WISMA
199.82 116.84 316.66
WISMA BANG.
UMUM -
WISMA TMN
52.98 52.98
KPM
-
KKT/KPD
13.97 305.91 319.88
KUT
29.36 29.36
KIN/KPG
53.28 53.28
SUKA
-
HIJAU
9.21 9.21
AIR
-
JUMLAH
67.25 199.82 514.30 781.37
RRTRWC 2005 Jakarta Barat
Guna Lahan Eksisting 2005 Jakarta Barat
Matrik Perubahan Peruntukan Kodya Jakarta Pusat
EKSISTING
WISMA
WISMA WISMA KPM KKT/KP KUT KIN/KPG SUKA HIJAU AIR JUMLAH
BU
RENCANA TMN D
WISMA
2.09 2.09
WISMA BANG.
UMUM 49.33 49.33
WISMA TMN
-
KPM
2.76 2.76
KKT/KPD
32.49 32.49
KUT
248.95 248.95
KIN/KPG
-
SUKA
-
HIJAU
-
AIR
-
JUMLAH
84.58 2.09 - - 248.95 - - - - - 335.62
RRTRWC 2005 Jakarta Pusat
Guna Lahan Eksisting 2005 Jakarta Pusat
Matrik Perubahan Peruntukan Kodya Jakarta Selatan
EKSISTING
WISMA
WISMA
WISMA B KPM KKT/KPD KUT KIN/KPG SUKA HIJAU AIR JUMLAH
RENCANA TMN
U
WISMA BANG.
-
UMUM
KPM -
KKT/KPD -
KIN/KPG -
SUKA -
AIR -
WISMA BANG.
-
UMUM
KPM -
SUKA -
AIR -
EKSISTING
WISMA WISMA
WISMA KPM KKT/KPD KUT KIN/KPG SUKA HIJAU AIR JUMLAH
RENCANA BU TMN
WISMA
BANG. -
UMUM
WISMA TMN -
KPM -
SUKA -
AIR -
WISMA BANG.
49.33 - - - - - - - - 49.33
UMUM
SUKA - - - - - - - - - -
AIR - - - - - - - - -
PROSENTASE
THD
RRTRWC *) 9.81
EKSISTING **) 10.33
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Output (2)
• Deviasi aspasial dari RTRW Jakarta 2010 pada tahun
2004/2005 diukur dari proporsi tingkat pelaksanaan
ketentuan (pasal-pasal) yang ada di dalam RTRW
selama 5 tahun terakhir
– Persentase jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap seluruh rencana
kegiatan pemanfaatan ruang yang terdapat di RTRW :
20,32%
– Persentase jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2005 dari
seluruh rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
terdapat di RTRW : 1,45 %
– Persentase jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2010 dari seluruh
rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang terdapat di
RTRW : 7,82 %
– Persentase jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2004 (target
yang diprogramkan) dari seluruh rencana kegiatan
pemanfaatan ruang yang terdapat di RTRW : 14,76%
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Output (3)
– Persentase jumlah rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2005 dari
jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memiliki target 2005 : 45,45%
– Persentase jumlah rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2010 dari
jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memiliki target 2010 : 15,27%
– Persentase jumlah rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2004 (target
yang diprogramkan) dari jumlah rencana kegiatan
pemanfaatan ruang yang memiliki target 2004 (target
yang diprogramkan): 41,92%
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Outcome (1)
– masyarakat yang sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak positif terhadap kehidupan
sosial masyarakat : 51,75%
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak positif terhadap pelayanan
umum bagi masyarakat : 54,16%
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak positif terhadap taraf ekonomi
masyarakat : 51,29%