You are on page 1of 69

LAPORAN HASIL EVALUASI

RTRW JAKARTA 2010

BAPEDA DKI JAKARTA


AGUSTUS 2006
Rencana Tata Ruang & Arah Pengembangan
Kota yang Terjadi……………
Terjadi

RTRW JAKARTA
2010

TANG-
TANG- BEKASI
ERANG
TANG-
TANG- BEKASI
ERANG

TANG-
TANG- BEKASI
ERANG
DEPOK
DEPOK
RUTR
RENCANA INDUK 1985 - 2005
1965 - 1985
DEPOK
Kota Inti Outer & inner Ringroad
Sentra Batas wilayah DKI Jakarta
Mengapa Penataan Ruang di DKI
Jakarta Perlu Dievaluasi?
• Menjamin akuntabilitas kinerja penataan ruang ~
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang sejak
Perda 6 tahun 1999 (RTRW) diberlakukan
• Menjamin terselenggaranya “Good Governance”
(tata kelola yang baik) dalam penataan ruang di
Jakarta: khususnya keterlibatan semua
stakeholders/“pemangku kepentingan” secara
transparan, partisipatif, bertanggungjawab,
sekaligus efektif dan efisien.
Akuntabilitas dalam penataan
ruang
• Seluruh input, proses, output, dan outcome dari
penataan ruang yang telah dan sedang
dilakukan sejak 1999 hingga 2005 selayaknya
dapat dipertanggungjawabkan, dan mencapai
tingkat pemenuhan (compliance) yang baik
• Keseluruhan proses evaluasi penataan ruang itu
sendiri, yang dilakukan pada tahun 2005 hingga
awal 2006, semuanya dapat
dipertanggungjawabkan.
Terselenggaranya
Good Governance dalam
Penataan Ruang
• Seluruh pemangku kepentingan dalam
penataan ruang (pemerintah,
bisnis/swasta, dan kelompok masyarakat
madani) berperanserta secara
proporsional dalam:
– Perencanaan tata ruang
– Pelaksanaan pemanfaatan ruang
– Pengendalian pemanfaatan ruang (termasuk
dalam proses ‘evaluasi’)
TUJUAN EVALUASI RTRW
JAKARTA 2010
Menilai kinerja penataan ruang makro dari
implementasi RTRW DKI Jakarta 2010
selama 5 tahun terakhir, melalui suatu
proses partisipatif yang melibatkan para
pemangku kepentingan (stakeholders)
penataan ruang kota Jakarta.
Aspek-Aspek Evaluasi
Perkembangan 1999-2005
1. Aspek yang tidak diatur, tetapi seiring
perkembangan/dinamika “harus”
dipertimbangkan dan digunakan dalam
penataan ruang di DKI Jakarta – paradigma
pembangunan & beberapa pengaruh eksternal
(teknologi, lingkungan, globalisasi, dll) -
termasuk “basis perencanaan”
2. Aspek yang diatur dalam pasal-pasal Perda
6/1999 dan harus dinilai pencapaiannya:
a) Aspatial
b) Spatial:
a. Kualitatif
b. Kuantitatif
Aspek yang tidak diatur, tetapi
“harus” dipertimbangkan
• Paradigma penataan ruang yang hanya
berbasis wilayah administratif telah
mulai ditinggalkan karena tidak efektif,
untuk DKI Jakarta perlu diarahkan pada
wilayah fungsional (dan perilaku
pemanfaat ruang) yang bersifat lintas
batas.
batas
• Basis penataan ruang Jakarta harus
sekurang-kurangnya di tataran
metropolitan Jabodetabek-punjur.
Pengaruh eksternal yang“harus”
dipertimbangkan
1. Globalisasi menuntut Jakarta sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) melengkapi diri secara berkelanjutan
dengan fasilitas dan utilitas yang memadai serta
infrastruktur yang kompetitif
2. Komitmen global pada program perbaikan lingkungan
dan pembangunan berkelanjutan memaksa Jakarta
sangat hati-hati dalam pengembangan wilayahnya.
3. Kecepatan perkembangan teknologi di segala bidang,
terutama di bidang informasi, sangat tinggi. Oleh karena
itu perlu penyesuaian karakteristik penataan ruang yang
spesifik untuk memfasilitasi kemudahan era teknologi
informasi dan implikasinya ke kebutuhan ruang untuk
berbagai spesifikasi pemanfaatan.
Pengaruh eksternal yang“harus”
dipertimbangkan
4. Otonomi Daerah yang semakin luas memunculkan
kendala-kendala baru, khususnya dengan Daerah
sekitar DKI Jakarta, tertutama yang terkait dengan isu
kewenangan dan tanggung jawab.
5. Sistem pemerintahan DKI Jakarta sebagai Ibukota
Negara RI yang berimplikasi pada pola pengelolaan
tertentu dari tata ruang yang dapat mendukung
pembangunan kota, sekaligus dapat memicu konflik
kepentingan mendasar atas ruang kota.
6. Tekanan penduduk metropolitan dari
Bodetabekpunjur dan bahkan Karawang dalam bentuk
commuting permanen yang cenderung semakin besar,
memaksa DKI Jakarta mengkaji ulang standar-standar
penyediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana
dasar perkotaan yang harus disediakan
Teknik Evaluasi RTRW DKI Jakarta 2010

Evaluasi RRTRW ISU-ISU


Kecamatan Tahun STRATEGIS Deviasi
2002, up-dated 2005 Unsur Pembentuk Ruang
Agregasi ke
Skala Makro 7 Aspek Propinsi
•Kependudukan Proses
•Kawasan Lindung
Input •Kawasan Hijau Binaan Delphi
Kinerja
Penataan
•Kawasan Permukiman “Kriteria
data Dasar dalam Rangka

•Kawasan Ekonomi Prospektif


Ruang DKI •Kawasan Pusat Kegiatan Penilaian
Proses
Jakarta 5 th •Sistem Prasarana Wilayah ” RTRW
•Kawasan Prioritas
terakhir DKI 2010
evaluasi RTRW Jakarta 2010

Output
11 Aspek Kotamadya
•Kawasan Hijau Lindung
•Kawasan Hijau Binaan
•Kawasan Permukiman
•Kawasan Permukiman KDB
Outcome
Pengumpulan data-data

Rendah
•Kawasan Bangunan Umum
Paradigma Baru •Kawasan Bangunan Umum
· Otonomi KDB Rendah
•Kawasan Campuran
Daerah •Kawasan Industri dan
· Peran Serta Pergudangan
Masyarakat •Sistem Pusat Kegiatan
•Sistem Prasarana Wilayah
· Stakeholders •Kawasan Prioritas
Approach

Ketentuan/ Analisis Deviasi


Peraturan per- Deviasi Penilaian
Analisa Unsur Pembentuk Aspatial Hasil
UUan baru Ruang
Evaluasi
Globalisasi, Analisa Pemanfaatan
Ruang
Fungsi Nasional, Deviasi
dan Metropolitan Spatial
Analisa Kinerja Penataan
Jakarta Ruang
Strategi Evaluasi RTRW Jakarta 2010
ISU-ISU
STRATEGIS:
Proses Evaluasi - Banjir, dll Persamaan
RRTRW Pendapat tentang
faktor
Kecamatan internal Kriteria-kriteria
Peran Serta Stakeholders
dalam Evaluasi RTRW Penilaian RTRW
faktor
eksternal Jakarta 2010: Jakarta 2010 dan
Metodologi Kinerjanya:
Evaluasi RTRW STAKE-
unsur STAKE- METODA
1_____________
Jakarta 2010 pembentuk HOLDER 2_____________
HOLDER DELPHI
ruang ANALISIS 3_____________dst
KUNCI
propinsi YANG
EKSTENSIF
unsur
pembentuk
Ketentuan/ ruang kota
standar Pengumpulan Hasil
struktur & Penilaian
peninjauan pola Bahan Data- Pengolahan
Data Dasar Terhadap Hasil
kembali pemanfaatan Data-Data Evaluasi
RTRW ruang dlm Rangka Dasar Evaluasi menggunakan
Propinsi Evaluasi RTRW RTRW Jakarta Kriteria dari
pemanfaatan
ruang Jakarta 2010 2010 proses Delphi

pengendalian
pemanfaatan
Paradigma ruang REKOMENDASI
baru dalam
Perencanaan
Tata Ruang
SK GUBERNUR
Aspek yang diatur dalam pasal-
pasal Perda 6/1999
• Evaluasi dilakukan secara formatif:
‘sebagaimana disebutkan di dokumen
RTRW’, dengan kriteria utama
‘keefektifan’ (pencapaian tujuan/target)
penataan ruang
• Kinerja aspek ini dikelompokkan
penilaiannya ke dalam “indikator”: Input,
Proses, Output, dan Outcome
Aspek yang diatur dalam pasal-
pasal Perda 6/1999
• Kelompok INPUT: mengukur sejauhmana ketersediaan dan
kejelasan ketentuan, kebijakan, target, sasaran, dan program
seperti tercantum dalam RTRW Jakarta 2010 itu sendiri, serta
prasyarat yang ditetapkan untuk pelaksanaannya
• Kelompok PROSES: mengukur sejauhmana proses
penyelenggaraan manajemen pelaksanaan dan pengendalian
pemanfaatan RTRW Jakarta 2010 tersebut di dalam praktek
pembangunan di Jakarta
• Kelompok OUTPUT: mengukur capaian eksisting dari aspek-
aspek utama RTRW Jakarta 2010 yang berupa potret atau
wajah tata ruang makro di tingkat Propinsi dan
Kotamadya/Kabupaten Administratif
• Kelompok OUTCOME: mengukur pencapaian dampak yang
langsung dirasakan masyarakat sesuai dengan statement-
statement tujuan yang tertulis di RTRW Jakarta 2010
• INDIKATOR penilaian merupakan KESEPAKATAN stakeholders
kunci (12 pihak yang mewakili seluruh stakeholders)
Kesepakatan Indikator Kunci Evaluasi
Kinerja RTRW/Penataan Ruang Jakarta:
A. Indikator INPUT
1. Ketersediaan dan kejelasan target capaian (dan
jangka waktunya) aspek-aspek rencana dalam
RTRW Jakarta 2010
2. Ketersediaan dan kejelasan kondisi titik awal
rencana pada tahun 1999
3. Ketersediaan dan kejelasan prasyarat yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan rencana yang
ditetapkan dalam RTRW Jakarta 2010 (peraturan-
peraturan pendukung, rencana lebih rinci yang
dibutuhkan, program-program penjabaran, dan
studi-studi khusus)
Kesepakatan Indikator Kunci Evaluasi
Kinerja RTRW/Penataan Ruang Jakarta:
B. Indikator PROSES
1. Kejelasan lembaga dan SDM-nya yang berkualitas yang
ditunjuk dan bertanggung jawab untuk pelaksanaan aspek
rencana yang ada
2. Disediakannya anggaran/dana memadai (dalam APBD, dan
APBN, atau sumber lain) untuk pelaksanaan aspek rencana di
RTRW Jakarta 2010
3. Terjadinya komunikasi antar peraturan-perundangan terkait
4. Kesesuaian dengan ketentuan peraturan yang lebih tinggi
(UU, PP, dan Keppres/Perpres)
5. Terselenggaranya proses komunikasi antar stakeholders
6. Terselenggaranya pelibatan masyarakat dalam proses
pelaksanaan dan pemanfaatan ruang
7. Ditindaklanjutinya dan ditaatinya ketentuan yang ada di RTRW
Jakarta 2010 oleh rencana-rencana yang lebih rinci (sehingga
tidak bertentangan)
Kesepakatan Indikator Kunci Evaluasi
Kinerja RTRW/Penataan Ruang Jakarta:
C. Indikator OUTPUT
1. Deviasi/simpangan spasial dari potret wajah
kota berdasarkan aspek rencana di tahun
2004/2005 dengan target rencana dalam
RTRW Jakarta 2010
2. Deviasi/simpangan aspasial dari RTRW
Jakarta 2010 pada tahun 2004/2005 diukur
dari proporsi tingkat pelaksanaan ketentuan
(pasal-pasal) yang ada di dalam RTRW
selama 5 tahun terakhir.
Kesepakatan Indikator Kunci Evaluasi
Kinerja RTRW/Penataan Ruang Jakarta:
D. Indikator OUTCOME
1. Tingkat manfaat yang dirasakan stakeholders
sesuai dengan tujuan penataan ruang yang ada
dalam RTRW Jakarta 2010:
• masyarakat yang sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan
• pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan
• keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan dengan memperhatikan sebesar-
besarnya sumberdaya manusia
• pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang serasi
2. Tingkat masalah dan persoalan akibat penataan
ruang yang dirasakan stakeholders
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Input (1)
• Ketersediaan dan kejelasan target capaian (dan jangka waktunya)
aspek-aspek rencana dalam RTRW Jakarta 2010
• TOTAL Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki target
2005 : 3,19%
• TOTAL Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki target
2010 : 51,21%
• TOTAL Jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memiliki “target program” 2004 (tidak ada di RTRW) : 35,21%
• Ketersediaan dan kejelasan kondisi titik awal rencana pada tahun
1999
– Rencana kegiatan di dalam RTRW yang memilki kondisi eksisting
1999 : 1,22 %
Jadi RTRW Jakarta 2010 sebagai INPUT proses penataan ruang dinilai
tidak memadai,
memadai, mengingat hampir tidak ada kondisi titik awal
bagaimana usaha ke pencapaian rencana harus diprogramkan. Selain
itu hanya separuh dari rencana yang jelas targetnya di tahun akhir
rencana (2010), dan bahkan hanya 3,19% yang jelas targetnya di tahun
2004/2005. Hal ini sangat menyulitkan proses pemanfaatan ruang dan
proses EVALUASI yang harus dilakukan terhadap RTRW.
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Input (2)
• Ketersediaan dan kejelasan prasyarat yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan rencana yang ditetapkan dalam RTRW
Jakarta 2010
– Jumlah ketersediaan peraturan perundang-undangan dan
penjabarannya dalam program di RTRW: 101 peraturan
implementasi rencana
– Jumlah daftar penyusunan peraturan untuk implementasi
rencana yang terdapat dalam APBD : 7,92%
– Jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki
peraturan untuk implementasi rencana yang telah tersusun :
5,94%
– Jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang memiliki
peraturan untuk implementasi rencana yang telah disahkan :
3,96%
– Jumlah daftar program yang tersedia yang merupakan jabaran
dari peraturan : 3,96%
– Jumlah penanggung jawab program : 1,98%
– Jumlah pelaksana program : 1,98%
Dapat disimpulkan bahwa meskipun RTRW sebagai INPUT telah
mensyaratkan adanya berbagai aturan & program pelaksanaan,
tetapi tingkat pemenuhannya sangat rendah.
Hasil Perhitungan Terhadap Indikator
Proses (1)
• Disediakannya anggaran/dana memadai (dalam APBD, dan
APBN, atau sumber lain) untuk pelaksanaan aspek rencana
di RTRW Jakarta 2010
– TOTAL Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang memiliki
Anggaran (APBD, APBN, atau MASYARAKAT/SWASTA) : 71,71%
– Jumlah Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang berjalan dengan
sumber APBD : 64.31%
– Jumlah Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang berjalan dengan
sumber APBD disertai dengan APBN : 0,58%
– Jumlah Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang berjalan dengan
sumber APBD disertai dengan sumber anggaran dari Masyarakat/
Swasta/ Pihak Lain : 1,74%
– Jumlah Rencana Kegiatan Pemanfaatan Ruang berjalan dengan
sumber anggaran dari Masyarakat/ Swasta/ Pihak Lain : 5,08%

Indikator ini menyimpulkan bahwa sebagian besar pelaksanaan


aspek rencana di RTRW telah ditindaklanjuti dengan anggaran,
meskipun lebih banyak hanya dibiayai oleh APBD.
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Proses (2)
• Terselenggaranya pelibatan masyarakat dalam proses
pelaksanaan dan pemanfaatan ruang
– Jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
melibatkan NGO/CBO dalam pengawasan dan penertiban :
28,39%
– Jumlah NGO/CBO yang melaporkan/mengadukan masalah
pemanfaatan ruang : 7,88%

Kondisi ini menunjukkan bahwa pelibatan masyarakat secara


khusus dalam proses pelaksanaan dan pemanfaatan ruang
dirasa masih sangat kurang. Sangat mudah untuk
diinterpretasikan bahwa kelihatannya masyarakat langsung
memanfaatkan ruang tanpa berhubungan dengan pihak-pihak
yang berwenang dalam penataan ruang.
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Output (1)
• Deviasi spasial dari potret wajah kota berdasarkan aspek
rencana di tahun 2004/2005 dengan target rencana dalam
RTRW Jakarta 2010

(Dihitung dari agregasi hasil Evaluasi RRTRW-C Dinas Tata Kota


DKI Jakarta, diperbaharui ke kondisi 2005)
Matrik Perubahan Peruntukan Kodya Jakarta Barat
EKSISTING
WISMA
WISMA WISM KPM KKT/K KUT SUKA HIJAU AIR
BU KIN/KPG JUMLAH
A TMN PD
RENCANA

WISMA
199.82 116.84 316.66
WISMA BANG.
UMUM -

WISMA TMN
52.98 52.98

KPM
-

KKT/KPD
13.97 305.91 319.88

KUT
29.36 29.36

KIN/KPG
53.28 53.28

SUKA
-

HIJAU
9.21 9.21

AIR
-

JUMLAH
67.25 199.82 514.30 781.37
RRTRWC 2005 Jakarta Barat
Guna Lahan Eksisting 2005 Jakarta Barat
Matrik Perubahan Peruntukan Kodya Jakarta Pusat
EKSISTING
WISMA
WISMA WISMA KPM KKT/KP KUT KIN/KPG SUKA HIJAU AIR JUMLAH
BU
RENCANA TMN D

WISMA
2.09 2.09
WISMA BANG.
UMUM 49.33 49.33

WISMA TMN
-

KPM
2.76 2.76

KKT/KPD
32.49 32.49

KUT
248.95 248.95

KIN/KPG
-

SUKA
-

HIJAU
-

AIR
-

JUMLAH
84.58 2.09 - - 248.95 - - - - - 335.62
RRTRWC 2005 Jakarta Pusat
Guna Lahan Eksisting 2005 Jakarta Pusat
Matrik Perubahan Peruntukan Kodya Jakarta Selatan
EKSISTING
WISMA
WISMA
WISMA B KPM KKT/KPD KUT KIN/KPG SUKA HIJAU AIR JUMLAH
RENCANA TMN
U

WISMA 684.35 684.35

WISMA BANG.
-
UMUM

WISMA TMN 1,227.67 11.90 11.30 1,250.87

KPM -
KKT/KPD -

KUT 5.30 5.30

KIN/KPG -
SUKA -

HIJAU 20.98 20.98

AIR -

JUMLAH 1,248.65 696.25 - 16.60 - - - 1,961.50


- - -
RRTRWC 2005 Jakarta Selatan
Guna Lahan Eksisting 2005 Jakarta Selatan
Matrik Perubahan Peruntukan Kodya Jakarta Timur
EKSISTING
WISMA WISMA
WISMA KPM KKT/KPD KUT KIN/KPG SUKA HIJAU AIR JUMLAH
RENCANA BU TMN

WISMA 22.40 22.40

WISMA BANG.
-
UMUM

WISMA TMN 2,080.27 2,080.27

KPM -

KKT/KPD 69.31 69.31

KUT 27.48 27.48

KIN/KPG 3.35 0.84 4.19

SUKA -

HIJAU 431.32 431.32

AIR -

JUMLAH 2,608.38 25.75 - - - - - - 0.84 - 2,634.97


RRTRWC 2005 Jakarta Timur
Guna Lahan Eksisting 2005 Jakarta Timur
Matrik Perubahan Peruntukan Kodya Jakarta Utara

EKSISTING
WISMA WISMA
WISMA KPM KKT/KPD KUT KIN/KPG SUKA HIJAU AIR JUMLAH
RENCANA BU TMN

WISMA 15.88 235.74 13.09 264.71

WISMA
BANG. -
UMUM
WISMA TMN -
KPM -

KKT/KPD 558.20 558.20

KUT 99.68 42.22 141.90

KIN/KPG 21.00 2.55 23.55

SUKA -

HIJAU 14.63 14.63

AIR -

JUMLAH 35.63 18.43 - - - 893.62 55.31 - 1,002.99


- -
RRTRWC 2005 Jakarta Utara
Guna Lahan Eksisting 2005 Jakarta Utara
Matrik Perubahan Peruntukan Propinsi DKI Jakarta
EKSISTING WISMA WISMA
WISMA KPM KKT/KPD KUT KIN/KPG SUKA HIJAU AIR JUMLAH
RENCANA BU TMN

WISMA 924.54 - - - 352.58 13.09 - - 1,290.21

WISMA BANG.
49.33 - - - - - - - - 49.33
UMUM

WISMA TMN 3,307.94 11.90 - 11.30 - 52.98 - - - 3,384.12

KPM 2.76 - - - - - - - - 2.76

KKT/KPD 115.77 - - - 864.11 - - - 979.88

KUT 27.48 - - - 254.25 129.04 42.22 - - 452.99

KIN/KPG 74.28 5.90 - - - - - 0.84 - 81.02

SUKA - - - - - - - - - -

HIJAU 466.93 - - - - - 9.21 - - 476.14

AIR - - - - - - - - -

JUMLAH 4,044.49 942.34 - 265.55 - 1,407.92 55.31 0.84 - 6,71


6.45

PROSENTASE
THD

RRTRWC *) 9.81
EKSISTING **) 10.33
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Output (2)
• Deviasi aspasial dari RTRW Jakarta 2010 pada tahun
2004/2005 diukur dari proporsi tingkat pelaksanaan
ketentuan (pasal-pasal) yang ada di dalam RTRW
selama 5 tahun terakhir
– Persentase jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap seluruh rencana
kegiatan pemanfaatan ruang yang terdapat di RTRW :
20,32%
– Persentase jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2005 dari
seluruh rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
terdapat di RTRW : 1,45 %
– Persentase jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2010 dari seluruh
rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang terdapat di
RTRW : 7,82 %
– Persentase jumlah Rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2004 (target
yang diprogramkan) dari seluruh rencana kegiatan
pemanfaatan ruang yang terdapat di RTRW : 14,76%
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Output (3)
– Persentase jumlah rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2005 dari
jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memiliki target 2005 : 45,45%
– Persentase jumlah rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2010 dari
jumlah rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memiliki target 2010 : 15,27%
– Persentase jumlah rencana kegiatan pemanfaatan
ruang yang terlaksana terhadap target 2004 (target
yang diprogramkan) dari jumlah rencana kegiatan
pemanfaatan ruang yang memiliki target 2004 (target
yang diprogramkan): 41,92%
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Outcome (1)
– masyarakat yang sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak positif terhadap kehidupan
sosial masyarakat : 51,75%
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak positif terhadap pelayanan
umum bagi masyarakat : 54,16%
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak positif terhadap taraf ekonomi
masyarakat : 51,29%

– pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dan berwawasan


lingkungan
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak positif terhadap kualitas
lingkungan : 45,99%
Hasil Perhitungan Terhadap
Indikator Outcome (2)
• Tingkat masalah dan persoalan akibat penataan ruang yang
dirasakan stakeholders
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak negatif terhadap kehidupan
sosial masyarakat : 2,22%
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak negatif terhadap pelayanan
umum bagi masyarakat : 3,09%
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak negatif terhadap taraf
ekonomi masyarakat : 5,74%
• Total Rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang
memberikan dampak negatif terhadap kualitas
lingkungan : 6,95%
Penilaian Kinerja Penataan Ruang di
Jakarta 1999-2005
oleh Forum Stakeholders
• Dibagi ke dalam 7 aspek berikut (meskipun
satu dengan lainnya tidak terpisah secara
eksklusif):
1. Aspek Pengembangan Wilayah
2. Aspek Sosial Kependudukan
3. Aspek Ekonomi Wilayah dan Kota
4. Aspek Permukiman
5. Aspek Lingkungan dan RTH
6. Aspek Jalan dan Sistem Transportasi
7. Aspek Infrastruktur di luar Transportasi
FORUM STAKEHOLDERS
• Dilakukan secara formal dalam bentuk Focus
Group Discussion masing-masing sebanyak 3
(tiga) kali forum: 6 Oktober 2005, 16 Desember
2005, dan 29 Desember 2005.
• Selain dilakukan FGD per aspek, juga dilakukan
pembahasan PLENO terpadu antar aspek.
• Di luar FGD lengkap tersebut, dilakukan
berbagai forum diskusi internal stakeholders
pemerintah (Badan, Dinas, Lembaga, Kantor)
dan berbagai BUMD yang kemudian hasilnya
dibawa ke dalam FGD formal.
Stakeholders dalam Evaluasi
RTRW Jakarta 2010
• PEMERINTAH: • MASYARAKAT:
– Pusat (Bappenas, KLH, BPS, – Asosiasi Ahli (IAP, IAI,
Dep. PU, Perhub, Industri, IALI, ISEI, IATPI,
AKPPI, IAGI, API,
Perdag, Dalam Negeri, Kelautan IAKMI, IPADI)
& Perikanan, ESDM, Kehutanan) – LSM (WALHI, ICEL,
MTI, YLKI, URDI,
– Daerah: KELK, dll.)
• Provinsi DKI Jakarta – CBOs
• Kotamadya/Kabupaten • Perguruan Tinggi (UI,
Administrasi di DKI Jakarta IPB, UPH, ITI, Untar,
• Prop/Kab/Kota sekitar (Prop. Usakti)
Banten, Jawa Barat; Kab.
• Asosiasi Pengusaha:
Bekasi, Bogor, Tangerang;
Kota Bekasi, Bogor,
REI, Aprindo, APPBI
Tangerang, Depok) • KADIN
• BKSP Jabodetabek • BUMN/D
KESIMPULAN FGD:
Aspek Pengembangan Wilayah
1. Perlunya aspek Kewilayahan (Regional) sebagai
Konteks
2. Sinkronisasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Sekitar
3. Sistem Infrastruktur yang terintegrasi
4. Kesepakatan antar Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota sekitar Jakarta
5. Tren (Kecenderungan) Perkembangan Penduduk
sebagai basis proyeksi
6. Pengembangan Waterfront City
7. Pasal-Pasal RTRW terkait dg Kependudukan perlu
direvisi
KESIMPULAN AKHIR FGD:
Aspek Pengembangan Wilayah
• RTRW Jakarta 2010 harus mengalami REVISI.
– Pertama, paradigma perencanaannya akan berbeda sesuai
dengan tuntutan perkembangan sosial-ekonomi maupun
politis. Dimensi kewilayahan harus menjadi landasan RUTR
DKI dengan melibatkan kajian pada area yang lebih luas dari
hanya kota Jakarta saja, namun juga wilayah Jabodetabek.
– Kedua, proses perencanaan yang dilakukan harus melibatkan
stakeholders (pemangku kepentingan).
– Ketiga, dari segi substantif, hal-hal yang perlu dimasukkan
sebagai revisi meliputi konteks tata ruang Jabodetabek;
rencana tata ruang Provinsi serta kabupaten/kota yang
berbatasan dengan DKI Jakarta; perkembangan penduduk
dengan memeperhatikan laju kenaikan yang semakin
berkurang, migrasi sirkuler dan penglaju ulang-alik
(commuters); kaitan dengan rencana pengembangan
infrastruktur, khususnya transportasi, di wilayah Jabodetabek;
serta pengembangan waterfront city.
KESIMPULAN AKHIR FGD:
Aspek Sosial Kependudukan
• Beberapa kesimpulan akhir dari segi sosial
kependudukan adalah sebagai berikut:
– Kependudukan dlm RTRW: perlu disesuaikan
dengan kondisi/data kependudukan terbaru
(terutama ps 13 dan 30).
– Pasal 13 butir a: tetap (jumlah penduduk sebanyak-
banyaknya).
– Pasal 13 butir b: dihitung kembali (akibat adanya
reklamasi, Kep. Seribu terpisah dari Kotamadya
Jakarta-Utara)
– Pasal 13 butir c: tetap.
– Pasal 30 ayat 1: dihitung lagi.
– Pasal 30 ayat 2: gambar akan berubah sesuai
perhitungan baru.
KESIMPULAN FGD:
Aspek Ekonomi Wilayah dan Kota
1. Terdapat isu baru yang perlu dimasukkan ke dalam
RTRW 2010, seperti Pelabuhan dan pusat
logistik/pergudangan.
2. Kepulauan seribu selain sebagai pariwisata juga
memiliki potensi migas.
3. Belum optimalnya tools/instrumen untuk mendukung
implementasi yang lebih detail seperti zoning
regulation.
4. Mengenai pasal per pasal khususnya pasal tentang
9,10,11 ekonomi prospektif hanya membahas tentang
pengembangan, tidak menyinggung tentang
revitalisasi yang juga kawasan ekonomi prospektif.
5. Kawasan Kota Tua/Konservasi harus menjadi suatu
isu yang berdiri sendiri dan bukan bagian isu lainnya.
KESIMPULAN AKHIR FGD:
Aspek Ekonomi Wilayah & Kota
• Secara keseluruhan dari hasil
pembahasan pasal per pasal, pada
prinsipnya dapat disimpulkan bahwa
Perda No. 6 tahun 1999 perlu di-REVISI
yang bisa dilakukan dalam bentuk
amandemen.
KESIMPULAN AKHIR FGD:
Aspek Permukiman
Secara rinci rekomendasi yang diajukan meliputi:
– Meninjau kembali strategi penangan permukiman kumuh –
dengan prioritas dan program tindak yang lebih spesifik
– Persoalan permukiman kepadatan tinggi (apartemen dan
condominium) memerlukan rumusan pemanfaatan ruang
tersendiri
– Merumuskan penanganan permukiman melalui tipologi satuan
permukiman secara berjenjang (hirarkhis) dan diintegrasikan
dengan pola dan struktur tata ruang fungsional lain serta
sejalan dengan sistem penyediaan sarana dan prasarana,
– Manajemen perkotaan di tingkat provinsi DKI perlu
merumuskan penangan hirarkhis pola dan struktur
permukiman tersebut yang berjenjang pada tingkat
Kotamadya-kecamatan dan kelurahan.
– Diperlukan subsidiarity sampai pada tingkat manajemen
kawasan di mana komunitas setempat dan aparat kelurahan
memperoleh mandat/legitimasi untuk melakukan penanganan
secara “akar rumput”.
KESIMPULAN AKHIR FGD:
Aspek Lingkungan & RTH
• Oleh karena Perda DKI Jakarta Nomor
6/1999 belum memberikan kejelasan
pengertian mengenai Kawasan Hijau dan
Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan
fungsinya yang merupakan hal
fundamental, di samping pertimbangan
yang menyeluruh mengenai cakupan KH
dan RTH, maka substansi RTRW DKI
Jakarta 2010 perlu di-REVISI.
KESIMPULAN FGD:
Aspek Jalan & Sistem Transportasi
1. Pembenahan Hirarki/Struktur Jaringan jalan raya
2. Pembenahan Hirarki/Struktur Jaringan angkutan
umum
3. Perlu adanya kebijakan yang mengikat antara
pengembangan guna lahan dengan jaringan
transportasi yang harus dijabarkan dalam
peraturan/mekanisme yang lebih tegas dan konkrit
4. Sistem pedestrian yang terintegrasi perlu dinyatakan
lebih tegas dan konkrit
5. Sistem pengelolaan dan penerapan standar pelayanan
untuk angkutan umum perlu dipertegas
6. Memperhitungkan perkembangan wilayah Bodetabek
(plus - Punjur, Karawang) untuk seluruh sektor
KESIMPULAN AKHIR FGD:
Aspek Jalan & Sistem
Transportasi
• Secara umum pasal-pasal yang
menyangkut sektor transportasi perlu di-
REVISI (amandemen, revisi kecil dan
revisi besar).
KESIMPULAN FGD:
Aspek Infrastruktur Perkotaan Non-
Transportasi
1. Visi DKI Jakarta perlu dipikirkan kembali
2. Prasarana merupakan suatu sistim makro dengan
wilayah pengaruh makro, wilayah studi RTRW =
Jabodetabek plus
3. Dibutuhkan sistim kelembagaan khusus untuk wilayah
makro tersebut
4. Dibutuhkan perhitungan daya dukung DKI Jakarta
dengan mempertimbangkan teknologi ramah
lingkungan
5. Disamping perhitungan kebutuhan prasarana, perlu
ditonjolkan pentingnya pendekatan manajemen
permintaan serta peranserta masyarakat yg difasilitasi
pemerintah/pemda, misal upaya-upaya mikro terkait
dgn daur ulang, sumur resapan, dsb.
KESIMPULAN FGD:
Aspek Infrastruktur Perkotaan Non-
Transportasi
6. Perlunya sistim makro yang terpadu (ducting,
menara bersama) unt berbagai prasarana dgn
pendekatan kemitraan pemerintah-masyarakat
7. Beberapa detail teknis prasarana perlu
diperhatikan, misal sampah medis, listrik
8. Perlunya mempertimbangkan masalah kualitas
udara (misal energi gas yg ramah lingkungan),
estetika (misal jaringan bawah tanah, menara)
9. Target pencapaian perlu dimasukkan dlm
RTRW dan harus dihitung kembali
10. Perlu kelengkapan peta-peta prasarana
(sampah, listrik, gas, telekomunikasi)
KESIMPULAN AKHIR FGD:
Aspek Infrastruktur Perkotaan
Non--Transportasi
Non

• Pasal-pasal yang menyangkut sektor


infrastruktur perkotaan non-transportasi
perlu di-REVISI
Tanggapan & Isu-
Isu-isu Strategis
yang Muncul dalam Evaluasi
RTRW Jakarta 2010
Kesimpulan Umum terhadap
Perda No. 6 tahun 1999
• Terlalu rigid
• Rawan terhadap pelanggaran peruntukan
• Rawan terhadap kritikan
• Rawan terhadap penjabaran dan implementasinya
• Tidak realistis
• Kebijakan yang ada lebih berbobot pada kewajiban
masyarakat, sedangkan kewajiban pemerintah samar-
samar
• Persebaran penduduk yang kurang tepat, menimbulkan
konotasi negatif terhadap usaha penataan ruang
(kekumuhan yang dilegalisir?)
• Peran dan fungsi Jakarta yang terlalu tinggi.
• Tidak ada ketentuan jelas tentang tata ruang udara,
bawah tanah, air, bawah permukaan air.
USULAN FORUM EVALUASI
• Substansi Perda sebaiknya jangan terlalu
mikro
• Hitung kembali proyeksi penduduk
• Sinkronisasi RTRW Jakarta dan RTRW
BODETABEK
• Revisi RTRW 2010
ISU AKTUAL
• KEPENDUDUKAN:
– Meninjau kembali target penduduk
– Menetapkan instansi yang bertanggung jawab
atas kependudukan
ISU STRATEGIS
• UTILITAS KOTA – AIR BERSIH:
– Memenuhi Kebutuhan Air Bersih
– Menyusun dan Menetapkan Rencana Induk
jaringan Pipa Air Bersih
• UTILITAS KOTA – TENAGA LISTRIK:
– Memanfaatkan Tenaga Listrik secara Efisien
– Menetapkan Rencana Induk Jaringan Tenaga
Listrik
ISU STRATEGIS
• SISTEM TRANSPORTASI:
– Melaksanakan Manajemen lalu-Lintas
– Merealisasikan Pembangunan Sistem Transportasi
Massal, terutama yang Berbasis Rel
– Membangun jaringan Jalan Orang (yang diiringi
Jaringan Hijau)
– Mendorong Pem. Pusat untuk Merampungkan
Pembangunan Jakarta Outer Ring Road (JORR)
– Membatasi Pembangunan
Flyover/Underpass/Underway
– Merencanakan dan Merealisasikan Zona Transportasi
ISU STRATEGIS
• KAWASAN HIJAU:
– Mempertahankan dan Memelihara Ruang
Terbuka Eksisting
– Menyusun dan Menetapkan Rencana Induk
Hijau
ISU STRATEGIS
• KAWASAN PEMUGARAN:
– Merealisasikan Kawasan Kota Tua sebagai
Kawasan Pejalan Kaki
– Menetapkan Kawasan Kebayoran Baru dan
Kawasan Menteng sebagai Kawasan
Permukiman
• INTENSITAS BANGUNAN:
– Meninjau Kembali Penetapan KLB Rata-Rata
(Perlu dicantumkan dalam Perda?)
ISU STRATEGIS
• PERUMAHAN:
– Menetapkan dan Merealisasikan RP4D
• PEDAGANG KAKI LIMA (PKL):
– Merencanakan Pembangunan Sarana
Penyeberangan Multiguna
– Merencanakan Pembangunan Ruang-Ruang
Publik
KESIMPULAN AKHIR EVALUASI
RTRW JAKARTA 2010
• PERLU REVISI RTRW Jakarta 2010:
– Secara formatif (sesuai yang diatur) simpangan aspatial
sangat besar, kinerja input, proses, output, dan outcome
tidak seperti diharapkan
– Secara normatif kinerja penataan ruang kurang memuaskan,
mulai dari penyusunan rencana tata ruang, pelaksanaan
rencana tata ruang dan pemanfaatan ruang, serta
pengendalian pemanfaatan ruang perlu diubah untuk
mencapai kualitas dan keefektifan penataan ruang yang baik
– Selain usaha khusus dalam pemanfaatan ruang sesuai
rencana yang kurang memadai, serta pengendalian
pemanfaatan ruang yang relatif lemah, sangat mungkin
bahwa akar persoalan kinerja penataan ruang yang rendah
dimulai dari kualitas RTRW yang kurang memadai untuk
digunakan sebagai acuan penataan ruang, di mana tidak
ditemui ‘kondisi awal’, ‘target antara – 5 tahunan’, dan
bahkan hampir separuhnya tidak punya target capaian pada
akhir masa rencana. Hal ini akan sangat menyulitkan,
termasuk untuk pengawasan (evaluasi).

You might also like