Professional Documents
Culture Documents
105
Resnani
Program Studi PGSD FKIP Universitas Bengkulu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh komunikasi dokter terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Kota Bengkulu,yang meliputi; kredibilitas dokter sebagai komunikator, pesanpesan verbal, dan pesan-pesan nonverbal komunikasi dokter. Metode penelitian adalah eksplanatori analitik.
Populasi penelitian adalah semua pasien yang berobat di seluruh poliklinik Instalasi Rawat Jalan yang berstatus
pasien ulang (lama). Digunakan sampel kelompok dua tahap (two-stage cluster sampling). Pengujian hipotesis
dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dokter yang
pengukurannya meliputi kredibilitas dokter sebagai komunikator, pesan-pesan verbal, dan pesan-pesan nonverbal
komunikasi dokter mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Dr. M. Yunus Kota Bengkulu.
Kata kunci: Komunikasi dokter, kepuasan pasien
ABSTRACT
This research investigates the effect of doctor's communication on patient's satisfaction in the Dr. Yunus' Municipal
Hospital in Kota Bengkulu. The communication involves the doctor's credibility as a communicator, verbal
messages, and non-verbal messages. The population consists of all outpatients of the hospital and stratified cluster
sampling is used. Analytical explanatory technique is employed in data analysis. It is found that doctor's
communication exerts a positive influence on patient's satisfaction.
Key words: doctor's communication; patient's satisfaction
PENDAHULUAN
Salah satu syarat
yang paling penting dalam
pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu
apabila memberikan kepuasan kepada pasien. Kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satu di
antaranya adalah dimensi kelancaran komunikasi
antara petugas kesehatan
(temasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan
bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara
medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi
sangat penting dan berguna bagi pasien, serta
sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Purwanto
(1994 )
bahwa pengobatan melalui komunikasi
yang disebutnya dengan istilah komunikasi
terapeutik sangatlah penting dan berguna bagi
pasien. Dengan komunikasi yang baik dapat
Resnani
pasien, yang akhirnya dapat menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan, serta kepercayaan
yang rendah dari pasien.
Faktor lain yang menjadi tantangan dokter
dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah
sulitnya membentuk persamaan makna antara
dokter dengan pasien yang awam dalam masalah
kesehatan. Kendala ini merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari oleh dokter. Sementara,
dokter sering menggunakan gaya komunikasi
yang berorientasi pada dirinya. Dokter kurang
memberikan kesempatan kepada pasien untuk
lebih bebas dan lebih puas memberi atau
menerima informasi. Faktor ini dibuktikan dari
penelitian yang dilakukan oleh Byrne dan Long
(1976) In Abraham (1992) yang mempelajari
sejumlah besar sampel konsoltasi praktik umum.
Mereka menemukan bahwa dokter secara individual menunjukkan suatu gaya komunikasi
yang konsisten pada semua pasien yang berbeda
sehingga gagal beradaptasi dengan kebutuhan pasien. Gaya ini terdiri atas dokter membuat
keputusan, memberi informasi, instruksi, dan kemudian mengakhiri konsultasi. Sebagian besar
pasien sebagai penerima pasif bagi keputusan dan
arahan dokter. Kekakuan tersebut antara lain
sebagai akibat dari kesempatan yang terbatas bagi
dokter untuk mempelajari dan mengembangkan
keterampilan komunikasi.
Sementara, penelitian Burgoon dan rekanrekannya menguatkan pentingnya komunikasi
relasional dalam memperbaiki hubungan dokterpasien, dan pada tingkat yang lebih rendah, dalam
menumbuhkan kerelaan pasien. Burgoon melaporkan bahwa pesan dokter yang menyampaikan
keterbukaan, minat, kerelaan mendengarkan, keterlibatan, kehahangatan, kesamaan dan beberapa
formalitas, berkaitan erat dengan kepuasan maksimal pasien. Kepuasan maksimal pasien meliputi; (1) kepuasan kognitif yaitu kepercayaan
bahwa pasien mendapat informasi yang benar dari
dokter mengenai penyakit, obat yang diberikan,
dan prognosisnya: (2) kepuasan afektif yaitu merasa diterima, dan diakui; dan (3) kepuasan pada
bagaimana
dokter
melakukan
pemeriksaan
(Tubbs, 1996 ).
Beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa begitu pentingnya komunikasi
untuk membina hubungan yang baik, akrab, dan
harmonis antara petugas kesehatan dengan pasien.
Komunikasi yang efektif memberi keuntungan
dalam mencapai tujuan pribadi dan pekerjaan,.
Komunikasi yang efektif baik melalui pesan
106
verbal maupun pesan nonverbal dapat telihat pada
dokter yang komunikatif dalam berkomunikasi
seperti, tutur kata yang lembut, terbuka, empati,
gerak gerik yang bersahaja, ekspresi wajah yang
ramah. Kemampuan dan kecakapan berkomunikasi dari seorang dokter menyebabkan pasien
merasa puas, sehingga secara psikologis pasien
merasa terobati. Dengan demikian aspek kelancaran
komunikasi antara petugas kesehatan
(dokter) sebagai pemberi jasa pelayanan, mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepuasan pasien sebagai penerima jasa pelayanan.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
melalui kegiatan observasi partisipasi, diperoleh
keterangan bahwa ketidakpuasan para pasien menerima pelayanan yang berkaitan dengan komunikasi antara lain disebabkan kurangnya kesempatan bagi pasien untuk lebih bebas dan puas
saling memberi dan menerima serta saling bertanya tentang situasi yang dialami pasien. Mereka
merasa sebagai penerima pasif atas keputusan
yang diberikan dokter, karena dokter melakukan
konsultasi yang berpihak pada dirinya dengan
cara bertanya tentang penyakit, memberi informasi yang berkaitan dengan penyakit pasien, yang
kemudian mengakhiri konsultasi dengan memberi
resep tanpa memberi penjelasan tentang penyakit
pasien secara tuntas. Pada hal pasien menginginkan untuk mengungkapkan keluhan dan persoalannya secara tuntas, namun karena waktu
sangat terbatas maka tujuan pasien sering tidak
tercapai yang pada gilirannya menimbulkan
reaksi ketidakpuasan.
Penelitian tentang komunikasi dokter dalam kaitannya dengan kepuasan pasien berkaitan
dengan konsep komunikasi persuasif. Hovland,
Janis, dan Kelley mendefinisikan komu-nikasi
persuasif sebagai suatu proses dalam mana
seseorang (komunikator) meneruskan atau
mengirimkan (biasanya verbal) yang ditujukan pada
tingkah laku orang lain (Tan, 1981). Selanjutnya
Effendy
(1986)
mendefinisikan
komunikasi
persuasif sebagai komunikasi
yang dilancarkan seseorang untuk mengubah
sikap, pandangan atau perilaku orang lain,
yang sebagai
hasilnya pihak yang dipengaruhi melaksanakannya dengan kesadaran sendiri.
Berdasarkan uraian definisi komunikasi
persuasif tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam proses komunikasi terdapat paling sedikit tiga
komponen penting yaitu komunikator, pesan, dan
komunikan. Komunikator adalah orang yang
menyampaikan suatu pesan kepada orang lain
107
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode survei
eksplanatory analitik. Metode penelitian survei
Resnani
dimaksudkan sebagai suatu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan
angket (kuesioner) sebagai alat pengumpul data
yang pokok (Singarimbun, 1996). Penelitian
survei ini digunakan untuk memperoleh penjelasan (explanatory), yakni menjelaskan hubungan
kausal di antara variabel-variabel penelitian dan
pengujian hipotesis dengan bantuan statistika,
sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang makna
data yang diperoleh.
Variabel dalam penelitian ialah komunikasi dari dokter (X) yang meliputi: kredibilitas
dokter sebagai komunikator (X1 ), pesan-pesan
verbal komunikasi dokter (X2 ), dan pesan-pesan
nonverbal komunikasi dokter (X3 ), adalah sebagai
variabel bebas. Sedangkan variabel terikat adalah
kepuasan pasien rawat jalan (Y).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien rawat jalan di RSU Dr. M. Yunus Kota
Bengkulu yang berobat di beberapa poliklinik
yang ada di rumah sakit tersebut dengan karakteristik pasien rawat jalan yang berstatus pasien
ulang (lama). Mengingat besarnya populasi, maka
diambil sampel penelitian. Tipe sampling yang digunakan adalah two stage cluster sampling
(sampel acak klaster dua tahap) dengan alokasi
proporsional.
Dalam proses pemilihan sampel,
rumah sakit dijadikan klaster dan poliklinikpoliklinik dijadikan satuan sampling primer
(SSP). Dari setiap poliklinik yang ada kemudian
diambil empat poliklinik secara random sebagai
pemilihan tingkat pertama yaitu memilih satuan
sampling sekunder (SSS). Dari poliklinik yang
terpilih, diambil pasien sebagai responden yaitu
pemilihan tingkat kedua. Pengambilan responden
ini diambil secara proporsional random.
Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rancangan analisis yang digunakan. Karena masalah yang diteliti adalah pengaruh, maka analisis yang digunakan adalah
Analisis Jalur (Path Analysis).
Ukuran sampel
dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode iteratif melalui metode Machin and
Compbell In Al Rasyid (1995).
Dengan menentukan tingkat kepercayaan
95% ( = 0.05) dan kuasa uji (1-) sebesar 95%
yang berarti = 0.05, serta perkiraan koefisien
korelasi terkecil yang diharapkan sebesar P =
0.30, maka berdasarkan perhitungan, diperoleh
nilai iterasi pertama dan kedua sampai dengan
bilangan satuannya sama, sehingga
besarnya
ukuran sampel harus diambil dalam penelitian ini
minimal n = 116 unit.
108
Sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
primer
berkaitan
langsung
dengan
variabel
penelitian yang meliputi: (1) kredibilitas dokter
sebagai komunikator (2) pesan-pesan verbal, dan
(3) pesan-pesan nonverbal komunikasi dokter.
Data dikumpulkan melalui daftar angket yang telah
dipersiapkan dengan didukung oleh teknik wawancara
dan observasi partisipasi.
109
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi dokter yang pengukurannya meliputi kredibilitas dokter sebagai komunikator, pesan-pesan
verbal, dan pesan-pesan nonverbal mempunyai
pengaruh positif terhadap kepuasan pasien rawat
jalan di rumah sakit umum daerah Dr. M.Yunus
Kota Bengkulu. Pernyataan ini mengandung arti
bahwa semakin tinggi kredibilitas dokter sebagai
komunikator menunjukkan kepuasan yang diperoleh pasien rawat jalan semakin positif. Selanjutnya semakin efektif dan komunikatif pesan-pesan
yang disampaikan dokter baik pesan verbal maupun pesan-pesan nonverbal, menunjukkan kepuasan yang diperoleh pasien rawat jalan akan
semakin tinggi.
Berdasarkan temuan penelitian
disarankan kepada pihak rumah sakit umum Dr.
M. Yunus Kota Bengkulu untuk menjadikan hasil
penelitian ini sebagai masukan dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sebab komunikasi merupakan salah satu
sarana yang
penting untuk membina hubungan
yang baik antar sesama. Terbinanya hubungan
dokter-pasien yang baik adalah salah satu perwujudan dari kode etik kedokteran. Oleh sebab
itu, agar terwujud hubungan dokter-pasien yang
baik, akrab, dan kondusif diharapkan dokter
selalu menunjukkan sikap yang penuh perhatian
kepada pasien, ingin menampung dan mende-
Resnani
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Chales, 1992. Psikologi Sosial untuk
Perawat. Terjemahan Leoni Sally.
Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Al Rasyid, Harun,
Bandung: PPS-Unpad.
1995.
Statistika
Sosial.
dan
110
Purwanto,
Heri,
1994.
Komunikasi
Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Singarimbun, Masri,
Survei. Jakarta: LP3ES.
1996.
Metode
untuk
Penelitian
Tan, Alexis
S, 1981. Mass Cummunication
Theory, and Reseach. Grid Publishing Inc,
Columbus, Ohio.
Tubbs, Stewart L, 1996. Human Communication I
dan II. Terj. Deddy Mulyana. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Widjaya,
A.W.,
2000.
Ilmu
Komunikasi
Pengantar Studi. Edisi Revisi. Jakarta. PT.Reneka
Cipta.