Professional Documents
Culture Documents
1.
PENGANTAR
Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas organisma
di dalamnya, seperti cacing, , perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang
yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah
Gambar 1. Menunjukkan Foto melalui mikroskop elektron yang menggambarkan dua buah lubang
yang terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas) dan lubang yang terbentuk oleh
aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning bagian bawah). Bila lubang-lubang seperti ini dapat
dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan
diharapkan semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan
memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah atau dengan perkataan lain akan
dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi. Secara alami kondisi seperti itu dapat
dijumpai pada lantai hutan dimana serasah atau bahan organik terumpuk di bagian permukaan
tanah. Bahan organik ini selanjutnya menjadi bahan pakan (sumber energi) bagi berbagai fauna
tanah untuk melakukan aktifitasnya termasuk membentuk biopori. Pada ekosistem lantai hutan
yang baik, sebagian besar air hujan yang jatuh dipermukaannya akan diresapkan kedalam tanah.
Ekosistem demikian dapat ditiru di lokasi lain dengan membuat lubang vertikal kedalam tanah.
Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-sampah organik rumah
tangga, potongan rumput atau vegetasi lainnya, dan sejenisnya. Bahan organik ini kelak akan
dijadikan sumber energi bagi organisme di dalam tanah sehinga aktifitas mereka akan meningkat.
Dengan meningkatnya aktifitas mereka maka akan semakin banyak biopori yang terbentuk.
Kesinergisan antara lubang vertikal yang dibuat dengan biopori yang terbentuk akan
memungkinkan lubang-lubang ini dimanfaatlkan sebagai lubang peresapan air artifisial yang
relatif murah dan ramah lingkungan. Lubang resapan ini selanjutnya di beri julukan LUBANG
RESAPAN BIOPORI atau disingkat sebagai LRB.
2.
3.
4.
LOKASI PEMBUATAN
Lubang resapan biopori (LRB) dibuat ditempat yang bebas dari lalu-lalang orang terutama anakanak. Oleh karena itu penempatannya harus diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan
landscape yang ada. Karena fungsinya sebagai peresap air maka penempatan LRB dilakukan di
lokasi dimana air secara alami akan cenderung berkumpul atau air tersebut diarahkan ke tempat
dimana lubang resapan biopori berada. Air dapat diarahkan dengan membuat alur, dan lubang
resapan dibuat pada dasar alur tersebut. Adanya alur tidak akan menyebabkan orang tertarik
untuk mendatangi dan atau menginjaknya.
Lubang resapan biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat untuk membuang air
hujan (Gambar 4.1 dan Gambar 4.2), di dasar alur yang dibuat di sekeliling batang pohon
(Gambar 4.3.) atau pada batas taman (Gambar 4.4.)
Penempatan LRB pada dasar saluran pembuangan air hujan akan mengubah fungsi saluran dari
sebagai saluran pembuang menjadi saluran peresap air hujan. Dengan demikian, air hujan akan
diresapkan di halaman rumah kita sendiri dan tidak menjadi beban pada saluran drainase umum
dan tidak menjadi salah satu penyumbang aliran permukaan (genangan atau bahkan banjir) di
tempat lain.
Dengan kehadiran LRB di sekitar pohon akan tercipta suatu siklus (peredaran) hara yang baik.
Unsur-unsur hara yang diambil dari dalam tanah oleh tanaman akan menjadi bagian dari tanaman
tersebut seperti daun, batang, dan buah. Daun dan ranting yang rontok atau dipangkas, dan sisa
buah yang tidak habis dimakan akan kembali kedalam tanah jika mereka dimasukkan kedalam
LRB di sekeliling tanaman. Selanjutnya melalui proses dekomposisi mereka akan berubah
menjadi sumber unsur hara bagi tanaman itu sendiri. Dengan demikian, proses pengurasan unsur
hara oleh tanaman (baca: pemiskinan kesuburan tanah) berkurang, kesuburan tanah dapat
dipertahankan dan kebutuhan pupuk kimiawi dapat dikurangi.
Pangkasan rumput dan tanaman sering menimbulkan masalah sampah (Gambar 5.). Solusi
dengan dibakar justru melepaskan CO2 ke udara sehingga fungsi tanaman sebagai penangkap
gas rumah kaca menjadi bias. LRB diharapkan berfungsi sebagai tambatan carbon, dengan
membenamkan sampah organik kedalamnya. OLeh karena itu dengan menempatkan LRB
disekitar tanaman dalam taman dapat membantu mengatasi sampah taman, meringkankan
perkerjaan tukang kebun karena tempat sampat tersedia di tempat, dan mengurangi beban
tempat pembuangan sampah karena sampah dibuang di tempat dimana sampah dihasilkan.
5.
CARA PEMBUATAN
1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter 10 cm. Kedalaman kurang
lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak
antar lubang antara 50 - 100 cm
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen
selebar 2 - 3 cm dengan tebal 2 cm di sekeliling
mulut lubang.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari
sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau
pangkasan rumput
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam
lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut
akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil
pada setiap akhir musim kemarau bersamaan
dengan pemeliharaan lubang resapan.
6. Jaga lubang resapan selalu penuh teriisi sampah organik. Jika sampah organik belum/tidak
cukup maka disumbatkan dibagian mulutnya. Dengan cara seperti ini maka lubang tidak akan
berpotensi terisi oleh material lain seperti tanah atau pasir. Selain itu, jika ada jenis sampah
yang berpotensi bau dapat diredam dengan sampah kering yang menyumbat mulut lubang
resapan biopori.
6.
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju
peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m 2 bidang kedap perlu dibuat
sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
BIla lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm, maka setiap lubang
dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa setiap lubang dapat diisi dengan
sampah organik selama 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi dengan
sampah organik yang dihasilkan selama 56 - 84 hari. Dalam selang waktu tersebut lubang yang
pertama diisi sudah terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut.
Dengan demikian lubang-lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah organik baru dan
begitu seterusnya.