You are on page 1of 15

Geografi

Kabupaten Tegal secara geografis terletak pada koordinat 108o57'6"-109o21'30" BT dan 6o50'41"
- 7o15'30" LS. Panjang garis pantai 30 km dan panjang perbatasan darat dengan daerah lain
adalah 27 Km. Wilayah Kabupaten Tegal terdiri dari daratan seluas 87.878,56 ha dan lautan
seluas 121,50 km2. Wilayah daratan mempunyai kemiringan bervariasi, mulai dari yang datar
hingga yang sangat curam. Kemiringan lahan tipe datar/pesisir (0-2 0) seluas 24.547,52 ha
(Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja), tipe bergelombang/dataran (2-150) seluas
35.847,22 ha (Kecamatan Adiwerna, Dukuhturi, Talang, Tarub, Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi,
Lebaksiu, sebagian wilayah Suradadi, Warureja, Kedungbanteng dan Pangkah), tipe
curam/berbukit-bukit (15-400) seluas 20.383,84 ha dan tipe sangat curam/pegunungan (>400)
seluas 7.099,97 ha (Kecamatan Jatinegara, Margasari, Balapulang, Bumijawa, Bojong, sebagian
Pangkah dan Kedungbanteng). Kondisi dataran tersebut, di antaranya berupa wilayah hutan,
persawahan dan ladang yang cukup luas. Upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup terhadap
lahan hutan sebagai daerah penyangga dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
memperlihatkan perkembangan yang mengkhawatirkan. Tercatat pada tahun 2009 luas lahan
hutan di Kabupaten Tegal seluas 21.258,41 ha dan pada tahun 2013 turun menjadi 20.963,20 ha.
Pada sub sektor luas lahan persawahan (sawah irigrasi, sawah tadah hujan/non irigasi, sawah
pasang surut dan sawah Lainnya/polder, rembesan dll), atau sekitar 45,71% dari luas daratan
keseluruhan,
tiap
tahunnya cenderung
mengalami
penurunan (kecuali
tahun
2013),
dengan
rincian
sebagai
berikut:
pada tahun 2009
tercatat 41.025,00
ha dan pada tahun
2010 turun menjadi
40.288,00. Tahun
2011 turun lagi
menjadi 40.234 Ha.
Selanjutnya
di
tahun 2012 turun
menjadi 40.172,90 ha dan di tahun 2013 terjadi sedikit kenaikan menjadi 40.173,00 Ha.
Pada sub sektor lahan kering seperti rawa-rawa, ladang/tegalan, perkebunan, usaha lain
(pekarangan yg ditanami dll) dan yang belum/tidak diusahakan, pada tahun 2009 seluas 13.394
ha, tapi dalam kurun waktu empat tahun (2013) turun ke angka 12.185 ha. Luas lahan bukan
pertanian seperti lahan perumahan dan pemukiman pada tahun 2009 adalah 14.233 ha atau
sekitar 16,19 % dari luas daratan keseluruhan. Kondisi itu mengalami penurunan di tahun-tahun
berikutnya, tetapi penurunannya fluktuatif. Di tahun 2010 luas lahan perumahan dan
permukiman menjadi 13.363,49 ha. Tahun 2011 menjadi 13.375,71 ha, dan di tahun 2012

menjadi 13.379,50 ha, sementara di tahun 2013 menjadi 13.386,61 ha. Untuk kawasan Industri
dari tahun 2009-2013 adalah 8.369,41 ha atau sekitar 9,52% dari total luas daratan.
Keadaan iklim Kabupaten Tegal dapat diinformasikan bahwa, suhu udara rata-rata setiap
tahunnya berkisar pada 23,50 - 33,7C, dengan kelembaban udara rata-rata 60-96%, tekanan
udara rata-ratanya adalah 1.009,7 mb, kecepatan angin rata-ratanya adalah 2 - 38 knot dan Sinar
matahari rata-ratanya 41.603 joule/cm2 serta penguapan rata-ratanya 154,4 mm/tahun. Adapun
curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan 2011, yaitu mencapai 308 mm/thn, sedangkan
curah hujan terendah terjadi di tahun 2013 yaitu 1 mm/thn.

LETAK GEOGRAFIS
a. Letak Geografis
Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan
ibukota Slawi dan terletak : 108o57'6"-109o21'30" BT dan 6o50'41" - 7o15'30" LS. Dan
mempunyai letak yang sangat Strategis pada jalan Semarang - Tegal - Cirebon serta Semarang Tegal - Purwokerto dan Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di kota Tegal.

b. Batas-Batas Wilayah Kabupaten Tegal


Utara : Kota Tegal dan Laut Jawa
Timur : Kabupaten Pemalang
Barat : Kabupaten Brebes
Selatan : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas

c. Ketinggian Permukaan Laut


Kabupaten Tegal untuk ketinggian permukaan laut di bagi menjadi 4 (empat) yaitu :
1. Wilayah Slawi sekitarnya : 42 Meter
2. Wilayah Lebaksiu sekitarnya : 135 Meter
3. Wilayah Bumijawa sekitarnya : 949 Meter

4. Wilayah Kramat sekitarnya : 11 Meter

Secara Topografis Kabupaten Tegal dibagi dalam 3 (tiga) kategori


1. Daerah Pantai : Meliputi Kecamatan Kramat, Suradadi dan Warureja
2. Daerah Dataran Rendah : Meliputi Kecamatan Adiwerna, Dukuhturi,Talang,Tarub,
Pagerbarang, Dukuhwaru, Slawi, Lebaksiu, sebagian wilayah Surodadi, Warurejo,
Kedungbanteng dan Pangkah.
3. Daerah Dataran Tinggi : Meliputi Kecamatan Jatinegara, Margasari, Balapulang,
Bumijawa, Bojong dan sebagian Pangkah, Kedungbanteng.

Makalah Klasifikasi Iklim


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa
iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan
aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga
memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai
meteorologi statistik (Tjasyono, 2004)
Sejak tahun 1980an para pemerhati dan peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi
beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spatial maupun temporal, seperti peningkatan
temperatur udara, evaporasi dan curah hujan. Menjadi hal sangat krusial mengetahui besaran
anomali curah hujan yang akan terjadi pada masa datang di wilayah Indonesia dalam skala global
menggunakan model prakiraan iklim yang dikembangkan berdasarkan keterkaitan proses antara
atmosfer, laut, dan kutub dengan memperhatikan evolusi yang proporsional dari peningkatan
konsentrasi CO2 di trophosfer.
Penelitian desk studi simulasi zonasi curah hujan untuk periode 1950-1979 dan periode
2010-2039 beserta anomalinya terutama untuk musim hujan (Maret sampai Oktober)
dilaksanakan pada tahun 2002. Anomali zonasi curah hujan merupakan selisih kejadian hujan
(mm) pada periode inisial (1950-1979) dengan periode berikutnya (2010-2039), dengan
menggunkan model ARPEGE (Action de Recherche Petite Echelle Grande Echelle) Climat versi
3.0. Besaran curah hujan yang ditampilkan merupakan keadaan curah hujan rataan bulanan pada
kedua periode tersebut. Koordinat yang dipilih berkisar antara 25 Lintang Utara dan Lintang
Selatan serta berkisar 150 Bujur Timur.
Selain itu, dianalisis zonasi temperatur maksimal dan temperatur minimaluntuk
ketinggian 2 m di atas permukaan tanah dan evaporasi (mm). Untuk melihat perubahan
frekuensi kejadian hujan sepanjang tahun 1980 sampai 2000 pada kondisi lapang, dilakukan
analisis frekuensi untuk parameter curah hujan dan temperatur pada dua periode pengamatan:
periode 1980-1990 dan 1991-2000. Data iklim hasil pengamatan tersebut diperoleh dari stasiun
klimatologi Tamanbogo, Lampung Tengah (10505 BT ; 522 LS ; 20 m dpl) dan
Genteng, Jawa Timur(11413 BT ; 822 LS ; 168 m dpl).

Pada periode 2010-2039 diprakirakan akan terjadi peningkatan jumlah curah hujan di atas
wilayah Indonesia, yang ditandai dengan perubahan zonasi wilayah hujan dengan anomali
positip zona konveksi, peningkatan temperatur, dan evaporasi terutama pada zona konveksi
tertinggi di sepanjang selat Malaka, Laut Banda, Laut Karimata, dan Laut Arafura. Perubahan
kualitas dan kuantitas curah hujan, khususnya curah hujan 100-150 mm/hari secara signifikan
(59% dan 100%) pada stasiun sinoptik Tamanbogo dan Genteng telah terjadi pada periode 19912000. Langkah antisipasi limpahan curah hujan yang lebih besar dapat dilakukan secara serentak
melalui pendekatan lingkungan dan kemasyarakatan.
B.

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah yang ada di STPP Yogyakarata, Konservasi Tanah dan
2.
3.
4.
5.

Air.
Untuk mengetahui pengertian Iklim.
Untuk mengetahui iklim iklim di dunia.
Maha Siswa mampu menafsirkan dan menjelaskan keadaan iklim.
Untuk mengetahui iklim di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam
melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan
(presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan
penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim
yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih
data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau
objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim
adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif
terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan
ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu
maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan

pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara
umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama
(Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik
antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang
klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi
menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah
digunakan di Indonesia antara lain adalah:
A.

Sistem Klasifikasi Koppen


Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan.
Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada
lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima
huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B
adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm
temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest
climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safii, 1995).

B.

Sistem Klasifikasi Mohr


Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan,
dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana
keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila
curah hujan bulan berkisar antara 100 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per
bulan (Anon, ?).

C.

Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson


Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan
peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan.
Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan
bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian ratarata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan
dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun
pengamatan ( f ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n).

Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim
tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan
tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah)
jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya
dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak
kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe
iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis
vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air
oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan
basah yang berlansung secara berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah
150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi
bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air
tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk
mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan,
sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan
bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih
kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang
digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk
satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam.
Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi
tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan
pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun.
Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam
setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D
dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3
sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami
padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana
penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan

sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E,
penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)
Klimatologi merupakan ilmu tentang atmosfer. Mirip dengan meteorologi, tapi berbeda
dalam kajiannya, meteorologi lebih mengkaji proses di atmosfer sedangkan klimatologi pada
hasil akhir dari proses2 atmosfer.
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi
tanaman. Jenis2 dan sifat2 iklim bisa menentukkan jenis2 tanaman yg tumbuh pada suatu daerah
serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan.
Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada
perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan
perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para
petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis
seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi
tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari.
Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan merupakan
sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air bagi tanaman yg disebabkan oleh
berubahnya kondisi hujan tentu saja akan mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman. Itu
merupakan contoh global pengaruh ikliim terhadap tanaman. Di indonesia sendiri akibat dari
perubahan iklim, yaitu timbulnya fenomena El Nino dan La Nina. Fenomena perubahan iklim ini
menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit. Selain itu produksi padi juga menurun akibat
dari kekeringan yang berkepanjangan atau terendam banjir. Akan tetapi pada saat fenomea La
Nina produksi padi malah meningkat untuk masa tanam musim ke dua.
BAB III
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim
dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap
bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis.
Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi.
Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi.

Klasifikasi

iklim merupakan

perbedaan iklim yang

terdapat

di

usaha
bumi.

untuk
Akibat

mengidentifikasi

dan

mencirikan

perbedaan latitudo (posisi

relatif

terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu tempat memiliki
kekhasan iklim.
Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim
mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu kawasan.
Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan Geiger.
Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk kajiankajian geologis dan ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk
mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan
sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF)[1], yang ternyata disukai untuk kajiankajian kehutanan danpertanian. Sistem SF didasarkan pada klasifikasi yang terlebih dahulu
disusun oleh Mohr, namun diperhalus kriterianya.
B.

Jenis Iklim Dunia


Perubahan cuaca dan iklim dipengaruhi oleh unsur: temperatur Tekanan, Kelembaban, angin,
awan, dan curah hujan. Pengertian cuaca adalah rata-rata udara di suatu tempat uang terbatas dan
relatif sempit, sedangkan Iklim adalah keadaan rata cuaca di satu daerah yang cukup luas dan
dalam kurun waktu yang cukup lama. Iklim dunia dikelompokan berdasarkan berdasarkan garis

1.
a.
b.
c.
d.
e.

lintang dan garis bujur serta suhu.


Jenis iklim dunia sebagai berikut :
Iklim Dingin
Iklim Pegunungan
Iklim Artik Kutub
Iklim Sedang Dingin
Iklim Gurun
Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim
matahari dan iklim fisik.

2.
a.
b.
c.
d.
e.

Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :


Iklim Matahari
Iklim Koppen
Iklim Schamidt Ferguson
Iklim Oldman
Iklim Yunghunh

C.

Klasifikasi Iklim

1.

a.

Iklim Fisik
Iklim fisik yaitu iklim yang di pengaruhi oleh keadaan fisik dari suatu wilayah. Berdasarkan
keadaan fisik suatu daerah, terdapat perbedaan iklim sebagai berikut :
Iklim konfinental (darat) dan iklim Maritim (laut).
Iklim darat atau iklim konfinental, terjadi di daratan amat luas, sehingga angin yang
berpengaruh terhadap daerah tersebut adalah angin darat yang kering. Di daerah ini pada siang
hari panas sekali dan malam hari sangat dingin. Iklim laut, terjadi daerah kepulauan yang di
kelilingi oleh laut luas, yang lembab. Di daerah ini pada siang hari tidak terlalu panas dan pada
malam hari tidak terlalu dingin. Contoh daerah-daerah yang memiliki iklim benua adalah Gurun
Gobi (Cina), Tibet, Jazirah Arab, Gurun Sahara, dan Gurun Kalahari (Afrika) dan kawasankawasan Australia Tengah.

b.

Iklim Uganari.
Iklim Uganari, yaitu iklim pada daratan tinggi dengan perbedaan temperature siang dan
malam yang besar (Amplitudo harian tinggi). Contoh daerah yang memiliki iklim uganari adalah
daratan tinggi Beka (Syiria), dataran tinggi Wonosari (Indonesia) dan dataran tinggi Shan
(Myanmar).

c.

Iklim Pegunungan
Iklim pegunungan terdapat di daerah-daerah pegunungan. Di daerah-daerah pegunungan
berudara sejuk dan sering turun hujan karena awan yang naik ke lereng-lereng pegunungan.
Hujan seperti ini di sebut hujan orografis. Contoh daerah-daerah yang memiliki iklim-iklim
pegunungan adalah Jaya Wijaya (Indonesia), Pegunungan Andes (Argentina), dan Pegunungan
Alpen (Swiss).

2.

a.

Iklim Koppen
Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan Jerman membagi iklim berdasarkan curah
hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :
Iklim A, yaitu iklim hujan tropis. Dengan ciri temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 oC,

suhu tahunan 20 oC 25 oC dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.


b. Iklim B, yaitu iklim kering/gurun . Dengan ciri curah hujan lebih kecil daripada penguapan,
c.

daerah ini terbagi menjadi Iklim stepa dan gurun.


Iklim C, yaitu iklim sedang basah. Dengan ciri temperatur bulan terdingin 3 oC -18 oC, daerah

ini terbagai menjadi :


1) Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)
2) Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)

3)
d.

Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)


Iklim D, yaitu iklim dingin. Dengan ciri temperatur bulan terdingin kurang dari 3 oC dan

1)
2)
e.

temperatur bulan terpanas lebih dari 10 oC, daerah ini terbagi menjadi Dw, Df.
Dw adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering.
Df adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
Iklim E, yaitu iklim kutub. Dengan ciri bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10 oC

Daerah ini terbagi menjadi :


1) ET Iklim tundra
2) DF Iklim salju
3.

Iklim Matahari
Iklim Matahari, yaitu iklim yang perhitungannya berdasarkan banyaknya panas yang di
terima oleh permukaan bumi dari matahari. Banyaknya panas yang di terima oleh permukaan
bumi ini berlainan berdasarkan letak garis lintangnya. Iklim matahari di sebut juga iklim garis
lintang atau iklim teoritis. Berdasarkan kedudukan lintangnya, bumi dapat dibagi menjadi 5

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

kawasan iklim sebagai berikut :


Daerah Iklim Panas (tropis)
Daerah Iklim Sub tropis Utara
Daerah Iklim Sub tropis Selatan
Daerah Iklim Sedang Utara
Daerah Iklim Sedang Selatan
Daerah Iklim Dingin Utara
Daerah Iklim Dingin Selatan
Daerah-daerah yang terletak antara lintang 300 - 400 baik sebelah utara maupun sebelah
selatan Khatulistiwa disebut daerah subtropik. Berdasarkan pembagian iklim tersebut Indonesia
termasuk daerah iklim tropika. Adapun sifat-sifat dan iklim tropika diantaranya suhunya tinggi
sepanjang tahun dan tidak ada pembagian musim seperti di daerah sedang atau di daerah
subtropik.
Matahari selama enam bulan sekali berpindah dari belahan bumi utara ke belahan bumi

a.
b.
c.
d.
4.

selatan. Pergerakan matahari selama satu tahun adalah sebagai berikut :


Tanggal 21 Maret Matahari beredar di sekitar garis khatulistiwa.
Tanggal 21 Juni Matahari beredar di garis balik utara atau 23,50 Lintang utara.
Tanggal 23 September Matahari kembali beredar di garis Equator.
Tanggal 22 Desember Matahari berada tepat di garis balik selatan atau 23,50 Lintang Selatan.
Iklim Junghuhn

F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di Sumatra Selatan dan


Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil penelitian F. Junghuhn membagi iklim Indonesia
berdasarkan ketinggian tempat.
Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut :
a.
Zona iklim panas
Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0-650 meter dan
temperature antara 26,30C.
b. Zona iklim sedang
Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650-1500 meter dan
temperature antara 220C 17,10C.
c.
Zona iklim sejuk
Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 15002500 meter dan
temperature antara 17,10C 11,10C.
d. Zona iklim dingin
Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas 2500 meter dan
temperature kurang dari 11,10C.
5.

Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim menurut Oldeman didasarkan atas kebutuhan air dan hubungannya dengan
tanaman pertanian yang sangat di perlukan di daerah daerah tertentu. Penggolongan iklimnya
lebih di kenal dengan zona agroklimat. Pembagian iklim menurut Oldeman adalah sebagai

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
6.

berikut :
A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan;
B1 7 9 bulan basah berurutan dan 1 bulan kering;
B2 7 9 bulan basah berurutan dan 2 4 bulan kering;
C1 5 6 bulan basah berurutan dan 2 4 bulan kering;
C2 5 6 bulan basah berurutan dan 2 4 bulan kering;
C3 5 6 bulan basah berurutan dan 5 6 bulan kering;
D1 3 4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering;
D2 3 4 bulan basah berurutan dan 2 4 bulan kering;
D3 3 4 bulan basah berurutan dan 5 6 bulan kering;
D4 3 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering;
E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering;
E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 4 bulan kering;
E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 6 bulan kering;
E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan.
Iklim menurut Schmidt Ferguson
Iklim ini di tentukan berdasarkan tipe curah hujan dan penggolongannya, langkah untuk

menentukannya sebagai berikut :


a.
Menentukan tipe curah hujan berdasarkan tingkat kebasahan (gradient/Q)

b.

Menentukan nilai Q di tetapkan dengan rumus :


Gradient (Q) = Banyaknya jumlah bulan kering x 100%
Banyaknya jumlah bulan basah
c.
Untuk menentukan criteria bulan kering dan basah menggunakan klasifikasi Mohr.
d. Tentukan tipe curah hujan berdasarkan besarnya rasio Q.
D.

Iklim Di Indonesia
Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim
musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.

1.

Iklim Musim (Iklim Muson)


Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode
tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari
2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson
Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga april yang basah sehingga
membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan
oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim
kering/kemarau.

2.

Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)


Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang
bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika
Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas
yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.

3.

Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut
mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.
BAB IV
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Demikianlah pembahasan yang dapat kami paparkan. Kemudian kami mengambil beberapa
kesimpulan diantaranya yaitu :

1.

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari

dalam meteorologi.
2. Setiap Negara memiliki iklim dan curah hujan yang berbeda.
3. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim
4.

musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.


Perubahan cuaca dan iklim dipengaruhi oleh unsur: temperatur Tekanan, Kelembaban, angin,
awan, dan curah hujan.

B.

Penutup
Demikianlah pembahasan yang dapat kami uraikan. Semoga bermanfaat untuk kita
semua. Terutama selaku penulis dan pembaca pada umumnya. Akan tetapi kami mohon saran
dan kritiknya terutama yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://artikeldanmakalah-agusra.blogspot.com/2011/06/curah-hujan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_iklim
http://kukuhizal.blogspot.com/2012/08/klasifikasi-iklim-kelas-x-semester-2.html
http://rangrangbuana.blogspot.com/2011/03/makalah-iklim-dunia.html
http://tugasgeografi.wordpress.com/2011/02/25/klasifikasi-iklim/

Agroklimatologi

Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan


antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman.
Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu
berperan di dalam kehidupan tanaman.
Kita akan mempelajari bagaimana agar fotosintesis bisa tinggi, respirasi optimal,
transpirasi normal, sehingga hasil bisa tinggi. Arah dari ilmu ini adalah bagaimana
fotosintesis bisa lebih tinggi dari Respirasi yang dipengaruhi unsur udara dan air.
Kisaran Agroklimatologi :

Radiasi Matahari

Suhu

Kelembapan Udara

Angin

Awan

Hujan

Gas

Pembagian Klimatologi
Klimatologi fisik: adalah klimatologi yang menjelaskan iklim berdasar faktor
fisik (dalil dan rumus), kemudian dipresentasikan (klimatografi)
Klimatologi terapan: Analisis data iklim untuk digunakan secara operasional.
Meliputi agroklimatologi, klimatologi penerbangan, bioklimatologi, klimatologi
industri, dll.
Kepentingan Klimatologi
1. Cuaca/iklim menentukan pertumbuhan, perkembangan, produksi tanaman,
panen dan pasca panen
2. Manusia belum dapat melakukan modifikasi iklim dalam skala makro (besar)
Manfaat Agroklimatologi
Perencanaan atau pengembangan pertanian (intensifikasi dan atau
ekstensifikasi) di suatu wilayah iklim
Sebagai dasar strategi penyusunan rencana dan kebijakan pengelolaan
usahatani

Meteorologi
ilmu yang memperlajari proses fisik bagaimana cuaca terbentuk

Iklim mikro
kondisi cuaca dalam lingkungan atmosfer terbatas sebatas lingkungan
tanaman atau di sekitar permukaan tanah

Ilmu iklim
Ilmu yang memerikan dan menjelaskan fenomena iklim dengan perbedaan
karakter dari satu tempat dengan tempat lain

You might also like