You are on page 1of 11

MAKALAH

MANAJEMEN AGRIBISNIS
Penggunaan Hormon sebagai Pemacu Pertumbuhan pada Produksi Ternak

Oleh :
Gilang Arinda

(24011010

Idham ali

(240110

Anditya Husnul Hasna (240110110086)


Billy Abadinur

(240110110109)

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segenap rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dalam penulisan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
penulisan makalah ini.
Penulis menuliskan sebuah makalah tentang Pemanfaatan Hormondi di
salah satu bagan Indonesia yang butuh perhatian lebih kemudian daripada itu
penulis juga menyadari segala yang penulis tulis pada makalah ini masih kurang
sempurna, maka segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini akan senantiasa penulis nantikan. Penulis juga
berharap yang ditulis dalam makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Jatinangor, 9 Maret 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sudah menanda tangani perjanjian GATT
(General Agreement on Trade and Tariffs), sehingga Indonesia tidak dibenarkan
lagi melakukan proteksi brlebihan terhadap industrinya. Dalam GATT ada prinsip
pelarangan praktek dagang unfair yakni adanya subsidi, sehingga dalam
bersaing landasannya adalah harga, kualitas dan efisiensi di seluruh kegiatan.
Pada tahun 2003 perdaganga bebas bagi produk peternakan akan berlaku. Ini
berarti mulai adanya persaingan dalam harga dan kualitas produk, sehingga hanya
peternakan dengan kualitas dan effisiensi tinggi yang akan mampu bertahan.
Melihat kondisi Indonesia masih jauh dari kemampuan meningkatkan efisiensi,
diperkirakan Indonesia akan menghadapi kesulitan dalam persaingan harga
produk peternakan. Bukan hal yang tidak mungkin Indonesia akan merupakan
negara pengimpor dan akan merupakan pasar dunia yang besar bagi produk ternak
luar negeri. Hal ini dapat membunuh peternakan dalam negeri. Akibat dari tidak
diperbolehkan adanya barrier tariff dalam perdagangan tersebut, maka produk
dalam negeri akan selalu tergeser oleh produk luar negeri. Kondisi ini cukup
mengkhawatirkan dan harus segera diantisipasi bagaimana pemecahannya.
Celah-celah yang kiranya dapat digunakan untuk proteksi ialah hak melindungi
masyarakat dari makanan yang mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan.
Setiap negara mempunyai hak menolak bahan makanan yang diperkirakan
membahayakan konsumen antara lain bahan yang mengandung residu antibiotika,
dioksin, pestisida, hormon, dan lain-lain.
Dalam dunia peternakan, salah satu usaha untuk meningkatkan efisiensi ialah
teknologi penggunaan zat yang mampu memacu produksi dan pertumbuhan
ternak antara lain penggunaan feed additive baik dalam bentuk penambahan
vitamin , antibiotik, probiotik, dan lain-lain. Umumnya penggunan pemacu
pertumbuhan ini, kecuali untuk antibiotik , tidak menimbulkan permasalahan di
masyarakat, akan tetapi penggunaan hormon sebagai pemacu pertumbuhan, yang
bukan berupa feed additive, dalam produksi ternak masih kontroversial. Sebagian
ilmuwan pro terhadap penggunaan zat tersebut, karena ditinjau dari segi peternak,
diperkirakan menguntungkan. Namun sebagian lagi kontra, karena di samping

menambah biaya produksi, juga diperkirakan produknya dapat mengandung


residu yang merugikan kesehatan manusia. Pro dan kontra terhadap penggunaan
zat ini mempunyai alasan masing-masing, sehingga tidak dapat membuat
peraturan yang apriori menolak tanpa suatu landasan ilmiah.
Hormon steroid adalah hormon anabolik dengan inti sama dengan inti cholesterol.
Hormon ini sangat bebas keluar masuk sel dan respons sel target atas masuknya
hormon steroid adalah membentuk protein, sehingga ternak yang diberi hormon
ini akan terpacu pertumbuhannya. Namun terdapat indikasi daging ternak yang
diberi hormon steroid mengandung banyak lemak. Sejauh mana efeknya terhadap
manusia bila mengkonsumsi daging yang diberi anabolic steroid dan sejauh mana
efek residunya.
Somatotrophic hormone (STH) adalah hormon protein, atau lebih tepat disebut
hormon polipeptida yang terdiri atas sekitar 190 asam amino yang membentuk
rangkaian menjadi satu molekul polipeptida. Komposisi asam aminonya berbeda
antar spesies. Hormon Pertumbuhan (GH) yang kini banyak digunakan dalam
bidang produksi ternak ialah pST dan bST. Hormon mana yang biasa diberikan
pada ternak sapi impor dan bagaimana aplikasinya, perlu dielaborasi. Sejauh mana
dampak bahayanya, bila seseorang mengkonsumsi daging (otot, jeroan, hati, dan
organ-organ lainnya) dari ternak yang diberi hormon pertumbuhan. Yang kiranya
tidak dapat ditoleransi ialah menyangkut halal dan tidak halalnya produk tersebut
antara lain pada impor daging perlu adanya sertifikat halal, dan bila digunakan
pST dalam proses memacu pertumbuhan tersebut, jelas sulit untuk diterima.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah manfaat hormon bagi pertumbuhan ternak?
2. Apa saja unsur unsur pada hormon pemicu?
3. Apakah dampak mengonsumsi hewan ternak sembarangan?
4. Bagaimana penerapan pelanggaran hormon di Indonesia?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hormon Pemacu Pertumbuhan
Yang dimaksud dengan frowth hormon ialah himpunan sejumlah hormon
yang berfungsi mengatur pertumbuhan. Hormon pertumbuhan dihasilkan oleh
kelenjar pituitari dan dikenal dengan STH (Somato Tropic Hormone =
Somatotropin). Mekanisme kerjanya langsung dan tidak langsung terhadap
pertumbuhan. Efek langsungnya sebagai anti-insulin, sedangkan efek tidak
langsungnya ialah terhadap reseptor dalam hati yang kemudian hati mengeluarkan
beberapa hormon polipeptida lain. Secara kolektif disebut Somatomedin yang
juga sering disebut Insulinlike Growth Factor I dan II atau IGF I dan IGF II
dengan rangkaian asam amino 70 dan 67. Hormon ini merangsang proliferasi sel
dan melakukan negative feed back terhadap pengeluaran STH.
Hormon lain yang ada kaitannya dengan pertumbuhan, poliferasi dan diferensiasi
sel spesifik antara lain erythropoietin, nerve growth factor, epidermal and
fibroblast growth factor, platelet derived growth factor , dan sejumlah hormon
thymine seperti thymosin, thymopoetin, serum thymic factor dan lain-lain. Insulin
merupakan hormon polipeptida yang di samping bekerja terhadap metabolisme
karbohidrat dan lemak, juga mempunyai peranan penting dalam regulasi
pertumbuhan. Prolaktin memegang peranan penting dalam pertumbuhan kelenjar
mammae selama akhir stadia kebuntingan. Laktogen plasenta sangat berperan
terhadap pertumbuhan fetus. Anabolic steroid pada diduga mampu meningkatkan
myogenesis dan meningkatkan lipolisis, namun sangat bergantung kepada unur
hewannya. Jadi, hormon pemacu pertumbuhan adalah himpunan beberapa hormon
yang ada kaitannya dengan pertumbuhan.
Hormon pertumbuhan utama yang digunakan dalam produksi ternak adalah
anabolic steroid dan Growth Hormone. Namun yang menjadi perhatian dewasa ini
ialah bovine somatotropin ( bST, bGH ) dan porcine (babi) somatotropin (pST,
pGH). Porcine somatotropin, walaupun sangat efektif meningkatkan pertumbuhan
, sudah jelas tidak diharapkan masuk, karena permasalahan agama. Fungsi
fisiologis hormon ini ialah mempengaruhi metabolisme yang berkaitan dengan
pertumbuhan melalui stimulasi sintesis protein, meningkatkan transpor asam
amino ke dalam sel, mempengaruhi metabolisme karbohidrat, meningkatkan
glucogenesis dalam hati, merangsang mobilisasi lemak tubuh, mempengaruhi
metabolisme mineral dan memacu pertumbuhan tulang rawan, yang pada
gilirannya memacu pertumbuhan.

Sekarang berkembang hormon recombinant antara lain recombinant bovine


growth hormone dan recombinant bovine somatotropin (rBGH dan rBST). Salah
satu produk dibuat oleh Mosanto corporation melalui rekayasa genetik yakni
rBGH dengan nama perdagangan Posilac yang dikenal juga sebagai BST atau
BGH atau rBGH. Applikasinya bervariasi bergantung kepada produk mana yang
digunakan. Sebagian digunakan secara injeksi dan sebagian dengan cara
inplantasi. Cara aplikasi ini sangat menentukan kandungan hormon dalam darah
dan organ tubuh.
2.2

Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Hormon


Secara umum, tidak disangsikan lagi bahwa hormon mengontrol reproduksi
dan pertumbuhan/perkembangan, dan dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan
produksi susu. Namun banyak peternak menolak dengan alasan tidak ada jaminan
yang pasti tentang keamanan produk, ada keraguan tentang kredibilitas FDA, ada
anggapan bahwa ilmuwan kurang memperhatikan keadaan ini dan tidak benarbenar netral. Di samping itu banyak juga yang mnerima, karena secara alami
hormon tersebut sudah ada dalam tubuh, persetujuan FDA merupakan suatu
kepercayaan, merasakan adanya efisiensi produksi, sehingga mendorong
pengurangan biaya produksi, dan lain-lain. Dari ungkapan di atas, jelas adanya
kontroversi yang cukup beralasan, karena belum ada penelitian yang benar-benar
menjurus ke arah itu.
Dari penelitian secara partial, tidak disangsikan lagi bahwa hormon seks
eksogenous dalam level yang tinggi dapat mengggangu proses fisiologis tubuh.
Bahkan dalam beberapa kasus dapat secara permanen mengganggu beberapa
aspek kegiatan fifiologis. Somatotropin alami sudah sejak lama diketahui dan
digunakan sebagai pemacu roduksi ternak, dan menunjukkan adanya efisiensi
produksi. Namu, belakangan setelah didapat somatotropin produk rekayasa
genetik, terjadi sorotan tajam, karena diduga adanya residu yang mengganggu
kesehatan manusia. Rupanya produksi asam amino pada ribosoma bakteri terlalu
kuat mempengaruhi sapi dan terus aktif, sehingga berbahaya bagi manusia.
Hormon pemacu pertumbuhan terdiri atas hormon non-steroid yakni hormon
protein atau lebih tepat disebut hormon polypeptide yang terdiri atas sekitar 190
asam amino berikatan satu dengan yang lainnya dalam sebuah molekul
polypeptide. Komposisi asam aminonya berbeda antar spesies. Kelompok nonsteroid antara lain Bovine Somatotropin (bST, bGH) dan Porcine (babi)
Somatotropin (pST , pGH) dengan beberapa nama perdagangan. Hormon lain
ialah kelompok hormon steroid antara lain, Oestradiol 17 B, Progesterone,
Testosterone, Melengestrol acetate, Trenbolonce acetate, Zerano.
Fungsi fisiologis hormon ini ialah mempengaruhi proses metabolisme yang
menyangkut pertumbuhan melalui stimulasi sintesis protein, meningkatkan
transportasi asam amino ke dalam sel, mempengaruhi metabolisme karbohidrat,
glucogenesis dalam hati, memacu mobilisasi lemak tubuh, mempengaruhi

metabolisme mineral dan memacu pertumbuhan tulang rawan. Keuntungan dan


kerugian penggunaan hormon dalam produksi ternak dan dampak produk tersebut
terhadap konsumen masih simpang siur.
Tantangan ilmiahnya ialah manusia harus memahami cara pengendalian agar
keberadaan campuran zat kimia yang kompleks tersebut serendah mungkin pada
setiap stadia perkembangan manusia, sebab dapat menimbulkan pengaruh
terhadap hormonal pathways. Sejauh ini belum ada bukti bahwa bila level
hormon sex exogenous cukup rendah dapat menggangu reproduksi dan
perkembangan manusia.
2.3

Penggunaan pada Sapi Perah


Pada perusahaan sapi perah, khususnya perusahaan besar, banyak
menggunakan rBGH sebagai milk-stimulating hormone. Applikasi pada sapi
perah di Amerika Serikat secara injeksi dan banyak digunakan rBST. Dalam
penelitian produksi susu, ternyata hormon ini dapat meningkatkan produksi susu
sampai 10%. Namun, kemudian dalam aplikasinya banyak perusahaan mengeluh,
karena efeknya hampir tidak ada. The Standing Senate Committee on Agriculture
and Forestry, Canada, pada hari Senin tanggal 26 April 1999 di Ottawa,
menyelenggarakan diskusi penggunaan rBGH pada sapi perah. Ratusan laporan
dari peternak dan asosiasi peternak, yang mengemukakan bahwa bila BGH dan
BST diberikan pada sapi perah akan terjadi metabolit IGF-I disebut juga
myotrophin digunakan sebagai obat untuk pertumbuhan syaraf pada manusia,
namun kemudian FDA menyelenggarakan diskusi panel yang kesimpulannya
bahwa IGF-I (myotrophin) ditolak sebagai obat, karena menimbulkan bnyak
kematian pada manusia (The Standing Senate Committee on Agriculture and
Forestry, 1999).
Sebelum tahun 1995 perusahaan sapi perah besar menggunakan milk-stimulating
hormone (rBGH), namun sejak tahun 1995 di California penggunaan rBGH
menurun dan bahkan pada cuaca buruk, penggunaan rBGH ini justru
menimbulkan stress. Injeksi rBGH menurunkan harapan hidup sapi perah,
meningkatkan resiko penyakit, sapi perah bobotnya menurun, kadang-kadang jadi
infertil dan lebih peka terhadap mastitis. Lebih lanjut bahwa banyak peternak
mulai ketakutan menggunakan rBGH, karena adanya masalah kelainan
reproduksi. Di Amerika Serikat, para dokter hewan tidak menentang penggunaan
rBGH, tetapi dokter hewan di Jerman secara formal menolak penggunaan rBGH
dan dianggap melanggar kode etik (Rachel, 1996).
Hasil penelitian terhadap Posilac (nama perdagangan rBGH dari Monsanto) air
susu sapi yang diberi rBGH mengandung Metabolit IGF-I atau dikenal dengan
myotrophin dan IGF-I merupakan penyebab tumor kolon, menimbulkan cepatnya
pembelahan sel, merupakan acute diabetes induction pada anak-anak dan
menimbulkan antibodi berkaitan dengan diabetes. IGF-I secara alami terdapat
pada sapi dan manusia dan molekulnya ternyata identik. Selanjutnya IGF-I tidak

mngurai dengan pasturisasi, sehingga IGF-I yang terdapat dalam susu sapi yang
diberi strukturnya dengan hormon alami (Rachel, 1996).
2.4

Penggunaan pada Sapi Potong


Pada sapi potong, penggunaan zat pemacu pertumbuhan masih bersimpang
siur. Hormon yang diimplantasikan pada telinga seperti terlihat pada sapi impor
dari Australia, dapat meningkatkan berat sekitar 14% dan memperbaiki konversi
pakan antara 6-10%. Banyak hormon perdagangan yang digunakan antara lain
Ralgo, Synovex C, Zeranol, Revalor S, Revalor H, Posilac dan lain-lain.
Lima organisasi yakni WHO, the United Nations Food and Agricultural
Organization, the European Commission Scientific Working Group on Anabolic
Agents in Animal production, dan the Codex Alimentarius Commission,
menyatakan bahwa penggunaan hormon yang sudah mendapat pengawasan dan
disartifikasi adalah aman bagi produksi sapi potong. Walaupun demikian, untuk
penggunaan hormon ini harus tercatat, sesuai dengan teknologi trbaru,
penggunaannya terprogram. Di Australia Barat, hnya retailer yang tercatat boleh
menjual hormon HGPs. Setiap pengecer harus menyediakan format perjanjian
dengan pembeli.
Pada tanggal 26 April 1999, The Standing Senate Committee on Agriculture and
Forestry, Canada, menerbitkan hasil diskusi mengenai status pertanian sekarang
dan masa yang akan datang di Canada. Anggota Komite umumnya tidak percaya,
karena belum banyak bukti, tentang resiko yang timbul pada manusia yang
mengkonsumsi susu dari sapi yang diberi rBST. Tetapi, Environmental Research
Foundations, Annapolis, USA, menyatakan bahwa hormon BST atau BGH atau
rBGH yang nama perdagangannya POSILAC ditentang mati-matian oleh
kelompok konsumen di lapangan, karena (1) untuk sapi tidak baik, (2) masyarakat
merasa lebih aman peningkatan produksi tanpa zat kimia, (3) di Amerika tidak
diperlukan, karena produksi sapi perah sudah cukup, (4) dampaknya pada manusia
tidak diketahui.
Pada tanggal 30 April 1999, Masyarakat Eropa menerbitkan laporan mengenai
pendapat the Scientific Committee on Veterinary Measures Public Health
(SCVPH). Dalam laporan di atas bahwa hormon aktif yang digunakan untuk
memacu pertumbuhan pada sapi, potensial berisiko bagi kesehatan manusia akibat
residu pada daging dan produk daging. Yang diteliti adalah enam hormon steroid
yakni oestradiol-17B, testosterone, zeranol, progesterone, trebolone acetate dan
melenogestrol acetate. The SCVPH menyimpulkan bahwa resiko akibat
mengkonsumsi daging dari sapi yang diberi hormon steroid pemacu pertumbuhan
lebih tinggi dari dugaan semula (Sub-Group of the Veterinary Products
Committee, 1999).
Indonesia merupakan negara pengimpor sapi yang cukup besar dari Australia
(Grafik 1). Ini perlu merupakan perhatian khusus, artinya walaupun pada era
Perdagangan Bebas, Indonesia mempunyai hak melindungi masyarakatnya dari

berbagai aspek melalui barrier non tariff, namun dalam kondisi pelarangan
penggunaan hormon secara total, seperti Masyarakat Eropa, tampaknya masih
perlu pertimbangan matang. Oleh karena itu dalam menentukan kriteria dalam
peraturan pelarangan penggunaan hormon untuk memcu produksi susu atau
pertumbuhan perlu banyak pertimbangan tidak saja dari aspek produksi, namun
juga dari aspek di luar produksi.

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Penggunaan hormon pemacu pertumbuhan pada sapi perah dan sapi
potong dapat meningkatkan produksi dan pada peternakan besar dapat
memberikan keuntungan, namun ternyata tidak semua hormon pemacu
produksi mempunyai efek yang sama, sehingga perlu adanya spesifikasi
hormon mana yang secara ekonomis menguntungkan bagi peternak dan
tidak menimbulkan bahaya bagi konsumen
2. Efek pada manusia yang mengkonsumsi produk ternak yang diberi
hormon belum jelas benar, namun ada indikasi dapat menggangu
kesehatan manusia, khususnya pada anak-anak yang mengkonsumsi susu
dari sapi perah yang diberi pemacu produksi
3. Tidak semua hormon merugikan konsumen, khususnya hormon alami dari
ternak yang sejenis. Penggunaannya tidak boleh melebihi kapasitas normal
kandungan hormon dalam darah.
4. Indonesia merupakan negara pengimpor sapi yang cukup besar dari
Australia, sehingga penerapan pelarangan penggunaan hormon pada era
perdagangan bebas sebagai barrier non tariff, masih perlu pertimbangan
matang.

DAFTAR PUSTAKA

Canqdian Senate. 1999, rBGH Transcript. The Standing Senate Committee on


Agriculture and Forestry. Ottawa Canada.
CNN Interactive, 1996. Debate over Hormone-Free Milk Rages on in Vermont.
April 19. New York, Inc.
Consumer Safety Information, 1999. The Use of Growth Promoting Hormones.
Internationale Science.
Hadley. Mac.E. 1984. Endocrinology. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs. New
Jersey 07632.
Rachels Environment and Health Wekkly. 1999. Environmental Research
Foundation. P>O>Box 5306. Annapolis,MT.
Suijdendorp, Preston and Hopkin, Diana. 1997. Requirements for the Use of
Hormonal Growth Promotants in Beef Cttle.Agriculture Western Australia
Unites States Departement of Agriculture. 1996. Estrogen Regulation of
Gonadotropin Releasing Hormone Receptor Messenger RNA in Female Rat
Pituitary Tissue. Poultry Science Building. Purdue University. West Lafayette.

You might also like