You are on page 1of 49

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Rokok

merupakan

masalah

kesehatan

dunia.

World

Health

Organization (WHO) memperkirakan jumlah perokok di dunia sebanyak 2,5


milyar orang dengan dua pertiganya berada di negara berkembang. Paling
sedikit satu dari empat orang dewasa adalah perokok di negara berkembang.
Prevalens perokok lebih tinggi di negara dengan pendapatan perkapita yang
rendah dan terbanyak pada kelompok penduduk dewasa muda dengan
perbandingan 27% laki-laki dan 21% perempuan. Prevalensi perokok di
Amerika Serikat sebesar 26% laki-laki dan 21% perempuan sedangkan di
Inggris sekitar 27% laki-laki dan 25% perempuan (Kurniawan, 2012).
Laporan WHO tahun 2009 berjudul The Global Tobacco Epidemic
menyebutkan bahwa rokok tembakau diperkirakan turut menyebabkan
kematian lebih dari 5 juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan umumnya
terjadi di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah hingga sedang.
Jika dibiarkan, pada tahun 2030 rokok diperkirakan akan membunuh lebih
dari 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan 80% terjadi pada negaranegara dengan pendapatan perkapita rendah hingga sedang. Pada laporan
tersebut, WHO juga menekankan bahwa rokok yang dibakar selain
membahayakan si perokok,asap rokok yang dihasilkan juga membahayakan
orang-orang di sekitarnya sebagai perokok pasif atau second-hand smoker.

Penelitian oleh Susanna et al., 2003 tentang kadar nikotin dalam asap rokok
menemukan bahwa asap rokok yang dihembuskan oleh perokok memiliki
kadar nikotin 4-6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan asap yang masuk ke
perokok (Kurniawan, 2012).
Indonesia menduduki peringkat ketiga dari 10 negara dengan tingkat
perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India serta berada di atas
peringkat Rusia dan Amerika. Proporsi penduduk indonesia umur 15 tahun
yang

merokok

dan

mengunyah

tembakau

cenderung

meningkat,

berdasarkan Riskesdas 2007 sebesar 34,2 persen, Riskesdas 2010 sebesar


34,7 persen dan Riskesdas 2013 menjadi 36,3 pesen. Proporsi tertinggi pada
tahun 2013 adalah di Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 55,6%.
Berdasarkan Riskesdas 2013, Untuk wilayah sulawesi selatan sendiri ratarata jumlah batang rokok yang dihisap penduduk umur 10 tahun

di

provinsi sulawesi selatan sebesar 14,6% (Depkes RI, 2013)


Merokok merupakan penyebab utama dari dampak kesehatan yang
merugikan di sebagian besar negara. Untuk mencegah penyakit dan
kematian yang disebabkan oleh rokok, para peneliti telah menyarankan
berbagai pengganti tembakau sebagai alternatif untuk rokok, seperti
tembakau tanpa asap (ST) dan sistem pengiriman nikotin (ENDS). Rokok
elektronik merupakan salah satu jenis sistem nikotin elektronik yang
populer, perangkat bertenaga baterai yang terlihat seperti rokok namun tidak
melibatkan asap dan yang memungkinkan pengguna untuk menghirup
nikotin yang diuapkan (WHO, 2009).

Rokok ini membakar cairan menggunakan baterai dan uapnya masuk


ke paru-paru pemakai. Rokok yang selama ini menggunakan gulungan
tembakau

yang

dibungkus

dengan

kertas,

ternyata

berkembang

menggunakan tenaga baterai. Bentuknya seperti batang rokok pada biasanya


dan terdapat beberapa tipe rokok elektrik, yang dibuat menyerupai rokok
aslinya. Produk ini dipasarkan dengan banyak nama diantaranya, rokok
elektronik, ecigarro, electro-smoke, green-cig, dan smartsmoker. Rokok ini
mengaku sebagai rokok yang lebih sehat dan ramah lingkungan daripada
rokok tembakau. Rokok ini khusus dibuat untuk para perokok yang ingin
berhenti setidaknya mengurangi merokok tembakau dengan cara yang
nyaman dan aman bagi tubuh (Putra, 2011).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok yang
cukup besar. Rokok elektrik sendiri juga sudah terdapat di Indonesia.
Sampai saat ini, rokok elektrik masih masuk ke Indonesia sebagai komoditi
perdagangan alat elektronik lainnya, bukan sebagai rokok atau pun obatobatan. Akibatnya rokok elektrik ini hanya memiliki izin dari Kementerian
Perdagangan dan tidak ada izin edar dari BPOM serta bebas dari cukai
(CNN Indonesia, 2014).
Mahasiswa yang disebut dengan agent of change, iron stock masih
sangat sedikit apresiasinya dalam upaya mengkampanyekan dan menolak
rokok (Mackey, 2008). Namun, konsumsi rokok di kalangan mahasiswa
Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Terjadi kenaikan yang

cukup signifikan dari rata-rata frekuensi merokok di kalangan mahasiswa di


tahun 2009, yakni`24,5% mahasiswa dan 2,3% mahasiswi (Dimyati, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutfin tahun 2013 dengan
judul penelitian Electronic cigarette use by college students menemukan
bahwa sebanyak 4,9% mahasiswa di Carolina selatan pernah menggunakan
rokok elektronik dan 12% diantaranya mengatakan tidak pernah
mengkonsumsi rokok tembakau sebelumnya. Ini terkait dengan kurangnya
pengetahuan tentang bahaya rokok elektronik, namun tidak terkait dengan
niat untuk berhenti merokok (Sutfin, 2013).
Berdasarkan penelitian Muliyana (2012), proporsi mahasiswa laki-laki
Universitas Hasanuddin yang merokok pada tahun 2012 adalah 41,8 %.
Jumlah mahasiswa Universitas Hasanuddin yang merokok masih tinggi
sehingga peneliti tertarik meneliti terkait perilaku merokok. Selain itu,
peneliti juga tertarik meneliti perilaku merokok elektronik pada mahasiswa
Universitas Hasanuddin karena sebagian besar penelitian yang terkait rokok
elektronik dilakukan pada remaja SMA, jadi peneliti tertarik meneliti pada
mahasiswa.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa merokok.
Mahasiswa yang rata-rata berusia 18-21 tahun masih tergolong usia remaja.
Teori Erikson mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana
seseorang sedang mencari jati diri. Namun upaya yang dilakukan tidak
semua dapat berjalan sesuai harapan masyarakat. Sebagian dari mereka
melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Lingkungan

merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja


terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada di lingkungan
menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar dapat diterima
sebagai anggota dari lingkungan tersebut (Muchtar dalam Taryono, 2007).
Orang tua, saudara kandung, teman sebaya dan iklan merupakan faktor
lingkungan yang mendorong remaja untuk merokok (Marwati, 2009).
Kajian telah menunjukkan bahwa mahasiswa yang masih tergolong
remaja mempunyai kawan-kawan yang merokok adalah lebih mungkin
merokok berbanding dengan yang sebaliknya. Banyak orang terdorong
menjadi perokok pemula karena untuk menyesuaikan diri pada sebuah
komunitas pergaulan. Rokok membuat mereka merasa lebih diterima oleh
banyak orang (Mutadin, 2002). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cho
tahun 2011 menjelaskan bahwa alasan remaja mengkonsumsi rokok
elektronik salah satunya adalah pengaruh teman sebaya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Choi tahun 2013 yang menunjukkan
terdapat 1.057 responden yang mengaku mengkonsumsi rokok elektronik
karena memiliki teman dekat yang juga mengkonsumsi rokok elektronik.
Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan
remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang
meletakkan dasar dasar kepribadian remaja. Selain orangtua, saudara
kandung dan posisi anak juga berpengaruh bagi remaja. Pengaruh keluarga
erat kaitannya dengan perilaku merokok. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Cho (2011) dengan judul penelitian Electronic-Cigarette

Smoking Experience Among Adolescents. Hasil penelitian menunjukkan


bahwa siswa yang memiliki anggota keluarga yang merokok 3,4 kali lebih
mungkin untuk menggunakan rokok elektronik dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki anggota keluarga yang merokok (p=0,02)
Iklan turut andil dalam menyebabkan remaja merokok. Iklan
merupakan media promosi yang sangat ampuh dalam membentuk opini
publik dibidang rokok. Iklan-iklan rokok dapat dijumpai dimana saja, mulai
dari bilboard, spanduk, umbul-umbul, iklan di media cetak ataupun
elektronik, melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut (Amelia, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan Zhu tahun 2013
menunjukkan bahwa 48,0% pengguna rokok elektronik mendengar tentang
rokok elektronik dari laporan televisi sebagai sumber informasi, sumber
kedua dari percakapan pribadi sebanyak 38,2%, diikuti oleh Internet
sebanyak 20,7%, radio 12,2% dan jaringan sosial 2,7%.
Kemudahan mengakses rokok erat kaitannya dengan perilaku
merokok mahasiswa. Faktor yang menyangkut kemudahan mengakses
rokok meliputi berbagai sumber daya seperti biaya, jarak, ketersediaan
transportasi, dan sebagainya (Haryanto, 2008). Dalam penelitian yang
dilakukan Martinez tahun 2014 menunjukkan bahwa 62,5% pengguna rokok
elektronik dengan nikotin 70% mendapatkan rokok elektronik dan cairan

nikotin di toko khusus sedangkan 3,3% menunjukkan bahwa mereka


mendapatkannya dari internet.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti ingin
melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku
merokok tembakau dan elektronik pada mahasiswa UNHAS tahun 2015.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku
merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015?
2. Apakah ada hubungan antara pengaruh keluarga dengan perilaku
merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015?
3. Apakah ada hubungan antara iklan dengan perilaku merokok pada
mahasiswa UNHAS tahun 2015?
4. Apakah ada hubungan antara Kemudahan mengakses rokok dengan
perilaku merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015?
5. Apakah ada perbandingan determinan antara perilaku merokok
tembakau dan elektronik pada mahasiswa UNHAS tahun 2015?

C.

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai
determinan perilaku merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015.

2. Tujuan Khusus
a.

Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan


perilaku merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015

b.

Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh keluarga dengan


perilaku merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015

c.

Untuk mengetahui hubungan antara iklan dengan perilaku merokok


pada mahasiswa UNHAS tahun 2015

d.

Untuk mengetahui hubungan antara kemudahan mengakses rokok


dengan perilaku merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015

e.

Untuk melihat perbandingan determinan antara perilaku merokok


tembakau dan elektronik pada mahasiswa unhas tahun 2015

D.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya dan sebagai tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi
para pembaca.

2. Manfaat bagi peneliti


Hasil penelitian ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat
berharga bagi peneliti dalam menambah wawasan, pengalaman dan ilmu
pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan masalah rokok.

3. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan kota makassar
dalam rangka menentukan arah kebijakan penanggulangan masalah
rokok.
4. Manfaat bagi mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
mahasiswa agar tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak kesehatan
khususnya merokok dan menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk
berperilaku yang lebih bersifat positif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rokok Tembakau


1.

Pengertian
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah
(Triswanto, 2007). Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus
termasuk cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan dari tanaman
Nicotina Tabacum, Nicotina Rustica dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan (Trendra, 2003).

2. Bahan Baku Rokok


Rokok terbuat dari tembakau yang diperoleh dari tanaman
Nicotina Tabacum L. Tembakau dipergunakan sebagai bahan untuk
sigaret, cerutu, tembakau untuk pipa serta pemakaian oral. Di
Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain
dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga
dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok
pipa, dan tembakau tanpa sap atau tembakaukunyah (Triswanto,
2007).

10

3. Bahan-Bahan Kimia yang Terkandung dalam Rokok


Rokok mengandung 4.000 lebih jenis bahan kimia, 40 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan
setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan (Triswanto,
2007). Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah
sebagai berikut :
a) Nikotin

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat


dalam Nicotoana Tabacum, Nicotina Rustica dan spesies lainnya
yang sintesisnya bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan
ketergantungan. Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok
antara 0,5-3 mg, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan
darah atau plasma antara 40-50 mg/ml. Nikotin merupakan alkaloid
yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun. Zat ini
hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak
atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek
adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin akan
menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga
perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin
tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Nikotin
ini dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,
menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta
ketergantungan pada pemakainya.

11

b) Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak


memiliki bau. Gas ini bersifat toksis yang bertentangan dengan
oksigen dalam transpor maupun penggunaannya dan menyebabkan
kadar oksigen dalam darah berkurang. Gas CO yang dihasilkan
sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap
oleh peokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million)
sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam
darah sejumlah 2-16%.
c) Tar

Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon raomatika yang


bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun
ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan
menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga menimbulkan
iritasi pada saluran napas, menyebabkan bronchitis, kanker
nasofaring dan kanker paru. Pada saat rokok dihisap, tar masuk
kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah
dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna
cokelat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,
sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg.

12

d) Amoniak

Amoniak adalah gas yang tidak berwarna yang terdiri dari


nitrogen dan hidrogen. Zat ini merupakan salah satu bahan pembuat
cairan pembersih toilet. Amoniak tajam baunya dan sangat
merangsang. Karena kerasnya racun yang ada pada amoniak
sehingga

jika

masuk

ke

dalam

peredaran

darah

akan

mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.


e) Hidrogen Sianida (HCN)

Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna,


tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang
paling ringan, mudah terbakar. Jika masuk kedalam tubuh, HCN
akan menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan.
f) Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi


beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar
arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat
ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.
g) Hidrogen sulfida

Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang


terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi
enzim (zat besi yang berisi pigmen).

13

h) Kadmium

Kadmium adalah salah satu bahan beracun pembuat batu baterai.


Jika masuk ke dalam tubuh manusia, zat ini dapat meracuni
jaringan tubuh terutama ginjal.
i) Formaldehida

Formaldehida adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau


tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama.
Gas ini juga sangat beracun keras terhadap semua organisme hidup.

B.

Tinjauan Umum tentang Rokok Elektronik


1. Pengertian
Rokok Elektronik adalah merupakan salah satu NRT yang
menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin
dalam bentuk uap dan oleh WHO disebut sebagai Electronic Nicotine
Delivery System (ENDS). Rokok Elektronik dirancang untuk
memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap
memberikan sensasi merokok pada penggunanya.
Rokok elektronik adalah rokok yang beroperasi menggunakan
tenaga baterai. Namun tidak membakar tembakau seperti produk
rokok biasa. Rokok ini membakar cairan menggunakan baterai dan
uapnya masuk ke paru-paru pemakai (Yani, 2010).

14

2. Perkembangan Rokok Elektronik


Rokok elektronik atau Elecronic Nicotine Delivery Systems
adalah sebuah inovasi dari bentuk rokok tembakau menjadi rokok
modern. Rokok elektronik pertama kali dikembangkan pada tahun
2003 oleh SBT Co Ltd, sebuah perusahaan yang berbasis Beijing,
RRC, yang sekarang dikuasai oleh Golden Dragon Group Ltd Pada
tahun 2004. Ruyan mengambil alih proyek untuk mengembangkan
teknologi yang muncul. Diserap secara resmi 2 Ruyan SBT Co Ltd
dan nama mereka diubah menjadi SBT RUYAN Technology &
Development Co, Ltd (Tamang, 2010).
Electronic cigarette diciptakan di Cina lalu dipatenkan tahun
2004 dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dengan berbagai
merek seperti NJOY, EPuffer, blu cigs, green smoke, smokin
everywhere, dan lain-lain (Kurniawan, 2012).
3. Struktur dan Kandungan Rokok Elektronik
Secara umum sebuah ecigarette terdiri dari 3 bagian yaitu:
battery (bagian yang berisi baterai), atomizer (bagian yang akan
memanaskan dan menguapkan larutan nikotin) dan catridge (berisi
larutan nikotin) seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Struktur Rokok Elektronik (Kurniawan, 2012)

15

Cara penggunaan e-cigarette seperti merokok biasa, saat dihisap


lampu indikator merah pada ujung e-cigarette akan menyala layaknya
api pada ujung rokok, lalu hisapan tersebut membuat chip dalam
ecigarette mengaktifkan baterai yang akan memanaskan larutan
nikotin dan menghasilkan uap yang akan dihisap oleh pengguna.18,19
Larutan nikotin tersebut memiliki komposisi yang berbeda-beda dan
secara umum ada 4 jenis campuran, seperti pada tabel 1.

Electronic cigarette juga pernah digunakan sebagai alat bantu


program berhenti merokok dengan cara mengurangi kadar nikotin ecigarette secara bertahap namun praktek tersebut kini sudah tidak
dianjurkan oleh Electronic Cigarette Association (ECA) dan Food and
Drug Association (FDA). Meskipun demikian berdasarkan hasil survei
di Amerika, mayoritas (65% responden) memilih alasan menggunakan
e-cigarrete adalah untuk berhenti merokok (Kurniawan, 2012).

16

4. Dampak rokok elektronik bagi kesehatan


Pada awal munculnya e-cigarette, produk tersebut dikatakan
aman bagi kesehatan karena larutan nikotin yang terdapat pada ecigarette hanya terdiri dari campuran air, propilen glikol, zat
penambah rasa, aroma tembakau dan senyawa-senyawa lain yang
tidak mengandung tar, tembakau atau zat-zat toksik lain yang umum
terdapat pada rokok tembakau. Penelitian analitis di Amerika
menyebutkan bahwa rata-rata perokok mengkonsumsi 14 batang
rokok per hari dengan kadar nikotin 1-1,5 mg per batang rokok
sehingga asupan nikotin sehari rata-rata 14-21 mg. Sedangkan kadar
nikotin pada e-cigarette berkisar 0-16 mg per batang jika digunakan
sampai habis (300 kali hisap). Rata-rata hisapan e-cigarette adalah
62,8 kali sehingga rata-rata asupan nikotin dari e-cigarette adalah
3,36 mg per hari yang jauh lebih rendah dari rokok tembakau
(Kurniawan, 2012).
Maraknya

penggunaan

e-cigarette

di

masyarakat

tanpa

tersedianya data obyektif yang cukup membuat FDA di Amerika


memprakarsai sebuah penelitian pada tahun 2009 tentang e-cigarette.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa e-cigarette mengandung
tobacco specific nitrosamines (TSNA) yang bersifat toksik dan
diethylene glycol (DEG) yang dikenal sebagai karsinogen. Hal
tersebut membuat FDA mengeluarkan peringatan kepada publik
tentang bahaya zat toksik dan karsinogen yang terkandung dalam e-

17

cigarette sehingga mengakibatkan pembatasan distribusi dan


penjualan e-cigarette di Amerika dan beberapa negara lain.
(Kurniawan, 2012).
Menganggapi hal itu salah satu produsen e-cigarette mendanai
sebuah penelitian untuk mengkaji ulang laporan FDA tersebut yang
juga melibatkan NRT lain sebagai kontrol. Penelitian tersebut
mengatakan bahwa senyawa TSNA yang terdapat pada e-cigarette
kadarnya sangat rendah. Hal yang menarik adalah TSNA juga
dideteksi pada produk NRT lain seperti Nicoderm skin patch dan
Nicorette gum, padahal kedua produk tersebut telah mendapat
pengakuan FDA. Sedangkan DEG pada e-cigarette tidak terdeteksi
pada penelitian ini (lihat gambar 9).30 Berdasarkan hasil penelitian
ini, para produsen e-cigarette meminta FDA untuk mengkaji ulang
produk-produk NRT lain danmempertimbangkan lagi peringatan
FDA tentang ecigarette (Kurniawan, 2012).
Vansickel dkk melakukan penelitian mengenai efek akut
beberapa merek e-cigarette terhadap tubuh manusia dan mengatakan
bahwa salah satu merek ecigarette meningkatkan kadar plasma
nikotin secara signifikan dalam 5 menit penggunaannya selain itu
juga meningkatkan kadar plasma karbon monoksida dan frekuensi
nadi secara signifikan yang dapat mengganggu kesehatan terutama
dalam penggunaan jangka panjang. Hasil penelitian tersebut
menekankan bahwa tidak semua e-cigarette memberikan hasil yang

18

sama dan pengujian terhadap setiap merek e-cigarette diperlukan


untuk mendapatkan hasil yang obyektif. Sebuah penelitian terbaru
tentang efek akut e-cigarette pada paru menunjukkan bahwa setelah
penggunaan e-cigarette lebih dari lima menit, kadar Nitrit Oksida
udara ekshalasi menurun secara signifikan dan tahanan jalan napas
meningkat signifikan, efek tersebut merupakan respon yang sama
seperti pada penggunaan rokok tembakau (Kurniawan, 2012).
Sebuah penelitian baru di Jepang mengklaim e-cigarette atau
rokok elektronik bisa menyebabkan risiko kanker 10 kali lebih
banyak

bila

dibandingkan

dengan

rokok

tradisional

atau

konvensional. Menurut Business Insider, tim peneliti menemukan


karsinogen, zat yang menyebabkan penyakit kanker, seperti
formaldehida (metanal atau formalin) dan asetaldehida dalam uap
yang dihasilkan e-cigarette. Penelitian dilakukan Kementerian
Kesehatan Jepang. Salah satu peneliti, Naoki Kunugita, yang dikutip
IB Times, mengatakan pihaknya menemukan jumlah bahan kimia
penyebab kanker 10 kali lebih tinggi di salah satu merek e-cigarette.
Kunugita

menambahkan

penelitian

mereka

telah

mendorong

pemerintah Jepang untuk mengatur aturan penjualan e-cigarette.


(Media Indonesia, 2014).

19

C.

Tinjauan Umum Tentang Perilaku Merokok


1. Perilaku
a) Batasan Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Skiner (1938)
seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
responsatau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar).
Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang
dilakukan oleh individu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat
nyata. Morgan (1986) menjelaskan bahwa perilaku tidak seperti
pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu yang konkrit yang
dapat diobservasi, direkam, maupun dipelajari. Chaplin (1999)
memberikan pengertian perilaku dalam dua arti, pertama perilaku
dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami
seseorang. Pengertian kedua, perilaku didefiniskan dalam arti sempit
yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi seseorang yang dapat
diamati.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam
menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris,
emosional, dan kognitif.

20

b) Jenis Perilaku
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka skinner
membagi perilaku menjadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon

seseorang

terhadap

stimulus

dalam

bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap


stimulus

ini

masih

terbatas

pada

perhatian,

persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang


menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain.
2. Perilaku Terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam benuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo,
2008).
c) Determinan Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti
bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun
respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan

21

respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.


Determinan peilaku dibedakan menjadi dua, yakni :
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelaminm dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan

fisik,

sosial,

budaya,

ekonomi,

politik,

dan

sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang


dominant yang mewarnai perilaku seseorang.
2. Perilaku Merokok
Dewasa ini, perilaku merokok merupakan hal yang biasa dijumpai.
Perokok berasal dari berbagai kelas sosial dan kelompok umur yang
berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena rokok dengan mudah dan
dapat diperoleh dimanapun dan kapanpun. Tomkins mengkategorikan
perokok menjadi :
a. Perokok yang dipengaruhi perasaan positis, dimana dengan merokok
seseorang merasakan bertambahnya rasa positif. Green dalam
Psychological Factor in Smoking menambahkan, ada tiga sub pada
tipe perokok ini :
1) Pleasure relaxation, yakni perilaku merokok hanya untuk
menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah diperoleh,
misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

22

2) Stimulant to pick them up, yakni perilaku merokok dilakukan


hanya sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3) Pleasure of handling the cigarette, yakni kenikmatan yang
diperoleh dengan memegang rokok, khususnya pada perokok
pipa.
b. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, dimana merokok
dilakukan seseorang unttuk mengurangi perasaan negatif seperti
stress, marah, gelisah dan cemas. Maka rokok dianggap sebagai
penenang. Mereka menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan
tidak enak yang dirasakan.
c. Perilaku merokok yang adiktif (kecanduan), dimana mereka yang
akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek
dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan
mencari rokok kapan pun mereka inginkan.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Merekan merokok
sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka.
Tapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutinnya.
Merokok menjadi perilaku yang bersifat otomatis tanpa disadari
(Nur 2010 dalam Basyir 2005)

23

Mutadin (2002) menggolongkan tipe perilaku merokok berdasarkan


tempat dimana seseorang menghisap rokok menjadi dua golongan.
1) Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik
Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol
mereka menikmati kebiasaan mereka merokok. Umumnya mereka
masih menghargai orang lain karena mereka menempatkan diri di
smoking area. Sedangkan kelompok yang heterogen (merokok di
tengah-tengah orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang
jompo, orang sakit, dll).
2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
Tempat yang bersifat pribadi contohnya kantor dan kamar tidur
pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini digolongkan
sebagai individu yang kurang menjaga kebersihan diri dan selalu
gelisah. Selain itu, toilet juga menjadi salah satu tempat merokok.
Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
Setiap orang memiliki cara masing-masing dalam menghisap rokok
yang sedang dinikmatinya. Dibedakan tiga macam cara menghisap rokok
antara lain:
a) Perokok mulut (mouth smoker), perokok tipe ini hanya menghisap
rokok sampai rongga mulut saja.

b) Perokok paru (lung smoker), perokok ini menghisap asap rokok sampai
ke dalam paru.

24

c). Perokok yang menghisap asap rokok sampai ke dalam paru, menahan
napas sebentar dan baru menghembuskannya keluar.

D.

Tinjauan Umum Tentang Pengaruh Teman Sebaya


Kajian telah menunjukkan bahwa mahasiswa yang masih tergolong
remaja mempunyai kawan-kawan yang merokok adalah lebih mungkin
merokok berbanding dengan yang sebaliknya. Banyak orang terdorong
menjadi perokok pemula karena untuk menyesuaikan diri pada sebuah
komunitas pergaulan. Rokok membuat mereka merasa lebih diterima oleh
banyak orang (Mutadin, 2002). Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan
yang terjadi, pertama mahasiswa tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-teman mahasiswa tersebut dipengaruhi oleh diri remaja
tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Di antara perokok
terdapat 87% sekurang-kurangnya mempunyai satu atau lebih sahabat yang
perokok (Widianti, 2009).
Shaffer (dalam Nugrahawati dan Qodriah 2011) mendefinisikan
kelompok teman sebaya sebagai dua orang atau lebih atau sekumpulan
teman sebaya yang berinteraksi secara reguler, adanya rasa saling memiliki,
mempunyai norma yang sepesifik dan mengarahkan anggotanya dalam
berpakaian, berpikir dan berperilaku. Rendahnya tingkat pengawasan
orangtua pada remajaterbukti memiliki peningkatan risiko jika bersama
dengan teman sebaya yang bermasalah dan terlibat dalam perilaku yang
melanggar aturan (Dishion et al dalam horner et al 2011 dalam Nur 2013)

25

Menurut Shaffer (dalam Nugrahawati dan Qadariah , 2011), kelompok


teman sebaya berperan sebagai :
1. Reinforcement Social. Kelompok teman sebaya memiliki status yang
sama dengan remaja sehingga mereka dapat menjadi agen yang efektif
sebagai penguat. Remaja akan memperkuat, mempertahankan dan
menghilangkan

tingkah

laku

sosial

berdasarkan

reaksi

yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan dari yang diberikan oleh


kelompok teman sebaya
2. Modelling. Remaja belajar berbagai hal dengan mendengarkan teman
sebaya dan mengobservasi tingkah laku mereka. Remaja meniru berbagai
hal dari kelompok teman sebayanya, seperti : tingkah laku sosial,
prestasi, penampilan, moral judgement, sikap dan perilaku terhadap seks
serta tingkah laku dalam menghadapi situasi tertentu.
3. Objek perbandingan sosial. Remaja sering mengambil kesimpulan
tentang

kompetensi/kemampuan

dan

kepribadiannya

dengan

membandingkan tingkah laku mereka dengan tingkah laku yang


ditampilkan oleh kelompok teman sebaya.
4. Pengkritik serta agen dalam mepersuasi. Kelompok teman sebaya
mempengaruhi yang lain melalui diskusi dan debat mengenai topik yang
tidak mereka setujui. Teman sebaya juga dapat mengubah pandangan
remaja dengan cara mengkritik dan mempersuasi. Kelompok teman
sebaya menjadi agen yang paling efektif untuk membujuk remaja.

26

Pengaruh teman sebaya erat kaitannya dengan perilaku merokok.


Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa teman sebaya
berpengaruh terhadap perilaku merokok, diantaranya :
a) Komasri (2000) menemukan bahwa lingkungan teman sebaya
merupakan prediktor terhadap perilaku merokok remaja R= 0,620 (R2=
0,384).
b) Cho (2011) menemukan bahwa alasan remaja mengkonsumsi rokok
elektronik salah satunya adalah pengaruh teman sebaya (150, 27,9%)
OR = 1,0
c) Choi (2013) menemukan bahwa terdapat 1057 responden yang mengaku
mengkonsumsi rokok elektronik karena memiliki teman dekat yang juga
mengkonsumsi rokok elektronik (P=3,51)
d) Czoli (2014) menemukan bahwa faktor teman sangat berpengaruh
terhadap perilaku merokok. Pengguna rokok elektronik sebanyak 191 di
kanada ditanya seberapa besar kemungkinan mereka merekomendasikan
rokok elektronik ke teman. Dan sebagian besar menjawab mereke
merekomendasikannya ke teman-temannya (9,6%)

E.

Tinjauan Umum Tentang Pengaruh Keluarga


Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan
remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang
meletakkan dasar dasar kepribadian remaja. Selain orangtua, saudara
kandung dan posisi anak juga berpengaruh bagi remaja.

27

Salah satu temuan tentang perokok adalah bahwa anak-anak muda


yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang
berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado, 2008).
Seseorang yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan
nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih
sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan
dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsah kerjakan
urusanmu sendiri-sendiri, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila
orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka
anak-anaknya akan mempunyai kemungkinan untuk mencobanya (Al Bachri
dalam Hariyanto, 2008).
Beberapa perokok mengaku bahwa mereka menghentikan kebiasaan
merokoknya atas pertimbangan kesehatan keluarganya. Hal ini salah
satunya akan berlaku pada mereka yang telah cukup informasi mengenai
dampak merokok bagi kesehatan orang sekitar (Indri, 2007).
Pengaruh keluarga erat kaitannya dengan perilaku merokok.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor
keluarga berpengaruh terhadap perilaku merokok, diantaranya :
1.

Marwati (2009) menemukan bahwa pengaruh orang tua berhubungan


dengan perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Tahun 2009 dengan p=0,000

28

2.

Cho (2011) menemukan bahwa siswa yang memiliki anggota keluarga


yang merokok 3,4 kali lebih mungkin untuk menggunakan rokok
elektronik dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki anggota
keluarga yang merokok (p=0,02).

F.

Tinjauan Umum Tentang Iklan


Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat menarik para konsumen atau khalayak secara sukarela
terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan
pengiklan. Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik dan media luar
ruang telah mendorong rasa ingin tahu penonton termasuk mahasiswa
tentang produk rokok (Mutadin, 2002). Salah satu iklan yang dianggap
cukup berbahaya dan paling sering melanggar etika periklanan adalah iklan
rokok.
Iklan merupakan sarana komunikasi yang digunakan komunikator
dalam hal ini perusahaan atau produsen untuk menyampaikan informasi
tentang barang atau jasa kepada publik, khususnya pelanggannya melalui
suatu media massa. Selain itu, semua iklan dibuat dengan tujuan yang sama,
yaitu untuk memberi informasi dan membujuk para konsumen untuk
mencoba atau mengikuti apa yang ada di iklan tersebut, dapat berupa
aktivitas mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan. Iklan mengambil
peran penting, dalam :

29

1. Membangun dan mengembangkan citra positif bagi suatu jasa dan


produk yang dihasilkan, melalui proses sosialisasi yang terencana dan
tertata dengan baik.
2. Membentuk publik opini yang positif terhadap perusahaan atau produk
tersebut.
3. Mengembangkan kepercayaan masyarakat terhadap produk konsumsi
dan perusahaan yang memproduksinya.
4. Menjalin komunikasi secara efektif dan efisien dengan masyarakat luas,
sehingga dapat terbentuk pemahaman dan pengertian yang sama
terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan pada masyarakat oleh
jasa tersebut. Mengembangkan alih pengetahuan tentang suatu
materi/jasa yang memungkinkan masyarakat memiliki simpati, empati,
dan bahkan dalam kaitannya dengan kegiatan go public merasa ikut
memilikinya.
Daya tarik iklan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Bermakna, menunjukkan manfaat yang membuat produk itu lebih
diinginkan atau lebih menarik konsumen.
2. Dapat dipercaya, konsumen harus percaya bahwa produk atau jasa akan
memberikan manfaat yang dijanjikan.
3. Khas, harus menjelaskan mengapa produk itu lebih baik ketimbang
merek asing. (Ahmad, 2014)

30

Iklan erat kaitannya dengan perilaku merokok. Berdasarkan hasil


penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa iklan berpengaruh terhadap
perilaku merokok, diantaranya :
a) Hidayat (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
iklan rokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa. Nilai Odds Ratio
(OR) sebesar 1,905 yang berarti iklan rokok dengan ketegori tinggi
mempunyai kemungkinan/risiko sebesar 1,905 kali mempengaruhi
mahasiswa berperilaku merokok dibandingkan dengan iklan rokok yang
rendah.
b) Zhu

(2013) menemukan bahwa 48,0% pengguna rokok elektronik

mendengar tentang rokok elektronik dari laporan televisi sebagai sumber


informasi, sumber kedua dari percakapan pribadi sebanyak 38,2%,
diikuti oleh Internet sebanyak 20,7%, radio 12,2% dan jaringan sosial
2,7%.
c) Cho (2011) menemukan bahwa informasi tentang rokok elektronik dari

Internet (46,4%), teman (27,9%), televisi (11,0%), buku (9,3%), dan lainlain (5,4%).

G.

Tinjauan Umum Tentang Kemudahan mengakses rokok


Rokok merupakan barang yang sangat mudah diperoleh oleh
masyarakat. Harga yang sangat terjangkau dan dapat diperoleh dimanamana akan memberikan dampak buruk terhadap remaja (Haryanto, 2008)

31

Kemudahan mengakses rokok erat kaitannya dengan perilaku


merokok. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
Kemudahan mengakses rokok berpengaruh terhadap perilaku merokok,
diantaranya :
1.

Muliyana (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemudahan


mengakses rokok dengan tindakan merokok mahasiswa Universitas
Hasanuddin

dengan

nilai

p=0,000.

Responden

yang

mudah

mendapatkan rokok sebanyak 227 (60,1%), dan yang tidak mudah


mendapatkan rokok sebesar 151 (39,9%).
2.

Martinez (2014) menemukan bahwa 62,5% pengguna rokok elektronik


dengan nikotin 70% mendapatkan cairan nikotin di toko khusus
sedangkan 3,3% menunjukkan bahwa mereka mendapatkannya dari
internet.

32

H.

Kerangka Teori

Faktor Pendorong :

Faktor Penguat :

Faktor Pemungkin :

1.
2.
3.
4.
5.

1. Iklan
2. Agama
3. Ketersediaan
rokok
4. Keterjangkauan

1.
2.
3.
4.

Pengetahuan
Sikap
Usia
Pendidikan
Tingkat sosial
dan ekonomi
6. Tradisi dan
kepercayaan

Teman sebaya
Orang tua
Biaya
Jarak

Perilaku Merokok

Gambar 1 : Kerangka Teori Lawrence Green Tahun 1980

Teori Green (1980) dalam Notoadmojo menyatakan bahwa perilaku kesehatan


seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor-faktor 3
predisposisi/predisposing factor (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat sosial
ekonomi, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya), faktor-faktor pemungkin/enabling
factor (lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan), faktor-faktor penguat/reiforcing factor (sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat). Adapun faktor yang mempengaruhi remaja merokok adalah predisposisi
(pengetahuan, sikap, kepercayaan), faktor pemungkin (iklan, uang saku), faktor
penguat (orang tua, teman) (Oktavia, 2011).

33

BAB III
KERANGKA KONSEP

A.

Dasar Pemikiran Variabel Penelitian


Perilaku merokok merupakan kebiasaan yang lazim ditemui dalam
keadaan sehari-hari dan sifatnya fenomenal. Usia merokok yang semakin
muda menyebabkan usia harapan hidup semakin pendek, dengan mengingat
rokok sebagai pemicu utama penyakit jantung koroner dan berbagai jenis
penyakit lainnya diberbagai organ mulai dari kepala sampai kaki (Bustan,
2000).
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka
peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel dependen dan
independen dalam penelitian ini. Adapun variabel-variabel yang akan diteliti
yaitu :
1.

Pengaruh teman sebaya


Salah satu yang memiliki andil besar mempengaruhi sikap dan
perilaku adalah kelompok teman sebaya dan pasangannya. Berbagai
fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja

34

tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok (AL-Bachari


dalam Hariyanto, 2008).
2.

Pengaruh keluarga
Lingkungan keluarga memiliki peran besar dalam membentuk
kepribadian anak, karena dalam keluargalah anak yang pertama kali
mengenal dunia ini. Salah satu temuan tentang perokok adalah bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan
rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado, 2008).

3.

Iklan
Iklan

rokok

adalah

kegiatan

untuk

memperkenalkan,

memasyarakatkan dan atau mempromosikan rokok dengan atau tanpa


imbalan kepada masyarakat dengan tujuan mempengaruhi konsumen
agar menggunakan rokok yang ditawarkan, yang selanjutnya disebut
iklan. Iklan dinilai meningkatkan konsumsi tembakau dianggap baik
dan biasa (Rina, 2004 dalam Naim, 2008).
4.

Kemudahan mengakses rokok


Kemudahan mendapatkan rokok baik bagi yang merokok maupun
yang tidak merokok. Di negara kita di Indonesia merupakan salah satu
faktor penting yang harus ditanggulangi dalam upaya penanggulangan
masalah rokok.

35

B.

Kerangka Konsep Penelitian

Pengaruh
teman sebaya

Merokok
dengan Jenis
Tembakau

Pengaruh
keluarga
Perilaku
Merokok

Iklan

Merokok
dengan Jenis
Elektronik

Kemudahan
mengakses
rokok

Keterangan :
= Variabel independen

= Variabel dependen

36

C.

Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


1.

Perilaku Merokok
Yang dimaksud perilaku merokok dalam penelitian ini adalah
segala aktivitas yang dilakukan mahasiswa Universitas Hasanuddin
yang dinilai dengan kebiasaan merokok tembakau dan elektronik.
Untuk menentukan kriteria pada perilaku merokok, digunakan skala
ukur Guttman yaitu pertanyaan Ya atau Tidak yang di beri score 1
bagi jawaban benar dan score 0 bagi jawaban yang salah.
a) Perilaku merokok tembakau
Kriteria objektif :
Merokok

: Jika responden merokok menggunakan jenis rokok


tembakau minimal 1 tahun terakhir

Tidak merokok : Jika tidak sesuai dengan kriteria diatas


b) Perilaku merokok elektronik
Kriteria objektif :
Merokok

: Jika responden merokok menggunakan jenis rokok


elektronik minimal 1 tahun terakhir

Tidak merokok
2.

: Jika tidak sesuai dengan kriteria diatas

Teman Sebaya
Yang dimaksud dengan teman sebaya dalam penelitian ini adalah
orang-orang yang merokok disekitar responden menurut pengakuan
responden seperti adanya teman merokok, ajakan dari teman yang
merokok dan tindakan ketika ada teman yang merokok.

37

Lingkungan teman sebaya diukur dengan menggunakan skala


Guttman dengan menggunakan dua kategori supaya perbedaan
intensitas antar individu lebih jelas, dimana jawaban yang tepat diberi
skor 1 dan salah diberi skor 0.
Kriteria objektif :
Berpengaruh

: Bila total skor yang diperoleh responden > nilai


median sampel.

Tidak berpengaruh : Bila total skor yang diperoleh responden < nilai
median sampel.
3. Keluarga
Keluarga dalam penelitian ini ialah orang-orang yang merokok
disekitar responden menurut pengakuan responden seperti orang tua,
saudara kandung atau kerabat lain yang tinggal serumah dengan
responden.
Lingkungan keluarga diukur dengan menggunakan skala
Guttman dengan menggunakan dua kategori supaya perbedaan
intensitas antar individu lebih jelas, dimana jawaban yang tepat diberi
skor 1 dan salah diberi skor 0.

38

Kriteria objektif :
Berpengaruh

: Bila total skor yang diperoleh responden


> nilai median sampel.

Tidak berpengaruh

: Bila total skor yang diperoleh responden <


nilai median sampel.

4. Iklan
Yang dimaksud dengan iklan adalah semua bentuk penayangan
tentang produk rokok yang ada pada media masa seperti media cetak
(buku, majalah, koran), media elektronik (televisi, radio, dan film)
yang mempengaruhi yang dianggap responden merokok. Faktor iklan
rokok diukur dengan skala Guttman, dengan menggunakan dua
kategori supaya perbedaan intensitas antar individu lebih jelas (kasar),
dimana jawaban yang tepat diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.
Kriteria objektif :
Berpengaruh

: Bila total skor yang diperoleh responden >


nilai median sampel.

Tidak berpengaruh

: Bila total skor yang diperoleh responden <


nilai median sampel.

5.

Kemudahan mengakses rokok


Kemudahan mengakses rokok yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah cara memperoleh rokok dari ketersediaan dan kemudahan

39

responden dalam mendapatkan rokok elektronik untuk dikonsumsi


sehari-hari.
Kemudahan mengakses rokok diukur dengan menggunakan skala
Guttman Skoring jawaban berdasarkan jawaban ya diberi nilai (1)
dan jawaban tidak diberi nilai (0).
Kriteria Objektif :
Terjangkau

: Bila responden memperoleh skor nilai median


sampel.

Tidak terjangkau

: Bila responden memperoleh skor < nilai median


sampel.

D.

Hipotesis Penelitian
1.

Hipotesis Null (Ho)


a) Tidak ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok
pada mahasiswa UNHAS tahun 2015
b) Tidak ada hubungan antara keluarga dengan perilaku merokok pada
mahasiswa UNHAS tahun 2015
c) Tidak ada hubungan antara iklan dengan perilaku merokok pada
mahasiswa UNHAS tahun 2015
d) Tidak ada hubungan antara kemudahan mengakses rokok dengan
perilaku merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015
e) Tidak ada hubungan antara harga rokok dengan perilaku merokok
pada mahasiswa UNHAS tahun 2015

40

f) Tidak ada perbandingan determinan antara perilaku merokok


tembakau dan elektronik pada mahasiswa UNHAS tahun 2015

2.

Hipotesis Alternatif (Ha)


a. Ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok pada
mahasiswa UNHAS tahun 2015
b. Ada hubungan antara keluarga dengan perilaku merokok pada
mahasiswa UNHAS tahun 2015
c. Ada hubungan antara iklan dengan perilaku merokok pada
mahasiswa UNHAS tahun 2015
d. Ada hubungan antara kemudahan mengakses rokok dengan
merokok pada mahasiswa UNHAS tahun 2015
e. Ada hubungan antara harga rokok dengan merokok pada
mahasiswa UNHAS tahun 2015.
f. Ada perbandingan determinan antara perilaku merokok tembakau
dan elektronik pada mahasiswa UNHAS tahun 2015

41

BAB IV
METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan
rancangan Cross Sectional Study untuk melihat faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok pada mahasiswa Universitas
Hasanuddin tahun 2015 dan perbandingan antara perilaku merokok
tembakau dan elektronik pada mahasiswa Universitas Hasanuddin Tahun
2015. Adapun variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku
merokok yang terdiri dari peilaku merokok tembakau dan perilaku merokok
elektronik dan variabel independennya adalah pengaruh teman sebaya,
pengaruh keluarga, iklan dan kemudahan mengakses rokok.

B.

Lokasi dan Waktu Penelitian


1.

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kampus Universitas Hasanuddin di jalan
perintis kemerdekaan km. 10, Tamalanrea Provinsi Sulawesi Selatan.

2.

Waktu Penelitian
Penelitian ini rencananya dilaksanakan pada Januari Februari
2015.

42

C. Populasi dan Sampel


1.

Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki
Universitas Hasanuddin yang terdaftar dan masih aktif mengikuti
semester berjalan tahun 2014 dengan jumlah 10.450 mahasiswa yang
tersebar di 14 (empat belas) fakultas.
Penelitian ini hanya mengambil responden berjenis kelamin lakilaki karena perokok pada umumnya berjenis kelamin laki-laki. Beda
halnya pada budaya barat di negara-negara maju, budaya ketimuran
indonesia mengkondisikan wanita menyandang citra buruk sebagai
perokok.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah
mahasiswa laki-laki Universitas Hasanuddin yang terdaftar dan masih
aktif mengikuti semester berjalan tahun 2014 yang tersebar di 14
fakultas. Dengan kriteria inklusi responden yaitu mahasiswa laki-laki
yang merokok, bersedia menjadi responden penelitian dan masih aktif
mengikuti semester berjalan. Kriteria eksklusi responden yaitu
mahasiswa laki-laki yang tidak merokok, tidak bersedia menjadi
responden penelitian dan tidak aktif mengikuti semester berjalan.
a. Besar Sampel
Besar sampel mahasiswa yang merokok akan ditentukan
dengan menggunakan rumus Lameshow (1997) :

43

Ket: n = Jumlah sampel keseluruhan


N = Besar populasi (

p = Perkiraan proporsi kejadian variabel yang diteliti (0,5)


q = 1- q = 1- 0,5 = 0,5
Z = Derajat kepercayaan (1,96)
d = Tingkat ketelitian yang diinginkan (0,05)
Adapun uraian perhitungan menggunakan rumus tersebut adalah
sebagai berikut:
(

)
(

D.

)(

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pernarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
probability sampling. Menurut Sugiyono (2004) probability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang memberi peluang atau kesempatan yang sama
bagi setiap individu dalam populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun teknik
probability sampling yang akan digunakan adalah proportional stratified random

44

sampling. Berikut adalah hasil penarikan sampel mahasiswa laki-laki berdasarkan


fakultas di Universitas Hasanuddin :

Keterangan :
Ni = Jumlah populasi menurut fakultas
n = Jumlah sampel keseluruhan
N = Jumlah seluruh populasi
ni = Jumlah sampel menurut fakultas

Tabel 4.1
Distribusi Populasi dan Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Lakilaki
dan Fakultas Tahun 2014
Populasi

Sampel

No

Fakultas

Laki-laki

Laki-laki

Ekonomi

674

24

Hukum

1106

39

Kedokteran

770

27

Teknik

3079

109

Sospol

814

29

Sastra

694

25

Pertanian

693

25

MIPA

628

22

Peternakan

484

17

10

FKG

171

11

FKM

198

12

Ilmu Kelautan dan Perikanan

572

20

13

Kehutanan

373

13

14

Farmasi

194

10.450

370

Total

Sumber : Biro Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, 2014


45

Adapun cara mengambil anggota sampel menggunakan Quota


Sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan
jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan
sampel dari populasi.

E.

Cara Pengumpulan Data


1.

Data Primer
Data primer yang dikumpulkan dalam proses penelitian melalui
pertemuan dengan responden dan melakukan wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Data primer diperoleh dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Peneliti mendatangi secara langsung responden disetiap fakultas
untuk menyebar kuesioner kepada responden.
b. Peneliti menanyakan jenis rokok (elektronik dan tembakau) yang
dikonsumsi responden
c. Responden mengisi kuesioner secara langsung dengan didampingi
peneliti agar dapat dijelaskan pertanyaan yang kurang dimengerti
d. Setelah diisi, kuesioner tersebut dikembalikan lagi kepada peneliti.
Peneliti melakukan pengendalian kualitas data dengan memeriksa
kuesioner yang telah diisi oleh responden pada saat berlangsung
proses pengumpulan kuesioner untuk memeriksa apakah pengisian
semua kuesioner sudah lengkap dan benar.

46

2.

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari bagian Biro Akademik Universitas
Hasanuddin dan Web Resmi Universitas Hasanuddin.

F.

Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah kuesioner yang berisi pertanyaan terkait karakteristik responden,
perilaku merokok tembakau, perilaku merokok elektronik, pengaruh teman
sebaya, pengaruh keluarga, iklan, dan kemudahan mengakses rokok.

G.

Pengolahan Data dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Adapun proses pengolahan data yang dilakukan, adalah sebagai
berikut :
a.

Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan
dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan
data, dan kesesuaian data, melakukan koreksi, serta melengkapi
data yang belum terisi.

b.

Coding
Proses koding dilakukan dengan memberikan nomor variabel,
nama variabel dan kode, untuk memudahkan dalam pengolahan

47

data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan


simbol-simbol tertentu, untuk setiap jawaban.
c.

Entry Data
Setelah melakukan koding di SPSS, selanjutnya menginput
data pada masing-masing variabel. Urutan data yang diinput
berdasarkan nomor rekam medik yang telah dipilih secara acak.

d.

Cleaning Data
Setelah proses penginputan data, maka dilakukan cleaning data
dengan cara melakukan analisis frekuensi pada semua variabel
untuk melihat ada tidaknya missing data. Data yang missing
dibersihkan sehingga dapat dilakukan proses analisis.

e.

Scoring (Memberi skor)


Setelah data diperbaiki dan dikoreksi kesalahan-kesalahan
pada waktu pengisian, selanjutnya diberikan skor untuk setiap
variabel penelitian dengan tujuan memudahkan mengidentifikasi
variabel penelitian dan selanjutnya dilakukan kategori berdasarkan
rata-rata nilai tiap variabel.

H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan:
1.

Analisis Univariat

48

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari


hasil penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi dan
presentasi dari tiap variabel yang diteliti.

2.

Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap tiap variabel untuk
melihat perbedaan perilaku merokok elektronik dan tembakau
dengan menggunakan uji-t 2 sampel independen. Menurut
kurniawan (2008), Uji-t 2 sampel independen (bebas) adalah
metode yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2
populasi yang bersifat independen.

I.

Penyajian Data
Data yang telah dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel
dan disertai dengan asumsi penjelasannya.

Catatan :

49

You might also like