Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Karina Anindya Prameswari Sembiring Meliala
110120130508
Dosen:
Prof. Dr. H. Romli Atmasasmita, S.H., LL.M.
Nella Sumika Putri, S.H., M.H.
Widati Wulandari, S.H., M.Crim.
BAB I
SEJARAH HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
Era Abad 16 Masehi
Pada era Kerajaan Romawi dibawah Kaisar Justinianus, dimana dengan
kekuatan
undang-undang,
Justinianus
telah
memberikan
dukungan
Pandangan dari Vittoria ini dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah bagi
perkembangan hukum hukum pidana internasional pada masa yang akan
dating
Era Abad 16-18 ,pakar hukum Alberto Gentili, Francisco Suares, Samuel
Pufendorf dan Emerich de vattel dan Era Hugo de Groot, 1625
Perkembangan pesat tentang masalah perang di dalam sejarah hukum
internasional terjadi pada abad 16-18 ketika penulis-penulis terkenal seperti,
Alberto Gentili, Francisco Suarez, Samuel dan Emerich de Vattel telah
membahas dan mencari dasar-dasar hukum suatu peperangan. Namun
seorang tokoh yang terkenal pada masa itu adalah seorang ahli hukum
Belanda, Hugo Grotius yang telah menulis dan menerbitkan sebuah treatise
the Law of War and Peace in The Tree Books pada tahun 1625.
bangsa-bangsa
tanggal
21
November
1947,
resolusi
BAB II
PERKEMBANGAN HUKUM PIDANA INTERNANSIONAL
Masyarakat Internasional yang bergabung dalam wadah Perserikatan
bangsa-bangsa mengakui bahwa perkembangan tindak pidana lintas batas
territorial tersebut semakin mempertinggi tingkat kesulitan kerja sama antar
negara dalam pencegahan dan pemberantasanya, terutama jika dalam tindak
pidana tersebut melibatkan warga negara asing, hal ini disebabkan oleh
karena
pertanggung
jawaban
Suatu
negara
dalam
hukum
pidana
Pelanggaran
berat
terhadap
perlindungan
dan
pelestarian
lingkungan hidup.
Beberapa bentuk perbuatan melawan hukum internasional yang dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana internasional sebagai mana di atur dalam
draf
articles
sebenarnya
telah
terjadi
dalam
kehidupan
masyarakat
internasional, dan sudah ada bentuk sanksi dan lembaga yang melaksanakan
sanksinya. Kususnya pelanggaran pelanggaran di bidang keamanan dan
perdamaian dunia.
Sebagai pelanggaran berat terhadap perdamaian dan keamanan dunia
adalah perang agresi yang dilakukan oleh angkatan perang jerman dengan
ideology nazinya serta perang agresiyang di lakukan oleh tentara jepang dan
italia dengan ideology fasisnya.
Penerapan sanksi oleh masyarakat internasional tehadap perang
agresi yang di lakukan oleh jerman, italia dan jepang adalah dengan
memerangi ke 3 negara itu oleh tentara sekutu yang melahirkan perang dunia
ke II.
Sanksi Internasional juga pernah di terapkan terhadap korea utara
yang di maksut untuk menghentikan dan menghukum kore utara atas
penyerbuan terhadap korea selatan yang dibantu oleh tentara republic cina,
tindakan korea utara tersebut merupakan pelanggaran terhadap perdamaian
dan keamanan dunia, untuk hal tersebut, pasukan keamana PBB memerangi
korea utara sebagai bentuk perwujutan sanksi internasional.
Kasus irak dengan kuait, yaitu kasus invasi tentara irak pada tanggal 2
agustus 1980 yang menguasai tempat-tempat strategis di wilayah kuait, dan
menyatakan kuwait sebagai propinsi ke 19 .Dewan keamana PBB dengan
suara bulat segera menyerukan penarikan mundur pasukan irak dari wilayah
territorial Kuwait. Dan mengambil tindakan kekerasan tanpa senjata, maupun
tindakan kekerasan dengan menggunakan kekuatan senjata, kemudian pada
tgl 6 agustus 1980 memberikan sanksi perdagangan dan pengiriman barang,
dewan keamanan berupaya terus untuk mengembalikan kedaulatan ,
kemerdekaan dan integritas territorial Kuwait melalui beberapa resolusi yang
intinya menuntut irak segera menarik pasukanya tanpa syarat dari Kuwait.
Karena irak telah mengabaikan keputusan dewan keamanan untuk menarik
diri dari Kuwait, pada tanggal 29 November 1980, dewan keamanan
menjatuhkan sanksi militer berupa serangan laut , udara dan darat.
Menurut Bassiouni, hukum pidana internasional adalah cabang ilmu
hukum baru yang memiliki aspek (pidana) nasional dan aspek hukum
internasional, kedua aspek hukum tersebut bersifat komplementer satu sama
lain.
Perkembangan hukum pidana internasional mengakui asal usul yang
berasal dari 3 (tiga) sumber, yaitu pertama, ia berasal dari sejarah hukum
internasional itu sendiri dengan ditetapkannya pembajakn di laut (piracy)
sebagai kejahatan yang mengancam umat manusia (hostis humanis generis)
pidana
formil,
ynag
diterimanya
prinsip
komplementaritas
Darfur,
dihapuskannya
Kamboja,dan
asas
statute
of
Sierra
Leone.
limitation
bagi
Kontribusi
penuntutan
ketiga,
terhadap
hukum
pidana
internasional
menghubungakn
dua
asas atau prinsip-prinsip yang di anut dala hukum pidana nasional dalam halhal tertentu dapat di batasi oleh praktek hukum pidana internasional.
Perkembangan kualias tindak pidana atau kejahatan menunjukkan
bahwa batas-batas territorial antara suatu negara dengan negara lain baik
dalam satu kawasan atau berbeda kawasan semakin menghilang, pada saat
ini hampir dapat di pastikan bahwa semua jenis atau bentuk kejahatan tidak
dapat di pandang sebagai yuridiksi kriminal suatu negara, akan tetapi sering
di klaim sebagai yuridiksi lebih dari satu negara, yang dapat menimbulkan
konflik yuridiksi yang sangat menggangu terhadap hubungan internasional
antar negara yang berkepentingan dalam kasus tindak pidana tertentu yang
bersifat lintas batas territorial.
BAB III
KESIMPULAN
Pembahasan mengenai aspek hukum dan hukum internasional di
dalam kerangka pemikiran tentang hukum pidana internasional di dasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
(1) Hukum pidana internasional sebagai sub-disiplin miliki dua sumber
hukum yaitu hokum yang berasal dari hukum pidana nasional dan hukum
internasional.
(2) Kedua sumber tersebut telah membentuk kepribadian ganda ini
tidak harus dipertantangkan, tetapi justru harus harus saling mengisi dan
melengkapi didalam menghadapi masalah kejahatan internasional.
(3) Salah satu perwujudan nyata dari suatu interaksi antara hukum
nasional dan hukum internasional terdapat pada lingkup pembahasan hokum
pidana internasional dengan objek studi tindak pidana yang bersifat transional
internasional.
(4)
Pembahasan
aspek
hukum
pidana
nasional
dan
hukum
Salah
diperkenankan
satu
adanya
kewajiban
reservation)
Negara
peserta
khususnya
bagi
(sekalipun
Indonesia
masih
ialah