Professional Documents
Culture Documents
TETANUS
Disusun oleh :
Destiatpin Sofyaningrum
G4A014012
G4A014013
G4A014015
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
TETANUS
Disusun oleh :
Destiatpin Sofyaningrum
G4A014012
G4A014013
G4A014015
Dokter Pembimbing :
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh kuman
Clostridium tetani yang dimanifestasikan berupa kejang otot proksimal, diikuti
oleh kekuatan otot seluruh tubuh. Kekuatan tonus otot ini selalu tampak pada otot
maseter dan otot-otot rangka (Mansjoer, 2008).
Tetanus terjadi secara sporadik dan hampir selalu menimpa individu non
imun, individu dengan imunitas parsial dan individu dengan imunitas penuh yang
kemudian gagal mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi
ulangan. Walaupun tetanus dapat dicegah dengan imunisasi, tetanus masih
merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama yang beriklim
tropis dan Negara-negara yang sedang berkembang, sering terjadi di Brazil,
Filipina, Vietnam, Indonesia, dan Negara lain di benua Asia.
Penyakit ini umum terjadi di daerah pertanian, pedesaan, pada daerah dengan
iklim hangat, selama musim panas dan pada penduduk pria. Pada Negara-negara
tanpa program imuniasi yang komprehensif, tetanus terjadi terutama pada neonates
dan anak-anak.
Meskipun WHO menetapkan target mengeradikasikan tetanus pada tahun
1995, tetanus tetap bersifat endemic pada Negara-negara sedang berkembang dan
WHO memperkirakan kurang lebih 1.000.000 kematian akibat tetanus di seluruh
dunia pada tahun 1992, termasuk di dalamnya 580.000 kematian akibat tetanus
neonatorium, 210.000 di Asia Tenggara, dan 152.000 di Afrika. Di Afrika selatan
kira-kira terdapat 300 kasus per tahun, dan kira-kira 12-15 kasus dilaporkan terjadi
tiap tahun di Inggris.
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang
memiliki kondisi kesehatan rendah. Data WHO menunjukkan, kematian akibat
tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju
(Mansjoer, 2008).
BAB II
STATUS PENDERITA
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Status
Pekerjaan
Tanggal masuk
Tanggal pemeriksaan
No CM
B.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. N
57 tahun
Perempuan
Ajibarang Wetan Rt 2/3, Ajibarang
Islam
Menikah
Ibu rumah tangga
16 Desember 2014
23 Desember 2014
00919547
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sulit untuk membuka mulut
Keluhan Tambahan
Leher terasa kaku, perut kaku, sesak nafas, lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Margono Soekarjo pada tanggal 16
Desember 2014 dengan keluhan sulit untuk membuka mulut. Keluhan tersebut
sudah dirasakan kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit Margono
Soekarjo, dan dirasakan semakin memberat. Selain sulit untuk membuka mulut,
pasien juga mengeluhkan leher yang terasa kaku, perut terasa kaku, sesak nafas,
dan badan terasa lemas. Leher dan perut terasa kaku sejak 2 hari yang lalu diikuti
dengan sesak nafas. Pasien juga mengeluhan sulit untuk makan sehingga badan
terasa lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat keluhan yang sama
2. Riwayat hipertensi
3. Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan di bangsal Mawar RSMS, 23 Desember 2014.
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Vital sign
Tekanan Darah
Nadi
Respiration Rate
Suhu
: tampak sesak
: Compos Mentis
: 130/80 mmHg
: 72 x/menit
: 21 x/menit
: 36,2 0C
4. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala
Mesocephal, simetris, venektasi temporalis (-/-)
2) Rambut
Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut dan terdistribusi merata
3) Mata
Simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
4) Telinga
Discharge (-), deformitas (-)
5) Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
6) Mulut
Bibir sianosis (-), lidah sianosis (-)
b. Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Palpasi : JVP 5+2 cm
c. Pemeriksaan thoraks
Paru
Inspeksi
: Dinding dada tampak simetris, tidak tampak
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
(-)
Perkusi
: Batas atas kanan
: SIC II LPSD
Batas atas kiri
: SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri
: SIC V LMCS
Auskultasi
: S1>S2 reguler; Gallop (-), Murmur (-)
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
: datar, supel
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Perkusi
: Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi
: Teraba keras (Perut papan), Nyeri tekan (-)
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
e. Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan
Edema
Sianosis
Akral dingin
Reflek fisiologis
Reflek patologis
D.
Ekstremitas
superior
Dextra Sinistra
+
+
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium darah tanggal 16 Desember 2014
Darah lengkap :
Hemoglobin
: 12.2 g/dl
Ekstremitas inferior
Dextra
+
-
Sinistra
+
-
Leukosit
: 9050 /Ul
Hematokrit
: 36% (Low)
Eritrosit
: 4.6 10e6/uL
Trombosit
: 417.000 /Ul
Ureum
Kreatinin
GDS
: 85 mg/dl
Natrium
: 142 mmol/L
Kalium
Klorida
: 4,0 mmol/L
: 104 mmol/L
Kesan
-
E. DIAGNOSIS KERJA
Tetanus
F. TERAPI
a. Farmakologis:
- O2 3 lpm (NK)
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Teragam 12 amp im (boka-boki)
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr iv
G. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan
berat (American Public Health Association, 2008). Tetanus terdapat dalam
beberapa bentuk klinis, termasuk penyakit yang generalisata, neonatal, dan
terlokalisasi (Abrutyn, 1994).
II. Etiologi
Tetanus disebabkan oleh basil gram positif, Clostridium tetani. Bakteri ini
terdapat di mana-mana, dengan habitat alamnya di tanah, tetapi dapat juga
diisolasi dari kotoran binatang peliharaan dan manusia. Clostridium tetani
merupakan bakteri gram positif berbentuk batang yang selalu bergerak dan
merupakan bakteri anaerob obligat yang menghasilkan spora.
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi tetanus umunya antara 3-21 hari, namun dapat singkat
sekitar 1-2 hari dan ada yang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi
makin jelek prognosa. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi
Clostridium tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan
permulaan penyakit, diminta makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin
panjang (Asa et al., 2006) :
Secara klinis tetanus ada 3 macam (Adams et al., 2011):
1. Tetanus umum
Tetanus ini merupakan tetanus yang paling sering dijumpai.
Terjadinya bentuk ini berhubungan dnegan luas dan dalamnya luka
seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, ulkus
dekubitus, dan ekstraksi gigi.
Biasanya timbul secara mendadak berupa kekakuan otot baik
menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot. Kekakuan otot
terutama pada rahang (trismus) dan leher (kaku kuduk). 50%
penderita tetanus umum akan menunjukkan trismus.
Patofisiologi
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospamin) dari bakteri Gram positif
anaerob, Clostridium tetani mula-mula masuk ke dalam tubuh sekitar 1
sampai 2 minggu setelah inokulasi dalam bentuk spora dalam tubuh yang
mengalami cedera/luka (masa inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4
penyakit yang penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari
pengaruh kekuatan ekstotoksin (tetanus, difteri, botulisme). Tempat masuknya
kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan lokal. Tertanamnya benda asing atau sepsis dengan
kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang
terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan
dengan patah tulang jari.
Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel
vegetatif bila dalam lingkungan yang anaerob, dengan tekanan oksigen
jaringan yang rendah. Selanjutnya, toksin akan diproduksi dan menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah dan sistem limpa. Toksin tersebut akan
beraktivitas pada tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk otak.
Gejala klinis timbul sebagai dampak ekstotoksin pada sinaps ganglion spinal
dan neuromuscular junction serta saraf otonom. Toksin dari tempat luka
menyebar ke motor end plate dan setelah masuk lewat ganglioside dijalarkan
secara intra axonal ke dalam sel saraf tepi, kemudian ke kornu anterior
sumsum tulang belakang. Akhirnya menyebar ke SSP.
Gejala klinis yang ditimbulkan dari eksotoksin terhadap susunan saraf
tepi
dan
pusat
tersebut
adalah
dengan
memblok
pelepasan
dari
sehingga
terjadi
gangguan
pernapasan,
metabolisme,
Timbulnya
kegagalan
mekanisme
inhibisi
yang
nirmal
yang
Diagnosis
Diagnosis tetanus sepenuhnya didasarkan pada temuan klinis, karena
pemeriksaan laboratorium tidak spesifik. Penegakan diagnosis sepenuhnya
didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik (Band et al., 2007 ; Dolin,
2008)
1. Anamnesis
Masa
inkubasi
Lokasi
Nilai
< 48 jam
2-5 hari
6-10 hari
11-14 hari
> 14 hari
5
4
3
2
1
5
4
3
2
infeksi
Tidak diketahui
Status
imunisasi
Tidak ada
Mungkin ada/ibu mendapatkan imunisasi (pada
neonatus)
> 10 tahun yang lalu
< 10 tahun yang lalu
Imunisasi lengkap
10
8
4
2
0
Faktor
pemberat
10
8
4
2
1
Sistem skoring menurut Ablett juga dikembangkan pada tahun 1967 dan
menurut beberapa literatur merupakan sistem skoring yang paling sering digunakan
(9,13,16)
VI.
Penatalaksanaan
A. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan
peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan
Merawat
dan
membersihkan
luka
sebaik-baiknya,
berupa
3. Pemberian antibiotika
Obat pilihannya adalah Penisilin, dosis yang diberikan untuk orang
dewasa adalah sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, sedang untuk
anak anak adalah sebesar 50.000 IU/kg BB/hari, dilanjutkan hingga 3
hari bebas panas. Bila penderita alergi terhadap penisilin, dapat diberikan
tetrasiklin. Dosis pemberian tetrasiklin pada orang dewasa adalah 4 x 500
mg/hari, dibagi dalam 4 dosis. Pengobatan dengan antibiotika ditujukan
untuk bentuk vegetatif clostridium tetani, jadi sebagai pengobatan radikal,
yaitu untuk membunuh kuman tetanus yang masih ada dalam tubuh,
sehingga tidak ada lagi sumber eksotoksin.
ATS atau HTIG ditujukan untuk mencegah eksotoksin berikatan dengan
susunan saraf pusat (eksotoksin yang berikatan dengan susunan saraf
pusat akan menyebabkan kejang, dan sekali melekat maka ATS / HTIG
tak dapat menetralkannya. Untuk mencegah terbentuknya eksotoksin
baru maka sumbernya yaitu kuman clostridium tetani harus dilumpuhkan,
dengan antibiotik
4. Penanggulangan kejang
Dahulu dilakukan isolasi karena suara dan cahaya dapat menimbulkan
serangan kejang. Saat ini prinsip isolasi sudah ditinggalkan, karena
dengan pemberian anti kejang yang memadai maka kejang dapat dicegah.
Dosis Orang
Jenis Obat
Dewasa
(Luminal)
Klorpromazin
(Largactil)
3 x 100 mg IM
(Valium)
dalam 6 dosis
3 x 10 mg IM
3 x 500 100 mg
Klorhidrat
per rectal
Bila kejang belum juga teratasi, dapat digunakan pelemas otot (muscle
relaxant) ditambah alat bantu pernapasan (ventilator). Cara ini hanya
dilakukan di ruang perawatan khusus (ICU = Intesive Care Unit) dan di
bawah pengawasan seorang ahli anestesi.
5. Perawatan penunjang
Yaitu dengan tirah baring, diet per sonde, dengan asupan sebesar 200
kalori / hari untuk orang dewasa, dan sebesar 100 kalori/kg BB/hari untuk
anak anak, bersihkan jalan nafas secara teratur, berikan cairan infus dan
oksigen, awasi dengan seksama tanda tanda vital (seperti kesadaran,
keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi, kecepatan pernapasan),
trisnus (diukur dengan cm setiap hari), asupan / keluaran (pemasukan dan
pengeluaran cairan), temperatur, elektrolit (bila fasilitas pemeriksaan
memungkinkan), konsultasikan ke bagian lain bila perlu.
6. Pencegahan komplikasi
Mencegah anoksia otak dengan (1) pemberian antikejang, sekaligus
mencegah laringospasme, (2) jalan napas yang memadai, bila perlu
lakukan
intubasi
(pemasangan
tuba
endotrakheal)
atau
lakukan
B. Obat-obatan
1.
Antibiotika
Diberikan parenteral Peniciline 1,2 juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis
50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 710 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan
preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi
dosis
tidak
melebihi
gram
dan
diberikan
dalam
dari
C.tetani,
bukan
untuk t o k s i n y a n g d i h a s i l k a n n y a . B i l a d i j u m p a i a d a
n y a k o m p l i k a s i p e m b e r i a n a n t i b i o t i k a b r o a d spektrum
dapat dilakukan. Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazole Diberikan
terutama bila penderita alergi penisilin.
-
dapat
1:1000.
antitoksin
Ini
berasal
dan
harus
dilakukan
dari
sedia
karena
diberikan
Berhrmann
ada
(1987)
berbagai
dan
G r o s s m a n (1987)
lewat
i.v
dan
pendapat.
yang diberikan
setengahnya i.m.
diberikan selama 1-
2 jam.
D i F K U I , A T S diberikan dengan dosis 20.000 u selama 2
hari. Di Manado, ATS diberikan dengan dosis i.m, sekali
pemberian. Antitoksin lainnya Antitoksin dapat digunakan Human
Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu
kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara
intravena karena TIG mengandung "anti complementary
aggregates
of
globulin
",
yang
mana
ini
Tetanus
Toksoid
(TT)
yang
pertama, dilakukan
berbeda.
Pemberian
DOSIS
EFEK
SAMPING
Diazepam
Stupor,
Meprobamat
Klorpromasi
(IM)
300 400 mg/ 4 jam (IM)
25 75 mg/ 4 jam (IM)
koma
Tidak ada
Hipotensi
n
Fenobarbital
Depresi
pernapasa
n
datang dalam
diberikan
dosis
keadaan
0 , 5 mg/kgbb/kali i.v.
dosis
0,5/kgbb/kali
sehari
DAFTAR PUSTAKA
Abrutyn, Elias. 1994. Tetanus dalam Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam
Volume 2 edisi 13. Jakarta: EGC
Adams. R.D,et al.2011. Tetanus in :Principles of Neurology,McGraw-Hill
Asa, K. D, Bertorini, T. E. Pinals, R. S. 2006. Case Report Myositis Ossificans
Circumscripta, a Complication of Tetanus. Am. J. Med. Sciences
Band, JD, Bennet JV. 2007. Tetanus In:Hoeprich PD, ed. Infectious Disease.
Philadelphia : Harper and Row.
Behrman.E.R. 2006. Tetanus, chapter 193, edition 15
Company
th
, Nelson, W.B.Saunders
Cottle LE, Beeching NJ, Carrol ED, Parry CM. 2011. Tetanus. Available at:
https://online.epocrates.com/u/2944220/Tetanus+infection. Diakses tanggal 28
Desember 2014.
Dolin,R., 2008. Principles and Practice Of Infectious Disease 4 th. New York:
Churchill Livingstone
Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J, et al. Neurological
Aspects of Tropical Disease: Tetanus. J Neurol Neurosurg Psychiatry.
2000;69:292301.
Hotez, P., Wilfert C. 2004. Tetanus (Lockjaw) and Neonatal Tetanus.edisi 11.
USA:Mosby
Ismanoe, Gatot. 2010. Tetanus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Adalam Jilid III edisi
V. Jakarta: Interna Publishing.
Masnjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. FKUI. Jakarta. 2008.