You are on page 1of 19

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

CHILD ABUSE

Disusun Oleh

Saino
P. 10220206036

POLITEKNIK KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO
2008

LAPORAN PENDAHULUAN
A; PENGERTIAN
1; Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang
keras, yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu
badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut.
(Delsboro, 1963)
2; Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai
stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada
pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh
orang tuanya / pengasuh. (Fontana, 1971)
3; Child abuse adalah setiap tindakan yang mempengaruhi perkembangan
anak sehingga tidak optimal lagi.
4; Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga
tidak optimal lagi (David Gill, 1973)
5; Child abuse yaitu trauma fisik atau mental, penganiayaan seksual,
kelalaian pengobatan terhadap anak di bawah usia 18 tahun oleh orang
yang seharusnya memberikan kesejahteraan baginya. (Hukum masyarakat
Amerika Serikat mendefinisikan, 1974)
6; Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,
menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan
seksual (Synder, 1983)
7; Child abuse adalah sebagai suatu kelalaian tindakan / perbuatan oleh
orang tua atau yang merawat anak yang mengakibatkan terganggu
kesehatan fisik emosional serta perkembangan anak. (Patricia, 1985)
8;

Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap


anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap
anak

B; KLASIFIKASI
Perlakuan salah pada anak, menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1; Penganiayaan fisik

Kekerasan ringan atau berat berupa trauma, atau penganiayaan yang


dapat menimbulkan risiko kematian. Yang termasuk dalam katagori ini
meliputi memar, perdarahan internal, perdarahan subkutan, fraktur, trauma
kepala, luka tikam dan luka bakar, keracunan, serta penganiayaan fisik
bersifat ritual.
2; Penganiayaan seksual
Penganiayaan seksual dapat berupa inces (penganiayaan seksual oleh
orang yang masih mempunyai hubungan keluarga), hubungan orogenital,
pornografi, prostitusi, ekploitas, dan penganiayaan seksual yang bersifat
ritual.
3; Penganiayaan psikologis
Yang termasuk dalam kategori ini meliputi trauma psikologik yang
dapat menganggu kehidupan sehari-hari seperti ketakutan, ansietas, depresi,
isolasi, tidak adanya respons dan agresi yang kuat.
4; Pengetahuan
Pengabaian disengaja, tetapi dapat juga karena ketidaktahuan atupun
akibat kesulitan ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini meliputi:
a; Pengabaian nutrisi atau dengan sengaja kurang memberikan makanan,
paling sering dilakukan pada bayi

yang berat badan rendah. Gagal

tumbuh, yaitu suatu kegagalan dalam pemenuhan masukan kalori serta


kebutuhan emosi anak yang cukup.
b; Pengabaian medis bagi anak penderita suatu penyakit akut atau kronik
sehingga mengakibatkan memburuknya keadaan, bahkan kematian.
c; Pengabaian pendidikan anak setelah mencapai usia sekolah, dengan tidak
menyekolahkannya.
d; Pengabaian emosional, dimana orangtua kurang perhatian terhadap
anaknya.
e; Pengabagian keamanan anak. Anak kurang pengawasan sehingga
menyebabkan anak mengalami risiko tinggi terhadap fisik dan jiwanya.
5; Sindroma munchausen
Sindroma munchausen merupakan permintaan pengobatan terhadap
penyakit yang dibuat dengan pemberian keterangan medis palsu oleh orang
tua, yang menyebabkan anak banyak mendapat pemeriksaan/prosedur rumah
sakit.

6; Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak
mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti
bentuk penganiayaan lain
C; ETIOLOGI
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor
penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
1; Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara
lain:
a; Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
b; Orangtua yang agresif dan impulsif.
c; Keluarga dengan hanya satu orangtua.
d; Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara
emosional dan ekonomi.
e; Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
f; Tidak mempunyai pekerjaan.
g; Jumlah anak yang banyak.
h; Adanya konflik dengan hukum.
i; Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
j; Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
k; Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat
dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.
2; Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
a; Anak yang tidak diinginkan.
b; Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi
neonatal, berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang
membutuhkan perawatan yang berkepanjangan.
c; Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.

d; Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.


e; Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat
nakal.
f; Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.
3; Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban
terhadap perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak
dilakukan oleh orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup
dalam kemiskinan meningkatkan laporan penyiksaan fisik terhadap anakanak. Hal ini mungkin disebabkan karena:
a; Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau
hidup yang berdesakan).
b; Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
c; Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d; Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan
orang tua tunggal (single parent).
D; MANIFESTASI KLINIS
Anak- anak yang menjadi korban child abuse rata-rata perkembangan
psikologis mengalami gangguan.Mereka terlihat murung, tertutup, jarang
beradaptasi dan bersosialisasi, kurang konsentrasi, dan prestasi akademik
menurun (Hefler, 1976). Studi lain menemukan bahwa anak-anak usia di bawah
25 bulan yang menjadi korban child abuse, skor perkembangan kognitifnya
lemah. Hal ini ditandai oleh empat perbedaan perilaku dan perkembangan anak,
yakni perbuatan kognitif, penyesuaian fungsi-fungsi di sekolah, perilaku di ruang
kelas. Dan perilaku di rumah (Mackner, 1997).
Anak yang berulang kali mengalami jelas pada susunan saraf pusatnya
dapat mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental, kejang-kejang
hidrosefalus, atau ataksia. Selanjutnya, keluarga-keluarga yang tidak mendapat
pengobatan serta perawatan yang memadai cenderung akan menghasilkan anak
remaja yang nakal dan menjadi penganiaya anak sendiri pada generasi
berikutnya.

Anak yang telah mengalami penganiayaan seksual dapat menyebabkan


perubahan tingkah laku dan emosi anak, antara lain depresi, percobaan bunuh
diri. Gangguan stress post traumatik, dan penggunaan makan. Seorang anak lakilaki korban penganiayaan seksual di kemudian hari.
Wanita yang secara fisik mengalami kekerasan pada waktu anak-anak
akan dua kali lebih tinggi rentan atas penyakit atau gejala kegagalan untuk
makan. Sebuah dampak yang membuat para wanita itu ketika beranjak dewasa
mengalami masalah dengan mengkonsumsi makanan. Namun dampak yang
paling besar dialami adalah akibat perlakuan keras dan pelecehan seksual saat
mereka masih gadis. Kekerasan saat kecil memang sudah lama menjadi satu
faktor penyebab timbulnya gejala atau penyakit sulit makan seperti anorexia dan
bulimia. Gejala bulimia ini pernah dialami oleh mendiang Putri Wales, Putri
Diana yang stress akibat perlakuan yang diterimanya. Gejala anorexia dan
bulimia hampir terjadi pada semua responden wanita dimana 102 wanita
memiliki gejala yang jelas sementara 42 wanita lainnya harus melakukan
konsultasi dengan dokter mengenai gejala yang mereka alami. Seorang gadis
akan mengalami gejala perlakuan keras semasa kecil. Bahkan resiko itu akan
naik tiga hingga empat kali pada wanita yang mengalami kekerasan fisik dan
seksual sekaligus.
E; KOMPLIKASI
1; Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
2; Kejang-kejang
3; Hidrocepalus
4; Ataksia
5; Kenakalan remaja
6; Depresi dan percobaan bunuh diri
7; Gangguan Stress post traumatic
8; Gangguan makan
F; PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada
penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan.

a; Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam setelah


penganiayaan seksual.
b; Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.
c; Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
d; Analisa rambut pubis.
2; Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan
salah pada anak, yaitu untuk:
a; Identifikasi fokus dari bekas
b; Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya
dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun
hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam
pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan
tingkat penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya
penganiayaan fisik. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis
adanya lesi viseral. CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut
dan kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi
yang mengalami trauma kepala yang berat.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang
subakut.
Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaan seksual.
G; PENCEGAHAN
Konvensi Magna Carta atau Bill of Rights for Children mencakup banyak
ketentuan proteksi dan hak-hak anak sebagai berikut:
1; Hak kelangsungan hidup dan berkembang
2; Hak yang menyangkut lama, kebangsaan, dan identitas.
3; Proteksi anal, dari ekspioitasi seluruh bentuk kekerasan fisik, mental, dan
pengabaian (maltreatment).
4; Hak untuk mendapatkan pendidikan.
5; Proteksi anak dari semua bentuk perlakuan salah akibat proses adopsi.
6; Proteksi dari diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.

7; Hak untuk berpartisipasi.


Lembaga Anak Indonesia

menetapkan pendekatan pada penganiayaan dan

pengabaian anak atas dasar:


1; Sasaran jangka pendek dan jangka panjang.
2; Tujuan dan target yang akan dicapai.
3; Keterlibatan dokter anak, ahli hukum, pendidik dan lain-lain.
4; Perluasan hukum dan pendidikan pada kesejahteraan anak.
5; Indikator yang dipakai dalam mengevaluasi.
6; Meningkatkan persiapan dan aktivitas yang dibutuhkan.
7; Tersedianya fasilitas untuk intervensi.
Peran tenaga kesehatan paling penting adalah dalam upaya pencegahan perlakuan
salah pada anak yaitu:
1; Mengidentifikasi orangtua risiko tinggi yang tidak mampu mencintai,
merawat, memelihara, ataupun membesarkan keturunannya dengan memadai.
2; Penganiayaan dan pengabaian berat dapat dicegah kalau keluarga tersebut
mendapat sebuah bentuk perawatan dan pemeliharaan yang mencakup kursus
merawat antenatal, persalinan, rawat gabung, kontak orangtua dengan bayi
prematur, serta kunjungan dokter dan perawat kesehatan masyarakat yang
lebih sering dan petunjuk yang terus menerus dari masing-masing disiplin
ilmu.
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada
anak merupakan tanggung jawab semua pihak, meliputi :
1; Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program
yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat. Secara rinci dapat
dilihat pada tabel 2.
2; Pendidik
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan
yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran
biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan
harus dijaga tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan
keamanan anak di sekolah.Sikap atau cara mendidik anak juga perlu

diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu
mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3; Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan
anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari
semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan
bahwa anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara
wajar.
4; Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya
diikuti oleh artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada
anak baik jangka pendek maupun panjang diberitakan agar program
pencegahan lebih ditekankan.
H; PENATALAKSANAAN
Karena perlakuan salah pada anak ini merupakan akibat dari penyebab
yang kompleks, maka penanganan harus dilakukan oleh suatu tim dari
multidisiplin ilmu yang terdiri dari dokter anak, psikiater, psikolog, petugas
sosial, ahli hukum, pendidik, dan lain-lain. Seorang anak yang dicurigai
mengalami penganiayaan atau pengabaian harus dirumahsakitkan, terlepas dari
luas dan hebatnya jejas yang dialaminya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
melindungi anak tersebut.
Di Hongkong, Departemen Sosial atau polisi menggunakan Pengadilan
Anak-anak untuk melindungi dan merawat anak tersebut. Dengan cara intervensi
dari multidiplin ilmu, sekitar 80% dari keluarga mengalami perbaikan meskipun
setengahnya memerlukan dukungan dalam jangka lama

Factor penyebab perlakauan salah pada anak


Faktor social kultural
Nilai / norma yang ada di masyarakt
Hubungan antar manusia
Kemjuan jaman: pendidikan, hiburan, olahraga, kesehatan, hokum, dsb.

Stress berasal dari anak

Stress keluarga

Stress berasal dari orang tua

Fisik berbeda (misal Kemiskinan,


cacat)
pengangguran, perumahan tidak memadai
Rendah diri
mental berbeda (misal
Hubungan
retardasi orang
mental)
tua-anak, stress perinatal, anak yang tidak diharapkan, waktu
prematuritas
kecilnya mendapat perlakuan salah
Temperamen berbedaperceraian
(misal sukar)
depresi
tingkah laku berbedadll
(misal rehiperaktif)
harapan pada anak yang tak realistic
anak angkat / tiri
kelaianan karakter/ gangguan jiwa
dll
dll

Situasi pencetus
Disiplin
Konflik keluarga/ pertengkaran
Masalah lingkungan yang mendadak

Sikap perbuatan yang keliru

penganiayaan

Resiko keterlambatan tumbang

Ketidak mampuan merawat

Resiko Cedera
Resiko Trauma

Ketakutan

Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua, anak atau bayi Cemas

Sumber :
1; Soetjiningsih,1995
2; Nanda,2002

Terror mental

ASUHAN KEPERAWATAN CHILD ABUSE


A; PENGKAJIAN
1; Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu.
2; Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan fraktur/memar/jaringan yang
berbeda waktu sembuhnya.
3; Orang tua yang lambat mencari pertolongan medis.
4; Orang tua yang mengaku tidak mengetahui bagaimana jelas tersebut terjadi.
5; Riwayat kecelakaan dari orangtua berbeda atau berubah-ubah pada
anamnesis.
6; Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas yang tampak atau
stadium perkembangan anak.
7; Orang tua yang mengabaikan jejas utama yang hanya membicarakan masalah
kecil yang terus-menerus.
8; Orangtua berpindah dari satu dokter ke dokter yang lain sampai satu saat
akhir bercerita bahwa ada sesuatu yang salah dengan anak mereka.
9; Penyakit anak yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
10; Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas.
11; Anak wanita yang tiba-tiba berubah tingkah lakunya, menyendiri atau sangat
takut dengan orang asing, harus diwaspadai kemungkinan terjadinya
penganiayaan seksual.
12; Pada anak yang lebih tua, mungkin dapat menceritakan jejasnya, tetapi
kemudian mengubah uraiannya karena rasa takut akan pembalasan atau untuk
mencegah pembalasan orangtua.
B; DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA,2002
1; Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan
lingkungan.
2; Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,
ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.

3; Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan


dengan perlakuan kekerasan
4; Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
5; Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6; Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
C; INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut NOC,1997 dan NIC,1996
1; Dx 1 : Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian
asuhan dan lingkungan.
Tujuan: setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
trauma pada anak
NOC : Abuse Protection
Kriteria hasil
a; Keselamatan tempat tinggal
b; Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c; Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d; Keselamatan diri sendiri
e; Keselamatan anak
Keterangan skala:
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadan adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
NIC: Enviromental Mangemen: safety
a; Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik,
fungsi kognitif dan perilaku masa lalu
b; Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
c; Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan
d; Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
e; Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya
lingkungan

f; kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan


lingkungan
2; Dx 2 : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang
ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan rasa cemas anak
dapat berkurang / hilang
NOC : Kontrol cemas
Kriteria hasil
a; Monitor intensitas kecemasan
b; Menyingkirkan tanda kecemasan
c; Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
d; Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e; Menggunakan strategi koping efektif
Keterangan skala:
1 = tidak pernah dilakukan
2 = jarang dilakukan
3 = kadang dilakukan
4 = sering dilakukan
5 = selalu dilakukan
NIC

: Penurunan cemas

a; Tenangkan klien
b; Berusaha memahami keadaan klien
c; Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
d; Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan
cemas
e; Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat
f; kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
3; Dx 3 : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi
berhubungan dengan perlakuan kekerasan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan tidak terjadi kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi
NOC : Parenting
Kriteria hasil

a; Menyediakan kebutuhan fisik anak


b; Merangsang perkembangan kognitif
c; Merangsang perkembangan emosi
d; Merangsang perkembangan spiritual
e; Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
f; Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak
Keterangan skala
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadan adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
NIC

: Anticipatory guidance

a; Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan krisis situasional


selanjutnya dalam efek dari krisis yang ada pada kehidupan individu
dan keluarga.
b; Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat
c; sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku
pasien
d; tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah
e; Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan
masalah
f; Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan
4; Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang
tua)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
cidera
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil
a; Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b; Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c; Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d; Menghindari cidera fisik

e; Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.


Keterangan skala:
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
NIC

: Manajemen lingkungan: keselamatan

a; Monitor lingkungan untuk perubahan status


b; Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan
level fisik
c; Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
d; Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit
e; Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan
5; Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
Tujuan : Pasien tidak merasa takut.
NOC : Kontrol ketakutan
Kriteria hasil
a; Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
b; Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c; Mengendalikan respon ketakutan
d; Mempertahan penampilan peran dan hubungan social
NIC 1 : Pengurangan Ansietas
a; Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan
perilaku yang dapat menurunkan / mengurangi takut
b; Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru
c; Gendong / ayun-ayun anak
d; Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu
menurunkan ketakutan pasien
NIC 2 : Peningkatan koping
a; Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan
b; Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu
peristiwa

c; Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat
d; Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara
verbal
e; Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan
sebagai ancaman
6; Dx 6 : Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
Tujuan : Tidak terjadi keterlambatan perkembangan
NOC : Abusive behavior self-control
Kriteria hasil
a; Hindari perilaku kekerasan fisik
b; Hindari perilaku kekerasan emosi
c; Hindari perilaku kekerasan seksual
d; Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e; Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan
Keterangan skala:
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
NIC

: Family terapi

a; Tentukan terapi dengan keluarga


b; Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi
c; Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran
d; Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga
e; Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga

D; EVALUASI
1; Dx 1

: Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian


asuhan dan lingkungan.

a; Keselamatan tempat tinggal


b; Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c; Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d; Keselamatan diri sendiri

e; Keselamatan anak
2; Dx 2

: Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,


ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.

a; Monitor intensitas kecemasan


b; Menyingkirkan tanda kecemasan
c; Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
d; Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e; Menggunakan strategi koping efektif
3;

Dx 3 : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/ anak/ bayi


behubungan dengan perlakuan kekerasan
a; Menyediakan kebutuhan fisik anak
b; Merangsang perkembangan kognitif
c; Merangsang perkembangan emosi
d; Merangsang perkembangan spiritual
e; Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
f; Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak

4; Dx 4

: Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang


tua)

a; Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan


b; Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c; Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d; Menghindari cidera fisik
e; Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.
5; Dx 5

: Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social

a; Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan


b; Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c; Mengendalikan respon ketakutan
d; Mempertahan penampilan peran dan hubungan social
6; Dx 6

: Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku


kekerasan

a; Hindari perilaku kekerasan fisik


b; Hindari perilaku kekerasan emosi
c; Hindari perilaku kekerasan seksual

d; Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress


e; Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification 20012002. Phildelpia : NANDA
Johnson, marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, joane C.dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaleys and Wong. 1996. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
: Mosby Company

You might also like