Professional Documents
Culture Documents
PARKINSON DISEASE
Oleh:
Nama
No BP
: 0910312084
Preseptor:
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Pendahuluan(1)
Penyakit parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh
James Parkinson seorang dokter di London, pada tahun 1817, yang menyatakan
bahwa penyakit tersebut memiliki gejala yang khas, yaitu shaking hand (tremor),
kekakuan, dan gangguan cara berjalan (gait difficulty). Pada tahun 1817, dalam
tulisannya yang berupa buku kecil An essay on the shaking palsy, James
Parkinson untuk pertama kalinya mendeskripsikan gejala gejala klinik dari suatu
sindrom, yang pada nantinya sindrom tersebut dinamakan sesuai dengan namanya
sendiri. Pada saat itu dia berhasil mengidentifikasi 6 (enam) kasus, dimana 3
diantara kasus tersebut diperiksa sendiri olehnya, dan 3 lainnya hanya melalui
observasi di kota London. James Parkinson sendiri menggunakan istilah paralisis
agitans, yang oleh Charcot pada abad ke 19 menjulukinya sebagai maladie de
Parkinson atau Parkinsons Disease (PD). Charcot juga berhasil mengenali
bentuk non-tremor dari PD dan secara benar mengemukakan bahwa kelambanan
gerakan harus dibedakan dari kelemahan atau pengurangan kekuatan otot..
Lebih dari 100 tahun kemudian (1919), setelah deskripsi yang dikemukakan oleh
Parkinson, sebelum diketahui bahwa pasien dengan PD kehilangan sel-sel di
substansia nigra, dan 140 tahun (1957) sebelum dopamine diketemukan sebagai
putative neurotransmitter oleh Carlsson dan koleganya di Lund, Swedia.
Penemuan oleh Ehringer dan Hornykiewicz pada tahun 1960 yang menyatakan
bahwa konsentrasi dopamine menurun secara tajam di striatum pasien dengan PD.
Hal tersebut merintiskan jalan pada dilakukannya percobaan pertama penggunaan
levodopa pada pasien dengan PD. Penggunaan levodopa tersebut kemudian
mengantarkan Carlsson mendapatkan Nobel Prize in Medicine pada tahun 2000
Kemampuan levodopa secara injeksi dalam memperbaiki akinesia pada
pasien dengan PD, untuk pertama kali didemonstrasikan pada tahun 1961
kemudian diikuti oleh pengembangan levodopa dalam bentuk oral di tahun
tahun berikutnya. Baru-baru ini ditemukan keterlibatan faktor mutasi genetik,
akumulasi protein dan fosforilasi protein, peningkatan stress oksidatif, disfungsi
1
Definisi
Parkinson Disease (PD) merupakan suatu kelainan neurologi yang bersifat
kronik progresif, ditandai dengan adanya kelainan dari segi fungsi motorik dan
non-motorik dalam berbagai derajat (kronik progresif movement disorder). Secara
neuropatologi Parkinson disease ditandai oleh berkurangnya neuromelanin yang
mengandung neuron dopaminergik di substansia nigra pars kompakta, dengan
terdapatnya eosinofil, intracytoplasmik, inklusi protein, yang disebut sebagai
Lewy bodies. Sel-sel yang masih ada akan tampak menciut dan bervakuola.(1,2)
Dalam sejarah terdahulu, Parkinson disease (PD) didefinisikan sebagai
kelainan neurologi yang diyakini lebih mengenai fungsi motorik. Namun pada
saat ini, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, PD lebih dikaitkan pada
terdapatnya defisit fungsi kognitif, dimana demensia merupakan defisit kognitif
yang paling sering dijumpai.(2)
Hingga saat ini diagnosis dari PD didasarkan pada kriteria klinik, karena
belum adanya test definitif dalam menegakkan diagnosis PD. Resting tremor,
bradikinesia, rigidity, dan postural instability secara umum merupakan tandatanda pokok dari PD dan merupakan suatu disfungsi motorik. Adanya tanda
tanda spesifik tersebut diatas merupakan hal yang dapat membedakan PD dengan
parkinsonian disorder (parkinsonism). Kriteria klinik lain pada PD termasuk
gejala motorik sekunder; seperti hypomimia, disartria, disfagia, sialorhoea,
mikrografia, shuffling gait, festination, freezing. distonia, glabela reflek. Gejala
non-motorik; disfungsi otonom, defisit kognitif dan neurobehavioral, gangguan
tidur, abnormalitas dari fungsi sensorik seperti anosmia, parestesia dan nyeri (1,2)
Ketiadaan resting tremor, sikap/cara berjalan yang terganggu, instabilitas
postural,
demensia,
halusinasi
dan
adanya
gangguan
fungsi
otonom,
biomarker
potensial
dalam
mengembangkan
diagnosis
dan
Epidemiologi(3)
Parkinson disease tersebar luas diseluruh dunia, dapat mengenai seluruh
ras, baik pria maupun wanita dalam perbandingan yang hampir sama, dan
kecenderungan penyakit pada pria. Prevalensi meningkat secara tajam pada
kisaran usia 65 hingga 90 tahun; kurang lebih 0,3% dari seluruh populasi dan 3%
manusia dengan usia diatas 65 tahun terkena Parkinson disease. 5-10% pasien PD,
memiliki gejala pada usia kurang dari 40 tahun (varietas ini diklasifikasikan
sebagai young-onset Parkinsons disease atau PD yang terjadi pada usia muda).
Insidensi terendah terdapat pada populasi Asia dan kulit hitam Afrika.
Sedangkan insidensi tertinggi didapatkan pada kaum kulit putih. Kulit hitam
Afrika memiliki insidensi yang lebih rendah dibandingkan kulit hitam Amerika;
meskipun demikian prevalensi terdapatnya Lewy bodies dalam jaringan otak ras
Nigeria, tampak sama dengan populasi ras kulit putih Amerika. Pola ini
memberikan kecenderungan bahwa perkembangan Parkinsons disease adalah
global dan menyeluruh, namun faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam
menimbulkan penyakit ini. Secara umum lingkungan pedesaan -walaupun tidak
selalu- memiliki keterkaitan tersendiri terhadap peningkatan resiko terjadinya PD.
1.4.
molekul
yang
mengakibatkan
kerusakan
sel.
Beberapa
fakta
inhibisi
terhadap
-aminobutyric
acid
(GABA)-penggunaannya
(GABAergic) di nucleus basal ganglia, segment dalam globus pallidus, dan pars
retikulata substansia nigra. Peningkatan aksi dari 2 struktur terakhir di atas
setidaknya dapat dibangkitkan melalui 2 mekanisme; pengurangan inhibisi
GABAergik secara langsung berasal dari striatum (nucleus caudatus dan putamen)
dan eksitasi yang berlebihan melalui mekanisme tidak langsung, yang terdiri dari
2 hubungan neuron penghambat, pertama dari striatum ke segmen externa globus
pallidus dan kedua berasal dari segmen nucleus subtalamicus. Nucleus
subtalamicus membangkitkan segment internal globus pallidus dan pars retikulata
substansia nigra melalui neurotransmitter glutamate. (3)
1.5.
Klasifikasi
Parkinson berdasarkan gejala, dapat dibagi atas 3 bagian besar :
Patofisiologi
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal
ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin
1.
nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi
lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari
stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2.
Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berperan pada proses
Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Piramidal: kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek
superfisial yang abnormal
2. Ekstrapiramidal: didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
3. Serebelar: ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai
nistagmus
4. Neuromuskuler: kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek tendon yang
menurun
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuron yang meliputi
berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra, area ventral
tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin, nukleus raphe dorsal,
locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia otonomik. Beratnya kerusakan
struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan kehilangan sel substansia nigra dan
lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%, sedangkan pada nukleus raphe dorsal
berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus ganglia basalis antara 32 % - 87 %.
Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber utama neurotransmiter. Terlibatnya
struktur ini mengakibatkan berkurangnya dopamin di nukleus kaudatus
(berkurang sampai 75%), putamen (berkurang sampai 90%), hipotalamus
(berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di lokus sereleus, 52% di
substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin berkurang 40% di
nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan 30% di lobus
temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi pengurangan
nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin, substansi P dan
bombesin.
Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan
neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem
transmiter yang terlibat ini menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan
respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan
reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas sistem
neurotransmiter
pada
penyakit
Parkinson
akan
mengurangi
keefektifan
aktifitas inhibitorik terhadap globus palidus segmen eksterna. Fungsi inhibisi dari
neuron GABAnergik globus palidus segmen eksterna ke nukleus subtalamus
melemah, dan kegiatan neuron subtalamikus meningkat akibat adanya inhibisi.
Terjadinya peningkatan output nukleus subtalamikus ke globus palidus segmen
interna/ substansia nigra pars retikularis melalui neuron glutaminergik yang
bersifat eksitatorik menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan neuron di
globus palidus. Keadaan ini diperkuat oleh adanya kelemahan fungsi inhibitorik
dari jaras direk, sehingga output ganglia basalis ke talamus menjadi berlebihan.
Saraf aferen globus palidus segmen interna ke talamus merupakan GABAnergik
sehingga aktivitas talamus tertekan, yang berakibat stimulus talamus ke korteks
melalui neuron glutamanergik menurun, sehingga output korteks motorik ke
neuron motorik medulla spinalis melemah, dan terjadi hipokinesia.
1.7.
Manifestasi Klinis
Hingga saat ini, terdapat beberapa skala penilaian untuk menilai dan
penyakit) hingga stadium 5 (tinggal di kursi roda wheelchair bound atau hanya
bisa berbaring di tempat tidur dan memerlukan asisten untuk beraktivitas).
UPDRS (The Unified Parkinsons Disease Rating Scale) sejauh ini merupakan
skala terbaik yang dikembangkan penggunaannya untuk memperkirakan dan
menilai gangguan dan kecacatan yang mungkin timbul.(1)
Adapun gejala klinik yang sering timbul pada penyakit Parkinson,
diantaranya:
1.
Bradikinesia(1,5)
Bradikinesia berarti kelambanan dalam pergerakan dan merupakan manifestasi
klinik penyakit Parkinson yang karakteristik, meskipun bradikinesia juga
dapat dijumpai pada penyakit lain, termasuk depresi. Bradikinesia merupakan
hal yang patognomonik, yang menunjukkan kerusakan pada basal ganglia,
yang meliputi kesulitan dalam merencanakan dan menyelenggarakan gerakan,
memulai gerakan dan kesulitan dalam melaksanakan gerakan secara simultan.
Manifestasi awal sering diawali dengan kelambanan dalam melakukan
aktifitas sehari-hari (ADL)dan perlambatan pergerakan serta respon time yang
menurun. Hal ini termasuk kesulitan dalam melakukan gerak motorik halus
seperti membuka kancing baju, dan menggunakan perkakas. Manifestasi lain
bradikinesia adalah hilangnya pergerakan dan langkah spontan, air liur yang
menetes dikarenakan gangguan menelan, monotonic dan hipofonik disartria,
kehilangan ekspresi wajah (hipomimia) dan penurunan kedipan mata,
pengurangan ayunan tangan sehingga cara berjalan tidak lagi melenggang.
Bradikinesia merupakan gejala dari penyakit Parkinson yang paling mudah
untuk dikenali, dan mungkin terlihat jelas walaupun belum dilakukan
pemeriksaan neurologis. Pada bradikinesia juga dapat ditemukan gejala
tambahan seperti gerakan cepat, berulang, pergerakan tangan bergantian
(ketukan jari, menggenggan-genggam tangan, pronasi-supinasi tangan). Serta
ketukan tumit tidak hanya lambat tetapi juga amplitudo yang melemah.
Seperti halnya yang tampak dalam gejala parkinsonian yang lain, bradikinesia
bergantung pada keadaan emosional pasien. Sebagai contoh, pasien yang
sedang diam dan dalam keadaan tidak tertekan mungkin akan dapat
melakukan suatu pergerakan yang cepat seperti menangkap bola (atau
10
tenaga
otot
dalam
permulaan
gerakan.
Analisis
melalui
Tremor (1,5)
Tremor saat istirahat Rest tremor merupakan gejala tersering dan mudah
dikenali pada penyakit Parkinson. Tremor bersifat unilateral, dengan frekuensi
11
antara 4 sampai 6 Hz, dan hampir selalu terdapat di extremitas distal. Tremor
pada tangan digambarkan sebagai gerakan supinasi-pronasi (pill-rolling)
yang menyebar dari satu tangan ke tangan yang lain. Resting tremor pada
pasien penyakit Parkinson juga dapat mengenai bibir, dagu, rahang dan
tungkai. Namun,tidak seperti tremor pada umumnya, tremor pada penyakit
Parkinson jarang mengenai leher atau kepala dan suara. Karakteristik resting
tremor adalah, tremor akan menghilang ketika penderita melakukan gerakan,
juga selama tidur. Beberapa pasien mengatakan adanya internal tremor yang
tidak dikaitkan dengan tremor yang terlihat. Beberapa pasien dengan penyakit
Parkinson memiliki riwayat tremor postural, yang dapat diidentikkan dengan
tremor essential, selama beberapa tahun atau dekade sebelum onset
parkinsonian tremor atau gejala lain penyakit Parkinson timbul. Beberapa
pasien penyakit Parkinson juga memiliki postural tremor yang dirasa lebih
utama dan lebih mengganggu dibandingkan resting tremor dan mungkin
merupakan manifestasi awal penyakit. Parkinson dengan adanya postural
tremor (re-emergent tremor), berbeda dari tremor essential dimana tremor
menghilang
setelah
pasien
membentangkan
tangannya
dalam
posisi
12
Rigidity(1,5)
Rigiditas ditandai dengan adanya peningkatan tahanan otot, biasanya disertai
oleh adanya cogwhell phenomenon yang secara khusus dihubungkan
dengan adanya tremor, terdapat melalui pergerakan pasif extremitas baik flexi,
extensi atau rotasi sendi. Rigiditas dapat terjadi di tubuh bagian proximal
maupun bagian distal. Foments maneuver merupakan manuver yang biasa
digunakan untuk memeriksa adanya rigiditas. Keistimewaan manuver ini
dapat mendeteksi rigiditas yang masih ringan. Rigiditas dapat disertai dengan
nyeri, dan nyeri pada bahu adalah satu hal yang tersering yang merupakan
manifestasi dini penyakit Parkinson. Meskipun seringkali terjadi misdiagnosis,
sebagai arthritis, bursitis atau cedera pada otot-otot rotator cuff. Sebuah
prospektif studi yang dilakukan pada 6038 orang (usia rata-rata 68,5 tahun),
dimana tidak terdapat demensia ataupun gejalan Parkinsonism, ditemukan
adanya kekakuan, tremor dan ketidakseimbangan yang diasosiasikan dengan
peningkatan resiko terjadinya penyakit Parkinson. Melalui penelitian dengan
kohort, dengan follow up selama 5,8 tahun, ditegakkan diagnosis 56 kasus
penyakit Parkinson.
4.
Freezing(1,5)
Freezing yang juga berarti motor block, merupakan suatu bentuk akinesia
(hilang pergerakan) dan merupakan gejala disabilitas paling penting pada
penyakit Parkinson. Meskipun freezing merupakan gejala klinik yang khas,
gejala ini tidak selalu terdapat pada pasien dengan PD. Gejala ini lebih sering
terdapat pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan frekuensi lebih sedikit
pada pasien dengan gejala utama berupa tremor. Freezing paling sering
mengenai tungkai saat berjalan, tetapi lengan dan kelopak mata juga dapat
terkena. Manifestasi klinik dapat terjadi secara mendadak dan bersifat
sementara (biasanya kurang dari 10 detik), sehingga dapat terjadi kesulitan
dalam berjalan. Dalam hal ini mungkin meliputi kesulitan untuk memulai
13
berjalan atau terjadi secara tiba-tiba saat sedang berjalan melintasi jalanan
yang padat dan ramai. Freezing merupakan sebab tersering terjadinya trauma.
Episode freezing tampak lebih parah pada fenomena OFF, yang managejala
ini dapat diredakan melalui terapi dengan levodopa. Faktor resiko
berkembangnya freezing termasuk; ada tidaknya rigiditas, bradikinesia,
instabilitas postural dan lamanya pasien tersebut mengidap penyakit
Parkinson. Tremor yang terjadi saat onset penyakit, dihubungkan dengan
peningkatan resiko terjadinya freezing. Freezing yang terdapat terutama pada
fenomena ON, tidak selalu memberikan respon dengan pemberian obat-obat
dopaminergik, tetapi pasien dengan pemberian selefiline memiliki resiko yang
lebih rendah. Penyuntikkan toksin Botulinum, walaupun efektif untuk
bermacam-macam
gejala
Parkinsonian,
seperti
tremor,
distonia
dan
sialorrhoea, namun secara konsisten masih belum efektif untuk terapi terhadap
freezing.
bahwa
tidak
terdapat
perbedaan
dalam
kelainan
neuro-
15
Studi
yang
dilakukan
oleh Sydney
Multicenter
of
Parkinson
16
Diagnosa
Kriteria Diagnostik oleh UK Parkinsons Disease Society Brain Bank(1)
Step 1
- Bradikinesia
- Setidaknya 1 dari criteria di
bawah ini :
- Rigiditas
- Resting tremor 4-6 Hz
- Instabilitas postural yang
tidak disebabkan oleh
gangguan primer visual,
vestibular,
cerebellar
ataupun
gangguan
proprioseptif
Step 2
Singkirkan penyebab
Parkinsonism
lain
Step 3
Setidaknya tiga dari faktor
pendukung di bawah ini :
- Onset unilateral
- Resting tremor
- Kerusakan progresif
- Asimetris primer persisten
sejak onset
- Respon sempurna (70100%) dengan levodopa
- Chorea (diskinesia) berat
diakibatkan penggunaan
levodopa
- Respons
terhadap
levodopa dalam 5 tahun
atau lebih
- Terdapat gejala klinis
selama 10 tahun atau lebih
Grup B
(Kriteria diagnosis alternative)
17
penyakit
Parkinson)
Resting
tremor
Bradikinesia
Rigiditas
Onset
asimetris
2. Probable:
- Ditemukan setidaknya 3 dari 4 kriteria grup A
-
18
4. Stadium 4: terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak
tertentu, rigiditas dan bradikinensia, tidak mampu berdiri sendiri, namun
tremor dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya
5. Stadium 5: stadium kathetik, kecacatan total, tidak mampu berdiri dan berjalan
meskipun dibantu.
1.9.
Pemeriksaan
Hanya sedikit saja pemeriksaan penunjang lain dibutuhkan setelah
Tatalaksana
19
jika mulai timbul kecacatan; keinginan dan pilihan pasien merupakan hal yang
mendasar dalam membuat keputusan untuk dimulainya terapi farmakologis. Jika
pasien membutuhkan terapi untuk mengatasi gejala motorik, maka obat paling
tepat yang digunakan untuk memulai terapi adalah levodopa, agonis dopamine,
antikolinergik, amantadine dan selektif monoamine oxidase B (MAO-B)
inhibitors. Kecuali untuk dilakukannya perbandingan pada individu dengan
pemakaian agonis dopamine dan levodopa, dalam hal ini tidak terdapat perbedaan
yang kuat mengenai keunggulan 2 obat tersebut, namun pengalaman secara klinik
menunjukkan
bahwa
obat-obat
dopaminergik
lebih
poten
dibandingkan
dan
controlled-release.
Carbidopa
plus
levodopa
20
21
22
23
24
dalam otak. Terapi ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan
minimal invasif yang dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat
kerusakan
minimal
untuk
mencangkokkan
alat
medis
yang
disebut
25
Beberapa nutrient telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian
digunakan secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, LTyrosin yang merupakan suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar
70% dalam mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting
dalam biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap
110 pasien. THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor
koenzim dalam biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah
dibanding L-Tyrosin dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara
teori dapat mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua
vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan
katalase untuk menetralkan anion superoxide yang dapat merusak sel. Belum lama
ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip dengan
vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki struktur dan
fungsi mirip dengan koenzim Q10.
1.11.
Komplikasi
Pada tahap lanjut dapat terjadi disfagia yang menyebabkan terjadinya
Prognosis
Penyakit parkinson tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal dengan
sendirinya, tapi terus berkembang dengan waktu. Harapan hidup pasien parkinson
pada umumnya lebih rendah daripada orang yang tidak memiliki penyakit
tersebut. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa
perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien
berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan
26
gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping
pengobatan terkadang dapat sangat parah.
Parkinson disease sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal,
tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien
parkinson disease pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak
menderita parkinson disease. Pada tahap akhir, parkinson disease dapat
menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian. Progresifitas gejala pada parkinson disease dapat
berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat
lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit
ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakn pasien
parkinson disease dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.
27
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 66 tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
: Sungai Sapih
Tanggal Periksa
: 19 Juni 2015
ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
Kedua kaki terasa berat saat berjalan sejak 1 tahun yang lalu,
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Kepala terasa terhimpit batu tiba-tiba saat pasien sedang bertani 3 tahun yang
lalu, beberapa menit kemudian pasien merasa epala pusing berputar, dan
pasien roboh, tidak sadarkan diri.
Lemah bagian tubuh tangan dan kaki sebelah kiri sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien mengeluhkan langkah kaki ketika berjalan menjadi kecil dan kedua
kaki terasa berat saat berjalan bicara menjadi lambat sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan sulit menahan posisi tubuh sejak 1 tahun yang lalu.
Gemetar pada kedua tangan sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat trauma disangkal.
Gangguan tidur tidak ada.
BAB dan BAK tidak ada kelainan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien sudah pernah dirawat di RSUD dengan stroke 2 tahun yang lalu.
Riwayat hipertensi diketahui sejak 2 tahun yang lalu, kontrol teratur.
28
Kesadaran
: Composmentis cooperatif
Tekanan darah
: 120/80 mmhg
Nadi
: 76 x/menit
Irama
: teratur
Suhu
: 36,5C
Pernafasan
: 20 x/menit
Bentuk badan
: Asthenikus
Keadaan Gizi
: Cukup
Kulit
: Kuning Langsat
Kuku
: Tidak sianosis
Turgor
: Baik
STATUS INTERNUS
Kulit
KGB
Leher
Aksila
Inguinal
Pemeriksaan
Pemeriksaan Paru
Depan
29
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan Jantung
Ictus cordis tidak teraba
Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Batas atas: RIC II linea parasternalis sinistra
Batas kanan: RIC V, linea sternalis dextra
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
- Dinding perut
- Hati
- Limpa
Perkusi
Auskultasi
Supel
Tidak teraba
Tidak teraba
Tympani
Bising usus (+) normal
Corpus Vertebrae
Inspeksi
ada
Palpasi
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
GCS E4 V5 M6 = 15
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
: tidak ada
Brudzinki I
: tidak ada
30
Brudzinki II
: tidak ada
Kernig
: tidak ada
Saraf kranial
N.I
: Normosmia
N.II
N.III, IV,VI
Sikap bola mata
-
Ptosis
: tidak ada
Strabismus
: tidak ada
Exophtalmus
: tidak ada
Endophtalmus
: tidak ada
Diplopia
: tidak ada
lateral kanan
: baik, simetris
lateral kiri
: baik, simetris
atas
: baik, simetris
bawah
: baik, simetris
berputar
: baik, simetris
Pupil:
-
Bentuk
Reflex cahaya
: Langsung +/+
Reflex cahaya
N.V (Motorik)
Membuka mulut : Buka tutup mulut lambat
Gerakan rahang
: lambat
(Sensorik)
Rasa raba
: kanan = kiri
31
Rasa nyeri
: kanan = kiri
(Reflex)
Reflex kornea
: +/+
Reflex maseter
:+
N.VII
Raut wajah
Kembung pipi
: Baik
Menyeringai
: Baik
Angkat alis
: Baik
Kerut dahi
: Baik
: +/+
Test berbisik
: +/+
Nistagmus
: tidak ada
N.IX, X
Uvula
: Di tengah
Arcus faring
: Simetris
Palatum molle
: Simetris:
Disfoni
: tidak ada
Disfagi
: tidak ada
Batuk
: tidak ada
Mengejan
: tidak ada
Menelan
: tidak ada
N. XI
N.XII
Julur lidah
Gerakan lidah
32
Tremor
: Ada
Motorik
Derajat kekuatan otot
:
444
444
444
444
Tonus otot
: Eutoni
Trofi otot
: Eutrofi
: Tidak ada
Kejang
: Tidak ada
Tremor
: Ada
Khorea
: Tidak ada
Atetosis
: Tidak ada
Balismus
: Tidak ada
Diskinesia
: Ada
Miokonik
: Tidak ada
Test koordinasi
Statis
Duduk
: Baik
Berdiri
: Baik
Berjalan
: Baik
Dinamis
Telunjuk hidung
: Baik
Telunjuk telunjuk
: Baik
Tremor intensi
: Tidak ada
Sensibilitas
: kanan = kiri
Reflex Fisiologis
Biseps
: ++/++
Triseps
: ++/++
33
KPR
: ++ / ++
APR
: ++ / ++
Kulit
Telapak kaki
: +/+
Kulit perut
: +
Kremaster
: tidak di lakukan
Anus interna
: tidak di lakukan
Anus externa
: tidak di lakukan
Reflex Patologis
Babbinski
: -/-
Chaddock
: -/-
Oppenheim
: -/-
Gordon
: -/-
Schaeffer
: -/-
Sensibilitas
Exteroseptif
Rasa raba
: kanan = kiri
Rasa nyeri
: kanan = kiri
Proprioseptif
Rasa gerak dan arah
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Rasa sikap
Baik
Baik
Vegetatif
Miksi
Defekasi
Salivasi
: Baik
34
Bahasa
: Baik
Visuospatial
: Tidak di lakukan
Pemeriksaan Parkinson
Tremor saat istirahat
:+
Rigiditas
:+
Akinesia/bradikinesia
:+
Postural instabiliti
:+
Laseque
:+
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
: Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
: Tidak dilakukan
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
: Substansia nigra
Diagnosis Etiologi
: Degeneratif
Diagnosis Sekunder
TERAPI
1.
Umum
Edukasi kepada pasien
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat
bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas,
keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan,
seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan
makanan di dalam mulut.
35
2.
Khusus
1) Levodopa dan Inhibitor dopa dekarboksilasi
Madopar (tiap tablet mengandung Levodopa 100 mg dan benserazide
hcl 25 mg). Dosis 2 x 1 tablet.
2) Dopamino-antikolinergik (Pramipexole)
Sifrol ER 1 x 0,375 mg
3) NSAID Aspirin
Aspilet 1 x 80 mg
4) Angiotensin II receptor antagonists
Valsartan 1 x 80 mg
5) Vitamin C
6) Vitamin E
7) Zat Besi
36
DISKUSI
Diagnosis parkinson ditegakkan atas autoanamnesis didapatkan bahwa
pasien mengeluh lemah bagian tubuh tangan dan kaki sebelah kiri sejak 3 tahun
yang lalu, langkah kaki ketika berjalan menjadi kecil dan kedua kaki terasa berat
saat berjalan bicara menjadi lambat sejak 1 tahun yang lalu, sulit menahan posisi
tubuh dilakukan sejak 1 tahun yang lalu, gemetar pada kedua tangan sejak 1 tahun
yang lalu, riwayat trauma disangkal. Pada pasien ini tedapat faktor risiko yaitu
sebelumnya pasien adalah seorang petani, dimana penggunaan pestisida secara
rutin dapat menjadi toksik bagi sel saraf.
Pada pasien ini diberikan obat yang bersifat dopaminergik, diantaranya
safrol dan madopar. Pemberian madopar tablet merupakan obat yang
mengandung 2 bahan aktif yaitu levodopa 100 mg dan benserazide HCl 25 mg.
Obat ini digunakan untuk pasien dengan penyakit Parkinson (kecuali Parkinson
yang disebabkan oleh obat obatan) untuk meningkatkan konsentrasi dopamin di
otak. Penyakit Parkinson merupakan penyakit degeneratif pada otak dimana
terjadi kekurangan substansi kimia penghantar impuls saraf atau yang disebut
sebagai neurotransmitter, dalam hal ini dopamin. Levodopa setelah mencapai otak
dapat dikonversi menjadi dopamin yang selanjutnya dapat menggantikan dopamin
yang hilang/ berkurang pada otak. Akan tetapi, Levodopa juga dikonversi di
bagian tubuh lain yang dapat memicu efek samping seperti mual dan rasa
berdebar debar di dada. Oleh karena itu, benserazide disini berfungsi sebagai
penetralisir efek samping tersebut. Benserazide bekerja dengan cara menghambat
konversi Levodopa di bagian tubuh lain selain otak karena Benserazide tidak
dapat memasuki sawar darah otak. Kombinasi obat ini baik untuk mengatasi
penyakit Parkinson dan meminimalisasi efek samping yang dapat ditimbulkan.
Selain itu juga Pramipexole digunakan untuk mengurangi gejala dari Parkinson
seperti tremor, kekakuan dan gerak yang lambat pada pasien ini.
Untuk obat hipertensi pada pasien diberikan angiotensin II receptor
antagonists, yang berfungsi menjaga pembuluh darah dari penyempitan, yang
mengurangi tekanan darah dan meningkatkan aliran darah, maka diberikan
37
valsartan. Pasien diberikan NSAID golongan aspirin, yaitu Aspilet sebagai efek
anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik untuk menghilangkan nyeri pinggang.
Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam biosintesis L-dopa mengurangi
10%- 60% gejala pada penelitian terhadap 110 pasien. Vitamin C dan vitamin E
dosis tinggi secara teori dapat mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien
Parkinson. Kedua vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide
dismutase dan katalase untuk menetralkan anion superoxide yang dapat merusak
sel.
Selain medikamentosa pada pasien ini sebaiknya dilakukan rehabilitasi
medik agar kualitas hidup dapat ditingkatkan. Rehabilitasi medik ini bertujuan
untuk mengatasi abnormalitas gerakan, kecenderungan postur tubuh yang salah,
gejala otonom, gangguan perawatan diri, perubahan psikologi.
38
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.