Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan
keahlian
dalam
membuat
informasi
akuntansi
yang
menyesatkan dan tidak benar untuk meraup keuntungan pribadi, belakangan ini telah
banyak menimbulkan kerugian ekonomi masyarakat. Kecenderungan manusia yang
menumpuk kekayaan dan keuntungan material lainnya membuat manusia lupa kepada
etika, moral dan kepentingan umum. Harahap (2008: 1) menilai bahwa meski sejumlah
profesi, termasuk profesi akuntansi memiliki etika profesi namun etika itu dibangun atas
dasar rasionalisme ekonomi belaka, sehingga wajar etika tersebut
tidak mampu
menghindarkan manusia dari pelanggaran moral dan etika untuk mengejar keuntungan
material.
Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkap
bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan
akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif (Wikipedia,
2010). Lebih ironisnya karena dipicu adanya skandal dengan kantor akuntan
internasional (termasuk Big Five), yaitu Arthur Anderson. Arthur Anderson sebagai
external auditor dan konsultan manajemen Enron tidak melaporkan penyimpanganpenyimpangan yang terjadi.
Fenomena penukikan dan pelanggaran etika
perusahaan Enron telah membuat salah satu eksekutif Enron Sherron Watkins adalah
Wakil Presiden Enron menjadi seorang whistleblower
Direktur Kenneth Lay pada musim panas tahun 2001. Watkins dalam suratnya
mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan oleh Enron akan meledak dan
hal itu benar terjadi, akhirnya Enron kolaps.
Kasus perbedaan pencatatan penyimpanan dana kelompok usaha Grup Bakrie di
PT Bank Capital Indonesia Tbk. Sebanyak tujuh emiten Grup Bakrie di dalam laporan
keuangan per 31 Maret 2010 mengklaim menyimpan dana total Rp. 9,07 triliun.
Namun, Bank Capital menyebutkan jumlah dana pihak ketiga di bank tersebut hanya
Rp. 2,69 triliun. Sebagian besar laporan keuangan unit usaha Bakrie diaudit oleh Mazars
Moores Rowland Indonesia (Asworo dan Supriadi, 2010). Kasus tersebut terungkap atas
adanya pembisik (whistleblower) dari analisis atau pelaku pasar modal yang melihat
adanya kejanggalan dan mengungkapkan ke publik.
untuk menerapkan nilai-nilai moral yang sudah mereka dapatkan dari keluarga maupun
pendidikan formal di kampus. Mahasiswa akuntansi yang akan dipersiapkan menjadi
seorang akuntan seharusnya lebih memiliki sensitivitas etis atau kemampuan untuk
dapat mengerti dan peka serta mengetahui permasalahan etika yang terjadi (Shaub et
al., 1993). Kepekaan mahasiswa terhadap perilaku etis atau tidak etis mutlak harus
dimiliki. Mengingat kepekaan seorang mahasiswa atau calon akuntan terhadap
permaslahan etis merupakan landasan pijak bagi praktek akuntan (Penemon dan
Gabhart, 1993).
Orientasi etika dalam penelitian Chan dan Leung (2006), ditentukan oleh dua
karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth, 1980). Hasil penelitiannya
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara idealisme dan relativisme
terhadap sensitivitas etika. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Khomsyiah dan Indriantoro (1998) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara orientasi etis terhadap sensitivitas etis auditor, baik
dari idealisme maupun relativisme. Penelitian yang dilakukan oleh Shaub
et al.,
negatif
masalah moral dengan loyalitas karyawan dan keinginan untuk melindungi kepentingan
publik.
Dari penjelasan di atas diduga ada hubungan antara tingkat komitmen profesi
mahasiswa akuntansi dengan kemungkinan mereka untuk melakukan whistleblowing.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H3: Komitmen profesional mahasiswa akuntansi secara positif berhubungan dengan
persepsi mereka tentang whistleblowing.
D. Sensitivitas Etis dengan Whistleblowing
Whistleblower bagi sebagian orang merupakan civic duty tetapi bagi orang lain
dipandang sebagai bentuk lain dari disloyalty karena telah membuka rahasia
perusahaan/organisasi kepada publik (Diniarti, 2004). Civic duty merupakan suatu
konsep bahwa sebagian warga negara harus secara serius menanggapi masalah-masalah
dalam komunitas masyarakat dan membantu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang ada.
Penelitian O'Leary dan Cotter (2000) yang meneliti sikap etis mahasiswa
akuntansi terhadap whistleblowing di Irlandia dan
melihat apakah mereka akan menerima suap dan melaporkannya. Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa 58 persen mahasiswa di Irlandia dan 23 persen mahasiswa di
Australia
penyuapan
Di
lingkungan
akademik
minat
untuk
menjadi
whistleblower lebih difokuskan kepada karakteristik individu dan situasi yang akan
memprediksi kapan sesorang akan melakukan whistleblowing (Miceli dan Near, 1992).
Penjelasan di atas diduga ada keterkaitan antara sensitivitas etis mahasiswa
akuntansi dengan whistleblowing. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H4: Sensitivitas etis mahasiswa akuntansi secara positif berhubungan dengan persepsi
mereka tentang whistleblowing.
Dari hipotesis yang dirumuskan di atas, maka model penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
Orientasi Etika
Idealisme
Komitmen
Profesional
H1a
H3
H2a
Whistleblowing
H1b
Orientasi Etika
Relativisme
Sensitivitas
etis
H2b
Gambar 1.
H4
Model penelitian
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Sampel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pengujian hipotesis (hypotheses
testing). Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui studi lapangan
dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan.
Jumlah sampel yang akan digunakan dalam analisis penelitian ini menurut
Hartono dan Abdillah (2009: 163) sebanyak lima sampai dengan sepuluh kali jumlah
parameter atau 5-10n. Jumlah indikator dalam penelitian ini sebanyak 26 item, untuk itu
jumlah sampel yang harus dipenuhi adalah 130 sampai dengan 260.
Tabel 1.
No
Penjelasan
1 Total penyebaran kuesioner
2 Kuesioner yang terkumpul
3 Respon rate
4 Kuesioner yang pengisiannya tidak lengkap
5 Kuesioner yang dapat diolah
6 Persentase kuesioner yang dapat diolah
Sumber: Data primer diolah 2011
Jumlah
72 eksemplar
377 eksemplar
90%
75 eksemplar
302 eksemplar
72 %
variabel
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan skala Likert yang didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju
atau tidak setuju dengan pertanyaan pada skala lima titik (Sekaran, 2006: 31).
Lima definisi operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Sensitivitas etis adalah kemampuan untuk mengetahui masalah-masalah etis yang
terjadi (Shaub, 1989). Lebih lanjut dijelaskan bahwa sensitivitas etis kemampuan
untuk mengetahui bahwa suatu situasi memiliki makna etika ketika situasi itu dialami
individu-individu.
2. Idealisme adalah suatu hal yang dipercaya individu tentang konsekuensi yang
dimiliki dan diinginkan untuk tidak melanggar nilai-nilai etika. Idealisme diukur
dengan menggunakan 10 item yang dikembangkan oleh Forsyth (1980)..
3. Relativisme adalah sikap penolakan individu terhadap nilai-nilai etika dalam
mengarahkan perilaku etis. Selain mempunyai sifat idealisme, juga terdapat sisi
relativisme pada diri seseorang. Relativisme juga diukur dengan menggunakan 10
item yang dikembangkan oleh Forsyth (1980).
4. Komitmen profesional merupakan komitmen yang dibentuk suatu individu saat
mulai memasuki suatu profesi meliputi sesuatu yang dipercaya, sesuatu yang
diterima, tujuan dan nilai-nilai dari suatu profesi. Komitmen profesional dalam
penelitian ini diukur dengan skala Dwyer et al., (2000) yang menganggap komitmen
profesional sebagai model satu faktor yaitu komitmen profesional afektif (Elias,
2008).
5. Whistleblowing.
aspek dari
10
hipotesis telah dinyatakan berupa hubungan positif dan negatif, sehingga pengujian
dilakukan menggunakan satu ekor (one tailed) (Hartono, 2008: 222).
Gambar 2.
Tabel 2.
Hipotesis
Original
Sample
(O)
Standar
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
> 1,64
Keterangan
H1a
0,3110
0,0552
5,6338
Terdukung
H1b
-0,6019
0,0404
14,9101
Terdukung
H2a
0,5393
0,0713
7,5612
Terdukung
H2b
-0,2662
0,0671
3,9673
Terdukung
H3
0,2160
0,0826
2,6138
Terdukung
H4
0,1309
0,0837
1,5652
Tidak Terdukung
11
perhatian akan pengembangan profesi akuntansi akan memberikan citra yang baik
terhadap proefsi akuntansi itu sendiri.
Temuan ini sesuai dengan penelitian Khomsyiah dan Indriantoro (1998) yang
menyatakan bahwa faktor idealisme seseorang akan mempengaruhi tingkat komitmen
terhadap profesinya, makin tinggi idealisme maka akan semakin tinggi pula tingkat
komitmen terhadap profesinya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penemuan
(Shaub
12
idealisme memiliki pengaruh yang negatif terhadap sensitivitas etis. Namun penelitian
yang dilakukan oleh Chan dan Leung (2006) tentang pengaruh idealisme terhadap
sensitivitas menunjukkan hasil bahwa idealisme tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sensitivitas etis.
D. Hubungan Orientasi Etika Relativisme Terhadap Sensitivitas Etis
Relativisme adalah orientasi etika yang mengacu pada penolakan terhadap nilainilai (aturan) moral universal yang membimbing perilaku. Relativisme menolak prinsip
dan aturan moral secara universal dan merasakan bahwa tindakan moral/kesusilaan
tersebut tergantung pada individu dan situasi yang dilibatkan (Forsyth, 1992).
Hipotesis 2b yang telah diuji dengan program smartPLS 2.0 menunjukkan
bahwa relativisme berhubungan negatif terhadap sensitivitas etis. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Marwanto (2007) tentang pengaruh hubungan
relativisme terhadap sensitivitas etis menunjukkan pengaruh yang signifikan antara
relativisme terhadap sensitivitas etis.
E. Hubungan komitmen profesional terhadap whistleblowing
Pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa komitmen profesional berhubungan
positif dengan persepsi mahasiswa akuntansi untuk melaporkan pelanggaran
(whistleblowing). Hasil penelitian ini sesuai dengan penemuan Gani (2008) yang
menemukan bahwa tingkat komitmen profesional mahasiswa Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPA dan Non-PPA) berpengaruh positif terhadap persepsi mereka akan
pentingnya whistleblowing dan keinginannya untuk melakukan whistleblowing.
Hasil penelitian Elias (2006) dan Rani (2009) juga menunjukkan bahwa
mahasiswa akuntansi yang memiliki komitmen profesional dan persepsi pelaporan
keuangan yang lebih besar, lebih dapat menerima pelaporan sebagai suatu hal yang
penting dan lebih berkemungkinan untuk melakukan pelaporan pelanggaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi yang memiliki
komitmen profesional yang lebih tentang profesi akuntansi menunjukkan keinginan
untuk melakukan pelaporan pelanggaran sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya skandal keuangan. Selain budaya di Indonesia dan tingkat idealisme
masyarakat Indonesia juga mungkin dapat mempengaruhi kesamaan sikap terhadap
sesuatu, dalam hal ini keinginan untuk melakukan whistleblowing.
13
14
15
menggunakan
pendekatan
paradigma
kualitatif
(non-positivistik)
untuk
etika
secara
umum
(keyakinan,
ideologi,
kearifan
lokal)
dan
16
17
Schultz, J.J., Johnson, D.A., Morris, D. and Dyrnes, S. 1993. An Investigation The
Reporting Of Questionable Acts In An International Setting. Journal of
Accounting Research. Vol. 31 No. 1:75-103.
Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business; Metodologi Penelitian untuk Bisnis.
Salemba Empat, Jakarta.
Shaub, M.K. 1989. An Empirical Examination of the Determinants of Auditors Ethical
Sensitivity. A Dissertation, Graduate Faculty of Texas Tech.
Shaub, M.K., Finn, D.W. and Munter, P. 1993. The Effects of Auditor Ethical
Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity. Behavioural Research in
Accounting. Vol. 5:145169.
Varelius, J. 2009. Is Whistle-Blowing Compatible with Employee Loyalty. Journal of
Bussiness Ethics. 85:263-275.
http://id.wikipedia.org/wiki/Enron 14 Feb 2010, diakses 20 Januari 2011.