Professional Documents
Culture Documents
Abstract : Ground water supplies are getting thin Running out of ground water supplies causes many people thinks
to utilize wastewater that still feasible to be used. If managed properly, greywater can be used again as a source of
water for plantations, agriculture, or for flushing toilets. Therefore it is necessary to provide survey to know the
characteristics of greywater to see the potential utilization. Survey was conducted in Bandung with questionnaires
spreading that divided by economic class, the lower middle economic class, middle, and high. Survey shows that
average water consumption of the respondents from lower middle economic class is 111.42 L/person/day, while
respondents from the middle economic class is 127.99 L/person/day, and respondents from the upper middle
economic class is 177.98 L/person/day. Handling of blackwater in Bandung is generally done by drain it off to
individual septic tanks. For the handling of greywater, in Bandung has a separate channel with greywater
blackwater. Greywater channels streamed into the city drainage. Greywater reuse in Bandung feasible to do if seen
from the quantity of greywater and greywater channel owned by the society in Bandung.
Keywords : greywater, survey, reuse, Bandung City
PENDAHULUAN
Greywater merupakan bagian dari limbah cair domestik yang proses pengalirannya tidak
melalui toilet, misalnya seperti air bekas mandi, air bekas mencuci pakaian, dan air bekas cucian
dapur. Sekitar 60 85% dari total volume kebutuhan air bersih akan menjadi limbah cair
domestik (Metcalf, 1991). Bagian dari greywater adalah sekitar 75% dari total volume limbah
cair domestik (Hansen & Kjellerup (1994), dikutip dari Eriksson et al (2001)). Penanganan
greywater di Indonesia saat ini adalah langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan
sebelumnya. Saluran drainase penyalur greywater dan air hujan ini akan berujung di badan air
permukaan atau di IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Berdasarkan data dari KLH
(Kementerian Lingkungan Hidup) tahun 2004, IPAL Bojongsoang yang berlokasi di Bandung
baru bisa melayani 18.67 % limbah dari 2.250.000 penduduk Bandung, atau sekitar 420.000
jiwa. Sedangkan kebanyakan masyarakat hanya mengolah limbah blackwater mereka dengan
membuat septic tank, tetapi tidak mengolah limbah greywater yang mereka timbulkan, sehingga
hampir seluruh greywater yang ditimbulkan di kota Bandung mengalir ke badan air permukaan
atau ke IPAL.
Karakteristik greywater pada umumnya banyak mengandung unsur nitrogen, fosfat, dan
potasium (Lindstrom, 2000). Unsur-unsur tersebut merupakan nutrien bagi tumbuhan, sehingga
jika greywater dialirkan begitu saja ke badan air permukaan maka akan menyebabkan eutrofikasi
pada badan air tersebut. Eutrofikasi adalah sebuah peristiwa dimana badan air menjadi kaya akan
materi organik, sehingga menyebabkan pertumbuhan ganggang yang pesat pada permukaan
badan air tersebut (Metcalf, 1991). Peristiwa eutrofikasi ini dapat menurunkan kualitas badan air
permukaan karena dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam badan air tersebut. Sebagai
akibatnya, makhluk hidup air yang hidup di badan air tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik
atau mungkin mati.
Persediaan air tanah yang sudah semakin menipis menyebabkan banyak orang berpikir
untuk mendayagunakan air limbah yang masih layak pakai. Jika dikelola dengan baik, greywater
dapat digunakan sebagai sumber air untuk keperluan perkebunan, pertanian, atau untuk
penggelontoran toilet. Greywater dapat digunakan sebagai sumber air untuk keperluan
perkebunan dan pertanian karena greywater mengandung fosfat, potasium, dan nitrogen yang
merupakan sumber nutrisi yang baik bagi tumbuhan, dan greywater juga mengandung bakteri
patogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan blackwater dan greywater terdekomposisi lebih
cepat daripada blackwater (Lindstrom, 2000). Hal tersebut membuat greywater lebih mudah
untuk dimanfaatkan kembali dibandingkan dengan blackwater yang harus melewati proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan kembali.
Untuk dapat dimanfaatkan kembali, greywater harus memenuhi persyaratan beberapa
parameter. Berikut ini adalah persyaratan parameter greywater yang harus dipenuhi pada sektor
pertanian :
Tabel 1 Parameter air untuk pemanfaatan greywater pada sektor pertanian
Parameter
Nilai yang diperbolehkan
pH
6.5 8.5
Daya hantar listrik (s/cm)
2000
BOD (mg/L)
120
COD (mg/L)
200
Total Suspended Solid (mg/L)
120
Faecal coliform (MPN/100 mL)
1000
Sumber : M. Platzer, V. Caceres, dan N. Fong, 2004
Jika parameter pada greywater sesuai dengan persyaratan parameter greywater yang harus
dipenuhi pada sektor pertanian maka greywater dapat dimanfaatkan pada sektor pertanian
tersebut. Jika tidak sesuai maka dapat dilakukan pengolahan greywater sebelum digunakan pada
pemanfaatan untuk sektor pertanian.
Potensi pemanfaatan greywater ini dapat mengurangi penggunaan air bersih. Karena
sektor pertanian membutuhkan air dalam jumlah yang banyak. Rata-rata air bersih digunakan
70% untuk kebutuhan pertanian, 8% untuk kebutuhan domestik, dan 22% untuk kebutuhan
industri. Jika sektor pertanian menggunakan air bersih maka persediaan air akan semakin
menipis untuk kebutuhan domestik manusia. Maka pemanfaatan greywater ini dapat mengurangi
penggunaan air bersih.
METODOLOGI
Metodologi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengumpulan data di lapangan
melalui penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada masyarakat kota Bandung. Tujuan utama
dari penyebaran kuesioner ini adalah untuk mengetahui jumlah konsumsi air bersih per hari dan
perlakuan terhadap limbah cair domestik.
Langkah pertama yang dilakukan adalah penentuan jumlah sampel masyarakat.
Berdasarkan data BPS tahun 2008 penduduk Kota Bandung berjumlah 2.329.928 jiwa. Pada
penelitian ini digunakan Rumus Slovin untuk menghitung jumlah sampel. Berikut ini adalah
yang dimaksud dengan Rumus Slovin (Prasetyo et al,2005) :
(1)
Keterangan : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = nilai ketelitian
Dari persamaan (1) dengan menggunakan jumlah penduduk Kota Bandung sebagai populasi dan
6 % sebagai nilai ketelitian maka diperoleh bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan adalah
sebanyak 280 sampel. Jadi jumlah kuesioner yang disebar adalah 280 buah kuesioner.
Kuesioner-kuesioner tersebut tersebar merata di empat wilayah Kota Bandung, yaitu Bandung
Utara, Bandung Timur, Bandung Selatan, dan Bandung Barat.
Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian dilakukan pengolahan data. Proses
pengolahan data ini menghasilkan jumlah konsumsi air bersih per hari dan perlakuan terhadap
limbah cair domestik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyebaran kuesioner dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas ekonomi menengah bawah,
kelas ekonomi menengah, dan kelas ekonomi menengah atas. Kelas-kelas tersebut dibagi
berdasarkan pendapatan total dari kepala keluarga yang menjadi responden kuesioner.
Responden yang termasuk ke kelas ekonomi menengah bawah adalah yang memiliki penghasilan
total kurang dari Rp 700.000,00. Responden yang termasuk ke kelas ekonomi menengah adalah
yang memiliki penghasilan total berada di antara Rp 700.001,00 dan Rp 10.000.000,00.
Sedangkan responden yang termasuk ke kelas ekonomi menengah atas adalah yang memiliki
penghasilan total lebih dari Rp 10.000.001,00.
10%
8%
Bawah ( Rp 700.000,00)
Menengah (Rp 700.001,00 Rp 10.000.000,00)
Atas ( Rp 10.000.001,00)
82%
7%
5%
28%
4%
0%
4%
6%
41%
Tidak Lulus SD
SD
SMP
SMA
SMEA
SMK
STM
D1
D3
S1
S2
1%
26%
51-100
101-150
32%
151-200
201-250
21%
Gambar 4 Total Konsumsi Air Bersih (L/orang/hari) Untuk Kelas Ekonomi Menengah Bawah
Gambar 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah
bawah mengonsumsi air bersih berkisar antara 51 100 L/orang/hari. Setelah dihitung dengan
menggunakan cara pembobotan diperoleh bahwa rata-rata konsumsi air bersih pada responden
dari kelas ekonomi menengah bawah adalah 111,42 L/orang/hari. Karena nilai rata-rata
konsumsi air bersih berada di atas kisaran nilai mayoritas maka lebih banyak responden dari
kelas ekonomi menengah bawah yang mengonsumsi air bersih lebih dari 100 L/orang/hari
dibandingkan yang mengonsumsi air bersih kurang dari 50 L/orang/hari.
1%1% 3%
8%
0-50
51-100
17%
29%
101-150
151-200
201-250
250-300
301-350
41%
5% 5% 0%
0-50
51-100
101-150
18%
36%
151-200
201-250
251-300
301-350
351-400
27%
Gambar 6 Total Konsumsi Air (L/orang/hari) Untuk Kelas Ekonomi Menengah Atas
Gambar 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah atas
mengonsumsi air bersih berkisar antara 101 150 L/orang/hari. Setelah dihitung dengan
menggunakan cara pembobotan diperoleh bahwa rata-rata konsumsi air bersih pada responden
dari kelas ekonomi menengah atas adalah 177,98 L/orang/hari. Karena nilai rata-rata konsumsi
air bersih berada di atas kisaran nilai mayoritas maka lebih banyak responden dari kelas ekonomi
menengah atas yang mengonsumsi air bersih lebih dari 150 L/orang/hari dibandingkan yang
mengonsumsi air bersih kurang dari 101 L/orang/hari.
Jika dilihat nilai rata-rata konsumsi air bersih secara keseluruhan semakin tinggi kelas
ekonomi maka semakin tinggi pula konsumsi air bersihnya. Kelas ekonomi dapat mempengaruhi
perilaku konsumsi air bersih karena perbedaan kelas ekonomi akan membedakan pola hidup
serta aktivitas sehari-hari dalam mengonsumsi air bersih.
Penanganan Terhadap Blackwater
Perilaku responden terhadap blackwater yang ditimbulkan juga merupakan data yang
diolah dari kuesioner ini. Gambar 7, 8, dan 9 menunjukkan perilaku responden terhadap
blackwater yang ditimbulkan dari kelas ekonomi menengah bawah, menengah, dan menengah
atas.
16%
Septic tank individu
32%
10%
0%
26%
56%
Septic tank
individu
Septic tank
komunal
Cubluk
Pipa menuju IPAL
terpusat
pada umumnya bertempat tinggal di lokasi yang padat penduduk sehingga tidak memungkinkan
untuk membuat septic tank individu.
5%
Septic tank individu
14%
0%
4%
Cubluk
77%
42%
Terpisah
Tidak terpisah
58%
Gambar 10 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah bawah
memiliki saluran greywater yang terpisah dari saluran blackwater. Maksud dari saluran
greywater yang terpisah dari saluran blackwater adalah terdapat dua saluran yang berbeda dan
dengan tujuan akhir saluran yang berbeda juga antara greywater dan blackwater. Pembuatan
saluran yang berbeda antara greywater dan blackwater dapat terjadi karena mempertimbangkan
kapasitas dari tempat penampungan akhir blackwater yang akan menjadi cepat penuh jika
penyaluran greywater dan blackwater dijadikan satu.
27%
Terpisah
Tidak terpisah
73%
Terpisah
Tidak terpisah
82%
5%
5%
21%
Septic tank individu
Septic tank komunal
Drainase kota
Sungai / perairan
69%
39%
Sungai / perairan
0% 4%
5%
Septic tank
individu
Septic tank
komunal
Drainase kota
91%
KESIMPULAN
Kelas ekonomi dapat mempengaruhi banyaknya penggunaan air bersih, semakin tinggi
kelas ekonomi maka semakin tinggi pula konsumsi air bersihnya. Survey membuktikan bahwa
rata-rata konsumsi air bersih pada responden dari kelas ekonomi menengah bawah adalah 111,42
L/orang/hari, sedangkan responden dari kelas ekonomi menengah adalah 127,99 L/orang/hari,
serta responden dari kelas ekonomi menengah atas adalah 177,98 L/orang/hari. Penanganan
blackwater di Kota Bandung secara umum dilakukan dengan cara mengalirkannya ke septic tank
individu. Untuk penanganan greywater, secara umum masyarakat Kota Bandung memiliki
saluran greywater yang terpisah dengan saluran blackwater dan greywater dialirkan ke saluran
drainase kota. Pemanfaatan kembali greywater di Kota Bandung mungkin untuk dilakukan jika
dilihat dari kuantitas greywater dan saluran greywater yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat
Kota Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Eriksson, Eva, Karina Auffarth, Mogens Henze, Anna Leddin. 2001. Characteristics of Grey
Wastewater. Urban Water 4, 85-104.
Fong, N, Platzer, M., Caceres, V. 2004. The Reuse of Treated Wastewater for Agricultural
Purposes in Nicaragua, Central America. Water Science and Technology Vol 50 No 2 pp
293 - 300.
Gulyas, Holger. 2007. Greywater Reuse : Concepts, Benefits, Risks and Treatment Technologies.
International Conference on Sustainable Sanitation.
Lindstorm, Carl. 2000. Greywater Irrigation : Grey Waste Treatment. Diakses pada tanggal : 18
Oktober 2009.
Metcalf, Eddy.1991. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal, and Reuse. Mc Graw Hill
Book Co. Singapore.
Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Smith, V. H., G. D. Tilman, J. C. Nekola. 1999. Eutrophication : Impacts of Excess Nutrient
Inputs on Freshwater, Marine, and Terrestrial Ecosystems. Environmental Pollution 100,
179 196.