You are on page 1of 12

STUDI KARAKTERISTIK GREYWATER UNTUK MELIHAT POTENSI

PEMANFAATAN GREYWATER DI KOTA BANDUNG


GREYWATER CHARACTERISATION TO KNOW THE POTENTIAL UTILIZATION
OF GREYWATER REUSE IN BANDUNG CITY
Dini Widianti1 dan Marisa Handajani2
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
1
dini.widianti@hotmail.com dan 2m_handajani@yahoo.com
Abstrak : Persediaan air tanah yang sudah semakin menipis menyebabkan banyak orang berpikir untuk
mendayagunakan air limbah yang masih layak pakai. Jika dikelola dengan baik, greywater dapat dimanfaatkan
kembali sebagai sumber air untuk keperluan perkebunan, pertanian, atau untuk penggelontoran toilet. Oleh karena
itu perlu diadakan survey dan studi karakteristik terhadap greywater untuk melihat potensi pemanfaatannya. Survey
ini dilakukan di Kota Bandung dengan cara penyebaran kuesioner yang terbagi berdasarkan kelas ekonomi, yaitu
kelas ekonomi menengah bawah, menengah, dan menengah atas. Survey membuktikan bahwa rata-rata konsumsi
air bersih pada responden dari kelas ekonomi menengah bawah adalah 111,42 L/orang/hari, sedangkan responden
dari kelas ekonomi menengah adalah 127,99 L/orang/hari, serta responden dari kelas ekonomi menengah atas
adalah 177,98 L/orang/hari. Penanganan blackwater di Kota Bandung secara umum dilakukan dengan cara
mengalirkannya ke septic tank individu. Untuk penanganan greywater, secara umum masyarakat Kota Bandung
memiliki saluran greywater yang terpisah dengan saluran blackwater dan greywater dialirkan ke saluran drainase
kota. Pemanfaatan kembali greywater di Kota Bandung mungkin untuk dilakukan jika dilihat dari kuantitas
greywater dan saluran greywater yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat Kota Bandung.
Kata kunci : greywater, survey, pemanfaatan kembali, Kota Bandung

Abstract : Ground water supplies are getting thin Running out of ground water supplies causes many people thinks
to utilize wastewater that still feasible to be used. If managed properly, greywater can be used again as a source of
water for plantations, agriculture, or for flushing toilets. Therefore it is necessary to provide survey to know the
characteristics of greywater to see the potential utilization. Survey was conducted in Bandung with questionnaires
spreading that divided by economic class, the lower middle economic class, middle, and high. Survey shows that
average water consumption of the respondents from lower middle economic class is 111.42 L/person/day, while
respondents from the middle economic class is 127.99 L/person/day, and respondents from the upper middle
economic class is 177.98 L/person/day. Handling of blackwater in Bandung is generally done by drain it off to
individual septic tanks. For the handling of greywater, in Bandung has a separate channel with greywater
blackwater. Greywater channels streamed into the city drainage. Greywater reuse in Bandung feasible to do if seen
from the quantity of greywater and greywater channel owned by the society in Bandung.
Keywords : greywater, survey, reuse, Bandung City

PENDAHULUAN
Greywater merupakan bagian dari limbah cair domestik yang proses pengalirannya tidak
melalui toilet, misalnya seperti air bekas mandi, air bekas mencuci pakaian, dan air bekas cucian
dapur. Sekitar 60 85% dari total volume kebutuhan air bersih akan menjadi limbah cair
domestik (Metcalf, 1991). Bagian dari greywater adalah sekitar 75% dari total volume limbah
cair domestik (Hansen & Kjellerup (1994), dikutip dari Eriksson et al (2001)). Penanganan
greywater di Indonesia saat ini adalah langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan
sebelumnya. Saluran drainase penyalur greywater dan air hujan ini akan berujung di badan air
permukaan atau di IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Berdasarkan data dari KLH
(Kementerian Lingkungan Hidup) tahun 2004, IPAL Bojongsoang yang berlokasi di Bandung
baru bisa melayani 18.67 % limbah dari 2.250.000 penduduk Bandung, atau sekitar 420.000
jiwa. Sedangkan kebanyakan masyarakat hanya mengolah limbah blackwater mereka dengan
membuat septic tank, tetapi tidak mengolah limbah greywater yang mereka timbulkan, sehingga
hampir seluruh greywater yang ditimbulkan di kota Bandung mengalir ke badan air permukaan
atau ke IPAL.
Karakteristik greywater pada umumnya banyak mengandung unsur nitrogen, fosfat, dan
potasium (Lindstrom, 2000). Unsur-unsur tersebut merupakan nutrien bagi tumbuhan, sehingga
jika greywater dialirkan begitu saja ke badan air permukaan maka akan menyebabkan eutrofikasi
pada badan air tersebut. Eutrofikasi adalah sebuah peristiwa dimana badan air menjadi kaya akan
materi organik, sehingga menyebabkan pertumbuhan ganggang yang pesat pada permukaan
badan air tersebut (Metcalf, 1991). Peristiwa eutrofikasi ini dapat menurunkan kualitas badan air
permukaan karena dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam badan air tersebut. Sebagai
akibatnya, makhluk hidup air yang hidup di badan air tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik
atau mungkin mati.
Persediaan air tanah yang sudah semakin menipis menyebabkan banyak orang berpikir
untuk mendayagunakan air limbah yang masih layak pakai. Jika dikelola dengan baik, greywater
dapat digunakan sebagai sumber air untuk keperluan perkebunan, pertanian, atau untuk
penggelontoran toilet. Greywater dapat digunakan sebagai sumber air untuk keperluan
perkebunan dan pertanian karena greywater mengandung fosfat, potasium, dan nitrogen yang
merupakan sumber nutrisi yang baik bagi tumbuhan, dan greywater juga mengandung bakteri
patogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan blackwater dan greywater terdekomposisi lebih
cepat daripada blackwater (Lindstrom, 2000). Hal tersebut membuat greywater lebih mudah
untuk dimanfaatkan kembali dibandingkan dengan blackwater yang harus melewati proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan kembali.
Untuk dapat dimanfaatkan kembali, greywater harus memenuhi persyaratan beberapa
parameter. Berikut ini adalah persyaratan parameter greywater yang harus dipenuhi pada sektor
pertanian :
Tabel 1 Parameter air untuk pemanfaatan greywater pada sektor pertanian
Parameter
Nilai yang diperbolehkan
pH
6.5 8.5
Daya hantar listrik (s/cm)
2000
BOD (mg/L)
120
COD (mg/L)
200
Total Suspended Solid (mg/L)
120
Faecal coliform (MPN/100 mL)
1000
Sumber : M. Platzer, V. Caceres, dan N. Fong, 2004

Jika parameter pada greywater sesuai dengan persyaratan parameter greywater yang harus
dipenuhi pada sektor pertanian maka greywater dapat dimanfaatkan pada sektor pertanian
tersebut. Jika tidak sesuai maka dapat dilakukan pengolahan greywater sebelum digunakan pada
pemanfaatan untuk sektor pertanian.
Potensi pemanfaatan greywater ini dapat mengurangi penggunaan air bersih. Karena
sektor pertanian membutuhkan air dalam jumlah yang banyak. Rata-rata air bersih digunakan
70% untuk kebutuhan pertanian, 8% untuk kebutuhan domestik, dan 22% untuk kebutuhan
industri. Jika sektor pertanian menggunakan air bersih maka persediaan air akan semakin
menipis untuk kebutuhan domestik manusia. Maka pemanfaatan greywater ini dapat mengurangi
penggunaan air bersih.

METODOLOGI
Metodologi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengumpulan data di lapangan
melalui penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada masyarakat kota Bandung. Tujuan utama
dari penyebaran kuesioner ini adalah untuk mengetahui jumlah konsumsi air bersih per hari dan
perlakuan terhadap limbah cair domestik.
Langkah pertama yang dilakukan adalah penentuan jumlah sampel masyarakat.
Berdasarkan data BPS tahun 2008 penduduk Kota Bandung berjumlah 2.329.928 jiwa. Pada
penelitian ini digunakan Rumus Slovin untuk menghitung jumlah sampel. Berikut ini adalah
yang dimaksud dengan Rumus Slovin (Prasetyo et al,2005) :
(1)
Keterangan : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = nilai ketelitian
Dari persamaan (1) dengan menggunakan jumlah penduduk Kota Bandung sebagai populasi dan
6 % sebagai nilai ketelitian maka diperoleh bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan adalah
sebanyak 280 sampel. Jadi jumlah kuesioner yang disebar adalah 280 buah kuesioner.
Kuesioner-kuesioner tersebut tersebar merata di empat wilayah Kota Bandung, yaitu Bandung
Utara, Bandung Timur, Bandung Selatan, dan Bandung Barat.
Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian dilakukan pengolahan data. Proses
pengolahan data ini menghasilkan jumlah konsumsi air bersih per hari dan perlakuan terhadap
limbah cair domestik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyebaran kuesioner dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas ekonomi menengah bawah,
kelas ekonomi menengah, dan kelas ekonomi menengah atas. Kelas-kelas tersebut dibagi
berdasarkan pendapatan total dari kepala keluarga yang menjadi responden kuesioner.
Responden yang termasuk ke kelas ekonomi menengah bawah adalah yang memiliki penghasilan
total kurang dari Rp 700.000,00. Responden yang termasuk ke kelas ekonomi menengah adalah
yang memiliki penghasilan total berada di antara Rp 700.001,00 dan Rp 10.000.000,00.
Sedangkan responden yang termasuk ke kelas ekonomi menengah atas adalah yang memiliki
penghasilan total lebih dari Rp 10.000.001,00.

10%

8%

Bawah ( Rp 700.000,00)
Menengah (Rp 700.001,00 Rp 10.000.000,00)
Atas ( Rp 10.000.001,00)
82%

Gambar 1 Komposisi Responden Berdasarkan Penghasilan Total


Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden kuesioner pada penelitian ini tergolong
kelas ekonomi menengah.
Komposisi responden berdasarkan pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada
gambar 2.
3% 1%

7%
5%

28%

4%
0%
4%
6%

41%

Tidak Lulus SD

SD

SMP

SMA

SMEA

SMK

STM

D1

D3

S1

S2
1%

Gambar 2 Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden


Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA. Kemudian
disusul dengan S1 sebagai tingkat pendidikan terakhir terbanyak kedua dari responden.
Peta persebaran kuesioner untuk penelitian ini di Kota Bandung dapat dilihat pada
gambar 3.

Gambar 3 Peta Persebaran Kuesioner di Kota Bandung


Kota Bandung terbagi menjadi empat wilayah, yaitu Bandung Utara, Bandung Timur, Bandung
Selatan, dan Bandung Barat. Persebaran kuesioner di keempat wilayah Kota Bandung ini merata,
yaitu masing-masing 70 responden pada masing-masing wilayah.
Konsumsi Air
Pembagian responden berdasarkan kelas ekonomi ini bermaksud untuk melihat
perbedaan dalam perilaku konsumsi air bersih. Gambar 4, 5, dan 6 menunjukkan hasil
pengolahan data dari konsumsi air bersih responden.
5%
16%
0-50

26%

51-100
101-150
32%

151-200
201-250

21%

Gambar 4 Total Konsumsi Air Bersih (L/orang/hari) Untuk Kelas Ekonomi Menengah Bawah
Gambar 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah
bawah mengonsumsi air bersih berkisar antara 51 100 L/orang/hari. Setelah dihitung dengan
menggunakan cara pembobotan diperoleh bahwa rata-rata konsumsi air bersih pada responden
dari kelas ekonomi menengah bawah adalah 111,42 L/orang/hari. Karena nilai rata-rata
konsumsi air bersih berada di atas kisaran nilai mayoritas maka lebih banyak responden dari

kelas ekonomi menengah bawah yang mengonsumsi air bersih lebih dari 100 L/orang/hari
dibandingkan yang mengonsumsi air bersih kurang dari 50 L/orang/hari.
1%1% 3%

8%

0-50
51-100
17%

29%

101-150
151-200
201-250
250-300
301-350

41%

Gambar 5 Total Konsumsi Air (L/orang/hari) Untuk Kelas Ekonomi Menengah


Gambar 5 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah
mengonsumsi air bersih berkisar antara 101 150 L/orang/hari. Setelah dihitung dengan
menggunakan cara pembobotan diperoleh bahwa rata-rata konsumsi air bersih pada responden
dari kelas ekonomi menengah adalah 127,99 L/orang/hari.
9% 0%

5% 5% 0%

0-50
51-100
101-150

18%

36%

151-200
201-250
251-300
301-350
351-400

27%

Gambar 6 Total Konsumsi Air (L/orang/hari) Untuk Kelas Ekonomi Menengah Atas
Gambar 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah atas
mengonsumsi air bersih berkisar antara 101 150 L/orang/hari. Setelah dihitung dengan
menggunakan cara pembobotan diperoleh bahwa rata-rata konsumsi air bersih pada responden
dari kelas ekonomi menengah atas adalah 177,98 L/orang/hari. Karena nilai rata-rata konsumsi
air bersih berada di atas kisaran nilai mayoritas maka lebih banyak responden dari kelas ekonomi
menengah atas yang mengonsumsi air bersih lebih dari 150 L/orang/hari dibandingkan yang
mengonsumsi air bersih kurang dari 101 L/orang/hari.

Jika dilihat nilai rata-rata konsumsi air bersih secara keseluruhan semakin tinggi kelas
ekonomi maka semakin tinggi pula konsumsi air bersihnya. Kelas ekonomi dapat mempengaruhi
perilaku konsumsi air bersih karena perbedaan kelas ekonomi akan membedakan pola hidup
serta aktivitas sehari-hari dalam mengonsumsi air bersih.
Penanganan Terhadap Blackwater
Perilaku responden terhadap blackwater yang ditimbulkan juga merupakan data yang
diolah dari kuesioner ini. Gambar 7, 8, dan 9 menunjukkan perilaku responden terhadap
blackwater yang ditimbulkan dari kelas ekonomi menengah bawah, menengah, dan menengah
atas.
16%
Septic tank individu

32%

10%

Septic tank komunal


Cubluk

0%

Pipa menuju IPAL terpusat


Lainnya
42%

Gambar 7 Tujuan Akhir Saluran Blackwater Yang Digunakan Pada Responden


Kelas Ekonomi Menengah Bawah
Dari gambar 7 terlihat bahwa pada kelas ekonomi menengah bawah sebanyak 42%
responden menggunakan septic tank komunal sebagai fasilitas sanitasi. Kategori lainnya pada
gambar 5 adalah responden yang langsung mengalirkan limbah cair domestiknya ke sungai. Hal
ini dapat terjadi karena lokasi rumah responden berada dekat dengan sungai.
6%
11%
1%

26%

56%

Septic tank
individu
Septic tank
komunal
Cubluk
Pipa menuju IPAL
terpusat

Gambar 8 Tujuan Akhir Saluran Blackwater Yang Digunakan Pada Responden


Kelas Ekonomi Menengah
Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah
bawah menggunakan septic tank individu sebagai fasilitas sanitasi. Terlihat perbedaan dari kelas
ekonomi menengah bawah dan kelas ekonomi menengah atas bahwa pada kelas ekonomi
menengah bawah mayoritas fasilitas sanitasi yang digunakan adalah septic tank komunal,
sedangkan pada kelas ekonomi menengah mayoritas menggunakan septic tank individu sebagai
fasilitas sanitasi. Hal ini dapat terjadi karena pada responden kelas ekonomi menengah bawah

pada umumnya bertempat tinggal di lokasi yang padat penduduk sehingga tidak memungkinkan
untuk membuat septic tank individu.

5%
Septic tank individu

14%
0%

Septic tank komunal

4%
Cubluk
77%

Pipa menuju IPAL


terpusat

Gambar 9 Tujuan Akhir Saluran Blackwater Yang Digunakan Pada Responden


Kelas Ekonomi Menengah Atas
Gambar 9 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah atas
menggunakan septic tank individu sebagai fasilitas sanitasi. Gambar 9 juga menunjukkan bahwa
masih ada 4 % responden dari kelas ekonomi menengah atas yang menggunakan septic tank
komunal sebagai fasilitas sanitasi. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena masih ada
responden dari kelas ekonomi menengah atas yang bertempat tinggal di daerah padat penduduk.
Dapat dilihat pada gambar 7, 8, dan 9 bahwa semakin tinggi kelas ekonominya maka
semakin banyak responden yang menggunakan septic tank individu sebagai tujuan akhir saluran
blackwater. Hal ini dapat terjadi karena septic tank komunal yang menjadi pilihan terbanyak
masyarakat dari kelas ekonomi menengah bawah sebagai tujuan akhir saluran blackwater hanya
digunakan pada daerah permukiman yang padat penduduk, sehingga semakin tinggi kelas
ekonominya maka fasilitas septic tank komunal semakin ditinggalkan karena pada umumnya
semakin tinggi kelas ekonomi maka daerah permukiman yang dijadikan tempat tinggal semakin
tidak padat penduduk.
Penanganan Terhadap Greywater
Penanganan terhadap greywater yang dilakukan oleh responden perlu untuk diketahui
agar dapat dilihat potensi pemanfaatan greywater. Gambar 10, 11, dan 12 menunjukkan jenis
saluran greywater yang digunakan oleh responden.

42%
Terpisah
Tidak terpisah
58%

Gambar 10 Jenis Saluran Greywater Yang Digunakan Oleh Responden


Kelas Ekonomi Menengah Bawah

Gambar 10 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah bawah
memiliki saluran greywater yang terpisah dari saluran blackwater. Maksud dari saluran
greywater yang terpisah dari saluran blackwater adalah terdapat dua saluran yang berbeda dan
dengan tujuan akhir saluran yang berbeda juga antara greywater dan blackwater. Pembuatan
saluran yang berbeda antara greywater dan blackwater dapat terjadi karena mempertimbangkan
kapasitas dari tempat penampungan akhir blackwater yang akan menjadi cepat penuh jika
penyaluran greywater dan blackwater dijadikan satu.

27%
Terpisah
Tidak terpisah
73%

Gambar 11 Jenis Saluran Greywater Yang Digunakan Oleh Responden


Kelas Ekonomi Menengah
Gambar 11 menunjukkan bahwa sebanyak 73 % responden dari kelas ekonomi menengah
memiliki saluran greywater yang terpisah dari saluran blackwater. Keadaan saluran greywater
yang terpisah dari saluran blackwater seperti ini juga terjadi pada kelas ekonomi menengah
bawah.
18%

Terpisah
Tidak terpisah
82%

Gambar 12 Jenis Saluran Greywater Yang Digunakan Oleh Responden


Kelas Ekonomi Menengah Atas
Dari gambar 12 dapat dilihat bahwa sebanyak 82 % responden dari kelas ekonomi menengah
atas memiliki saluran greywater yang terpisah dari saluran blackwater.
Terlihat pada gambar 10, 11, dan 12 bahwa semakin tinggi kelas ekonominya maka
semakin banyak responden yang menggunakan saluran greywater yang terpisah dari saluran
blackwater.
Tujuan akhir dari saluran greywater pada masing-masing kelas ekonomi menengah
bawah, menengah, dan menengah atas akan ditunjukkan pada gambar 13, 14, dan 15.

5%

5%

21%
Septic tank individu
Septic tank komunal
Drainase kota
Sungai / perairan
69%

Gambar 13 Tujuan Akhir Saluran Greywater Yang Digunakan Oleh Responden


Kelas Ekonomi Menengah Bawah
Gambar 13 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah
bawah memiliki saluran greywater yang menuju ke drainase kota. Jika dilihat secara keseluruhan
maka tidak semua responden dari kelas ekonomi menengah bawah yang menggunakan septic
tank komunal atau septic tank individu mengalirkan greywater ke septic tank komunal atau
septic tank individu tersebut.
11%
2%
Septic tank individu

39%

Septic tank komunal


Drainase kota
48%

Sungai / perairan

Gambar 14 Tujuan Akhir Saluran Greywater Yang Digunakan Oleh Responden


Kelas Ekonomi Menengah
Dari gambar 14 dapat dilihat bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah
mengalirkan greywater ke drainase kota. Ada 39 % responden dari kelas ekonomi menengah
yang mengalirkan greywater ke sungai. Hal ini disebabkan karena lokasi tempat tinggal
responden tersebut berada di dekat sungai. Pada dasarnya greywater yang dialirkan ke saluran
drainase juga akan berujung di sungai. Hanya saja bagi masyarakat yang memiliki tempat tinggal
di dekat sungai maka akan mengalirkan greywater langsung ke sungai, tidak melalui saluran
drainase terlebih dahulu.

0% 4%
5%
Septic tank
individu
Septic tank
komunal
Drainase kota
91%

Gambar 15 Tujuan Akhir Saluran Greywater Yang Digunakan Oleh Responden


Kelas Ekonomi Menengah Atas
Gambar 15 menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas ekonomi menengah atas
memiliki saluran greywater yang dialirkan ke saluran drainase kota. Saluran greywater yang
berakhir di saluran drainase kota juga terdapat di lokasi tempat tinggal responden dari kelas
ekonomi menengah bawah dan menengah.
Dari hasil survey ini diperoleh bahwa penanganan greywater di Kota Bandung secara umum
adalah dengan mengalirkannya ke saluran drainase kota. Persentase greywater dari keseluruhan
limbah cair domestik adalah 50 80 %. Jika penanganan greywater dilakukan terus-menerus
dengan cara mengalirkannya ke saluran drainase kota yang akan berujung di badan air
permukaan maka akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air tersebut.
Peristiwa eutrifikasi pada sungai dapat terjadi apabila nilai total nitrogen melampaui 1.5
mg/L dan nilai total fosfat melampaui 0.075 mg/L (Smith et al, 1999). Sedangkan pada
greywater nilai total nitrogen berkisar antara 0.6 80 mg/L dan nilai total fosfat berkisar antara 6
57 mg/L (Eriksson et al, 2001). Jadi secara teoritis greywater dapat menyebabkan eutrofikasi
pada sungai. Peristiwa eutrofikasi ini dapat menurunkan kualitas badan air permukaan karena
dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam badan air tersebut. Sebagai akibatnya,
makhluk hidup air yang hidup di badan air tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik atau
mungkin mati. Jika hal ini dibiarkan terus maka akan mengganggu stabilitas komunitas air yang
terdapat pada badan air. Selain itu air dari badan air tersebut juga menjadi tidak dapat
dimanfaatkan karena sudah tercemar dengan materi organik dari greywater.
Jika dilihat dari kuantitas greywater yang berkisar antara 50 80 % dari keseluruhan
limbah cair domestik serta melihat kandungan fosfat, potasium, dan nitrogen pada greywater
yang merupakan sumber nutrisi yang baik bagi tumbuhan dan kandungan bakteri patogen yang
lebih sedikit dibandingkan blackwater, maka greywater berpotensi untuk dimanfaatkan kembali.
Persediaan air tanah yang sudah semakin menipis menyebabkan banyak orang berpikir untuk
mendayagunakan air limbah yang masih layak pakai. Jika dikelola dengan baik, greywater dapat
digunakan sebagai sumber air untuk keperluan perkebunan, pertanian, atau untuk penggelontoran
toilet. Pemanfaatan kembali greywater di Kota Bandung akan menjadi mudah karena
berdasarkan survey yang telah dilakukan mayoritas masyarakat Kota Bandung memiliki saluran
greywater yang terpisah dengan saluran greywater, sehingga greywater dapat langsung
dimanfaatkan kembali atau dapat langsung menjalani proses sebelum dimanfaatkan kembali
tanpa perlu dilakukan proses pemisahan dari blackwater.

KESIMPULAN
Kelas ekonomi dapat mempengaruhi banyaknya penggunaan air bersih, semakin tinggi
kelas ekonomi maka semakin tinggi pula konsumsi air bersihnya. Survey membuktikan bahwa
rata-rata konsumsi air bersih pada responden dari kelas ekonomi menengah bawah adalah 111,42
L/orang/hari, sedangkan responden dari kelas ekonomi menengah adalah 127,99 L/orang/hari,
serta responden dari kelas ekonomi menengah atas adalah 177,98 L/orang/hari. Penanganan
blackwater di Kota Bandung secara umum dilakukan dengan cara mengalirkannya ke septic tank
individu. Untuk penanganan greywater, secara umum masyarakat Kota Bandung memiliki
saluran greywater yang terpisah dengan saluran blackwater dan greywater dialirkan ke saluran
drainase kota. Pemanfaatan kembali greywater di Kota Bandung mungkin untuk dilakukan jika
dilihat dari kuantitas greywater dan saluran greywater yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat
Kota Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Eriksson, Eva, Karina Auffarth, Mogens Henze, Anna Leddin. 2001. Characteristics of Grey
Wastewater. Urban Water 4, 85-104.
Fong, N, Platzer, M., Caceres, V. 2004. The Reuse of Treated Wastewater for Agricultural
Purposes in Nicaragua, Central America. Water Science and Technology Vol 50 No 2 pp
293 - 300.
Gulyas, Holger. 2007. Greywater Reuse : Concepts, Benefits, Risks and Treatment Technologies.
International Conference on Sustainable Sanitation.
Lindstorm, Carl. 2000. Greywater Irrigation : Grey Waste Treatment. Diakses pada tanggal : 18
Oktober 2009.
Metcalf, Eddy.1991. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal, and Reuse. Mc Graw Hill
Book Co. Singapore.
Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Smith, V. H., G. D. Tilman, J. C. Nekola. 1999. Eutrophication : Impacts of Excess Nutrient
Inputs on Freshwater, Marine, and Terrestrial Ecosystems. Environmental Pollution 100,
179 196.

You might also like