You are on page 1of 12

Pengaliran Air Limbah

Limbah cair disalurkan dari berbagai sumber ke fasilitas pengolahan melalui sistem
saluran tertutup, dimana sistem saluran ini dikelompokkan menurut asal air dan cara
pengaliran. Pembagian sistem saluran menurut pengelompokkannya dijelaskan
sebagai berikut:
1. Menurut asal air
Berdasarkan asal air, sistem saluran ini dibagi dalam tiga segmen, yaitu:
a. Sistem terpisah (separate system)
Sistem ini sesuai diterapkan pada daerah yang mempunyai fluktuasi debit air
hujan pada musim hujan yang besar sekali, jika dibandingkan dengan debit
maksimum air limbah yang relatif sangat kecil.
b. Sistem tercampur (combined system)
Dalam sistem tercampur, limbah cair dan air hujan serta komponen limbah
cair lainnya disalurkan dalam satu saluran.
c. Sistem kombinasi (pseudo separate system)
Dalam sistem ini, limbah cair dan air hujan disatukan penyalurannya pada
musim kemarau, tetapi pada musim hujan penyalurannya terpisah.
2. Menurut sistem pengaliran
Pembagian sistem ini didasarkan pada letak dan topografi daerah yang dilayani.
Berdasarkan sistem pengaliran, penyaluran limbah cair dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Sistem pengaliran gravitasi
Sistem ini dipakai bila badan air berada di bawah elevasi daerah penyerapan
dan menggunakan potensial yang tinggi terhadap daerah pelayanan terjauh.
b. Sistem pemompaan
Sistem ini digunakan apabila elevasi badan air di atas elevasi daerah
pelayanan.
c. Sistem kombinasi

Sistem ini digunakan apabila limbah cair dari daerah pelayanan dialirkan ke
bangunan pengolahan menggunakan bantuan pompa dan reservoir.
Penyaluran limbah cair dari perumahan diawali oleh sistem perpipaan limbah cair
dari kamar mandi, wastafel, tempat cuci, WC, dan urinoir yang menyalurkan limbah
cair menuju saluran induk. Kemiringan aliran harus cukup agar menjamin
berlangsungnya pembersihan sendiri (self cleaning) pada saluran. Kecepatan
alirannya bervariasi antara 0,6 m/detik sampai 0,75 m/detik pada aliran yang penuh.
Di daerah tropis kecepatan yang dianjurkan 0,9 m/detik (Soeparman & Suparmin,
2002).
Menurut Sugiharto (1987), untuk menjaga agar tidak terjadi pengendapan, maka
kecepatan aliran haruslah diatur berdasarkan pertimbangan dari partikel yang dibawa
oleh aliran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4. berikut ini
Tabel 2.4. Kecepatan Berdasar Partikel yang Dibawa
Partikel yang dibawa/diangkut
Lumpur
Pasir halus
Pasir kasar
Kerikil halus
Kerikil kasar
Batu-batuan

Kecepatan ( m/detik )
0,10
0,15
0,20
0,30
0,70
1,20

Sumber: Sugiharto, 1987


Jenis Bahan Pipa Saluran Limbah Cair
Jenis pipa saluran limbah cair yang dipergunakan tidak hanya satu macam, hal ini
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

kondisi lapangan (drainase, topografi, jenis tanah, dan kemiringan),


karakteristik aliran,
ketahanan material terhadap kondisi setempat,
ketahanan terhadap gerusan,
ketahanan asam, basa, dan korosi,
kemudahan dalam penanganan dan instalasinya,
ketersediaan dalam berbagai ukuran yang dibutuhkan,
kehematan (Halim Hasmar, 2002).

Menurut Okun dan Ponghis (1975) dalam Soeparman dan Suparmin (2002), bahan
yang umumnya dipakai untuk saluran limbah cair adalah:
a. Pipa asbes semen (asbestos cement pipe)
Pipa asbes semen tahan terhadap korosi akibat asam, tahan terhadap kondisi
limbah yang sangat septik dan pada tanah yang alkalis.
b. Pipa beton (concrete pipe)
Pipa jenis ini sering digunakan untuk saluran limbah cair ukuran kecil dan sedang
(diameter 600 mm). Penanganannya mudah tetapi umumnya tidak tahan terhadap
asam.
c. Pipa besi cor (cast iron pipe)
Keuntungan pipa ini adalah umur penggunaan yang cukup lama, kuat menahan
beban, dan karakteristik aliran yang baik. Hanya saja secara ekonomis tidak
menguntungkan karena mahal, sulit untuk penggunaan secara khusus (misalnya
untuk saluran yang melewati rawa).
d. Pipa tanah liat (vetrified clay pipe)
Keuntungan pipa jenis ini adalah tahan korosi akibat produksi H2S limbah cair.
Sedangkan kelemahannya pipa ini mudah pecah dan umumnya dicetak dalam
ukuran pendek.
e. PVC ( polyvinyl chloride)

Pipa ini banyak digunakan karena mempunyai banyak keuntungan antara lain:
mudah dalam penyambungan, ringan, tahan korosi, tahan asam, fleksibel, dan
karakteristik aliran sangat baik.

2.2. Dasar Teori


2.2.1. Pengaliran Air Limbah
Analisis pengaliran didasarkan pada rumus aliran saluran terbuka dimana penampang
saluran berbentuk lingkaran (pipa bulat).
a. Debit melalui saluran dengan penampang lingkaran
Debit saluran merupakan perkalian dari kecepatan aliran dan luas penampang yang
dialiri (Bambang Triatmodjo, 1995). Sehingga debit saluran dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Q = v x A ...................................................................................................................
(2.)
v=

1
n

3x

1
I 2 ....................................................................................

(2.)
Dengan,
Q = debit yang mengalir di saluran (m3/dt)
v = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang saluran yang dialiri (m2)
R = jari-jari hidrolis (m)

I = kemiringan dasar saluran


n = koefisien kekasaran dinding saluran ( koefisien Manning )
Koefisien Manning ( n ) untuk aliran melalui pipa dapat dilihat pada Tabel . dibawah
ini:
Tipe Pipa
Kaca, kuningan atau tembaga
Permukaan seng halus
Kayu
Besi tuang
Beton precast
Permukaan mortar semen
Pipa tanah dibakar
Besi
Batu dengan mortar semen
Baja dikeling
Permukaan batu dengan semen

Minimal
0,009
0,010
0,010
0,011
0,011
0,011
0,011
0,012
0,012
0,017
0,020

Koefisien Manning ( n )
Maksimal
0,013
0,013
0,013
0,015
0,015
0,015
0,017
0,017
0,017
0,020
0,024

Sumber: Bambang Triatmodjo, 1995


b. Jari-jari hidrolis saluran dengan penampang lingkaran
Jari-jari hidrolis merupakan perbandingan antara luas penampang yang dialiri air
dengan keliling basah saluran ( Bambang Triatmodjo, 1995 ), yang dapat ditulis
dengan rumus sebagai berikut:
R=

A
P

................................................................................................................... (2.

Dengan :
R = jari-jari hidrolis (m)
A = luas penampang yang dialiri air (m2)
P = keliling basah saluran (m)

Pada penampang saluran yang berbentuk lingkaran, luas penampang yang dialiri dan
keliling basahnya dapat dihitung dengan rumus ( Hadi Y, 1986 ) sebagai berikut:

Gambar 2.. Penampang Pipa


1. Keliling basah
P

= keliling basah
= ACB
=

2
x 2 r
360

= 2r

...........................................................................................

2. Luas penampang saluran


A

= luas penampang yang dialiri


= luas OACB luas AOBD
=

2
2
x r 2 x luas ODB
360

1
2
= r (2, , DB , OD)
2

r
sin

,r cos
=
2
r

= r 2 r 2 sin cos
= r 2

r 2 sin
2

sin 2
2
..................................................................................
2
r

Sedangkan dapat dicari dari:


OD
OB
cos

rd
r

Sehingga, = arccos

rd
r

.................................................................(2.6)

dengan,
r

= jari-jari pipa saluran (m)

= diameter pipa saluran (m)

= sudut aliran (rad)


= tinggi air di saluran (m)

2.2.2. Pengaliran dalam pipa


Aliran air mengikuti hukum kontinuitas persamaan 1, yaitu debit aliran Q sebanding
dengan luas penampang A dikalikan kecepatan aliran v. Kecepatan aliran 0.6-3

m/detik. Dengan debit kedalaman penuh-kedalaman penuh.Pada aliran tertutup


kecepatan aliran secara gravitasi mengikuti formula HAZEN WILLIAM seperti
persamaan (2.1), (2.7), dan (2.8) berikut:
Q = A.v...........................................................................................................(2.1)
v = 0,849.C.S0,54 .(0,25.D)0,632........................................................................ (2.7)
v = 0,013131.C.S0,54 .D0,632 ...........................................................................

Gambar 2.. Perhitungan Rumus


s=

h
L

......................................................................................................(2.9)

Dengan,
Q = debit (m3/dt)
A = luas penampang pipa (m2)
v = kecepatan aliran (m/dt)
D = diameter pipa (mm)
S = kemiringan pipa
c = konstanta angka kekasaran dinding bagian dalam pipa (120)

Untuk menghitung kapasitas saluran dalam kondisi pipa penuh dan tanpa aliran
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
V=AxL
r 2 . L .....................................................................................................(2.10)
Dengan,
V = volume (liter)
A = luas penampang pipa (m2)
L = panjang pipa (m)
Headloss sering disingkat hl (untuk singkatan headloss) atau hf (headfriction,
kehilangan tekanan yang disebabkan friksi atau gesekan).
1. Kehilangan head pada instalasi pipa termasuk energi atau head diperlukan untuk:
a. menanggulangi gesekan (tahanan) pada pipa.
b. perlengkapan lainnya (saringan, klep kaki, sambungan, siku, socket, dll).
2. Gesekan terjadi baik pada pipa isap dan pipa hantar yang besarnya tergantung :
a. kecepatan aliran
b. ukuran pipa
c. kondisi pipa bagian dalam
d. bahan pembuat pipa

Kehilangan energi gesekan pipa umumnya dihitung dengan rumus dari HazenWilliam:
hf = {(10.684 Q 1.85) / C 1.85 D 4.87} x L ..................................................(2.11)
dengan:
v = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/detik);
C = koefisien gesekan pipa (Lihat Tabel 2.7.);

R = jari-jari hidrolik (m); R = D/4 untuk penampang pipa lingkaran;


L = panjang pipa (m);
D = diameter dalam pipa (m);
S = gradien hidrolik = hf/L;
hf = kehilangan energi (m);
Q = debit aliran (m3/detik).
Nilai C pada rumus Hazen-William, tergantung pada derajat kehalusan pipa bagian
dalam, jenis bahan pembuat pipa dan umur pipa. Berikut Tabel 2.7. merupakan Tabel
Kondisi pipa dan nilai C,
Tabel 2.7. Kondisi Pipa dan Nilai C
Rumus kemampuan instalasi pengolahan air limbah dalam menurunkan kadar BOD
dan TSS adalah sebagai berikut:
Effluent

= influent x presentase IPAL ..................................................

Kadar tersisa = influent effluent ...............................................................

Penyisihan=

( konsentrasi awalkonsentrasi akhir)


x 100
konsentrasi akhir

Jenis pipa
Pipa besi cor, baru
Pipa besi cor, tua
Pipa baja, baru
Pipa baja, tua
Pipa dengan lapisan semen
Pipa dengan lapisan asphalt
Pipa PVC
Pipa besi galvanis

koefisien kehalusan C
130
100
120 130
80 100
130 140
130 140
140 150
110 120

Pipa beton (baru, bersih)


Pipa beton (lama)
Alumunium
Pipa bambu (betung, wulung, tali)

120 130
105 110
135 140
70 90

Sumber: Hazen William Formula dalam Maryanto, 2011


Pada umumnya sistem saluran air limbah terdiri dari:
1. Sambungan Rumah (SR)
Sambungan rumah (SR_ adalah saluran yang umumnya terletak di dalam rumah dan
langsung menerima air buangan dari WC, kamar mandi, bak cucian dan dapur. Pipa yang
digunakan adalah pipa PVC dengan diameter 50-100 mm, kemudian akan menyalurkan
air buangan tersebut kesaluran lateral.
2. Sambungan Lateral
Saluran lateral adalah saluran yang menerima aliran dari sambungan rumah (SR) untuk
dialirkan kesaluran skunder, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan.
Diameternya 150 mm dan materialnya adalah PVC.
3. Sambungan Sekunder
Saluran skunder adalah saluran yang menerima air buangan dari saluran lateral dan akan
menyalurkannya kesaluran interceptor/induk. Diameternya bervariasi antara 300-500 mm
dengan material beton.
4. Saluran Interceptor/Induk
Saluran Interceptor/Induk adalah saluran utama yang menerima aliran air buangan dari
saluran sekunder dan meneruskannya kelokasi IPAL. Diameternya bervariasi antara 6001300 mm dengan material beton.
5. Bak Kontrol/Sekah
Bak kontrol/sekah adalah lubang pembersih pada sambungan rumah (SR) yang berfungsi
untuk keperluan pembersihan dan pemeliharaan pipa air kotor.
6. Clean Out
Clean Out adalah lubang pembersih pada saluran lateral yang digunakan untuk
membersihkan pipa. Jarak antar clean out biasanya sekitar 50 m.
7. Manhole

Manhole adalah lubang berdiameter 60 cm dengan tutup besi tulang yang berfungsi untuk
keperluan pembersihan dan pemeliharaan sistem saluran tertutup. Jarak antar manhole
biasanya sekitar 50 sampai 100 m.

You might also like