Professional Documents
Culture Documents
23 Juli 2013
Tanaman Buah Naga sebenarnya termasuk tanaman yang tahan banting dan
relatif mudah perawatannya. Tetapi tentunya dalam budidaya selalu ada
gangguan hama dan penyakit yang menyerang yang bisa mengakibatkan
hasil produksi yang tidak maksimal dan bisa mengalami kerugian. Oleh
karena itu harus diperhatikan apabila anda menjumpai gangguan hama dan
penyakit yang menyerang tanaman buah naga.
Adapun gangguan hama yang menyerang tanaman buah naga yaitu :
Tungau
Hama Tungau (Tetranychus sp.) akan menyerang kulit batang atau cabang
yang merusak jaringan klorofil yang berfungsi untuk asimilasi dari hijau
menjadi cokelat. Penanggulangannya dengan menyemprotkan Omite dengan
dosis 1-2 gr/ltr air yang dilakukan 2-3 kali seminggu.
Kutu Putih
Tanaman buah naga yang diserang hama kutu putih (mealybug) pada
permukaan batang atau cabang akan berselaput kehitaman dan terlihat
kotor. Hama ini bisa dikendalikan dengan menyemprotkan Kanon dengan
dosis 1-2 cc/ltr air seminggu sekali pada cabang yang diserang. Biasanya
dua kali penyemprotan hama kutu putih sudah hilang.
Kutu Sisik
Hama kutu sisik (Pseudococus sp.) umumnya berada pada bagian cabang
yang tidak terkena matahari langsung dan cabang yang diserang hama ini
akan terlihat kusam. Hama ini juga bisa diatasi dengan penyemprotan Kanon
dengan dosis sama dengan pengendalian hama kutu putih pada sela-sela
tanaman yang ternaungi atau tidak terkena sinar matahari.
Kutu Batok
Hama kutu batok (Aspidiotus sp.) menyerang tanaman dengan mengisap
cairan pada batang atau cabang yang menyebabkan cabang berubah
menjadi berwarna kuning. Pengendaliannya juga bisa menggunakan cara
yang sama dengan pengendalian hama kutu putih dan kutu sisik.
Bekicot
Hama bekicot sangat merugikan tanaman buah naga karena merusak
batang atau cabang dengan menggerogotinya dan dapat mengakibatkan
cabang busuk. Hama ini disebabkan karena kebersihan kebun yang kurang
terjaga.
Semut
Pada umumnya semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai
berbunga. Semut mulai mengerubungi bunga yang baru kuncup dan akan
GO
english Version
Home
Profil
Berita
Hasil Penelitian
Publikasi
UPBS
Layanan
Hubungi Kami
Buah naga merupakan tanaman tropis yang termasuk ke dalam genus Hylocereus dan Selenicereus.
Tanaman ini berasal dari negara Meksiko, Guatemala dan El Salvador. Dibudidayakan secara komersil
pertama kali di Vietnam, kemudian berkembang di Taiwan dan Thailand bagian Utara, selanjutnya
berkembang di negara Israel, Australia dan negara Asia lainnya. Tanaman ini pertama kali masuk ke
Indonesia pada tahun 1977, dan mulai ditanam dan dikembangkan secara komersial pada tahun 2000.
Selain penampilannya yang menarik dan rasanya yang segar, buah naga juga kaya nutrisi seperti
vitamin C, beta karoten, kalsium dan karbohidrat serta mengandung kadar serta yang cukup tinggi.
Sampai saat ini belum ada data resmi berapa luas pertanaman buah naga di Indonesia namun
kenyataan saat ini buah naga telah dibudidayakan secara komersil di beberapa provinsi seperti
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah dan Jawa Timur, NTB, bahkan penanaman yang
luas di provinsi Kepulauan Riau (Tanjung Pinang dan Batam) produksinya telah di ekspor ke negara
tetangga seperti Singapura. Di Sumatera Barat sendiri booming buah naga telah terlihat dan
dirasakan sejak empat tahun terakhir. Kabupaten yang menjadi sentra penanaman adalah Padang
Pariaman, Pasaman dan kabupaten Solok. Dengan harga jual dan preferensi konsumen yang sangat
tinggi menyebabkan buah ini berpeluang untuk dikembangkan sebagai komoditas penunjang
agribisnis dan peningkatan devisa serta dapat bersaing dengan buah tropis lainnya.
Hasil kunjungan beberapa orang peneliti Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok ke beberapa
lokasi pertanaman buah naga di Sumatera Barat (Kab. Solok dan Padang Pariaman) diperoleh informasi
bahwa saat ini budidaya buah naga sudah dilakukan secara intensif, luasnya sudah mencapai puluhan
hektar (mungkin ratusan hektar). Sebagai gambaran di kecamatan Batang Anai kabupaten P.
Pariaman, beberapa orang pengusaha menanam dengan luasan 3-4 ha dengan sistem tanam Tiang
Tunggal ataupun sistem Jemuran, dimana jumlah tiang untuk setiap hektar berkisar 1.200-1.500 tiang.
Penanaman
suatu
komoditas
pertanian
secara
luas
dan
monokultur
berpeluang
terjadinya outbreak suatu hama atau penyakit. Di beberapa negara produsen buah naga dilaporkan
adanya beberapa hama dan penyakit berbahaya yang mengancam produksi. Serangan hama
kumbang Protaetia impavida dan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh beberapa mikroba
seperti cendawan dari genusFuarium, Phytophthora, Sclerotium, Rhizoctonia dan Pythium juga pernah
dilaporkan pada pertanaman buah naga di kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Sama halnya dengan daerah produsen buah naga lainnya, serangan penyakit busuk batang juga
menjadi momok menakutkan dan mengancam produksi buah naga di Suamatera Barat. Berdasarkan
data sementara yang dikumpulkan (dari 20 kebun) di kecamatan Batang Anai, diketahui bahwa
serangan penyakit busuk batang ini ditemukan hampir di setiap kebun yang dikunjungi. Intensitas
serangan bervariasi dari ringan sampai parah. Beberapa kebun dengan serangan parah bahkan mulai
ditinggalkan oleh pengusaha/petani.
Gambar 1a
Gambar 1b
Gejala serangan yang ditemukan cukup bervariasi seperti, busuk batang pada bagian bawah/pangkal
batang dengan warna kuning atau coklat (Gambar 1a dan 1b), busuk lunak pada pinggir/tepi batang
dengan warna coklat dan kuning (Gambar 2a dan 2b), busuk lunak pada cabang produktif atau ujung
batang
(Gambar
3),
busuk
batang
dengan
bercak
kuning
dan
hitam
mirip
serangan Antraknose(Gambar 4), penyakit busuk batang ini diperparah dengan adanya serangan
hama kutu sisik. Menurut petani serangan bersama hama dan penyakit ini pada cabang-cabang
produktif mengakibatkan bunga/buah gagal terbentuk.
Gambar 2a
Gambar 2b
Gambar 3
Gambar 4
< Prev
Next >
PERTANIAN INDONESIA
HOME
TEKNIK BUDIDAYA
TANAMAN OBAT OBATAN
AGROEKOSISTEM
JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN
NEWS
LABEL
AGROEKOSISTEM (6)
Pengendalian tungau bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati 3-4 hari sekali,
seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman
yang terserang tungau diberikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar, dengan cara
dikocor, maupun melalui tubuh tanaman, dengan cara disemprot.
Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Salah satu hama utama dalam budidaya buah naga adalah kutu kebul. Imago serangga
dewasa berukuran 1-1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya ditutupi lapisan lilin yang
bertepung. Serangga dewasa biasanya berkelompok pada permukaan bagian bawah
cabang. Jika tanaman disentuh biasanya serangga akan beterbangan seperti kabut atau
kebul putih. Gejala serangan kutu kebul pada tanaman buah naga ditandai dengan adanya
bercak nekrotik akibat rusaknya sel-sel dan jaringan tanaman pada batang atau cabang
yang terserang. Ekskresi kutu kebul berupa madu yang merupakan media tempat
tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis
berlangsung tidak normal. Selain kerusakan langsung pada tanaman, kutu kebul
merupakan serangga yang sangat berbahaya karena berperan sebagai vektor penular virus
tanaman. Kerugian akibat serangan kutu kebul dapat mencapai 20-100%. Hingga saat ini,
tercatat sebanyak 60 jenis virus yang berpotensi ditularkan oleh kutu kebul.
Pengendalian hama kutu kebul dapat dilakukan secara kultur teknis, yaitu dengan
menerapkan metode strip-planting yaitu penerapan tanaman perangkap. Tanaman
perangkap bisa ditanam mengelilingi areal budidaya buah naga sehingga membentuk
pagar yang rapat. Beberapa tanaman yang efektif digunakan sebagai perangkap kutu
kebul antara lain, jagung, bunga matahai, kacang panjang, dan buncis. Selain penerapan
strip planting, pengendalian gulma juga harus dilakukan secara rutin. Gulma sangat
berpotensi sebagai inang kutu kebul.
Untuk mengurangi populasi serangga bisa dengan pemasangan alat perangkap yellow trap
sebanyak 40 buah/ha. Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh
alami kutu kebul, antara lain sebagai berikut :
1.
Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae) yang memiliki siklus
hidup 18-24 hari dengan kemampuan memangsa nimfa kutu kebul sebanyak 200-400 ekor.
Satu ekor kumbang betina mampu menghasilkan telur sebanyak 3.000 butir.
2.
Parasitoid Encarcia formosa, satu ekor serangga betinanya mampu menghasilkan
telur sebanyak 100-200 butir.
Penyemprotan pestisida nabati seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut
harus dilakukan secara rutin dengan interval 3-4 hari sekali.
Untuk memperkuat kondisi tanaman agar mampu bertahan dari infeksi virus yang
ditularkan oleh kutu kebul maka diperlukan penyemprotan mengunakan nutrisi organik
secara rutin dengan interval 7 hari sekali. Pemberian nutrisi organik bertujuan untuk
memberikan asupan yang cukup pada tanaman, sehingga tanaman tetap sehat. Tanaman
yang sehat memiliki daya tahan yang baik dari serangan hama penyakit.
Kutu sisik (Pseudococcus sp.)
Hama ini lebih menyukai berapa pada bagian batan atau cabang tanaman buah naga yang
tidak terkena sinar matahari. Batang atau cabang tanaman terserang telihat kusam.
Pengendalian hama Peudococcus sp. bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati
3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut. Untuk
memulihkan tanaman yang terserang, berikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar,
dengan cara dikocor, maupun melalui tubuh tanaman, dengan cara disemprot.
Kutu Batok (Aspidiotus sp.)
Hama kutu batok menyerang tanaman buah naga dengan cara mengisap cairan batang
atau cabang, sehingga pada bagian tanaman terserang berwarna kuning.
Pengendalian hama Kutu Batok (Aspidiotus sp.) bisa dilakukan dengan penyemprotan
pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut.
Untuk memulihkan tanaman yang terserang, berikan nutrisi tanaman organik, baik melalui
akar, dengan cara dikocor, maupun melalui tubuh tanaman, dengan cara disemprot.
Bekicot
Hama bekicot menyerang tanaman buah naga terutama pada musim hujan. Bekicot
menyerang tanaman buah naga pada malam hari dengan cara menggerogoti batang atau
cabang tanaman sehingga bagian tanaman yang luka berpotensi terinfeksi oleh penyakit
sekunder yang disebabkan oleh fungi maupun bakteri.
Pengendalian bekicot bisa dilakukan secara fisik yaitu dengan melakukan pengontrolan
lahan dan mengambil berkicot yang menempel pada tanaman Lebih efektif pengendalian
dengan cara ini dilakukan pada malam hari, karena bekicot memiliki aktifitas yang tinggi
pada malam hari.
Semut
Pada umumnya, semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai berbunga. Bunga
buah naga memiliki aroma khas dan mengeluarkan cairan yang berasa manis. Semut
menyerang dengan mengerubungi bungan yang baru kuncup dan mengakibatkan kulit buah
akan berbintik-bintik cokelat. Hal ini tentunya mengakibatkan kualitas buah turun dan
harga menjadi rendah. Pengendalian dilakukan dengan menaburkan kapur di sekitar
batang utama.
Burung
Gangguan burung umumnya jarang terjadi sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Biasanya
burung menyerang buah naga yang telah masak. Pemanenan tepat waktu dapat
mengurangi resiko serangan burung tersebut.
Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan pengaturan drainase dan kelembaban pada
saat musim hujan. Penyemprotan tanaman menggunakan pestisida nabati, seperti daun
serai, bawang putih, kunyit, serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan
disemprotkan pada tanaman. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan
agensia hayati, seperti Trichoderma sp. dan Gliocldium sp.
Busuk Bakteri
Serangan penyakit ini desebabkan oleh infeksi bakteri Pseudomonas sp. Gejala tanaman
yang terserang penyakit busuk bakteri ditandai dengan adanya pembusukan pada pangkal
batang, terdapat lendir putih kekuningan pada daerah serangan, serta tanaman tanpak
kusan dan layu.
Pengendalian terhadap serangan bakteri ini dilakukan dengan melakukan sanitasi kebun
secara rutin, perbaikan drainase untuk mencegah adanya genangan air, pencabutan
tanaman terserang dan tanah disekitar titik tanam dibuang jauh dari areal budidaya.
Usahakan pembuangan tanah tersebut jangan sampai tercecer. Lubang bekas titik tanam
ditaburi dengan kapur agar pH tanah lokal meningkat. Penyemprotan tanaman
menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang
merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan disemprotkan pada tanaman. Upaya lain yang
bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan agensia hayati, seperti Trichoderma sp. dan
Gliocldium sp.
Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium. Gejala serangan antara lain
cabang tanaman berkerut, layu dan busuk berwarna cokelat. Secara umum gejala yang
tampak hampir sama dengan serangan penyakit busuk bakteri.
Pengendalian terhadap serangan bakteri ini dilakukan dengan melakukan sanitasi kebun
secara rutin, perbaikan drainase untuk mencegah adanya genangan air, pencabutan
tanaman terserang dan tanah disekitar titik tanam dibuang jauh dari areal budidaya.
Usahakan pembuangan tanah tersebut jangan sampai tercecer. Lubang bekas titik tanam
ditaburi dengan kapur agar pH tanah lokal meningkat. Penyemprotan tanaman
menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang
merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan disemprotkan pada tanaman. Upaya lain yang
bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan agensia hayati, seperti Trichoderma sp. dan
Gliocldium sp.
Umur buah sejak telah mencapai 50-55 hari setelah muncul bunga;
2.
Warna kulit buah mengkilat dengan sisik berubah dari hijau menjadi kemerahan;
3.
4.
5.
Bentuk buah bulat sempurna dan besar dengan bobot diperkirakan 400-600 g.
Waktu panen dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00 atau sore hari antara
pukul 15.00-17.00. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah dan tidak hujan. Hindari panen
pada kondisi lembab karena dapat memicu serangan patogen pada saat penyimpanan.
Pemanenan buah naga harus dilakukan dengan benar untuk menjaga kualitas buah. Cara
dan tahap pemanenan adalah sebagai berikut :
1.
Kenakan sarung tangan agar tidak melukai kulit buah.
2.
Gunakan gunting atau alat potong lain yang tajam untuk memotong tangkai buah.
3.
Potong buah tepat pada tangkainya, lakukan dengan hati-hati, jangan sampai
melukai kulit buah maupun percabangan tempat buah tersebut.
4.
Bungkus buah yang telah dipanen dengan koran dan diletakkan ke dalam keranjang
dengan posisi tangkai buah menghadap ke bawah. Bagian bawah keranjang dilapisi dengan
daun kering atau kertas koran.
5.
Bagian atas buah juga dilapisi dengan daun kering atau kertas koran untuk
mengurangi tekanan buah pada lapisan di atasnya.
6.
Tinggi lapisan buah tidak lebih dari 3 lapis agar buah bagian bawah tidak menerima
beban terlalu berat.
Geplaas deur taufikhur rozik om 8:04 vm.
E-pos hierdieBlogDit!Deel op TwitterDeel op Facebook
Etikette: JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN
9,267
MEER OOR MY
SHARE IT
taufikhur rozik
Bekyk my hele
profiel
BLOGARGIEF
2013 (165)
June (11)
May (154)
budidaya kedondong
budidaya tebu
budidaya selada
budidaya wijen
budidaya matoa
budidaya blewah
24 mei 2013
budidaya ketumbar
budidaya kemiri
budidaya kopi
22-mei-2013
22-mei-2013
24-Apr-2013
25-april-2013
budidaya kentang
budidaya nanas
budidaya petai
budidaya gambas
budidaya stroberi
budidaya kangkung
budidaya anggur
budidaya mentimun
budidaya markisa
budidaya manggis
budidaya tomat
budidaya semangka
budidaya jeruk
budidaya melon
budidaya cengkeh
budidaya semangka
budidaya talas
budidaya alpukat
budidaya rambutan
budidaya singkong
budidaya terong
bunga rosela
Arthropoda
LAP EKOLOGY
budidaya tembakau
budidaya jagung
Lidah buaya
brokoli
Dandang gendis
cengkeh
bunga pagoda
Bunga matahari
lengkuas
kenanga
kencur
jeruk nipis
Daun jintan
Daun dewa
Dadap serep
akar wangi
Alang alang
ASAM JAWA
Adas
AGROFORESTRY
EKOSISTEM PERTANIAN
Abiotik
BUDIDAYA KOPI
BUDIDAYA KELAPA
ekosistem alami