You are on page 1of 2

Khotbah ok

Bahan : I Petrus 1 : 13 25
Nats Pembimbing

1Petrus 1:13-25 ini merupakan ajaran mengenai respon yang diharapkan sebagai anak-anak
Tuhan. Dalam perikop sebelumnya, Petrus sudah memaparkan bagaimana Karya Kristus yang
besar, yang telah membangkitkan kita dari antara orang mati, yang memberikan pengharapan dan
kekuatan baru, terlebih kematian Kristus itu telah memberikan kita keselamatan. Kita yang
diselamatkan memiliki kehidupan yang baru, karena kita telah diubah menjadi manusia baru.
Betapa kita bersyukur atas semua karya Tuhan yang dilimpahkan kepada kita.
Namun, tidak hanya berhenti pada ungkapan syukur saja. Sebagai manusia baru, yang memiliki
status baru, kita diberikan konsekuensi-konsekuensi praktis yang harus kita tanggapi sebagai
respon anugerah yang Tuhan berikan. Karena itu di ayat 13 , Petrus melanjutkan dengan
perkataan sebab itu. Kata ini merupakan kata sambung yang menyatakan sebab akibat. Namun
karena ditambah kata itu maka ini lebih cenderung mengarah ke akibat. Ini sama seperti ketika
waktu kecil guru kita memberitahu hukuman-hukuman yang akan diberikan jika kita melanggar,
terus terakhirnya ia bilan Sebab itu, jangan langgar peraturan ya. Perkataan jangan melanggar
aturan itu merupakan akibat karena penyebab-penyebanya. Demikian Petrus hendak
memberitahu kita bahwa sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, ada akibat atau
konsekuensi yang harus kita jalankan.
Jika kita perhatikan diayat 13-16 , Alkitab menuliskan ada 5 kata kerja dengan akhiran -lah
yang biasanya digunakan sebagai kalimat perintah. Petrus mengingatkan kita, sebagai
konsekuensi keselamatan itu, ada 5 hal yang harus kita perhatikan.
Pertama, kita diminta untuk menyiapkan akal budi kita. Sebagai umat yang ditebus, kita
harus belajar baik-baik mengenai FT, sehingga ketika ada penyesat-penyesat yang mencoba
menggoncang iman kita, kita tidak goyang. Banyak orang Kristen yang tidak mau belajar,
sehingga ketika ada penyesat (yang belum tentu omongannya benar) yang mengajarkan
sesat, ia juga ikut tersesat.
Kedua,kita diminta untuk waspada. Ini berhubung sama perintah pertama. Kita diharapkan
untuk waspada dari segala penyesatan dan waspada terhadap dosa-dosa yang terus
menggoda kita, bahkan menjauh dari perbuatan-perbuatan yang memalukan. Jangan sampai
kita jatuh kembali dalam dosa dan melukai hati Tuhan. Orang Kristen yang tidak waspada
akan mencelakakan dirinya sendiri.
Ketiga, letakkan pengharapan sepenuhnya kepada kasih Tuhan. Petrus mengingatkan bahwa
kita ini manusia yang terbatas. Walau kita sudah diselamatkan kita ini tetap terbatas. Kita
membutuhkan Tuhan. Karena itu kita harus meletakkan pengharapan kita kepada kasih
Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat menjaga hidup kita.
Keempat, hiduplah sebagai anak-anak yang taat, dan jangan turuti hawa nafsu yang
menguasai kamu pada waktu kebodohanmu. Petrus meminta para pembacanya untuk
memiliki hidup taat dan jangan mengikuti hawa nafsu yang ada dalam daging kita. Dalam
segala bidang kita harus hidup taat. Baik dalam keluarga, pekerjaan, gereja, dan lingkungan
kita. Bukan hanya taat secara tindakan kita, tapi juga dalam pikiran dan hati kita.
Sebenarnya perintah keempat ini juga berkaitan dengan
perintah kelima, yaitu hendaklah kamu kudus dalam seluruh hidupmu, karena Tuhan yang
kita sembah adalah kudus. Kata kudus itu sendiri memiliki arti mengasingkan diri. Kita
diharapkan untuk tampil beda dengan dunia. Jika dunia penuh dengan dusta, akal licik,
penindasan, nafsu, obrolan yang menjatuhkan, dsb, maka kita diharapkan untuk hidup
berbeda dengan dunia ini. Kita harus hidup kudus walaupun selamat jiwa kita melekat
dengan daging ini, sangat susah untuk hidup kudus. Namun Petrus mengingatkan kita untuk
selalu mengupayakan hidup yang kudus.
Ay 15-16: tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama
seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah
kamu, sebab Aku kudus.
Kata : hendaklah kamu menjadi kudus.
Orang Kristen disebut orang kudus (Ef 1:1 1Pet 2:9). Dulunya orang kristen sama
seperti yang lain, yaitu orang berdosa, tetapi lalu dipisahkan dari yang lain /
dijadikan berbeda dengan yang lain.
Kita disebut kudus. Itu tidak berarti kita harus hidup terpisah dari dunia (Yoh 17:15
1Kor 5:9-10), dan karena itu kekristenan bertentangan dengan ascetisme (= ajaran

yang mengharuskan hidup sebagai pertapa). Tetapi itu berarti bahwa kita harus
hidup berbeda dengan dunia.
Roma 12:2 - Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Tentu saja perbedaan hidup kita dengan dunia ini tidak boleh diartikan seakan-akan
kita harus hidup secara aneh, tetapi harus diartikan bahwa kita harus berbeda
dengan dunia dalam hal-hal yang berdosa. Misalnya:
dunia berdusta, kita harus jujur.
dunia berselingkuh / berzinah, kita harus setia pada pasangan hidup.
dunia menyontek dalam ulangan / ujian, kita harus jujur.
dunia tidak peduli Tuhan, kita harus mengasihi dan hidup bagi Tuhan.
dunia mementingkan hal-hal duniawi, kita harus mementingkan hal-hal
rohani / surgawi.
Jadi tidak ada suatu bagianpun dari kehidupan kita yang tidak harus berbau harum
dengan bau yang baik dari kekudusan.
kita harus kudus dalam pekerjaan / study, kehidupan sex, keluarga, pergaulan,
pacaran, pesta, piknik, bersenang-senang, hobby, olah raga, kata-kata, tingkah
laku, hati pikiran, motivasi, pelayanan, dan sebagainya. Tidak ada suatu bagian
hiduppun yang boleh dikecualikan!
Ini menunjukkan bahwa model atau teladan kita dalam kekudusan adalah Allah
sendiri!
Jadi, kita belajar apa yang seharusnya diusulkan / direncanakan oleh orang Kristen
sebagai tujuan bagi diri mereka sendiri dalam sepanjang kehidupan, yaitu
menyerupai Allah dalam kekudusan dan kemurnian
sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Kudusnya Allah merupakan alasan mengapa kita harus kudus.

Jika kita memperhatikan ayat 18-25, kita akan mengerti sebuah alasan utama mengapa kita
harus melakukan semua yang disebutkan di atas. Mari kita membaca ayat 18-19 saja: Sebab
kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak
domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Kalimat pertama diawali lagi dengan kata sebab yang menunjukkan penyebabnya. Alasan
kita harus melakukan semua itu adalah karena hidup kita yang sudah seharusnya binasa ini,
telah ditebus bukan dengan emas, bukan dengan perak, jika saya boleh tambahkan, bukan
dengan berlian, bukan dengan mutiara, bukan dengan properti, namun dengan darah yang
jauh lebih berharga dari semuanya itu. Pengorbanannya yang luar biasa sudah membuat kita
hidup.
Karena itu, marilah kita sebagai anak-anak Tuhan, mengucap syukur atas anugerah yang
sudah diberikan. Bukan hanya mengucap syukur, tapi juga melakukan konsekuensi yang
harus kita pikul. Siapkanlah akal budi kita, Waspadalah terhadap yang jahat, Letakkanlah
pengharapan penuh kepada Tuhan yang berkuasa. Hiduplah taat dan menjauh dari nafsu
dunia, dan terakhit kuduskanlah dirimu dalam segala hal.
Biarlah kita dapat menjadi anak-anak Tuhan yang memuliakan dan menyenangkan hati
Tuhan. Amin.

You might also like