You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kependudukan sebenarnya merupakan basis utama dan fokus dari segala
persoalan pembangunan. Hampir kegiatan pembangunan baik yang bersifat
sektoral maupun lintas sektor terarah dan terkait dengan penduduk, atau dengan
kata lain penduduk harus menjadi subyek sekaligus objek pembangunan. Kualitas
penduduk yang baik akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang baik
pula. Jumlah penduduk yang besar tetap akan berarti bila sebagian besar dari
mereka mampu berkarya dan berpartisipasi dalam pembangunan. Sebaliknya
jumlah penduduk yang besar akan menambah beban ekonomi dan pembangunan,
bila tidak dapat diberdayakan secara baik.
Gagasan menyusun suatu sistem administrasi yang menyangkut seluruh
masalah kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,
pengelolaan data-informasi kependudukan, patut menjadi perhatian untuk
mewujudkannya. Karena sampai saat ini, peraturan perundang-undangan yang
mendukungnya masih terpisah-pisah, berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kaitan satu
dengan lainnya. Perwujudan suatu sistem memang sangat didambakan oleh
masyarakat. Bahkan sebagai ciri dari penyelenggaraan negara yang modern
khususnya bidang pelayanan masyarakat.
Sebagaimana diketahui bahwa kinerja pelayanan masyarakat di bidang
administrasi kependudukan terutama pelayanan yang menyentuh masyarakat
banyak seperti pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Keterangan
Keluarga, Akte Kelahiran, dan lain-lain, dewasa ini belum memuaskan. Masih
kurangnya kinerja pelayanan masyarakat tersebut dampaknya sangat besar
terutama terhadap bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat pada era reformasi
sekarang ini semakin kritis dan semakin menyadari akan hak-haknya untuk
memperoleh pelayanan yang baik, sedangkan Pemerintah yang berkewajiban
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat belum mampu memenuhi
tuntutan tersebut.

UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Adminduk)


dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No.
23/2006 menjamin hak seorang/kelompok penganut Penghayat Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan hak-hak administrasi
kependudukan seperti pencantuman kepercayaan dalam KTP, akta kelahiran,
perkawinan dan dokumen kematian yang dijamin dalam UU No. 23/2006 tentang
Adminduk. Ada juga payung hukum lain yakni Peraturan Presiden (Perpres) No.
25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan
Catatan Sipil.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, masalah-masalah yang akan kami bahas
antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Administrasi Kependudukan dan Kewajiban
apakah yang dimiliki warganegara/ penduduk dalam sistem administrasi
kependudukan?
2. Jelaskan tentang administrasi kependudukan di Indonesia!
3. Apa yang dimaksud Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Bagaimana tatacara
penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) ?
4. Jelaskan mengenai SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan)

BAB II
PERMASALAHAN
Administrasi Kependudukan merupakan suatu hal yang sangat urgen di
dalam kehidupan masyarakat saat ini. Kependudukan selalu bersentuhan dengan
setiap aktivitas kita diantaranya adalah saat pemilu legislatif, pemilu presiden,
pilkada, mengurus surat-surat kendaraan, mengurus surat-surat tanah, dan lain
sebagainya. Apabila kita akan berdomisili pada suatu wilayah maka kita musti
memiliki tanda domisili yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Masalah kependudukan memang sering menuai masalah, diantaranya
adalah masalah DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang saat ini menjadi masalah yang
cukup njelimet di saat-saat pemilu seperti ini. Partai politik memanfaatkan situasi
ini untuk memanaskan suasana.
DPT (Daftar Pemilih Tetap) tentu

sangat terkait

dengan data

kependudukan, jika data kependudukan benar dan up to date maka DPT bukanlah
masalah. DPT itu hal yang sangat mudah, kita tinggal menscan Kartu Keluarga
dari masing-masing penduduk, maka kita akan mendapatkan DPT yang
terpercaya. Tentu hal ini perlu perhatian kita semua. Teknologi yang dibuat
dengan menghabiskan dana Trilyunan Rupiah mustinya dapat diimplementasikan
sehingga dapat menjawab masalah kependudukan.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam rangka menyusun Sistem
Informasi Kependudukan yang akurat, terpercaya dan up to date perlu
dioptimalkan. Dengan kemajuan teknologi saat ini tentu ini bukan lagi masalah
bagi Negara kita. Jika kita membuat sebuah sistem informasi terintegrasi maka
memungkinkan kita melakukan pengolahan data kependudukan secara cepat dan
akurat. Misalkan KPU membutuhkan data DPT maka langsung saja minta ke
Dinas Kependudukan untuk mendapatkan data terbaru. Tidak sulit, karena setiap
elemen saling mendukung.
No KTP kita dapat dijadikan sebagai no Unik untuk berbagai keperluan,
misalnya dalam mengurus pajak penghasilan, pajak kendaraan bermotor,
kepemilikan bangunan, dan lain sebagainya. Dengan mengintegrasikan data

secara nasional maka tidak akan terjadi seseorang yang memiliki KTP ganda.
Karena kita akan memiliki ID unik yang dapat digunakan di seluruh Indonesia.
Suatu saat kita pindah dari satu tempat ke tempat lain di Indonesia, kita
cukup mendaftarkan diri ke Dinas Kependudukan setempat. Kemudian dinas
Kependudukan setempat membuka database penduduk kita kemudian mengganti
alamat domisili maka data kependudukan kita langsung terupdate. Tentu saja hal
ini akan sangat efisien jika kita konsisten dalam melakukan implementasinya.
Gagasan menyusun suatu sistem administrasi yang menyangkut seluruh
masalah kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,
pengelolaan data-informasi kependudukan, patut menjadi perhatian untuk
mewujudkannya. Karena sampai saat ini, peraturan perundang-undangan yang
mendukungnya masih terpisah-pisah, berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kaitan satu
dengan lainnya. Perwujudan suatu sistem memang sangat didambakan oleh
masyarakat. Bahkan sebagai ciri dari penyelenggaraan negara yang modern
khususnya bidang pelayanan masyarakat.
Sejak

kemerdekaan

57

tahun

yang

lalu,

masalah

administrasi

kependudukan masih dirasakan tumpah tindih, tidak ada keterkaitan dalam


administrasi antara keberadaan penduduk dengan kebutuhan lain yang sebetulanya
atas dasar kependudukan itu sendiri. Kebutuhan yang paling dekat adalah
pencatatan sipil, namun demikian belum ada yang secara otomatis dapat mengalir
datanya pada pendafataran penduduk.
Pengertian pendafataran penduduk dan pencatatan sipil adalah tidak dapat
disangkal bahwa sistem administrasi kependudukan merupakan sistem yang
mengatur seluruh administrasi yang menyangkut masalah kependudukan pada
umumnya. Dalam hal ini terkait tiga jenis pengadministrasian, yaitu pertama
pendaftaran penduduk, kedua pencatatan sipil, dan ketiga pengelolaan
informasinya. Ketiga sub sistem tersebut masing-masing memiliki pengertian dan
definisi yang mampu memberikan gambaran tentang seluruh kegiatannya.
Pencatatan penduduk artinya data-data sebagai penduduk yang dicatatkan.
Tetapi kalau pencatatan sipil artinya status sipilnya yang dicatatkan, karena
adanya perubahan pada diri seseorang. Misalnya pencatatan atas kelahiran, artinya

atas perubahan status sipilnya dari yang sebelumnya belum ada di dunia tetapi
karena akibat kelahirannya ia menjadi mempunyai status dan berhak atas hak
sipilnya. Demikian pula bagi pencatatan perkawinan adalah seseorang yang
karena perubahan status sipilnya dari lajan menjadi berstatus kawin yang
membawa akibat hukum karenanya. Sebaliknya pencatatan perceraian, ia merubah
status kawin menjadi status janda atau duda yang juga membawa akibat-akibat
hukum. Termasuk pencatatan kematian, akan membawa akibat dalam hubungan
hukum antara yang meninggal dunia dengan anak-anak, suami atau istri dengan
orang tua maupun saudara-saudaranya, dalam hal ini sering disebut-sebut sebagai
ahli warisnya yang akan menerima segala warisan baik yang positif maupun yang
negatif.
Dari urian tersebut di atas, jelas bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 54 Tahun 1999 telah menimbulkan kerancuan dan salah kaprah sampai
pada Peraturan-peraturan Daerah di beberapa daerah.
Pemakaian istilah Catatan Sipil sudah sejak ordonansi-ordonansi seperti
Staatsblad 1949 No. 25, atau Staatsblad 1917 No. 130 yo 1919 No. 18, atau
Staatsblad 1920 No. 751 yo 1927 No. 564, atau Staatsblad 1933 No. 75 yo 1936
No. 607. Terminologi Catatan Sipil adalah terminologi baku secara hukum
karena atas dasar pencatatan tersebut seseorang menjadi jelas status hak sipilnya.
Dalam

Instruksi

Presidium

Kabinet

No.

31/U/IN/12/1966,

juga

tetap

menggunakan istilah Catatan Sipil. Hal tersebut menandakan bahwa status


keperdataan seseorang yang dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil, sebagai akibat
dari adanya status seseorang.

BAB III
PEMECAHAN MASALAH
A. Administrasi Kependudukan
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui
pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi
kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan
pembangunan sektor lain.
Setiap penduduk WAJIB melaporkan peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap
kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian, dan
perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat keterangan
kependudukan lain yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status
tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh
Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik
yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Dokumen Kependudukan pada dasarnya meliputi :
1. Biodata Pendudukan;
2. Kartu Keluarga (KK);
3. Kartu Tanda Penduduk (KTP);
4. Surat keterangan kependudukan;
5. Akta Pencatatan Sipil
Surat keterangan kependudukan meliputi surat-surat sebagai berikut:
1. Surat Keterangan Pindah;
2. Surat Keterangan Pindah Datang;
3. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
4. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
5. Surat Keterangan Tempat Tinggal;

6. Surat Keterangan Kelahiran;


7. Surat Keterangan Lahir Mati.
8. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
9. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
10. Surat Keterangan Kematian;
11. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
12. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
13. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
14. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting, yaitu:
1. Kelahiran;
2. Kematian;
3. Lahir mati;
4. Perkawinan;
5. perceraian;
6. Pengakuan anak;
7. Pengesahan anak;
8. Pengangkatan anak;
9. Perubahan nama;
10. Perubahan status kewarganegaraan;
11. Pembatalan perkawinan;
12. Pembatalan perceraian; dan
13. Peristiwa penting lainnya.
B. Administrasi Kependudukan di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang besar dalam hal jumlah penduduk,
berdasarkan data populasi penduduk pada tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia
sekitar 241.973.879 jiwa dengan jumlah tersebut, berarti Indonesia merupakan
negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk setelah Republik
Rakyat Cina dengan 1.306.313.802 jiwa, India 1.080.264.388 jiwa, Amerika

Serikat 295.734.134 jiwa, (wikipedia, 2005). Data dimaksud sudah termasuk


penduduk Indonesia yang berdomisili di luar negeri.
Dengan jumlah penduduk yang besar seperti ini, Indonesia tentunya
membutuhkan administrasi kependudukan yang terorganisir dari pusat hingga ke
daerah. Administrasi kependudukan dimaksud menyangkut seluruh masalah
kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, dan
pengelolaan data informasi kependudukan.
Administrasi Kependudukan menjadi semakin penting karena selalu
bersentuhan dengan setiap aktivitas kehidupan di Indonesia. diantaranya adalah
saat pemilu legislatif, pemilu presiden, pemilu kepala daerah, mengurus suratsurat kendaraan, mengurus surat-surat tanah, dan lain sebagainya. Apabila kita
akan berdomisili pada suatu wilayah maka kita harus memiliki tanda domisili
yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
kependudukan melalui Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan. Dalam kebijakan ini, yang dimaksud
dengan administrasi kependudukan adalah kegiatan penataan dan penertiban
dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui Pendaftaran
Penduduk, Pencatatan Sipil, Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan
serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor
lain.
Sesuai dengan kebijakan tersebut, Pemerintah berkewajiban dan
bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan secara
nasional, yang dilakukan oleh Menteri dalam negeri, dengan kewenangan
meliputi:
a. koordinasi antarinstansi dalam urusan Administrasi Kependudukan;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksanaan Administrasi
Kependudukan;
c. sosialisasi Administrasi Kependudukan;
d. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan
Administrasi Kependudukan;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional: dan
f. pencetakan, penerbitan, dan distribusi blangko Dokumen Kependudukan.

Menteri Dalam Negeri merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam


hal penanganan masalah administrasi kependudukan di Indonesia.
Surat Keputusan Menteri Dalam Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk. Dalam kebijakan ini disebutkan bahwa
pendaftaran penduduk adalah kegiatan pendaftaran dan atau pencatatan data
penduduk beserta perubahannya, perkawinan, perceraian, kematian, dan mutasi
penduduk, penerbitan nomor induk kependudukan, nomor induk kependudukan
sementara, kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan akta pencatatan penduduk
serta pengelolaan data penduduk dan penyuluhan.
Pentingnya administrasi kependudukan Mengingat akan sangat pentingnya
administrasi kependudukan serta dokumen-dokumen akta Catatan Sipil, maka
Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi pada tahun 2008 membentuklah Kantor
Kependudukan, Catatan Sipil dan KB berdasarakan Peraturan Bupati Dairi Nomor
05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD, Kantor Kecamatan, Dinas dan Lembaga Teknis Lainnya.
C. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
KTP adalah nama resmi kartu identitas seseorang di Indonesia yang
diperoleh setelah seseorang berusia di atas 17 tahun. KTP berlaku selama lima
tahun dan tanggal berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran
yang bersangkutan. Khusus warga yang telah berusia 60 tahun dan ke atas,
mendapat KTP seumur hidup yang tidak perlu diperpanjang setiap lima tahun
sekali. KTP berisi informasi mengenai sang pemilik kartu, meliputi nama lengkap,
Nomor Induk Kependudukan (NIK.), alamat, tempat dan tanggal lahir, agama,
golongan darah, kewarganegaraan, foto, tanda tangan atau cap jempol. Setiap
Penduduk yaitu Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing yang memiliki
Izin Tinggal Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau
pernah kawin wajib memiliki KTP.
Penerbitan KTP bagi WNI dilaksanakan di desa/kelurahan, kecamatan atau
unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil di

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan yang didelegasikan kepada pejabat


yang bersangkutan. Sementara bagi penduduk Orang Asing Tinggal Tetap,
pelayanan KTP dilakukan oleh unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil di kabupaten/kota.
Untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk (KTP) baru harus melengkapi
syarat-syarat berikut :
1. Surat Pengantar dari RT/RW
2. Foto Copy Kartu Keluarga
3. Pas Foto terbaru berukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar
4. SKPPB bagi pendatang baru dari luar DKI Jakarta
5. Foto copy Akta Kelahiran
6. SKPPT bagi WNA
7. Bukti Pembayaran Keterlambatan Pembuatan KTP
Sedangkan Untuk memperpanjang Kartu Tanda Penduduk yang sudah habis masa
berlakunya harus melengkapi syarat-syarat berikut :
1. KTP lama yang sudah habis masa berlakunya
2. Fotocopy Kartu Keluarga
3. Pas foto 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar
4. Surat Keterangan lapor kehilangan KTP dari Kepolisian bagi yang kehilangan
KTP
5. Bukti Pembayaran Keterlambatan Perpanjangan KTP
Untuk KTP yang hilang atau rusak, dapat dimohonkan KTP Pengganti, dengan
membawa :
1. bagi pemohon KTP yang rusak, bukti KTP lama yang rusak;
2. bagi pemohon yang kehilangan KTP, Surat Keterangan Kehilangan KTP dari
Kepolisian;
3. menunjukkan KK
D. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). SIAK adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

memfasilitasi pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan di tingkat


Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk:
terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang
terpadu dan tertib;
terselenggaranya Administrasi Kependudukan yang bersifat universal,
permanen, wajib, dan berkelanjutan;
terpenuhinya hak Penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan
pelayanan yang profesional; dan
tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap,
mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan
dan pembangunan pada umumnya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Gagasan menyusun
suatu sistem administrasi yang menyangkut seluruh masalah kependudukan, yang
meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan data-informasi
kependudukan, patut menjadi perhatian untuk mewujudkannya. Karena sampai
saat ini, peraturan perundang-undangan yang mendukungnya masih terpisahpisah, berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kaitan satu dengan lainnya. Perwujudan
suatu sistem memang sangat didambakan oleh masyarakat. Bahkan sebagai ciri
dari penyelenggaraan negara yang modern khususnya bidang pelayanan
masyarakat.
Administrasi Kependudukan merupakan suatu hal yang sangat urgen di
dalam kehidupan masyarakat saat ini. Kependudukan selalu bersentuhan dengan
setiap aktivitas kita diantaranya adalah saat pemilu legislatif, pemilu presiden,
pilkada, mengurus surat-surat kendaraan, mengurus surat-surat tanah, dan lain
sebagainya. Apabila kita akan berdomisili pada suatu wilayah maka kita musti
memiliki tanda domisili yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Setiap penduduk WAJIB melaporkan peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap
kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian, dan
perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat keterangan
kependudukan lain yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status
tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

B. Saran
Perkembangan

teknologi

seharusnya

dapat

dimanfaatkan

untuk

memperbaiki pelayanan publik yang selama ini dirasa masih sangat kurang.
Metode adminduk yang canggih, berwawasan jauh ke depan, terintegrasi dari
tingkat Pusat sampai Desa/Kelurahan merupakan kebutuhan yang harus dicukupi
oleh Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pelayanan publik.
Oleh karena itu saran yang dapat saya berikan yaitu agar Pemerintah lebih
meningkatkan kualitas adminduk di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Fatchur Rodji, M.SI dkk. 2010. Modul Perkuliahan Administrasi
Kependudukan. Jatinangor. IPDN
UU No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
PP No.37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No.23 Tahun 2006
Website Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

You might also like