You are on page 1of 1

Imunomodulator

Fungsi imunomodulator adalah memperbaiki sistem imun yaitu dengan cara


stimulasi (imunostimulan) atau menekan/menormalkan reaksi imun yang
abnormal (imunosupresan). Dikenal dua golongan imunostimulan yaitu
imunostimulan biologi dan sintetik. Beberapa contoh imunostimulan biologi
adalah sitokin, antibodi monoklonal, jamur dan tanaman obat (herbal).
Sedangkan imunostimulan sintetik yaitu levamisol, isoprinosin dan muramil
peptidase
Senyawa-senyawa yang mempunyai prospek cukup baik yang dapat
meningkatkan aktivitas sistem imun biasanya dari golongan flavonoid,
kurkumin, limonoid, vitamin C, vitamin E (tokoferol) dan katekin. Hasil test
secara in vitro dari favonoid golongan flavones dan flavonols telah
menunjukkan adanya respon imun (Hollmanet al., 1996). Sedangkan katekin
merupakan senyawa fenol, aktivitasnya sebagai antioksidan yang lebih tinggi
daripada antioksidan sintetik seperti BHA (Butil Hidroksi Anisol) (Das, 1994).
Katekin mempunyai efek antiproliferatif dan bersifat toksik terhadap sel kanker.
Kebanyakan senyawa fenol telah diuji secara in vitro dan in vivo
memperlihatkan kemampuan antioksidan, antiinflamasi dan antialergi.
Sedangkan senyawa yang mempunyai bioaktifitas sebagai imunostimulan agent
adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid dan polifenol
(Wagner, 1985).
Komponen polisakarida yang dikenal fungsinya untuk menstimulasi sistem
kekebalan tubuh dan regenerasi jaringan yang rusak serta meningkatkan jumlah
sel fagosit dan makrofag diketahui adalah jenis fruktofuranosida

You might also like