Professional Documents
Culture Documents
Organisasi ini
keperawatan
berazaskan
Pasal 7
AZAS
kaidah organisasi
profesi
dan
nilai-nilai profesi
Pasal 8
TUJUAN
1)
Memantapkan persatuan dan kesatuan yang kokoh antar perawat
2)
Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
3)
Mengembangkan karir dan prestasi kerja bagi tenaga perawat sejalan dengan
peningkatan kesejahteraan Perawat
4)
Pasal 15
Badan Kelengkapan Organisasi adalah badan-badan yang dikukuhkan Pengurus
Pusat sesuai amanat MUSDA, yang terdiri dari:
(1) Kolegium Ners Spesialis
(2) Kolegium Ners
(3) Ikatan Perawat
(4) Himpunan Perawat
Pasal 16
Badan Khusus adalah unit yang dibentuk oleh Pengurus Pusat dan atau Pengurus
Propinsi untuk melaksanakan tugas tertentu yang bersifat ssmentara bila diperlukan.
BAB VI KEKAYAAN
Pasal 17
Kekayaan organisasi dapat berasai dari sumber:
(1)
(2)
(3)
(4)
Uang pangkal
Uang iuran
Hibah dan sumbangan
Usaha-usaha lain yang sah dan tidak mengikat
BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 18
Perubahan anggaran dasar ini hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional
Pasal 19
Pembubaran organisasi hanya bisa dilakukan melalui suatu Musyawarah
Nasional Khusus untuk itu
(2)
Dalam hal organisasi dibubarkan, maka kekayaan organisasi diserahkan
kepada lembaga sosial atau Negara Republik Indonesia
(1)
BAB VIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 20
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar (AD) ini dimuat dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART) PPNI sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar.
b.
c.
a.
b.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Pasal 11
MUSYAWARAH PROPINSI
(1) Status:
a.
Musyawarah Propinsi selanjutnya disingkat MUSPROP merupakan
kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat Propinsi
b.
MUSPROP diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh
Pengurus Propinsi dan diselenggarakan selambat-lambatnya 6 bulan setelah
MUSDA melalui badan khusus yang disebut Panitia MUSPROP, yang
diangkat dan bertanggung jawab kepada Pengurus Propinsi
c.
Dalam keadaan luar biasa dapat dilakukan sewaktu-waktu
Musyawarah Luar Biasa di tingkat Propinsi, atas usul sekurang-kurangnya 3
(tiga) Pengurus Kabupaten/ Kota dan disetujui 2/3(duapertiga) dari Pengurus
Kabupaten/ Kota yang ada.
d.
MUSPROP dapat menyelenggarakan sidang ilmiah diluar sidang
organisasi
(2) Kewenangan:
a.
Mengesahkan Jadwal acara dan peraturan tata tertib MUSPROP.
b.
Memilih dan mengesahkan Pimpinan MUSPROP
c.
Menilai pertanggungjawaban Pengurus Propinsi mengenai amanat
yang diberikan oleh MUSPROP sebelumnya, apabila pertanggungjawaban
Pengurus Propinsi selesai, maka Pengurus Propinsi dinyatakan demisioner,
dan selanjutnya Pengurus Propinsi mempunyai status anggota biasa
d.
Memilih Ketua Propinsi yang selanjutnya Ketua Propinsi terpilih
dilantik oleh Ketua Umum PPNI/Pengurus Pusat
e.
Menunjuk Ketua Propinsi terpilih sebagai Ketua Tim Formatur
f.
Memilih Anggota Tim Formatur Propinsi
g.
Memberikan Mandat kepada Tim Formatur Propinsi untuk memilih
Pengurus
h.
Propinsi, Pengurus Dewan Pertimbangan Propinsi dan Pengurus
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Prcpinsi, setelah terbentuk
kepengurusan lengkap organisasi PPNI Propinsi secara otomatis Tim
Formatur dinyatakan bubar
i.
Memberikan mandat kepada Ketua Propinsi terpilih untuk melantik
Pengurus Propinsi, Dewan Pertimbangan Propinsi, Majelis Kehormatan Etik
Keperawatan Propinsi dan badan-badan kelengkapan PPNI di tingkat
Propinsi
j.
Menetapkan garis-garis besar program kerja Propinsi
(3) Pedoman Umum MUSPROP
a.
MUSPROP diselenggarakan oleh Pengurus Propinsi melalui Panitia
Pelaksana MUSPROP yang diangkat oleh Pengurus Propinsi.
b.
Tempat pelaksanaan MUSPROP ditetapkan pada MUSPROP
sebelumnya
c.
Panitia Pelaksana MUSPROP bertanggung jawab dari segi teknis
penyelenggaraan MUSPROP
d.
Peserta MUSPROP terdiri dari:
1) Utusan:
a) Pengurus Propinsi terdiri dari Ketua Propinsi, Sekjen dan para Wakil
Ketua Propinsi
b) Pengurus Kabupaten/ Kota terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Wakil
Ketua yang bertanggung jawab dalam bidang organisasi.
c) Dewan Pertimbangan dan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan,
masing-masig 2 (dua) orang
d) Kolegium, Ikatan dan Himpunan masing-masing 1 (satu) orang.
2) Peninjau: adalah Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi, Pengurus Kabupaten/
Kota, Pengurus Komisariat Pengurus Dewan Pertimbangan Propinsi, Pengurus
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Propinsi, Pengurus Badan Kelengkapan
diluar utusan dan undangan lain yang berminat menghadiri MUSPROP.
e) MUSPROP sah apabila dihadiri oleh separuh ditambah satu dari
jumlah Utusan MUSPROP, apabila persyaratan ini belum terpenuhi
dapat ditunda 3 bulan setelah itu MUSPROP dianggap sah dengan
peserta MUSPROP yang nadir
f) Utusan dengan mandat tertulis mempunyai hak bicara, hak memilih
dan dipilih. Sementara peninjau mempunyai hak bicara saja
g) MUSPROP dipimpin oleh seorang Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
dan 2 (dua) orang anggota yang dipilih dari dan oleh peserta
MUSPROP, kecuali sidang paripuma pengesahan kuorum, acara,
tata tertib dan pemilihan Pimpinan MUSPROP dipimpin oleh Ketua
Propinsi
h) Hal-hai yang belum tercantum dalam Pedoman Umum ini akan diatur
dalam Tata Tertib MUSPROP
Pasal 12
MUSYAWARAH KABUPATEN/KOTA
1) Status:
a. Kota Musyawarah Kabupaten/Kota selanjutnya disingkat MUSKAB/ MUSKOT
merupakan kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat Kabupaten/Kota/
Kabupaten Kota
b. MUSKAB/ MUSKOT diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh
Pengurus Kabupaten/ Kota dan diselenggarakan selambat-lambatnya 6 bulan
setelah MUSPROP melalui badan khusus yang disebut Panitia MUSKAB/MUSKOT,
yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Pengurus Kabupaten/ Kota
MUSKAB/ MUSKOT sah apabila dihadiri oleh separuh ditambah satu dari jumlah
Utusan MUSKAB/ MUSKOT, apabila persyaratan ini belum terpenuhi dapat ditunda 1
(satu) jam, setelah itu MUSKAB/ MUSKOT dianggap sah dengan peserta MUSKAB/
MUSKOT yang hadir.
f.
Utusan dengan mandat tertulis mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih
Sementara peninjau mempunyai hak bicara saja
g. Sidang MUSKAB/ MUSKOT dipimpin oleh Pimpinan MUSKAB/ MUSKOT yang
terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan 2 (dua) orang anggota yang
dipilih dari dan oleh peserta MUSKAB/ MUSKOT, kecuali sidang paripurna pengesahan
kuorom, acara, tata tertib dan pemilihan Pimpinan MUSKAB/ MUSKOT dipimpin oleh
Ketua pengurus Kabupaten/ Kota.
h. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Umum ini akan diatur dalam Tata
Tertib MUSKAB/ MUSKOT.
Pasal 13
RAPAT KERJA NASIONAL
(1) Status:
a. Rapat kerja nasional adalah rapat kerja Pengurus Pusat yang dihadiri oleh
pengurus Pusat dan Pengurus Propinsi.
b. Rapat kerja nasional diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode
kepengurusan. ,
c. Dalam keadaan luar biasa rapat Kerja Nasional dapat dilakukan sewaktuwaktu atas usul Pengurus Pusat atau Pengurus Propinsi dan mendapat
persetujuan sekurang-kurangnya setengah jumlah Pengurus Propinsi yang
ada
.. _ _
(2) Kewenangan:
a. Menilai pelaksanaan program kerja amanat MUSDA, menyempurnakan dan
memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya u.
Membahas isu-isu yang dianggap_ penting untuk kelangusngan atau
perkembangan organisasi
b. Membahas bahan-bahan yang akan dibahas pada MUSDA yang akan datang
(3) Tata tertib Rapat Kerja nasional:
a. Rapat Kerja nasional diselenggarakan oleh Pengurus Pusat bersama
Pengurus Propinsi yang diiunjuk.
b. Panitia Pelaksana Rapat Kerja nasional bertanggung jawab mehgenai teknis
penyelenggaraan rapat kerja nasional
c. Rapat Kerja nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi, Dewan
Pertimbangan, Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Indonesia, pengurus
badan kelangkapan dan badan khusus, peninjau dan undangan Pengurus
Pusat
d. Rapat Kerja nasional dipimpin oleh Pengurus Pusat.
e. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan AD/ ART.
Pasal 14
Rapat Kerja Propinsi
(1)Status:
a.Rapat kerja Propinsi adalah rapat kerja Pengurus Propinsi yang dihadiri oleh
b. Utusan Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi dan utusan pengurus
Kabupaten/Kota.
c.Rapat kerja Propinsi diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
kepengurusan.
d. Dalam keadaan luar biasa rapat Pengurus Propinsi dapat dilakukan sewaktuwaktu atas usul Pengurus Propinsi atau Pengurus Kabupaten/ Kota dan;
mendapat persetujuan sekurang- kurangnya setengah jumlah Pengurus
Kabupaten/ Kota yang ada
(2) Kewenangan:
a. Menilai pelaksanaan program kerja amanat MUSPROP, menyempurnakan
dan memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan.
b. Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi.
c. Membahas bahan-bahan yang akan dibahas pada MUSPROP dan atau
masukan MUSDA yang akan datang.
(3) Tata tertib Rapat Kerja Propinsi:
a. Rapat Kerja Propinsi diselenggarakan oleh Pengurus Propinsi bersama
Pengurus Kabupaten/ Kota yang ditunjuk Pengurus Propinsi.
b. Panitia Pelaksana Rapat Kerja Pengurus Propinsi bertanggung jawab
mengenai teknis penyelenggaraan rapat kerja Pengurus Propinsi
c. Rapat Kerja Propinsi dihadiri oleh utusan Pengurus Pusat, Pengurus Propinsi,
Dewan Pertimbangan Propinsi, Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
Propinsi, pengurus badan kelangkapan dan badan khusus Propmi>i, peninjau
dan undangan Pengurus Propinsi.
d. Rapat Kerja dipimpin oleh Pengurus Propinsi.
e. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan AD/ ART.
Pasal 15
Rapat Kerja Kabupaten/Kota
(1) Status:
a. Rapat kerja Kabupaten/Kota adalah rapat kerja Pengurus Kabupaten/ Kota
yang dihadiri oleh utusan pengurus komisariat
b. Rapat kerja Kabupaten/ Kota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam
periode kepengurusan Pengurus Kabupaten/ Kota
c. Dalam keadaan luar biasa rapat Kerja Kabupaten/ Kota dapat dilakukan
sewaktu-waktu atas usul Pengurus Kabupaten/ Kota atau pengurus komisariat
yang mendapat persetujuan sekurang- kurangnya setengah jumlah komisariat
yang ada.
(2) Kewenangan:
a. Menilai pelaksanaan program kerja amanat MUSKAB/ MUSKOT,
b. menyempurnakan dan memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa periode
kepengurusan selanjutnya
c. Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi
d. Membahas bahan-bahan yang akan dibahas pada MUSKAB/ MUSKOT dan
atau usulan pada MUSPROP/ MUSDA yang akan datang
(3) Tata tertib Rapat Kerja Kabupaten/Kota:
a. Rapat Kerja Kabupaten/Kota diselenggarakan oleh Pengurus Kabupaten /
Kota bersama Pengurus komisariat yang ditunjuk Pengurus Kabupaten/ Kota
b. Panitia Pelaksana Rapat Kerja Pengurus Kabupaten/ Kota bertanggung jawab
mengenai teknis penyelenggaraan rapat kerja Pengurus Kabupaten Kota
c. Rapat Kerja Kabupaten/ Kota dihadiri oleh utusan Pengurus Pusat dan
Pengurus Propinsi, serta pengurus komisariat
d. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan tata tertib ini.
Pasal 16
Musyawarah Anggota
(1) Status:
a. Musyawarah Anggota adalah pelaksanaan kedaulatan tertinggi di tingkat
komisariat yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggota komisariat, utusan
Pengurus Propinsi dan atau pengurus Kabupaten/ Kota serta undangan pengurus
komisariat.
b. Musyawarah Anggota diadakan sekurang-kurangnya sekaii c<!am satu tahun
c. Dalam keadaan luar biasa Musyawarah Anggota dapat dilakukan sewaktuwaktu atas ^sul dan mendapat persetujuan sekurang- Kurangnya setengah
jumlah anggota yang ada.
-~
(2) Kewenangan:
a. Menetapkan dan menilai pertanggungjawaban pelaksanaan program kerja
pengurus komisariat serta memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa periode
kepengurusan selanjutnya
b. Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi
c. Memilih pengurus komisariat
d. Menentukan program kerja komisariat
(3) Pedoman Musyawarah Anggota:
a. Musyawarah Anggota diselenggarakan oleh pengurus komisariat
b. Musyawarah Anggota dihadiri oleh utusan Pengurus Propinsi dan atau
Pengurus Kabupaten/ Kota serta seluruh pengurus dan anggota.
c.
Hal-hal lain y~.ng belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
Ketua
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Bendahara
Wakil Bendahara
Ketua-ketua Bidang :
a Ketua Bidang Organisasi, Hukum dan Pemberdaaayaan
Politik
b Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan
c Ketua Bidang Pelayanan
d Ketua Bidang Pengembangan, Kerjasama dan Humas
e Ketua Bidang Kesejahteraan
7. Anggota Bidang :
a
Dua orang anggota Bidang Organisasi, Hukum dan
Pemberdayaan Politik
b
Dua orang anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan
c
Dua orang anggota Bidang Pelayanan
d
Dua orang anggota Bidang Pengembangan, Kerjasama &
Hub. Luar Negeri
e
Dua orang anggota Bidang Kesejahteraan
Pasat 19
Pengurus Kabupaten/ Kota
Pengurus Kabupaten/ Kota PPNI terdiri dari:
1) Ketua
2) Sekretaris
Wakil Sekretaris.
3) Bendahara
Wakil Bendahara
4) Ketua-ketua Devisi:
a. Ketua Devisi Organisasi, Hukum dan Pemberdaaayaan Politik b. Ketua Devisi
Pendidikan dan Pelatihan c. Ketua Devisi Pelayanan
d. Ketua Devisi Pengembangan, Kerjasama dalam Negeri & Luar Negeri e. Ketua
Devisi Kesejahteraan
5) Anggota Devisi:
a.
Dua orang anggota Devisi Organisasi, Hukmas dan Pemberdaaayaan Politik b.
Dua orang anggota Devisi Pendidikan dan Pelatihan c.
D;ja orang anggota Devisi
Pelayanan d.
Dua orer.g anggota Devisi Pengembangan, Kerjasama & Humas
dalam neycri
dan luar Negeri e. Dua orang anggota Devisi Kesejahteraan -_
Pasal 20
Pengurus Komisariat
1) Komisariat merupakan perwakilan dari pengui us Kabupaten/ Kota pada institusi
tertentu yang anggotanya sekurang-kurangnya 25 orang.
2) Pengurus Komisariat PPNI terdiri dari: a. Ketua
b. Sekretaris dan Wakil Sekretaris c. Bendahara dan Wakil Bendahara d. Seksiseksi:
(1) Seksi Organisasi dan Hukum
(2) Seksi Pendidikan dan latihan
(3) Seksi Pelayanan Keperawatan
(4) Seksi Pengembangan dan Kerjasama,dan Humas
(5) Seksi Kesejahterasn Anggota
(1) Pengurus
PPNI
Pasal 21
Masa Kepengurusan
diberbagai tingkat (Pengurus
Pusat,
Pengurus
Propinsi,
Pengurus, dan Pengurus Komisariat) dipilih untuk masa bakti 5 (lima) tahun
(2) Ketua Umum, Ketua Propinsi, Ketua Kabupaten/Kota, dan Ketua Komisariat dapat
dipilih untuk 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut
Pasal 22
Syarat-syarat Pengurus Organisasi
(1)
Berasal dari anggota yang berpengalaman dan mempunyai kepribadian yang
baik, berprestasi, dedikasi dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap PPNI
(2) Mampu bekerjasama secara kolektif, mampu meningkatkan dan mengembangkan
peranan PPNI dalam pelayanan keperawatan professional dalam menunjang
pengembangan pelayanan kesehatan khususnya dan Pembangunan Nasional
umumnya.
(3) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi dan profesi
(4) Sanggup bekerja aktif dalam organisasi
Pasal 23
Penggantian Pengurus Antar Waktu
(1)
Penggantian kepengurusan organisasi dalam satu masa jabatan dimungkinkan
karena ada pengurus:
a. Meninggal dunia
b. Berhenti atas permintaan sendiri
c. Pindah ke tempat lain yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat aktif
dalam waktu 6 bulan.
d. Tidak aktjf mengikuti kegiatan orgai lisasi yang dinilai oleh rapat pleno pengurus
diberhentikan.
(2) Kewenangan pemberhentian pengurus sesuai ayat 1 butir d diatur sebagai berikut:
a. Pengurus Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Pusat setelah
berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan Pusat.
b. Pengurus Propinsi dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Propinsi setelah
berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan Propinsi
c. Pengurus Kabupaten/ Kota dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Kabupaten/
Kota setelah berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota.
d. Pengurus Komisariat dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Komisariat setelah
berkonsultasi dengan Pengurus Kabupaten/ Kota.
e. Untuk Pengurus Badan Kelengkapan oleh Rapat Pleno Badan Kelengkapan
dan atas pertimbangan PPNI sesuai tingkat kepengurusan organisasi
Pasal 24
Dewan Pertimbangan
(1) Status:
a. Dewan Pertimbangan adalah Dewan yang memberikan pertimbangan untuk
masalah organisasi, hukum, keahlian dan profesi keperawatan pada Pengurus Pusat
atau Pengurus Propinsi atau Pengurus Kabupaten/ Kota.
b. Dewan pertimbangan dibentuk melalui Musyawarah Nasional, Musyawarah
Propinsi dan Musyawarah Kabupaten/Kota
c. Masa bakti pengurus Dewan pertimbangan selama 5 tahun
d. Ketua Dewan Pertimbangan dapat dipilih untuk 2 (dua) periode berturut-turut.
(2) Kewenangan:
a. Memberi pengarahan, petunjuk, pertimbangan, saran atau nasehat kepada
pengurus PPNI sesuai dengan tingkat organisasi baik diminta maupun tidak
diminta sesuai kebutuhan organisasi.
b. Membina pengembangan profesi keperawatan dalam arti yang luas.
(3) Susunan Pengurus:
a. Kedudukan Dewan pertimbangan berada di Pengurus Pusat, Pengurus
Propinsi, dan Pengurus Kabupaten/ Kota
b. Kepengurusan terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota 3 orang
c. Hal-hal lain yang belum diatur dalam ketentuan ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan ketentuan ini
Pasal 25
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
(1) Status:
a. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan adalah majelis yang memberikan
pertimbangan untuk masalah etik keperawatan kepaJa Pengurus Pusat atau
Pengurus Propinsi dan anggota.
b. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan dibentuk melalui Musyawarah Nasional
di tingkat Pusat, Musyawarah Propinsi di tingkat Propinsi, sedangkan di tingkat
Kabupaten/Kota dapat dibentuk dengan pertimbangan khusus Pengurus Pusat
c. Masa bakti pengurus Majelis Kehormatan Etik Keperawatan selama 5 tahun d.
Ketua Majelis Kehormatan Etik Keperawatan dapat dipilih untuk 2 (dua)
periode berturut-turut.
(2) Kewenangan:
a. Melakukan penyelidikan dan menyelesaikan masalah etik yang berkaitan
dengan pelanggaran etik profesi keperawatan
b. Membina penghayatan dan pengamalan Kode etik keperawatan
c. Melakukan kordinasi dengan Komite Etik Institusi sesuai jenjang organisasi
(3) Susunan Pengurus:
(1) Komisariat atau lokasi di mana badan usaha tersebut berada : 10%
(2) Pengurus Pusat, Propinsi atau Kabupaten/Kota, masing-masing:
5%
4) Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib didokumentasi
sesuai dengan sistem yang berlaku untuk organisasi nirlaba.
5) Pemasukan
dan
pengeluaran
keuangan
organisasi
wajib
dipertanggungjawabkan
dalam
forum
MUSDA/MUSPROP/MUSKAB/MUSKOT dan Rapat organisasi.
BAB VI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH
TANGGA
Pasal 31
Perubahan anggaran rumah tangga ini hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah
Nasional
BAB VII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 32
1)
Setiap anggota PPNI dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan
Rumah Tangga PPNI
2)
Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Rumah Tangga PPNI ini
diputuskan oleh Pengurus Pusat.
3)
Hal-hal yang belum diatur didalam Anggaran Rumah Tangga PPNI ini dimuat
di dalam peraturan tersendiri sepanjang tidak berteniangan dengan ketentuan ini.