You are on page 1of 20

STEP 1

PPV : perdarahan pervaginam, yaitu cairan yang keluar dari vagina melebihi 500ml
Lokea purulenta :
- cairan/sekret/darah yang keluar setelah partus karena mengecilnya uterus ,Terjadi
karena infeksi berbau busuk
- Lokea : lapisan desi dua basalis yang dilepaskan dari dinding uterus
STEP 2
1. Mengapa pasien mengeluh demam serta perdarahan dari jalan lahir sejak 5hari yang

lalu ?
2. Apa saja kelainan pada masa nifas yang berhubungan dengan skenario ?
3. Apa tindakan awal yang dilakukan dokter untuk menghentikan perdarahan ?
4. Apa yang dimaksud masa nifas dan bagaiman fisiologinya ?
5. Apa hubungan gejala dengan pasien melahirkan ditolong dukun beranak ?
6. Mengapa dokter memberikan obat parasetamol & menyarankan banyak minum ?
7. Kenapa setelah dirawat 2hari pasien kembali demam ?
8. Mengapa pada PPV ditemuka cairan berwarna merah kuning keruh serta berbau ?
9. Apa terapi yang diberikan dokter sesuai dengan diagnosis pasien ?
10. Apa px. Laboratorium yang bisa disarankan ?
11. Interpretasi dari px. VT ginekologis ?
12. Interpretasi dari TTV ?
13. Apa saja jenis-jenis lokea ?
14. Interpretasi px. Abdomen, KU ?
15. Apa hubungan usia, P6A0 dengan keluhan ?
16. DDs (etiologi,klasifikasi,gejala klinis, patofisiologi, px. Penunjang, komplikasi,
prinsip penatalaksanaan, tanda-tanda kegawatan) !
STEP 3
1. Apa yang dimaksud masa nifas dan bagaimana fisiologinya ?

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal


Oleh Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah


persalinan. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar
menganggapnya antara 4-6 minggu. Menurut konvensi, masa nifas
berlangsung selama enam minggu dari sejak hari melahirkan. Selama
waktu tersebut perubahan-perubahan fisiologik dan morfologik yang
terjadi selama kehamilan kembali ke keadaan tidak hamil.
- Perubahan fisiologik dan anatomik
Perubahan-perubahan endokrinologik yang terjadi selama
kehamilan pulih kembali dengan cepat. Beberapa jam setelah
plasenta keluar, kadar hormon-hormon plasenta, hPL dan hCG
turun dengan cepat. Dalam 2 hari, hPL sudah tidak terdeteksi
dalam serum dan pada hari ke 10 setelah melahirkan, hCG
sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesteron
dalam serum menurun dengan cepat dalam 3 hari pertama
masa nifas dan mencapai kadar tidak hamil sebelum hari ke 7
melahirkan. Kadar ini tetap demikian jika wanita menyusui bayinya;
jika tidak, estradiol akan mulai meningkat, yang menunjukkan
pertumbuhan folikular. Di antara wanita menyusui, kadar prolaktin
meningkat setelah bayi menyusu.
- Perubahan morfologik dalam traktus genitalia
Perineum dan vagina. Setelah melahirkan perineum mengalami
kerusakan atau utuh. Kerusakan ini dapat diperbaiki, tetapi edema
jaringan yang terjadi mungkin menetap samap beberapa hari. Dinding
vagina bengkak, kebiruan dan menonjol. Tonusnya cepat pulih kembali
meskipun masih fragil samapi satu atau dua minggu.

Uterus. Uterus mengalami perubahan paling besar. Pada akhir


persalinan kala tiga, ukuran uterus kira-kira sebesar uterus pada
kehamilan 20 minggu dan beratnya 1000 gr. Ukuran ini cepat mengecil
dan pada akhir minggu pertama masa nifas beratnya kira-kira 500 gr.
Involusi ini dapat diperlihatkan oleh fakta bahwa pada pemeriksaan
abdomen besar uterus berkurang satu lebar jari tangansetiap hari
hingga pada harike 12 uterus tidak teraba lagi pada pemeriksan
abdomen. Setelah itu involusi berlangsung lebih lambat, tetapi pada
akhir minggu ke 6 masa nifas ukurannya sedikit lebih besar daripada
sebelum hamil.
Bersamaan dengan involusi uterus, tempat plasenta juga menjadi lebih
kecil. Tempat ini cepat tertutup oleh anyaman fibrin setelah melahirkan
dan terjadi trombosis di dalam pembuluh-pembuluh darah yang
memberikan suplai kepadanya. Di bawah tempat plasenta ini,
terbentuk barier oleh makrofag, limfosit dan polimorf yang juga meluas
ke seluruh rongga endometrium. Dalam 10 hari tempat plasenta
mengecil hingga berdiamter 2,5 cm dan sudah tumbuh lapisan
epitelium baru, yang juga menutupi sisa rongga uterus. Jaringan
superficial dinding uterus dan tempat plasenta terus menerus terlepas
selama 6 minggu, yang menjadi bagian dalam lokia.
Istilah lokia digunakan untuk discharge yang keluar dari traktus
genitalis setelah melahirkan. Selama 3-4 hari lokia ini terdiri dari darah
dan sisa-sisa jaringan trofoblast, terutama dari tempat plasenta. Sifat
lokia berubah ketika trombosis pembuluh darah di tempat itu
mengalami organisasi. Warnanya menjadi coklat kemerahan dari hari
ke 3 sampai ke 12, tetapi setelah itu, ketika kebanyakan rongga
endometrium telah tertutup oleh epitelium, lokia menjadi berwarna
kuning. Kadang-kadang trombi pada ujung pembuluh darah pecah dan
mengeluarkan darah sehingga lokia kembali menjaddi merah selama
beberapa hari lagi.
Liewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Hipokrates.

Obstetri Williams

2. Apa hubungan usia, P6A0 dengan keluhan ?


Usia : menurut WHO usia resiko kehamilan <20th alat2 repro belum matang &
>35th organ repro mulai melemah, normalnya org setelah melahirkan kontraksi
uterus untuk menghentikan perdarah, pasien 40th resiko kelemahan kontraksi uterus
& hamil 6kali juga berpengaruh terhadap otot uterus.
3. Mengapa pasien mengeluh demam serta perdarahan dari jalan lahir sejak 5hari yang
lalu ?

Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC


- Demam:
Cara terjadi infx.:

1. Tangan pemeriksa atau penolong yg tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus.
2. Droplet infecton
3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman2 patogen
4. Koitus pd akhir kehamilan tdk merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
5. Infeksi intrapartum

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :


1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
1. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
1. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting
dari infeksi traktus urinarius
1. Clostridium Welchii

Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong
oleh dukun dari luar rumah sakit.
(Tietjen, L; Bossemeyer, D, & McIntosh, N, 2004).

Ilmu Kebidanan. Sarwono

4. Apa saja kelainan pada masa nifas yang berhubungan dengan skenario ?
Ada empat masalah yang mungkin timbul selama masa nifas, yaitu :
1. Perdarahan postpartum
2. Infeksi nifas
3. Tromboembolisme
4. Depresi postpartum

1. Perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum yaitu perdarahan pervaginam >500 ml, yang


dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan yang disebut
sebagai perdarahan postpartum primer atau pada masa nifas setelah
24 jam yang disebut sebagai perdarahan postpartum sekunder.
Perdarahan postpartum primer
Perawatan osbtetrik yang lebih baik dan penggunaan obat oksitosik
secara tepat setelah melahirkan telah mengurangi insidens dan
beratnya perdarahan postpartum primer menjadi <4%.
Etiologi
Pada persalinan normal setelah melahirkan bayi, terjadi kehilangan
darah sebanyak 200-400 ml sebelum retraksi miometrium dan
dilengkapi dengan kontraksi uterus kuat yang menyebabkan
pemendekan dan penyempitan pembuluh darah uterus dan retraksi
jaringan plasenta. Perubahan-perubahan ini mencegah kehilangan
darah lebih lanjut.
Jika uterus tidak berkontraksi secara efektif (atonia uteri) atau jika
sisa plasenta mencegah retraksi tempat plasenta secara baik,
perdarahan dapat terjadi (uterus yang mengkerut dan kosong tidak
berdarah). Dua penyebab ini bertanggung jawab atas 80% kasus PPP.
Dalam 20% kasus penyebabnya adalah laserasi traktus genitalis,
biasanya vagina atau serviks, tetapi jarang juga terjadi karena ruptur
uterus.
Dalam beberapa hal, PPP terjadi karena gangguan pembekuan
darah, misalnya setelah abruptio plasenta.
Perdarahan postpartum primer lebih mungkin terjadi setelah
persalinan lama, distensi uterus yang berlebihan (kehamilan multipel
atau polihidramnion), perdarahan antepartum, dan anestesi umum
yang dalam. Dalam kasus ini, perlu dilakukan tindakan mencegah PPP,
baik dengan oksitosik profilaksis setelah melahirkan atau kala ketiga
dikelola secara tradisional, dan dihindari pendorongan fundus.
Diagnosis
Diagnosis biasanya jelas, terjadi kehilangan darah yang banyak
sebelum plasenta lahir (perarahan kala ketiga) atau pengeluaran
plasenta. Setelah plasenta lahir, darah dapat membeku di dalam
uterus dan tidak keluar sehingga fundus naik di dalam abdomen dan
jika kontraksi dirangsang, uterus berkontraksi dan bekuan darah
terdorong ke luar. Perdarahan cenderung intermiten, karena uterus
berkontraksi secara periodik.
Penatalaksanaan
PPP harus ditangani dengan cepat dan efisien, karena merupakan
penyebab kematian ibu. Penatalaksanannya berbeda-beda bergantung
apakah plasenta masih di dalam uterus atau telah keluar.

Perdarahan kala ketiga (plasenta di dalam uterus)


Terdapat dua tingkatan :
Kontraksi dirangsang dan dilakukan tekanan fundus dikombinasi
dengan penarikan tali pusat secara terkendali untuk melahirkan
plasenta. Jika perdarahan terus berlanjut meskipun uterus sudah

berkontraksi, harus dilakukan inspeksi vagina bawah untuk melihat


apakah terdapat kerusakan.
Jika plasenta tidak dapat dilahirkan atau ketika keluar dengan inspeksi
ternyata tidak komplit, harus dilakukan eksplorasi rongga uterus.
Kecuali jika pasien sudah menadpat anestesi epidural, berikan anestesi
umum dan lakukan pengeluaran plasenta secara manual dengan
memasukkan tangan bersarung ke dalam rongga uterus dan mengatur
kerjanya dengan tangan lain yang ditempatkan di fundus. Arah tali
pusat diikuti sampai pada tempat insersinya dan cari tepi plasenta
bawah. Dengan telapak tangan yang berada dalam uterus menghadap
rongga uterus, dokter memisahkan plasenta dari perlengkatannya
dengan gerakan menggergaji. Ketika plasenta keluardengan lengkap,
bagian rongga uterus lainnya dieksplorasi untuk mencari sisa plasenta
dan kerusakan yang lain. Plasenta yang lengkap ini dipegang dengan
tangan di dalam uterus dan membran dikeluarkan dari jalan lahir,
sementara tangan yang ada diluar melakukan masase fundus. Plasenta
diinspeksi secara cermat untuk memastikan kelengkapannya. Lalu
disuntikkan ergometrin 0,5 mg secara intravena dan 0,5 diberikan
intramuskular.
Perdarahan postpartum sejati (plasenta sudah keluar)
Meliputi beberapa tahapan :
Periksa plasenta untuk menentukan apakah telah keluar lengkap
Lakukan masase uetrus dengan pergerakan memutar lambat
Pasang infus larutan Hartman dan berikan ergometrin atau Sintosinon
0,25 mg IV dengan infus kontinu (10 IU dalam 500 ml larutan
Hartman). Alternatif lain adalah menggunakan PGF2a disebut
Haemabate.
Berikan darah jika terjadi kehilangan >1000 ml.
Periksa sampel darah untuk mengetahui defek koagulasi dan obati jika
ada
Jika perdarahan berlanjut meskipun kontraksi uterus kuat dengan
induksi oksitosin, lakukan inspeksi untuk mengetahui laserasi traktus
genitalis
Jika perdarahan menetap, dicoba kompres uterus dengan cara manual.
Tindakan ini akan menyakitkan pasien dan melelahkan dokter.
Jika perdarahan masih berlanjut, dapat dilakukan ligasi arteri iliaca
iterna atau histerektomi.
Perdarahan postpartum sekunder
Penyebab perdarahan postpartum yang paling umum adalah :
Epitelisasi yang buruk pada tempat plasenta (80% kasus)
Fragmen plasenta dan/bekuan darah yang tertahan di dalam uterus.
Scan uterus dengan USG akan dapat mengenali jaringan plasenta atau
bekuan darah. Uterus mungkin sangat besar dan nyeri tekan dan
seviks terbuka. Pengobatan awal dalah membrikan ergotamin 0,5 mg
intramuskular, diulangi jika perlu dan berikan antibiotika untuk

mengontrol infeksi yang ada. Kuretase hanya diperlukan jika didapati


jaringan plasenta atau bekuan darah dan scanning USG atau jika
perdarahan menetap meskipun telah diberikan oksitosin.

2. Infeksi masa nifas


Infeksi masa nifas (pireksi nifas) didefinisikan sebagai kenaikan suhu
tubuh sampai 38 C atau lebih, yang berlangsung selama 24 jam atau
kambuh kembali sejak akhir hari 1 sampai akhir hari ke 10 setalah
melahirkan atau abortus. Dalam beberapa tahun belakangan ini,
karena perawatan kebidanan yang lebih baik, higiene dan pengontrolan
infeksi di dalam rumah sakit yang lebih baik, insidens pireksi nifas
turun menjadi 1-3% dari semua kelahiran atau abortus.
Tempat dan penyebaran infeksi
Kebanyakan kasus infeksi masa nifas yang timbul pada traktus
genitalis berasal dari infeksi ascendens dari vagina atau serviks yang
menginfeksi tempat plasenta. Penyebaran dari sini adalah ke
parametrium atau melalui rongga uterus menuju ke tuba fallopi dan
pada beberapa kasus menimbulkan peritonitis pelvik.
Keparahan insidensinya tergantung pada virulensi agen infeksi dan
respon imun pasien.
Diagnosis
Setiap wanita yang mengalami pireksi nifas harus diselidiki dan
mungkin perlu diisolasi. Dilakukan pemeriksaan payudara untuk
mengetahui tanda-tanda mastitis dan diperiksa spesimen urin porsi
tengah untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan
abdomen dapat memperlihatkan uterus yang sangat besar dan nyeri
tekan. Dilakukan inspeksi pada traktus genitalis bawah untuk mencari
laserasi, robekan atau luka episiotomi yang terinfeksi. Swab vagina
tinggi dibuat untuk pemeriksaan bakteriologik, dan lokia berbau
menusuk.
Terapi
Terapinya adalah memberika antibiotika spektrum luas yang tepat
untuk agen penyebab dan metronidazol selama 5 hari. Karena
antibiotik yang dipakai bergantung pada institusi dan pengetahuan
lokal, harus dilakukan konsultasi dengan petugas pengontrol penyakit
infeksi rumah sakit, baik ibu itu berada di rumah sakit atau di rawat
oleh dokter umum di rumah.
Liewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Hipokrates

Ilmu Kebidanan. Sarwono

Tanda-tanda syok ? apakah nadi 60-80/mnt normal/tdk?


5. Apa hubungan gejala dengan pasien melahirkan ditolong dukun beranak ?
- Demam:
Cara terjadi infx.:

1. Tangan pemeriksa atau penolong yg tertutup sarung tangan


pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
2. Droplet infecton
3. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman2 patogen
4. Koitus pd akhir kehamilan tdk merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
5. Infeksi intrapartum

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :


2. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
2. Escherichia Coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting
dari infeksi traktus urinarius
2. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong
oleh dukun dari luar rumah sakit.
(Tietjen, L; Bossemeyer, D, & McIntosh, N, 2004).

6. Kenapa setelah dirawat 2hari pasien kembali demam ?


Infeksi : reaksi antar antibodi dan dan antigen keluarkan pirogen endogen IL-1
hipotalamus as. Arakidonat PGE hipotalamus demam
Bernafas semakin sering karena adanya proses infeksi, untuk mempercepat fagositosis
dan menaikan suhu tubuh
Perbedaan demam infeksi & inflamasi ?
Apakah demam disebabkan dehidrasi atau infeksi ?
7. Mengapa pada PPV ditemukan cairan berwarna merah kuning keruh serta berbau ?
Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
Macam-macam Lochia:
Lochia Rubra ( Cruenta ): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari
post partum.
Lochia Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari
3-7 post partum.
Lochia Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke 7-14
post partum.
Lochia Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.
Lochia Purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Lochiastasis: Lochia tidak lancar keluarnya.
( Mochtar, Rustam, 1998 : 116 )

8. Apa terapi yang diberikan dokter sesuai dengan diagnosis pasien ?


Awal : resusitasi cairan, demam : paracetamol, AB : berdasarkan px. Lab leukosit
Metritis ringan(tdk ada syok) : AB oral berhasil baik
Metritis Sedang-berat (disertai syok) pasca SC AB spektrum luas I.V membaik 4872jam, >72jam demam tidak membaik perlu dicari causa lain
9. Interpretasi dari px. VT ginekologis ?
Nyeri goyang portio :
Nyeri pada uterus :
10. Interpretasi dari TTV ?
Nadi : tacicardia
TD : rendah
Suhu : meningkat pasca persalinan
11. Apa saja jenis-jenis lokea ?

12. Interpretasi px. Abdomen, KU ?


TFU : normal, konsistensi lembek mengarah ke metritis
KU : lemah, pucat bisa karena dehidrasi/syok
13. Apa px. Laboratorium yang bisa disarankan ?
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
2. Pemeriksaan USG
Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterin
3. Kultur uterus dan vaginal
Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi
4. Urinalisis
Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil Koagulasi
Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen,
aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial
Cunningham, dkk . 1995 . Obstetri Williams . Jakarta : EGC

14. Apa tindakan awal yang dilakukan dokter untuk menghentikan perdarahan ?

Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi

15. Mengapa dokter memberikan obat parasetamol & menyarankan banyak minum ?
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat
sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol digunakan secara luas di
berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi
dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono
2002)
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak
tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik,
tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung
(Sartono,1993).
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara
kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan
tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik
Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol.
Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60
menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak
berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian
diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon
yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan
gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan
sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002)
Farmakodinamik

Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan
sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah.
Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan
pernapasan dan keseimbangan asam basa.(Mahar Mardjono 1971)
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase. Parasetamol
menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.
Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase
pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang
kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada
siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini
menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung
prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin,
tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula
peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik. (Aris 2009)
Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan
analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.(Cranswick 2000)
Kontra Indikasi
Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini. (Yulida 2009)

16. DDs (etiologi,klasifikasi,gejala klinis, patofisiologi, px. Penunjang, komplikasi,


prinsip penatalaksanaan, tanda-tanda kegawatan) !
A. INFEKSI POST PARTUM
(METRITIS, VAGINA, SERVIKS)
B. PERDARAHAN POST PARTUM (LATE LEBIH DARI 24JAM, KARENA
INFEKSI, PLASENTA RESTAN, INVOLUSI RAHIN TIDAK BAIK)

You might also like