Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
menetap sebagai respon terhadap suatu penyakit. Namun suhu tubuh yang terlalu
tinggi juga akan berbahaya. Saat ini demam dianggap sebagai suatu kondisi sakit
yang umum. Demam juga merupakan keadaan yang sering diderita oleh anakanak. Hampir setiap anak pernah merasakan demam.5
Pada dasarnya terdapat dua kondisi demam yang memerlukan pengelolaan
yang berbeda. Pertama adalah demam yang tidak boleh terlalu cepat diturunkan
karena merupakan respon terhadap infeksi ringan yang tidak bersifat self limited.
Kedua adalah demam yang membutuhkan pengelolaan segera karena merupakan
tanda infeksi serius dan mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, dan
sepsis. Oleh karena itu, pemahaman mengenai pengelolaan demam pada anak
yang baik menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami. 5 Pengobatan rasional
terhadap demam memerlukan pemahaman terhadap regulasi suhu tubuh, produksi
dan konservasi panas, serta penerapan patofisiologi demam pada beberapa
keadaan, dan pengetahuan mengenai mekanisme penurunran suhu tubuh.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Regulasi Suhu Tubuh
Manusia mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatif
konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Kepentingan dipertahankan
suhu tubuh pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia didalam tubuh
kita. Misalnya kenaikan suhu 10 C bisa mempercepat proses biologis 2-3 kalinya.
Suhu inti manusia berfluktuasi +1 C dalam kegiatan sehari-hari.
Konsep core temperature yaitu dianggap merupakan dua bagian dalam
soal pengaturan suhu yaitu: Bagian dalam inti suhu tubuh, yang benar-benar
mempunyai suhu rata-rata 37C, yaitu diukur pada daerah (mulut, otot, membrane
tympani,vagina, esophagus).
1. Organ Pengatur Suhu Tubuh
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hypothalamus, Hipothalamus
ini dikenalsebagai thermostat yang berada dibawah otak. Hipothalamus
anterior berfungsimengatur pembuangan panas. Hipothalamus posterior
berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.5
2. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh
Kulit > Reseptor ferifer > hipotalamus (posterior dan anterior) >
Preoptikahypotalamus > Nervus eferent > kehilangan/pembentukan panas.
3. Sumber Panas
a. MetabolismeKegiatan metabolisme tubuh adalah sumber utama dan
pembentukan/pemberian panas
tubuh.
Pembentukan
panas
dari
Radiasi. 60% dari kehilangan panas total adalah melalui radiasi. Kehilangan
panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas
inframerah, suatu jenis gelombang elektromagnetik. Semua benda yang tidak
berada pada suhu nol absolut memancarkan panas seperti gelombang tersebut.
Tubuh manusia menyebarkan panas ke segala penjuru. Gelombang panas juga
dipancarkan dari dinding ruangan dan benda-benda lain ke tubuh. Bila suhu
tubuh lebih besar dari suhu lingkungan jumlah panas yang lebih besar akan
dipancarkan keluar tubuh dari pada dipancarkan ke tubuh.
b.
c.
d.
dan temperatur tubuh meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar,
panas tubuh dan temperatur tubuh akan menurun.7
2.2.2 Produksi Panas
Dalam tubuh, panas diproduksi melalui peningkatkan Basal Metabolic Rate
(BMR). Faktor-faktor yang dapat meningkatkan Basal Metabolic Rate antara lain:
(1) laju metabolisme dari semua sel tubuh; (2) laju cadangan metabolisme yang
disebabkan oleh aktivitas otot; (3) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh
pengaruh tiroksin, epinefrin, norepinefrin dan perangsangan simpatis terhadap sel;
(5) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi
didalam sel sendiri.7
Pada keadaan istirahat, berbagai organ seperti otak, otot, hati, jantung, tiroid,
pankreas dan kelenjar adrenal berperan dalam menghasilkan panas pada tingkat
sel yang melibatkan adenosin trifosfat (ATP). Bayi baru lahir menghasilkan panas
pada jaringan lemak coklat, yang terletak terutama dileher dan skapula. Jaringan
ini kaya akan pembuluh darah dan mempunyai banyak mitokondria. Pada keadaan
oksidasi asam lemak pada mitokondria dapat meningkatkan produksi panas
sampai dua kali lipat. Dewasa dan anak besar mempertahankan panas dengan
vasokonstriksi dan memproduksi panas dengan menggigil sebagai respon terhadap
kenaikan suhu tubuh. Aliran darah yang diatur oleh susunan saraf pusat
memegang peranan penting dalam mendistribusikan panas dalam tubuh. Pada
lingkungan panas atau bila suhu tubuh meningkat, pusat pengatur suhu tubuh di
hipotalamus mempengaruhi serabut eferen dari sistem saraf otonom untuk
melebarkan pembuluh darah (vasodilatasi). Peningkatan aliran darah dikulit
Oleh
karena
itu,
lesi
fokal
bilateral
di
dorsal
zona
Belum
banyak
diketahui
perihal
mediator
10
11
Suhu rektal normal 0,27 0,38C (0,5 0,7F) lebih tinggi dari suhu oral.
Suhu aksila kurang lebih 0,55C (1F) lebih rendah dari suhu oral. 5
Untuk kepentingan klinis praktis, pasien dianggap demam bila suhu rektal
mencapai 38C, suhu oral 37,6C, suhu aksila 37,4C, atau suhu membran timpani
mencapai 37,6C.1 Hiperpireksia merupakan istilah pada demam yang
digunakan bila suhu tubuh melampaui 41,1C (106F). Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh yang tidak diatur disebabkan ketidakseimbangan antara
produksi dan pembatasan panas. Interleukin 1 pada keadaan ini tidak terlibat oleh
karena itu pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan normal.
Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi diurnal).
Suhu terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00-06.00 dan tertinggi pada awal
malam hari pukul 16.00-18.00. kurva demam biasanya juga mengikuti pola
diurnal ini. Suhu tubuh juga dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan
meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan suhu udara ambien. Oleh karena
itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh normal. Hasil pengukuran
suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran.11
12
Pirogen Eksogen
Pirogen Mikrobial
13
jawab
terjadinya
demam
yang
disebabkan
infeksi
14
1. Fagositosis
Fagositosis antigen non mikrobial kemungkinan sangat bertanggung
jawab untuk terjadinya demam dalam proses tranfusi darah dan anemia
hemolitik imun.
2. Kompleks Antigen Antibodi
Demam yang disebabkan oleh reaksi hipersensitiv dapat timbul baik
sebagai akibat reaksi antigen terhadap antibodi yang beredar, yang
tersensitasi atau oleh antigen yang diaktivasi sel T untuk memproduksi
limfokin yang sebaliknya akan merangsang monosit dan makrofag untuk
melepas IL 1. Contoh demam yang disebabkan oleh immunologically
mediated diantaranya lupus eritematosus sistemik dan reaksi obat yang
berat. Demam yang berhubungan dengan hipersensitif terhadap penisilin
lebih mungkin disebabkan oleh akibat interaksi kompleks antigen antibodi
dengan leukosit dibandingkan dengan pelepasa IL 1.5
3. Steroid
Steroid tertentu bersifat pirogenik bagi manusia. Ethiocholanolon dan
metabolik androgen diketahui sebagai perangsang pelepasan IL 1.
Ethiocholanolon memproduksi demam hanya bila disuntikkan secara
intramuskular maka diduga demam tersebut diakibatkan pelepasan IL 1
oleh jaringan subkutis pada tempat suntikan. Steroid ini diduga
bertanggung jawab terhadap terjadinya demam pada pasien dengan
sindrom adrenogeital dan demam yang tidak diketahui penyebabnya.5
4. Sistem Monosit Makrofag
15
mengenal
antigen
dan
mempresentasikannya
untuk
16
Fagositosis
Antigen Mikrobial dan Nonmikrobial
Memproses dan
mempresentasikan
Antigen
Aktivasi sel-T
antigen
dipresentasikan pada sel-T
Sel-T menjadi aktif hanya setelah kontak antigen
Tumorisidal
Sekresi dari :
Interferon dan
pada
permukaan monosit-makrofag
Umumnya disebabkan oleh TNF
Mempengaruhi respon imun, anti virus, anti
IL-1
proliferatif
Efek primer pada hipotalamus untuk mengindusi
IL-6
demam,
aktivasi sel-T dan produksi antibodi oleh sel-B
Induksi demam dan hepatic acute phase proteins,
aktivasi
sel-B dan stem cell, resistensi non spesifik pada
IL-8
IL-11
infeksi
Aktivasi neutrofil dan sintesis IgE
Efek pada sel limfopoetik dan mieloid/eritroid,
perangsangan
sekresi T-cell dependent B-cell
Aktivasi selular, aktivasi anti tumor
Beraksi sebagai supresi imun, mengurangi IL-1
Zat penting bagi proses peradangan
4. Pirogen Endogen
1. Interleukin 1
Interleukin 1 disimpan dalam bentuk inaktif falam sitoplasma sel
sekretori dengan bantuan enzim diubah menjadi bentuk aktif sebelum
dilepas melalui membran sel kedalam sirkulasi. Interleukin 1 dianggap
sebagai hormon oleh karena mempengaruhi organ-organ yang jauh.
Penghancuran IL 1 terutama dilakukan di ginjal.
17
18
nutrisi esensialnya, seperti zat besi dan seng. Dapat timbul leukositosis,
peningkatan kortisol, danlaju endap darah.5
2.Tumor Necrosis Factor (TNF)
Tumor Necrosis Factor (TNF) ditemukan pada tahun 1968. Sitokin ini
selain dihasilkan monosit dan makrofag limfosit, naturral killer cells, sel
kupffer juga oleh astrosit otak sebagai respon tubuh terhadap rangsang
atau luka yang invasif. Sitokin dalam jumlah sedikit mempunyai efek
biologik yang menguntungkan. Berbeda dengan IL 1 yang mempunyai
aktivitas anti tumor yang rendah, TNF memiliki efek langsung terhadap sel
tumor. Ia mengubah pertahanan tubuh terhadap infeksi dan merangsang
pemulihan jaringan menjadi normal, termasuk penyembuhan luka. Tumor
Necrosis Factor (TNF) juga mempunyai efek merangsang produksi IL ,
menambah
aktivitas
kemotaksis
makrofag
dan
neutrofil
serta
hipertrigliseridemia
serta
cachexia,
pertanda
ada
19
20
memadai diduga menyebabkan makin beratnya infeksi irus pada bayi baru
lahir.
Interferon gama dikenal sebagai penginduksi makrofag yang poten
dan menstimulan sel B untuk meningkatkan produksi antibodi. Fungsi IFN
gama sebagai pirogen endogen dapat secara tidak langsung pada makrofag
untuk melepas IL 1 atau secara langsung pada pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Interferon mungkin mempengaruhi aktivitas antivirus dan
sitolitik TNF, serta meningkatkan efisiensi NK sel. Aktivitas antivirus
disebabkan penyesuaian sistem INF dengan berbagai jalur biokimia yang
mempunyai efek antivirus dan bereaksi pada berbagai fase siklus replikasi
virus. Interferon juga memperlihatkan aktivitas anti tumor baik secara
langsung dengan cara mencegah pembelahan sel melalui pemanjangan
siklus multiplikasi sel atau secara tidak langsung mengubah respon imun.
Aktivitas antivirus dan antitumor INF terpengaruhi oleh meningkatnya
suhu. Interleukin 4 yang menginduksi sintesis imunoglobulin Ig E dan Ig
G4 oleh sel polimorfonuklear, tonsil, sel limpa manusia sehat dan pasien
alergi, di halangi oleh INF gama dan INF alfa berarti limfokin ini bereaksi
sebagai antagonis IL 4
Interferon mempunyai kemampuan biologiknya dapat digunakan
sebagai obat pada berbagai penyakit. Interferon alfa semakin sering
dipakai pengobatan berbagai infeksi virus seperti hepatitis B,C, delta. Efek
toksik preparat INF antara lain demam, rasa dingin, nyeri sendi , nyeri
otot, nyeri kepala hebat, somnolen dan muntah. Demam dapat muncul dan
21
mendahului
bocornya
pembuluh
darah
sehingga
dapat
menyebabkan edema paru dan retensi cairan yang hebat. Penyakit yang
berhubungan dengan defisiensi
22
23
2. Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak
mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5 C per 24 jam. Pola ini
merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan
tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya
bila demam disebabkan oleh proses infeksi.
24
3. Demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi
hari, dan puncaknya pada siang hari. Pola ini merupakan jenis demam terbanyak
kedua yang ditemukan di praktek klinis.
a) Demam quotidian
Demam dengan periodisitas siklus setiap 24 jam, khas pada malaria
falciparum dan demam tifoid.
b) Demam tertian
Demam dengan periodisitas siklus setiap 48 jam, khas pada malaria tertiana
(Plasmodium vivax).
25
c) Demam quartan
Demam dengan periodisitas siklus setiap 72 jam, khas pada malaria
kuartana (Plasmodium malariae).
4. Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten
menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
5. Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan
menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi
normal.
8. Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan
lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari
untuk infeksi saluran nafas atas.
9. Demam rekurran adalah demam yang timbul kembali dengan interval
irreguler pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus
urinarius) atau sistem organ multiple.
26
27
28
29
30
31
2. Demam lebih dari 7 hari tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak
dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik namun dapat
ditelusuri dengan tes laboratorium misalnya demam tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya sebagian besar adalah virus.
eksogen
merupakan
bagian
dari
patogen,
terutama
kompleks
32
33
34
35
level yang baru (garis datar). Bila demam turun, sekali lagi set level akan turun
sehingga sekarang nilai sebenarnya menjadi terlalu tinggi. Pada keadaan ini aliran
darah ke kulit meningkat sehingga orang tersebut merasa kepanasan dan
mengeluarkan keringat banyak.11,12
Demam terutama biasa terjadi pada infeksi sebagai reaksi fase akut. Pada
keadaan ini, zat menimbulkan demam (pirogen) menyebabkan perubahan pada set
point. Pirogen eksogen merupakan bagian dari patogen, diantaranya yang paling
efektif adalah kompleks lipopolisakarida bakteri gram negatif. Patogen atau
pirogen seperti itu diopsonisasi oleh komplemen dan difagosit oleh makrofag,
misalnya sel kupffer di hati. Proses ini melepaskan sejumlah sitokin diantaranya
pirogen endogen interleukin 1 dan TNF, dll. Sitokin ini dapat menyebabkan
reaksi demam pada organ-organ ini atau yang berdekatan dengan area preoptik
dan organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) melalui prostaglandin PGE 2. Obat
penurun panas bekerja secara efektif di daerah ini. Jadi asam asetilsalisilat
misalnya, menghambat enzim yang membentuk PGE2 dari asam arakhidonat
(siklooksigenase 1 dan 2). 11,12
36
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang teliti harus dilakukan secara regular. Semua tanda-tanda
vital merupakan petunjuk yang relevan. Suhu tubuh dapat diukur dengan
menempatkan termometer ke dalam rektal, mulut, telinga dan ketiak. Penggunaan
termometer kaca berisi merkuri tidak lagi dianjurkankarena dapat berbahaya dan
juga meracuni lingkungan.11
Pengukuran suhu mulut aman untuk dilakukan. Pengukuran ini
lebih akuratdibandingkan dengan suhu ketiak (aksila). Pengukuran suhu aksila
mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu perifer tubuh yang sangat
dipengeruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan keringatsehingga kurang
akurat. Pengukuran suhu tubuh melalui anus atau rektal cukup akurat karena lebih
mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling sedikit terpengaruh suhu
lingkungan, namun pemeriksaannya
tidak
nyaman
bagi
penderita. 11
37
Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan dalam tahap awal adalah
pemeriksaan hematologi, pada infeksi bakteri akut dapat menunjukkan pergeseran
hitung jenis ke kiri, dengan atau tanpa leukositosis. Pemeriksaan
mencakup hitungdarah lengkap, hitung jenis yang dilakukan secara manual atau
dengan menggunakan alat yang sensitif untuk mengenali sel-sel eosinofil, bentuk
sel darah yang muda, atau bentuk batang, bentuk granulasi toksik dan badan
dohle. Tiga bentuk sel darah yang terakhir ini sugestif ke arah bakterial.
Netropenia dapat terlihat pada sebagian infeksivirus khususnya parvovirus
B19, reaksi obat, SLE, penyakit typhoid, dan penyakit infiltratif sumsum
tulang,
termasuk
limfoma,
leukimia,
tuberkulosis
serta
histoplasmosis.
virus, serum
sickness
dan
toksoplasmosis.
Monositosis
38
b. Mikrobiologi
Pemeriksaan sputum (pengectan gram, BTA, kultur) diperlukan untuk
setiap pasien yang menderita demam dan batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah
dan cairan abnormal serta urin diperlukan kalau keadaan demam tersebut lebih
dari penyakit virus yang terjadi tanpa komplikasi. Cairan serebrospinal harus
diperiksa dan dikultur bila terdapat meningitis, nyeri kepala berat atau status
mental.22
c. Radiologi
Pembuatan foto toraks merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap
penyakit demam yang signifikan, seperti adanya gangguan pada paru.22
2.10 Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum untuk Simtomatis
Tindakan umum untuk menurunkan demam pada prinsipnya diusahakan
untuk beristirahat agar metabolisme tubuh menurun. Cukup cairan agar kadar
elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya
dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat
lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran udara penting di daerah
tropik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi.
Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat.
Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat
meksnisme evaporasi maupun radiasi. Lagipula pengompresan dengan alkohol
39
akan diserap oleh kulit dan dihirup pernafasan, dapat menyebabkan koma. Pada
hipertermi, pendinginan permukaan kulit (surfacecooling) dapat membantu.
Tindakan simtomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara
kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat
pembuluh darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Obat
yang sederhana adalah asam salisilat dan derivatnya. Rentang daya kerja obat ini
cukup panjang, aman untuk dikonsumsi umum. Beberapa golongan antipiretik
murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun tidak menyebabkan
hipotermi bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen, asetosal, ibuprofen. Obat
lain adalah obat yang bersifat antipiretik pada dosis rendah dan menimbulkan
hipotermi pada dosis tinggi seperti metamizol dan obat yang dapat menekan pusat
suhu secara langsung (chlorpromazine), mengurangi menggigil namun dapat
menyebabkan hipotermi dan hipotensi.16,17,24,25
a.
Paracetamol (Asetaminofen)
Paracetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antiinflamasi
paracetamol hampir tidak ada. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal
dengan nama Paracetamol.8
Efek
analgetik
Paracetamol
serupa
dengan
salisilat
yaitu
40
41
c. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari
keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgetik (terhadap rasa
sakit atau nyeri), antipiretik, dan antiinflamasi. Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung.19
Efek antipiretik dari aspirin adalah menurunkan suhu yang
meningkat, hal ini diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam sistem
saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama proses
inflamasi). 19
Aspirin merupakan obat yang efektif untuk mengurangi demam,
namun tidak direkomendasikan untuk anak. Karena efek sampingnya
merangsang lambung dan dapat menngakibatkan perdarahan usus maka
tidak dianjurkan untuk demam ringan.26
2. Keadaan khusus akibat demam:
a. Hiperpireksia
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,10 C. Hiperpereksia sangat
berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan
metabolisme, fisiologi dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat.3 Pada
awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta
akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >430 C dan kematian terjadi
dalam beberapa jam bila suhu 43 C sampai 45 C. 27 Penatalaksanaan pasien
hiperpireksia berupa:27
1. Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
44
45
15. Del Bene VE. Temperature. Dalam: Wakker HK, Hall WD, Hurst JW,
penyunting. Clinical mothods: The History, physical and laboratory
examinations. Edisi ke-3. :Butterworths. 2012.h.990-3.
16. Diane DA, Marsha LC, Ken E. et al. Handbook of Signs & Symptoms, 4th
EditionCopyright. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 2010;2436.
17. Gelfand JA, Dinarello CA, Wolff SM. Perubahan Suhu Tubuh. Dalam:
Isselbacher, Braunwald, Wilson, et al, editors. Harrisons Prinsip-Prinsip
IlmuPenyakit Dalam. Volume 1. Edisi 13. Yogyakarta: EGC; 2013; 97107.
18. Fisher RG, Boyce TG. Fever and Shock Syndrome. Dalam: Fisher RG,
Boyce TG, penyunting. Moffets Pediatric Infectious Disease: A
problem-oriented approach. Edisi ke-4. New York: Lippincott
William &Wilkins; 2011.h.318-73.
19. Dinarello
A.C.,
Gelfan
A.J.
http://www.harrisononline.com. 2013; 46-53.
Fever
and
Hypertermia.
20. El-Radhi AS, Caroll J, Klein N. Fever. Dalam : El-Radhi SA, Klein N,
penyunting. Clinical manual of fever in children. Edisike-9. Berlin:
Springer-Verlag; 2009; 1-24.
21. Kirana S., Widjaja T. Pemeriksaan Keadaan Umum. Dalam : Edhiwan P., J Teguh
W. Buku Panduan Diagnosis Fisik di Klinik. Bandung. Concept Publishers. 2013;
28-29.
46
47